You are on page 1of 22

Pengertian dan Tata Cara Aqiqah Yang Sesuai Tuntunan Islam

Aqiqah itu berarti memutus dan melubangi, dan ada juga yang mengatakan bahwa
akikah adalah nama bagi hewan yang disembelih, dinamakan demikian karena lehernya
dipotong, dan dikatakan juga bahwa akikah merupakan rambut yang dibawa si bayi
ketika lahir. Adapun maknanya secara syariat adalah hewan yang disembelih untuk
menebus bayi yang dilahirkan. Aqiqah adalah sembelihan yang disembelih untuk anak
yang baru lahir. Pengarang kitab Mukhtar Ash Shihhah mengatakan: " Al-'Aqiqah atau
Al-'Iqqah artinya adalah rambut makhluk yang baru dilahirkan, baik manusia atau
binatang. Dinamai pula daripadanya binatang yang disembelih untuk anak yang baru
lahir pada hari keseminggunya.

1. Dasar Hukumnya
Aqiqah hukumnya adalah sunnah muakkad, sekalipun orang tua dalam keadaan sulit.
Aqiqah dilakukan oleh Rasulullah saw. dan para sahabat. Berikut adalah hadits-hadits
tentang mengakikahkan anak yang baru lahir.
1. Rasulullah saw. bersabda:





Setiap bayi tergadai dengan aqiqahnya, disembelihkan (kambing) untuknya pada hari
ke tujuh, dicukur dan diberi nama [HR Abu awud, no. 2838, at-Tirmidzi no. 1522, Ibnu
Majah no. 3165 dll dari sahabat Samurah bin Jundub r.a.. Hadits ini dishahihkan oleh alHakim dan disetujui oleh adz-Dzahabi, Syaikh al-Albani dan Syaikh Abu Ishaq alHuwaini dalam kitab al-Insyirah Fi Adabin Nikah hlm. 97] .
2. Ashhabus Sunan meriwayatkan:


Bahwa Nabi saw. meng-aqiqahkan Hasan dan Husain (cucunya dari Fathimah - pen)
masing-masing seekor kambing qibasy.
3. Dan dari Salman bin Amir Ash-Dhabiey, bahwa Nabi saw. bersabda: "Untuk anak lakilaki aqiqahnya. Tumpahkanlah atasnya darah, dan hilangkanlah daripadanya kotoran
dan najis." (Riwayat Al-Khamsah).
4. Hadits dalam shahih Bukhari

Artinya: Setiap anak bersama aqiqahnya, maka sembelihlah hewan dan hilangkanlah
gangguan darinya
5. Hadits riwayat Abu Daud

,
Artinya: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan mereka agar
beraqiqah dua ekor kambing yang sepadan (umur dan besarnya) untuk bayi laki-laki dan
seekor kambing untuk bayi perempuan.
6. Hadits riwayat Malik dan Ahmad


Artinya: Fatimah Binti Rasulullah SAW (setelah melahirkan Hasan dan Husain)
mencukur rambut Hasan dan Husain kemudian ia bersedekah dengan perak seberat
timbangan rambutnya.
7. Hadits riwayat Abu Daud dan Nasai



Artinya: Barang siapa diantara kamu ingin beribadah tentang anaknya hendaklah
dilakukan aqiqah untuk anak laki-laki dua ekor kambing yang sama umurnya dan untuk
anak perempuan seekor kambing.

2. Aqiqah Untuk Anak Laki-Laki dan Anak Perempuan


Yang afdhal untuk anak laki-laki disembelihkan 2 ekor kambing/domba yang mirip dan
umurnya bersamaan. Dan untuk anak perempuan 1 ekor.
Dari Ummu Karz Al-Ka'biyah berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda:

.
" Untuk anak laki-laki dua ekor kambing yang mirip, dan untuk anak perempuan satu
ekor." Dan dibolehkan satu ekor domba untuk anak laki-laki . Rasulullawh saw. pernah
melakukan yang demikian untuk Hasan dan Husain r.a., seperti pada hadits yang lalu.
Dahulu kami dimasa jahiliyah apabila salah seorang diantara kami mempunyai anak, ia
menyembelih kambing dan melumuri kepalanya dengan darah kambing itu. Maka
setelah Allah mendatangkan islam, kami menyembelih kambing, mencukur atau
menggundul kepala si bayi dan melumurinya dengan minyak wangi. [HR. Abu Daud juz
3 hal 107].

Di hadits lain yang berisikan tentang sejarah aqiqah yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban
Dari Aisyah ia berkata Dahulu orang orang pada masa jahiliyah apabila mereka
beraqiqah untuk seorang bayi, mereka melumuri kapas dengan darah aqiqah, lalu ketika
mencukur rambut si bayi mereka melumurkan pada kepalanya. Maka Nabi saw
bersabda, Gantilah darah itu dengan minyak wangi. [HR Ibnu Hibban juz 12 hal 124].

3. Waktu Penyembelihan
1. Jika memungkinkan, penyembelihan dilangsungkan pada hari ke-7. Jika tidak, maka
pada hari ke-14. Dan jika yang demikian masih tidak memungkinkan, maka pada hari
ke-21 dari hari kelahirannya. Jika masih tidak memungkinkan maka pada kapan saja.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dikatakan:
" Disembelih pada hari ketujuh, dan pada hari ke-empatbelas, dan pada hari
kedua puluh satu."
Rangkaian Berikutnya:
- Memberi anak nama
- Mencukur rambutnya.
- Bersedekah seberat timbangan rambutnya.
2. Adapun syarat hewan kambing yang dapat dijadikan aqiqoh itu sama dengan syarat
hewan qurban (kurban) sbb:
- Kambing: sempurna berusia 1 (satu) tahun dan masuk usia (dua) tahun.
- Domba: sempurna berusia 6 (enam) bulan dan masuk bulan ke-7 (tujuh).
- Tidak boleh ada anggota badan hewan yang cacat.
- Dagingnya tidak boleh dijual.

4. Bersamaan Antara Qurban dan Aqiqah.


Dari sini muncul pertanyaan, yaitu bolehkah menggabungkan niat aqiqah dan kurban?
Bila hal itu diperbolehkan apakah secara otomatis kurban yang dilakukan sekaligus bisa
menggugurkan anjuran akikah? Mengenai hal ini ada 2 pendapat:

Qurban yang ia tunaikan itu bisa sekaligus diniatkan aqiqah dan menggugurkan
anjurannya. Pendapat ini merupakan opsi yang disampaikan oleh Mazhab Hanafi dan
salah satu riwayat Ahmad. Dari kalangan tabiin, Al-Hasan Al-Bashri, Ibnu Sirin, dan

Qatadah, sepakat dengan pandangan ini. Mereka berargumentasi, substansi kedua


ibadah sama, yaitu mendekatkan diri kepada Allah swt. melalui sembelihan hewan.
Keduanya bisa saling melengkapi dan mengisi. Kasus hukumnya sama ketika shalat
wajib di Masjid disertai dengan niat shalat sunah tahiyyatal masjid. Mantan mufti Arab
Saudi, Syekh Muhammad bin Ibrahim, mendukung opsi ini.
Kedua ibadah itu tidak boleh disatukan dan tidak bisa menggugurkan salah satunya.
Qurban adalah qurban dan aqiqah adalah aqiqah. Pendapat ini disampaikan oleh
Mazhab Maliki, Syafii, dan salah satu riwayat Mazhab Ahmad. Alasan yang mereka
kemukakan, yaitu masing-masing dari akikah dan kurban memiliki tujuan yang berbeda.
Maka itu, satu sama lain tidak boleh digabung. Latar belakang dan motif di balik
kesunnahan kedua ibadah itu pun berseberangan. Jadi, kurang tepat disatukan.
Misalnya, denda yang berlaku di haji tamattu' dan denda yang berlaku dalam fidyah.

Wallahu a'lam.


Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan
melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.
Sebarkan !!! insyaallah bermanfaat.

MENGENAL ALLAH
MENGENAL ISLAM
MENGENAL RASULULLAH
PROFIL DAN KONTAK HP PENULIS

Berkurban Atau Aqiqah? Mana Yang Didahulukan?


By multaqith on 28 September 2012

oleh: Muhammad Muafa

Assalamualaikum.

Ustadz jika kita belum pernah di aqiqohkan orang tua pada saat bayi namun pada saat
ini sbg anaknya telah punya kemampuan ,petanyaan saya mana yang harus
didahulukan qurban dulu atau Aqiqah dan apakah pelaksanaan Aqiqah msh tetap d
tuntut kewajibannya sampai seumur hidup jika belum d aqiaohkan orang tua.tks.

Wass.ww.

Hp 08569227xxxx

Jawaban

Waalaikumussalam warahmatullah.

Hukum menyelenggarakan Aqiqah adalah Sunnah, bukan wajib. Dalil yang


menunjukkan adalah hadis yang diriwayatkan Ahmad dari Amr bin Syuaib dari ayahnya
dari kakeknya, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda;

Barangsiapa diantara kalian ada yang suka berkurban (mengaqiqahi) untuk anaknya,
maka silakan melakukan. Untuk satu putra dua kambing dan satu putri satu kambing
(H.R.Ahmad)

Seandainya menyelenggarakan Aqiqah wajib, maka Rasulullah SAW tidak akan


mengaitkannya dengan mahabbah (kesukaan). Lafadz Barangsiapa diantara kalian
ada yang suka menunjukkan bahwa seorang mukallaf bisa melakukannya atau tidak.
Karena itu, lafadz ini menjadi qorinah (indikasi) bahwa penyelenggaraan Aqiqah
hukumnya Sunnah, bukan Wajib.

Adapun Hadis yang menyatakan bahwa anak digadaikan dengan Aqiqahnya, misalnya
hadis berikut;

(17 /8)



Dari Samurah bin Jundub bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: Setiap anak
digadaikan dengan Aqiqahnya, disembelihkan untuknya pada hari ketujuh, dicukur dan
diberi nama (H.R.Abu Dawud)

Maka, hadis ini tidak menunjukkan kewajiban Aqiqah tapi hanya menunjukkan Takidul
Istihbab (penekanan anjuran) saja.

Waktu penyelenggaraan Aqiqah adalah hari ke-7 dari kelahiran bayi berdasarkan hadis
Samurah di atas. Jika belum memungkinkan maka bisa mengambil hari ke-14 atau ke21 berdasarkan fatwa Aisyah berikut;

(692 /3)


:

Dari Ummu Karz beliau berkata; Seorang wanita dari keluarga Abdurrahman bin
Abubakar berkata;Jika istri Abdurrahman melahirkan seorang putra maka kita akan
menyembelihkan untuknya seekor unta. Maka Aisyah berkata; tidak, tetapi sunnahnya
adalah; untuk putra dua kambing yang setara dan untuk putri satu kambing. Dimasak
dalam keadaan sudah dipotong-potong dan tidak dipatahkan tulangnya. Lalu dimakan,
dibuat menjamu, dan dishodaqohkan. Hal itu dilakukan pada hari ke-7, jika tidak maka
hari ke-14 jika tidak maka hari ke 21 (Musnad Ishaq bin Rahawaih)

Fatwa Shahabat meskipun bukan dalil, tetapi dalam kondisi tidak ditemukan dalil maka
fatwa Shahabat adalah jenis ijtihad yang paling tinggi karena mereka adalah orang
yang paling dekat dengan Nabi dan mengerti hadis-hadis beliau. Jadi, fatwa Aisyah ini
bisa dijadikan sebagai dasar karena mustahil beliau berfatwa tanpa dasar Nash yang
beliau ketahui.

Jika sudah lewat hari ke-21i, maka penyelenggaraan Aqiqah tidak disyariatkan karena
tidak ada dalil yang menunjukkannya. Tidak bisa diqiyaskan, misalnya
menyelenggarakan Aqiqah setiap kelipatan hari ke-7 setelah hari ke-21 (hari ke-28, jk
tidak bisa hari ke- 35 dst) karena penyelenggaraan Aqiqah termasuk ibadah dan syariat
ibadah harus ditetapkan berdasarkan nash, bukan Qiyas.

Jika menyelenggarakan Aqiqah di antara hari ke-7, 14, dan 21 (misalnya hari ke -3 atau
ke-9, atau ke 19) maka Aqiqahnya sah, karena penyebutan hari ke-7 pada hadis
Samurah adalah pemilihan waktu yang paling afdhol, bukan pengikat keabsahan
Aqiqah. Yang semisal dengan ini adalah persoalan pemberian nama. Berdasarkan hadis
Samurah, pemberian nama bayi afdholnya hari ke-7, tapi Nabi sendiri memberi nama
putranya yaitu Ibrahim pada hari pertama. Karena itu, penetapan hari ke-7 bukan
menjadi syarat sah namun sekedar pemilihan waktu yang paling afdhol.

Jadi, tidak ada syariat Aqiqah setelah hari ke-21, apalagi jika sudah baligh. Adapun
riwayat bahwa Nabi mengaqiqahi dirinya sendiri setelah masa kenabian, yaitu;

(345 /2)


.

Dari Anas; Bahwasanya Nabi saw mengaqiqahi dirinya sendiri sesudah diutus menjadi
Nabi (H.R.Al-Bazzar)

Maka ini adalah riwayat yang lemah karena ada perawi yang bernama Abdullah bin AlMuharror. Al-Bazzar mengatakan; dia Dhaif Jiddan (sangat lemah). An-Nawawi
mengatakan; hadis ini bathil,sementara Al-Baihaqy menilainya Munkar.

Jadi, tidak ada syariat Aqiqah setelah baligh sebagaimana tidak ada syariat
mengaqiqahi diri sendiri.

Adapun berkurban, maka hukumnya Sunnah Mu-akkad (sunnah yang dikuatkan)


berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah. Allah berfirman;

{
[ } 2 :]

Shalatlah untuk Rabbmu dan berkurbanlah (Al-Kautsar;2)

Rasulullah saw bersabda;

(276 /9)

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda; Barangsiapa memiliki keluasan

(kekayaan) dan tidak berkurban maka jangan mendekati tempat shalat kami (H.R.Ibnu
Majah)

Berdasarkan paparan di atas, yaitu hukum sunnahnya menyelenggarakan Aqiqah


(bukan wajib),tidak disyariatkannya Aqiqah setelah baligh, tidak disyariatkannya
mengaqiqahi diri sendiri, dan Sunnah Mu-akkadnya berkurban maka lebih tepat jika
memilih melakukan kurban tanpa perlu berfikir menyelenggarakan Aqiqah.
Wallahualam.

Bahtsul Masail
Aqiqah atau Qurban Dulu?
Print
Download
Send
Jumat, 26/09/2014 05:01
Aqiqah atau Qurban Dulu?
Berita Terkait

Khutbah Jumat dengan Bahasa Indonesia


Bolehkan Zakat Profesi Diberikan ke Orang Tua?
Arisan Qurban Apakah Termasuk Qurban Nadzar?
Jilbab Punuk Onta?
Melontar Jumrah pada Tiga Hari Tasyriq Sebelum Terbit Fajar

Pembahasan kali ini masih melanjutkan pertanyaan dari saudara Nurgianto yang ada di
Lampung Barat. Adapun isi pertanyaannya adalah: Jika kita sampai dewasa belum
diaqiqahi oleh orang tua kita manakah yang harus kita dahulukan antara kurban dan
aqiqah?

Waalaikum salam warahamatullah wa barakatuh. Saudara Nurgianto yang mudahmudahan selalu disayangi Allah. Sebenarnya dalam aqiqah dan qurban ada persamaan
diantara kedua ibadah ini yakni sama-sama sunnah hukumnya menurut madzhab Syafii
(selama tidak nadzar), serta adanaya aktifitas penyembelihan terhadap hewan yang
telah memenuhi syarat untuk dipotong.

Sementara perbedaan yang ada diantara keduanya lebih pada waktu pelaksanaannya.
Qurban hanya dapat dilakukan pada bulan DzulHijjah saja, sedangkan aqiqah
dilaksanakan pada saat mengiringi kelahiran seorang bayi dan lebih dianjurkan lagi
pada hari ketujuh dari kelahirannya.

Saudara Nurgianto yang kami hormati Pada dasarnya aqiqah merupakan hak seorang
anak atas orang tuanya, artinya anjuran untuk menyembelih hewan aqiqah sangat
ditekankan kepada orang tua bayi yang diberi kelapangan rizki untuk sekedar berbagi
dalam rangka menyongsong kelahiran anaknya.

Artinya: aqiqah menyertai lahirnya


Hal ini sesuai sabda Rasulullah saw:
seorang bayi (HR. Bukhari). Para ulama memberi kelonggaran pelaksanaan aqiqah oleh
orang tua hingga si bayi tumbuh sampai dengan baligh.

Setelah itu, anjuran aqiqah tidak lagi dibebankan kepada orang tua melainkan
diserahkan kepada sang anak untuk melaksanakan sendiri atau meninggalkannya.
Dalam hal ini tentunya melaksanakan aqiqah sendiri lebih baik dari pada tidak
melaksanakanya. Terkait dengan pertanyaan saudara, manakah yang didahulukan
antara qurban dan aqiqah?

Menurut hemat kami jawabannya adalah tergantung momentum serta situasi dan
kondisi. Apabila mendekati hari raya Idul Adha seperti sekarang ini, maka mendahulukan
qurban adalah lebih baik dari pada malaksanakan aqiqah. Ada baiknya pula- apabila
saudara menginginkan kedua-keduanya (qurban&aqiqah)- saudara mengikuti pendapat
imam Ramli yang membolehkan dua niat dalam menyembelih seekor hewan, yakni niat
qurban dan aqiqah sekaligus.

Adapun referensi yang kami gunakan mengacu pada kitab Tausyikh karya Syekh
Nawawi al-Bantani:

Artinya; Ibnu Hajar berkata: Seandainya ada seseorang meginginkan dengan satu
kambing untuk kurban dan aqiqah, maka hal ini tidak cukup. Berbeda dengan
al-allamah Ar-Ramli yang mengatakan bahwa apabila seseorang berniat dengan satu
kambing yang disembelih untuk kurban dan aqiqah, maka kedua-duanya dapat
terealisasi.

Konsekuensi yang mungkin kotradiktif dari pendapat imam Romli ini adalah dalam
pembagian dagingnya, mengingat daging qurban lebih afdhal dibagikan dalam kondisi
belum dimasak (masih mentah), sementara aqiqah dibagikan dalam kondisi siap saji.
Problem ini tentunya tidak perlu dipermasalahkan karena cara pembagian tersebut
bukanlah termasuk hal yang subtantif. Kedua cara pembagian daging tersebut adalah
demi meraih keutamaan, bukan menyangkut keabsahan ibadah. Wallahu alam
bisshawab. (Maftukhan)

Islamedia.co - Assalammu'aliakum. Istri saya sekarang sedang mengandung, dan


insyaallah kata dokter sekitar pertengahan oktober akan melahirkan (cesar karena
mioma), alhamdulillah saya punya tabungan, saya berniat ingin melaksanakan aqiqah,
sedangkan dibulan depan ada 'idul Qurban karena keterbatas saya, mana yang lebih
baik saya lakukan antara berqurban dan aqiqah. wassalamu'alaikum

......................

Wa'alaikum salaam wrwb.

Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahi Rabbil alamin. Ash-shalatu wassalamu ala


Rasulillahi wa ala alihi wa shahbih ajmain. Amma ba'du:

Sebelum menjawab pertanyaan Anda, kami ingin menyebutkan terlebh dahulu pendapat
ulama tentang qurban dan akikah:

Sebagian ulama seperti Ahmad ibn Hambal, Hasan al-Bashri, dan Ibnul Qayyim alJawziyyah berpendapat bahwa qurban sudah mencukupi akikah. Artinya kalau
seseorang sudah berkurban atas nama sang anak maka tidak perlu lagi melakukan
akikah. Pasalnya, tujuan dari keduanya adalah sama-sama taqarrub kepada Allah
dengan menyembelih hewan, sehingga yang satu bisa masuk kepada yang lain. Mereka
mencontohkan dengan shalat tahiyyatul masjid yang sudah tercakup pada shalat fardhu
ketika langsung dilakukan saat masuk mesjid. Artinya orang yang ketika masuk mesjid
langsung menunaikan shalat fardhu, maka ia tidak perlu lagi shalat tahiyyatul masjid.

Namun pendapat berbeda disebutkan oleh kalangan Syafii dan Maliki. Mereka
berpendapat bahwa qurban tidak bisa menggantikan akikah. Pasalnya, qurban dan
akikah memiliki tujuan dan sebab yang berbeda. Ia tidak bisa disamakan dengan shalat
tahiyyatul mesjid. Sebab, shalat tahiyyatul mesjid bukan menjadi tujuan. Tujuan
utamanya adalah menghormati mesjid sehingga hal itu terwujud dengan shalat fardhu
atau shalat sunnah lainnya. Sementara qurban dan akikah memang menjadi tujuan;
bukan yang lain. Di samping itu sebab keduanya berbeda. Kalau qurban dilakukan untuk
diri; sementara akikah untuk anak.

Demikian perbedaan pendapat di antara para ulama terkait dengan kurban dan akikah.
Kalau mengambil pendapat pertama bahwa qurban bisa menggantikan akikah, maka
cukup bagi Anda berkurban; tanpa perlu melakukan akikah lagi (karena sudah tercakup
di dalamnya). Namun jika mengambil pendapat kedua, berarti qurban dan akikah
dilakukan sendiri-sendiri. Namun, mana yang harus di dahulukan: qurban atau akikah?

Perlu diketahui bahwa waktu pelaksanaan qurban terbatas (hanya pada iedul qurban
dan hari-hari tasyrik), sementara akikah dalam kondisi tidak bisa dilakukan pada hari
ketujuh kelahiran bisa dtunda pada hari keempat belas, kedua puluh satu, atau hingga
sebelum dewasa (baligh). Dengan demikian, yang hendaknya didahulukan adalah
qurban mengingat waktu pelaksanaannya yang lebih dulu atau terbatas.

Wallahu a'lam

Wassalamu alaikum wr.wb.


Tim Syariahonline.com

Antara Aqiqah dan Qurban

Jika pelaksanaan aqiqah bertepatan dengan bulanbulan haji, apakah bisa digabungkan
antara hewan qurban dengan aqiqah, dengan melaksanakan salah satunya saja.
Ataukah antara aqiqah dan kurban itu sendiri merupakan hal yang sama?

Untuk permasalahan ini, para ulama kembali terbagi menjadi dua bagian ;

Bahwa hewan qurban jika digabungkan dengan aqiqah, karena bertepatan dengan
bulan haji, maka tidak menjadi masalah bagi ulama hambali, dan Muhammad bin Sirin
serta Hasan Bashri. Diceritakan dalam satu riwayat bahwa ayah dari imam Ahmad, yaitu
Hambal pernah membeli hewan qurban dan menyembelihnya di bulan haji dengan niat
qurban sekaigus aqiqah. Dengan alasan inilah ulama di atas membolehkan kurban dan
aqiqah dilaksanakan pada satu waktu dan satu niat, yaitu ketika idul adha.
Yaitu pendapat ulama Maliki, yang berpendapat bahwa qurban dan aqiqah adalah hal
yang berbeda. Dalam segi syariat keduanya sudah berbeda, sebab disyariatkan
keduanya juga berbeda. Maka qurban dan aqiqah tidak bisa digabungkan satu sama
yang lainnya.

Aqiqah dan Qurban, mana yang lebih didahulukan?

Mayoritas ulama berpendapat bahwa aqiqah maupun qurban hukumnya sunah muakkad
(yang sangat ditekankan). Disebutkan dalam riwayat Muslim dari sahabat Ummu
Salamah bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Apabila kalian melihat hilal bulan dzulhijah dan kalian hendak berqurban maka jangan
menyentuh rambut dan kukunya.

Kalimat: hendak berkurban menunjukkan bahwa qurban hukumnya sunah dan tidak

wajib.
Berdasarkan hal ini, yang terbaik adalah seseorang melaksanakan kedua sunah
tersebut bersamaan. Karena keduanya dianjurkan untuk dilaksanakan. Jika tidak
mampu melakukan keduanya dan waktu aqiqah berbeda di selain hari qurban, maka
hendaknya mendahulukan yang lebih awal waktu pelaksanaannya. Akan tetapi jika
akikahnya bertepatan dengan hari raya qurban, dan tidak mampu untuk menyembelih
dua ekor kambing untuk akikah dan satunya untuk qurban, pendapat yang lebih kuat,
sebaiknya mengambil pendapat ulama yang membolehkan menggabungkan aqiqah dan
qurban.

Pertanyaan: Jika ada seorang anak yang belum di-aqiqah sampai dengan usia
dewasa oleh orang tuanya. Baiknya yang didahulukan anak tersebut saat ini mengaqiqahi dirinya atau melaksanakan Qurban Idul Adlha? Afri, Mahasiswa Unair Surabaya

Jawaban:
Ust. Muhammad Ma'ruf Khozin (Narasumber Hujjah Aswaja TV9 Surabaya)

Ahli hadis al-Hafidz Ibnu Hajar mengutip dari beberapa Tabiin bahwa aqiqah anak
tersebut telah tercukupi dengan hewan qurban yang ia sembelih:

"
"
"

(397 / 15 - " )

Dalam riwayat Abdurrazzaq dari Mamar dari Qatadah disebutkan: Barangsiapa yang
belum aqiqah maka dicukupi dengan qurbannya. Dan dalam riwayat Ibnu Abi Syaibah
dari Muhammad bin Sirin dan Hasan al-Bashri disebutkan: Hewan Qurban dapat
mencukupi bagi seorang anak dari aqiqahnya (Fath al-Bari 15/397)

Ada pula masalah khilafiyah dalam madzhab, yaitu melakukan qurban dan aqiqah
secara bersamaan dengan menyembelih 1 kambing. Pendapat ini dikemukakan oleh
Hasan al-Basri, Muhammad bin Sirin, Qatadah dan Hisyam (kesemuanya dari kalangan
Tabi'in), begitu pula Madzhab Hanafiyah (Fathil Bari 12/13)

Ada pula pendapat ulama yang menyatakan tidak mencukupi. Hal ini adalah pendapat
Madzhab Malikiyah dan Syafiiyah. Namun dikalangan Syafiiyah sendiri ada dua
pendapat, menurut Ibnu Hajar al-Haitami tidak dapat mencukupi, sementara menurut
Imam Ramli diperbolehkan niat qurban dan aqiqah (Itsmid al-Ainain fi ikhtilaf Syaikhain
77).

Kunjungi www.facebook.com/muslimedianews Sumber MMN:


http://www.muslimedianews.com/2013/10/manakah-yang-didahulukan-aqidahatau.html#ixzz3kxH2WDRA

Assalamualaikum Wr Wb

Pak ustad saya mau tanya, manakah yang harus saya dahulukan antara aqikah dengan
kurban. Masalahnya saya sejak lahir belum di aqikahkan oleh orang tua saya, sekarang
saya sudah berkeluarga dan ingin berkorban untuk saya. Pertanyaan saya adalah
apakah saya boleh melaksanakan kurban, sementara sayah belum bayar aqikah ?

Atas jawaban Pak Ustad saya ucapkan terima kasih

Waalaikumussalam Wr Wb
Jumhur ulama, diantaranya para ulama Syafii, Hambali dan pendapat yang rojih dari
dua pendapat Malik adalah sunnah muakkadah berdasarkan apa yang diriwayatkan
Imam Muslim dari Ummu Salamah bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
"Jika telah tiba sepuluh (dzul Hijjah) dan salah seorang dari kalian hendak berkurban,
maka janganlah mencukur rambut atau memotong kuku sedikitpun." Dikatakan kepada
Sufyan, "Sebagian orang tidak memarfukan (hadits ini)?" Sufyan menjawab, "Akan
tetapi saya memarfukannya."

Kata-kata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam didalam hadits itu,Salah seorang dari
kalian hendak berkurban. Menunjukkan bahwa berkurban bukanlah sebuah kewajiban.
Sementara itu Abu Hanifah berpendapat bahwa kurban adalah wajib berdasarkan firman

Allah swt :

Artinya : Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. (QS. Al Kautsar :
2)

Mereka juga berdalil dengan apa yang diriwayatkan Ibnu Majah dari Abu Hurairah,
bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa memiliki
keluasaan (untuk berkurban) namun tidak berkorban, maka janganlah ia mendekati
tempat shalat kami."

Adapun hukum pelaksanaan aqiqah ini adalah sunnah muakkadah, sebagaimana


diriwayatkan dari Samurah bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,Setiap
anak yang dilahirkan itu terpelihara dengan aqiqahnya dan disembelihkan hewan
untuknya pada hari ketujuh, dicukur dan diberikan nama untuknya. (HR. Imam yang
lima, Ahmad dan Ashabush Sunan dan dishohihkan oleh Tirmidzi)

Sementara Zhahiriyah berpendapat bahwa aqiqah adalah wajib dikarenakan hal itu
diperintahkan Rasulullah sebagaimana apa yang diriwayatkan Tirmidzi dari Aisyah
pernah memberitahunya, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memerintahkan
para sahabat untuk menyembelih dua ekor kambing yang telah cukup umur untuk anak
laki-laki dan satu ekor untuk anak perempuan." Namun jumhur ulama mengatakan
bahwa perintah itu adalah anjuran bukan sebuah kewajiban.

Dari penjelasan hukum kedua ibadah diatas bahwa keduanya adalah sunnah
muakkadah menurut jumhur ulama. Adapun perihal anda yang belum diaqiqahkan orang
tua sementara saat ini anda memiliki kemampuan berkurban maka jika anda mampu
melaksanakan kedua-duanya dengan mengeluarkan satu ekor kambing untuk kurban
dan dua ekor kambing untuk aqiqah anda sendiri maka itu lebih baik.

Akan tetapi jika anda tidak memiliki kemampuan untuk itu maka mendahulukan kurban
pada waktu-waktu kurban adalah lebih didahulukan daripada aqiqah karena waktu
pelaksanaan aqiqah terhadap diri anda sendiri masih bisa dilakukan pada hari-hari
berikutnya berbeda dengan kurban yang terbatas pelaksanaannya. (baca : Aqiqah untuk

Anak atau Saya)


Wallahu Alam
Assalamualaikum wr.wb.
Saya seorang ibu sampai sekarang belum melakukan aqiqah untuk anak saya.
Manakah yang saya dahulukan antara aqiqah atau qurban? Terima kasih.
Wassalamualaikum wr.wb.
Ny. N

JAWAB
Alhamdulillah, wash-shalaatu was-salaamu ala Rasulillah, amma badu:
Aqiqah dan qurban adalah dua ibadah yang hampir sama dalam bentuk, tata cara dan
hukum pelaksanaannya, tapi berbeda dalam sebab, waktu, dan tuntutan penunaiannya
sebagai ibadah kepada Allah.

Ya. Kedua ibadah itu dalam hal bentuk dan tata cara pelaksanaannya hampir sama,
yakni berupa penyembelihan hewan (kambing untuk aqiqah, dan untuk qurban, di
samping kambing bisa juga berupa sapi atau unta). Hukum pelaksanaannya menurut
jumhur ulama juga sama-sama sunnah muakkadah (sunnah yang sangat ditekankan
dan dianjurkan bagi yang mampu). Begitu pula hukum-hukum lain yang terkait dengan
syarat-syarat hewan yang akan disembelih, cara penyembelihan dan sistem
pemanfaatan serta pembagian dagingnya, semuanya sama atau hampir sama.

Tapi tentang sebab, waktu pelaksanaan, dan tuntutan penunaiannya, maka aqiqah dan
qurban adalah dua jenis ibadah yang berbeda. Masing-masing merupakan ibadah
tersendiri yang tidak terkait dan berhubungan secara langsung dengan yang lainnya,
serta tidak saling menggantikan.

Aqiqah disunnahkan pelaksanaannya sebagai bentuk syukur kepada Allah atas karunia
kelahiran seorang anak, sedangkan qurban disunnahkan terkait dengan hari raya Iedul
Adha setiap tahun bagi yang mampu. Jadi sebagai ibadah, masing-masing berdiri
sendiri-sendiri, dan dilaksanakan masing-masing pada waktunya. Sehingga tidak ada
syarat misalnya bahwa, jika ingin qurban harus aqiqah dulu atau sebaliknya.
Jadi jika memang waktunya aqiqah dan mampu, ya sebaiknya dilaksanakan aqiqah,

sementara saat datang hari raya Iedul Adha dan merasa mampu berqurban, ya
selayaknya juga menunaikan qurban.

Mungkin pertanyaan sebaiknya mendahulukan yang mana, aqiqah atau qurban, itu
hanya relevan dalam kondisi, dimana waktu pelaksanaan aqiqah atas kelahiran anak
(misalnya pada hari ke-7 atau ke-14 atau ke-21 kelahirannya sesuai kesunnahan
penyembelihan aqiqah), adalah pas bertepatan dengan datangnya hari raya Iedul Adha.
Sedangkan orang tua si bayi tidak mampu melaksanakan aqiqah dan qurban duaduanya sekaligus. Dan dalam kondisi seperti itu, sunnah aqiqah yang sebaiknya lebih
diutamakan dan didahulukan. Karena sifatnya lebih khusus daripada qurban yang lebih
umum dan terjadi setiap tahun.

Adapun untuk kondisi Ibu, maka pada saat hari raya Idul Adha tiba, maka yang lebih
afdhal Ibu laksanakan adalah berqurban, karena itu yang sudah jelas-jelas hukum
kesunnahannya. Sedangkan untuk aqiqah pada usia dewasa sangat diperselisihkan
hukum kesunnahannya. Karena memang sepengetahuan kami, tidak ada dalil dan
contoh khusus dari Nabi saw. maupun dari sahabat dan ulama salaf tentang
kesunnahan aqiqah pada usia dewasa. Meskipun jika mampu dan tetap ingin
melaksanakannya, dengan syarat tidak mengorbankan ibadah qurban, maka
insyaallah boleh-boleh saja dan ditolerir.
Demikian jawaban kami, semoga bisa dipahami dan bermanfaat. Wal-Lahu alam, wa
Huwal Muwaffiq wal Haadii ilaa sawaa-issabiil.{}

Diasuh oleh Majelis Asatidzah Griya Al Quran Surabaya. Konsultasi ini hasil kerja sama
YDSF Surabaya & Griya Al Quran
ANTARA AQIQAH DAN QURBAN MANA YANG DIDAHULUKAN
Diposting oleh Nurdin pada 09:59, 24-Agu-14 Di: KURBAN DAN AQIQAH

Aqiqoh hukumnya sunat mu'akkad menurut madzhab syafi'i dan pendapat yang shohih
dan masyhur dalam madzhab hanbali. Dan menurut madzhab maliki aqiqoh hukumnya
mandub, dan dalam istilah madzhab maliki hukum mandub derajatnya dibawah hukum
masnun (meski keduanya sama-sama menunjukkan hukum sunat)

. Ketentuan hukum sunat ini didasarkan oleh beberapa dalil, diantaranya sabda
Rosululloh ; Semua anak (yang lahir) tergadaikan degan aqiqohnya, disembelihkan

(kambing aqiqah) untuknya pada hari ketujuh, diberi nama dan dicukur rambutnya".
( Sunan At-Turmudzi, no.1522 ).

Sedangkan menurut madzhab Hanafi aqiqoh hukumnya mubah, sebab syari'at


mengenai aqiqoh tersebut sudah dinash (dihilangkan ketentuan hukumnya). Adapun
hukum qurban menurut madzhab Syafi'i, Hanbali, pendapat yang lebih unggul dalam
madzhab Maliki dan salah satu riwayat pendapat Syekh Abu Yusuf (pengikut madzhab
Hanafi) hukumnya sunat mu'akkad.

Ini juga merupakan pendapat abu Bakar, Umar, Bilal, Abu Mas'ud Al- Badri, Suwaid bin
Ghofalah, Sa'id bin Al-Musayyab, Atho', Alqomah, Al-Aswad, Ishaq, Abu Tsur dan Ibnu
Al-Mundzir. Sebagian dalil yang dipakai sebagai landasan hukum adalah hadits ;
"Apabila masuk sepuluh hari (pertama bulan dzul hijjah), sedang seseorang mempunyai
hewan qurban untuk dipotong, maka janganlah mengambil rambutnya dan jangan pula
memotong kukunya". ( Shohih Muslim, no.1977 ). Madzhab Hanafi mempunyai
pendapat berbeda dalam masalah ini, menurut pendapat madzhab ini qurban hukumnya
wajib berdasarkan firman Alloh ;" Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan
berkorbanlah" ( Al-Kautsar : 2 )

Perintah untyuk berqurban yang dinyatakan dengan mutlak pada ayat diatas
menunjukkan bahwa berqurban hukumnya adalah wajib. Dalam satu hadits dijelaskan
tentang ancaman bagi orang yang tak mau berqurban ; Barangsiapa yang memiliki
kelapangan (rezeki) dan dia tidak berkurban, maka jangan dekati tempat shalat kami.
( Shohih Ibnu Majah No.3123 )

Dari uraian tentang pendapat-pendapat ulama' mengenai hukum aqiqoh dan qurban
diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perintah pelaksanaan qurban lebih tegas
dibandingkan perintah mengenai aqiqoh, sampai-sampai menurut madzhab hanafi
berqurban hukumnya wajib. Ini sekaligus bisa dijadikan pijakan hukum bahwasanya
melaksanakan qurban lebih didahulukan dibandingkan aqiqoh dan lagi karena waktu
pelaksanaan qurban lebih sempit , maka berqurban lebih didahulukan daripada aqiqoh
yang batasan pelaksanaannya lebih lama. Wollohu a'lam

Referensi : 1. Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyah, Juz : 30 Hal : 276-277 (Fiqih perbandingan) 2.


Nihayatul Muhtaj, Juz : 8 Hal : 145 (Madzhab Syafi'i) 3. Matholibu Ulin Nuha, Juz : 2
Hal : 488 (Madzhab Hanbali) 4. Asy-Syarhul Kabir Lid-Dardiri, Juz : 2 Hal : 126
(Madzhab Maliki) 5. Badai'ush Shonai', Juz : 5 Hal : 69 (Madzhab Hanafi) 6. Al-Mausu'ah

Al-Fiqhiyah, Juz : 5 Hal : 76-77 7. Al-Mughni, Juz : 9 Hal : 435-436 (Madzhab Hanbali) 8.
Al-Majmu', Juz : 8 Hal : 382-383 (Madzhab Syafi'i) 9. Asy-Syarhul Kabir Lid-Dardiri, Juz :
2 Hal : 118 10. Badai'ush Shonai', Juz : 5 Hal : 62-63 11. Fatawi Asy-Syabakah AlIslamiyah, no.38657 12. Pk

Kurban atau Akikah Dulu

Pertanyaan, Assalamualaikum Ustadz. Tahun ini insyaAllah saya akan kurban, tapi
orang tua saya mengatakan bahwasanya saya belum diakikahi oleh orang tua. Menurut
mereka hendaknya saya mendahulukan akikah terlebih dahulu. Bagaimana pandangan
syariat mengenai hal ini?

Andi (ibnXXXXXXXX@gmail.com)

Jawaban:

Wa alaikumussalam
Akikah dan kurban, mana yang lebih didahulukan?

Mayoritas ulama berpendapat bahwa akikah maupun kurban hukumnya sunah muakkad
(yang sangat ditekankan). Disebutkan dalam riwayat Muslim dari sahabat Ummu
Salamah bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Apabila kalian melihat hilal bulan dzulhijah dan kalian hendak berkurban maka jangan
menyentuh rambut dan kukunya.

Kalimat: hendak berkurban menunjukkan bahwa kurban hukumnya sunah dan tidak
wajib.

Berdasarkan hal ini, yang terbaik adalah seseorang melaksanakan kedua sunah
tersebut bersamaan. Karena keduanya dianjurkan untuk dilaksanakan. Jika tidak
mampu melakukan keduanya dan waktu akikah berbeda di selain hari kurban, maka
hendaknya mendahulukan yang lebih awal waktu pelaksanaannya. Akan tetapi jika
akikahnya bertepatan dengan hari raya kurban, dan tidak mampu untuk menyembelih
dua ekor kambing untuk akikah dan satunya untuk kurban, pendapat yang lebih kuat,
sebaiknya mengambil pendapat ulama yang membolehkan menggabungkan akikah dan
kurban. Allahu alam

Disadur dari: Fatawa Syabakah Islamiyah, di bawah bimbingan Dr. Abdullah Al-Faqih,
fatwa no. 44768

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)
Artikel www. KonsultasiSyariah.com

Artikel terkait kurban:

1. Berkurban untuk Orang yang Sudah Meninggal.

2. Tuntunan Hari Raya dan Takbiran.

3. Arisan Kurban dan Silaturahmi Trah.

3. Menggabungkan Kurban dengan Aqiqah.

4. Kurban via Online.

5. Kurban dengan Kambing Betina.

6. Ebook Panduan Kurban.

You might also like