You are on page 1of 20

Depresi Pasca Stroke

Kelompok 2 :
Andreas Kresna
Henokh Rubiyanto
Lidya B. Sapteno

Pembimbing:
Dr. Carlamia HL, SpKJ
Dr. Imelda, SpKJ

Rumah Sakit Ketergantungan Obat


Periode 24 Agustus 26 September 2015

Epidemiologi
Prevalensi

depresi pasca stroke berkisar


antara 11-68% setelah terjadinya
serangan stroke.
Prevalensi semakin meningkat dengan
meningkatnya umur penderita.
Laki-laki lebih berisiko terkena stroke
Usia rata-rata perempuan lebih panjang
maka pada suatu tingkat usia tertentu
jumlah perempuan yang mengalami
serangan stroke lebih banyak dari lakilaki.

Etiologi
Depresi

pasca stroke mempunyai


etiologi yang sifatnya multifaktorial.
Penderita dengan lesi hemisfer kiri
64% menunjukkan gangguan depresi
ringan sampai berat sedangkan
kelainan ini hanya dijumpai pada 14%
penderita dengan lesi hemisfer kanan.
atrofi subkortikal berkaitan dengan
depresi pasca stroke.

Patofisiologi

Hipotesis lokasi lesi


Hipotesis ukuran infark
Hipotesis depresi vaskuler
Hipotesis neurotransmiter
Hipotesis disfungsi imun
Hipotesis Aktivasi Aksis
Hipotalamikpituitari-Adrenal (HPA)
Hipotesis neurogenesis

Mekanisme Terjadinya
Depresi Pasca Stroke

Faktor Risiko Depresi Pasca


Stroke
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Riwayat depresi sebelumnya pada


pasien dan keluarga
Gangguan fungsional
Menurunnya mobilitas
Disfungsi bicara dan bahasa, apraksia
Gangguan kognitif
Ketergantungan berat pada fungsi
activity daily living (ADL)
Dukungan sosial buruk (isolasi sosial)
Lokasi lesi
Jenis kelamin

Gambaran Klinis
Gambaran emosi :
Mood

depresi, sedih atau murung


Iritabilitas, ansietas
Ikatan emosi berkurang
Menarik diri dari hubungan
interpersonal
Preokupasi dengan kematian
Ide-ide bunuh diri atau bunuh diri

Gambaran Klinis
Gambaran kognitif :

Mengeritik diri sendiri, perasaan tak


berharga, rasa bersalah
Pesimis, tak ada harapan, putus asa
Bingung, konsentrasi buruk
Tak pasti dan ragu-ragau
Berbagai obsesi
Keluhan somatik
Gangguan memori
Ide-ide mirip waham

Gambaran Klinis
Gambaran Vegetatif :
Lesu dan tak ada tenaga
Tak bisa tidur atau banyak tidur
Tak mau makan atau banyak
makan
Penurunan berat badan atau
penambahan berat badan
Libido terganggu
Variasi diurnal

Gambaran Klinis
Gambaran Psikomotor :

Retardasi psikomotor
Agitasi psikomotor

Tanda-tanda depresi dapat juga sebagai


berikut:
- Tidak atau lambat bergerak
- Wajah sedih dan selalu berlinang air mata
- Kulit dan mulut kering
- Konstipasi

Diagnosis
Kriteria diagnosis menurut DSM-IV Minimal
didapatkan lima dari gejala-gejala berikut di
bawah yang telah berlangsung selama periode 2
minggu:
1.Mood yang depresif sepanjang hari
2.Kehilangan minat atau kesenangan dalam
segala hal atau aktivitas
3.Penurunan berat badan ketika tidak sedang
melaksanakan diet atau penurunan atau
peningkatan selera makan hampir setiap hari
4.Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari

Diagnosis
5. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir
setiap hari
6. Lelah atau kehilangan energi hampir setiap
hari
7. Perasaan tidak berharga atau perasaan
bersalah yang berlebihan
8. Kehilangan kemampuan untuk berpikir dan
berkonsentrasi
9. Pikiran berulang tentang kematian, pikiran
bunuh diri, atau rencana spesifik untuk
melakukan bunuh diri

Diagnosis
Berdasarkan PPDGJ III, diagnosis depresi berdasarkan :
Gejala Utama :
Afek

depresif

Kehilangan

minat dan kegembiraan

Berkurangnya

energi yang menuju meningkatnya keadaan


mudah lelah (rasa lelah yang nyata setelah kerja sedikit
saja) dan menurunnya aktivitas
Gejala lainnya :
Konsentrasi
Harga

dan perhatian berkurang

diri dan kepercayaan diri berkurang

Gagasan

tentang rasa bersalah dan tidak berguna

Pandangan
Gagasan

masa depan yang suram dan pesimistis

atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh

diri
Tidur

terganggu

Nafsu

makan berkurang

Diagnosis Banding
1. Episode depresif ringan (F32.0) :
Sekurang-kurangnya

ada dua gejala dari tiga gejala

utama depresi
Ditambah

sekurang-kurangnya dua dari tiga gejala

lainnya
Hanya

sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan


sosial yang biasa dilakukannya
2. Episode depresif sedang (F32.1) :
Sekurang-kurangnya

harus ada dua dari tiga gejala

utama
Ditambah sekurang-kurangnya tiga dan sebaiknya
empat dari gejala lainnya
Menghadapi

kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan


sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga

Diagnosis Banding
3. Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
(F32.2) :
Semua

tiga gejala utama harus ada

Ditambah

sekurang-kurangnya empat dari gejala lainnya,


dan beberapa di antaranya harus berintensitas berat
Bila

ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi


psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak
mau atau tidak mampu melaporkan banyak gejalanya
secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara
menyeluruh terhadap episode depresi berat masih
dibenarkan
Sangat

tidak mungkin akan mampu meneruskan


kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga,
kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

Penatalaksanaan
Psikofarmaka
SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors). Contoh :
Sertraline, Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetine,
Duloxetine, Citalopram.

o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o

Non-farmakologis
Psikoterapi
ECT (electroconvulsive therapy)
Transcranial magnetic stimulation (TMS)
Cognitive behavioral therapy (CBT)
Motivational interviewing
Community based groups/support groups
Terapi musik
Ecosystem focused therapy
Akupunktur
Latihan/exercise
Rehabilitasi stroke

Penatalaksanaan
Psikofarmaka

Prognosis
Hasil

akhir dari pengobatan pasien


dengan episode depresif
adalah
bervariasi secara umum berdasarkan
follow up yang lebih baik. Resiko
relaps akan berulang jika pengobatan
antidepresan diteruskan hingga enam
bulan setelah akhir episode depresif.

Kesimpulan
Depresi

pasca stroke mempunyai etiologi


yang bersifat multifaktorial. Berbagai
faktor resiko berhubungan dengan
depresi pasca stroke termasuk lokasi dan
ukuran stroke, dan ukuran ventrikel
Gambaran pasien dengan depresi pasca
stroke dapat dinilai dari gambaran emosi,
kognitif, vegetatif dan psikomotor.
Hasil akhir dari pengobatan pasien
dengan episode depresif adalah
bervariasi secara umum berdasarkan
follow up yang lebih baik.

You might also like