You are on page 1of 12

I.

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Campak merupakan penyakit yang sangat menular dan sebagai penyebab utama
kematian anak di negara berkembang termasuk Indonesia. Rencana strategi global maupun
regional 2006 2010 yang dicanangkan WHO bersama unicef tahun 2006 menyatakan
bahwa tujuan program pengendalian penyakit campak adalah mengurangi angka kematian
campak sebesar90%(estimated) pada tahun 2010 dibanding tahun 2000. Untuk mencapai
tujuan pengendalian penyakit campak tersebut dilakukan upaya :
1. Mencapai cakupan imunisasi campak dosis pertama >90% secara nasional dan minimal
>80% diseluruh kabupaten/kota pada tahun 2010
2. Melaksanakan imunisasi campak kesempatan kedua dengan cakupan >90% pada anak
usia kurang 5 tahun pada tahun 2010.
3. Penyelidikan dan manajemen kasus pada semua KLB campak tahun 2009.
4. Melaksanakan surveilans campak berbasis kasus individu (Case Based Surveilance)
bagi semua negara yang telah melaksanakan kampanye campak.
Program Imunisasi campak di Indonesia dimulai pada tahun 1982,kemudian pada tahun
1991 berhasil dicapai status imunisasi dasar lengkap atau Universal child Immunization
(UCI) secara nasional.Sejak tahun 2000 imunisasi campak kesempatan kedua diberikan
kepada anak sekolah kelas I VI (Catch Up) secara bertahap yang kemudian dilanjutkan
dengan pemberian imunisasi campak secara rutin kepada anak sekolah dasar kelas I SD
(BIAS). Untuk mempercepat tercapainya perlindungan campak pada anak,sejak tahun 2005
sampai agustus 2007 dilakukan kegiatan crash program campak terhadap anak usia 6 59
bulan dan anak usia sekolah dasar diseluruh provinsi dalam 5 tahap.
Sejak tahun 1999 terjadi kecenderungan penurunan daerah UCI, yang menyebabkan
meningkatnya frekwensi KLB campak cukup besar yaitu 244 kejadian pada tahun 1999
dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 31 kejadian.Daerah dngan cakupan
imunisasi campak rendahatau pada daerah dengan akumulasi kelompok rentan(suseptibel)
yang tidak tercakuoimunisasi selama beberapa tahun ( 3- 5 tahun)sering terjadi KLB
campak.Distribusi kelompok umur pada KLBdengan cakupan imunisasi yang rendah
umumnya terjadipada kelompok umur 1-4 tahun dan 5 9 tahun,sedangkan pada beberapa
daerah dengan cakupan imunisasi tinggi dan merata cenderung bergeser padakelompok
umur yang lebih tua (10 14 tahun).
Untuk menilai dampak pelaksanaan program tersebut dan mencapai regional strategic
goal diperlukan surveilans campak yang baik agar dapat memberikan arahan kepada
program secara efektif dan efisien.pelaksanaan surveilans campak di Indonesia belum dapat
menggambarkan angka kematian campak . Bila cakupan imunisasi campak sebesar 80% di
Indonesis,maka diperkirakan terdapat 30.000 kematian campak pada tahun 2000.
Sejak dilakukan kampanye campak di Indonesia,angka kematian penderita campak
diharapkan menurun sehingga upaya program pemberantasan campak dari tahap reduksi
mulai diarahkan kepada tahap eliminasi dengan penguatan startegi imunisasi dan surveilans
berbasis kasus individu (case based). Surveilans campak berbasis kasus individual mulai
diintensifkan pada tahun 2007 ditingkat puskesmas.

1.2

RUMUSAN MASALAH
a) Apa pengertian Campak ?

1.3

b) Bagaimana aspek Klinis Campak?


Tujuan
Untuk mengetahui aspek Klinis Campak secara lebih dalam

1.4 Manfaat
Sebagai Informasi bagi pembaca tentang campak

BAB II. PENYAKIT CAMPAK

2.1 PENGERTIAN
Suatu penyakit virus akut yang sangat menular dengan gejala awal berupa demam,
konjungtivitis, pilek, batuk dan binti-bintik kecil dengan bagian tengah berwarna putih atau
putih kebiru-biruan dengan dasar kemerahan di daerah mukosa pipi (bercak Koplik). Tanda
khas bercak kemerahan dikulit timbul pada hari ketiga sampai ketujuh; dimulai di daerah
muka, kemudian menyeluruh, berlangsung selama 4-7 hari, dan kadang-kadang berakhir
dengan pengelupasan kulit berwarna kecoklatan. Sering timbul lekopenia. Penyakit lebih
berat pada bayi dan orang dewasa dibandingkan dengan anak-anak. Komplikasi dapat
terjadi sebagai akibat replikasi virus atau karena superinfeksi bakteri antara lain berupa otitis
media, pneumonia, laryngotracheobronchitis (croup), diare, dan ensefalitis.
Penyakit campak dikenal juga sebagai Morbili atau Measles,merupakan penyakit yang
sangat menular (infeksius),yang disebabkan oleh virus,90 % anak yang tidak kebal akan
terserang penyakit campak.Manusia diperkirakan satu-satunya reservoir,walaupun monyet
dapat terinfeksi tetapi tidak berperan dalam penyebaran.
Di seluruh dunia diperkirakan terjadi penurunan 56 % kasus campak yang dilaporkan
yaitu 852.937 kasus pada tahun 2000 menjadi 373.421 kasus pada tahun 2006,ini
disebabkan karena adanya peningkatan surveilans campak di Indonesia dan India.
Sejak vaksinasi campak diberikan secara luas terjadi perubahan epidemiologi campak
terutama di negeri berkembang.Dengan tingginya cakupan imunisasi,terjadi penurunan
campak dan pergeseran umur ke umur yang lebih tua.
Walau cakupan imunisasi cukup tinggi,KLB campak mungkin saja masih akan terjadi
yang diantaranya disebabkan adanya akumulasi anak-anak rentan ditambah 15 % anak
yang tidak terbentuk imunitas.
2.2 PENYEBAB
Paramyxoviridae (RNA),jenis morbillivirus yang mudah mati karena panas dan cahaya.
2.3 CARA DAN MASA PENULARAN
Melalui udara dengan penyebaran droplet, kontak langsung, melalui sekret hidung atau
tenggorokan dari orang-orang yang terinfeksi dan agak jarang melalui benda-benda yang
terkena sekret hidung atau sekret tenggorokan. Campak merupakan salah satu penyakit
infeksi yang sangat menular, puncak penularan pada saat gejala awal (fase prodromal),yaitu
pada 1-3 hari pertama sakit.
2.4 MASA INKUBASI
Masa inkubasi berlangsung sekitar 10 hari, tapi bisa berkisar antara 7-18 hari dari saat
terpajan sampai timbul gejala demam, biasanya 14 hari sampai timbul ruam. Jarang sekali
lebih lama dari 19-21 hari. IG untuk perlindungan pasif yang diberikan setelah hari ketiga
masa inkubasi dapat memperpanjang masa inkubasi.

2.5 GEJALA DAN TANDA-TANDA


a. Panas badan biasanya 38 derajat celcius selama 3 hari atau lebih,disertai salah
satu atau lebih gejala batuk,pilek,mata merahatau mata berair

b.
c.
d.

Khas (pathognomosis) ditemukan kopliks spot atau bercak putih keabuan dengan
dasar merah di pipi bagian dalam (mucosa bucal).
Bercak kemerahan / rash yang dimulai dari belakang telinga pada tubuh berbentuk
makulo papular selama 3 hari atau lebih,beberapa hari (4-7 hari) ke seluruh tubuh.
Bercak kemerahan makulo papular setelah 1 minggu samapi 1 bulan berubah
menjadi kehitaman (hiperpigmentasi) disertai kulit bersisik.Untuk kasus yang telah
menunjukkan hiperpigmentasi (kehitaman ) perlu dilakukan anamnesis dengan
teliti, dan apabila pada masa akut (permulaan sakit) terdapat gejala gejala
tersebut di atas maka kasus tersebut termasuk kasus campak klinis.

2.6 KOMPLIKASI
Sebagian besar penderita campak akan sembuh,komplikasi akan terjadi pada anak usia < 5
tahun dan penderita dewasa > 20 tahun. Kasus campak pada penderita malnutrisi dan
defisiensi vitamin A serta imun defisiensy (HIV), campak dapat menjadi lebih berat atau
fatal.
Komplikasi yang terjadi yaitu:

Diare

Bronchopneumonia

Malnutrisi

Otitis media

Kebutaan

Encephalitis

Measles encephalitis hanya 1/1000 penderita campak

Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE) hanya 1/100.000 penderita campak

Ulcus mucosa mulut


2.7 PENYEBAB KEMATIAN
Kematian penderita campak umumnya disebabkan karena komplikasinya seperti
bronchopneumonia,diare berat dan gizi buruk serta penanganan yang terlambat.
2.8 DIAGNOSA BANDING
a. Rubela (campak jerman),terdapat pembesaran kelenjar getah bening di belakang
telinga;
b. DHF atau DBD dalam 2 atau 3 hari bisa terjadi mimisan , turnicet test (rumple leed)
positif,perdarahan diikuti shock ,laboratorium menunjukkan trombosit lebihkecil
100.000/ml dan serologicpositif IgM DHF;
c. Cacar air (varicella),ditemukan vesiculla atau gelembung berisi cairan;
d. Alergi obat,kemerahan di tubuh setelah minum obat / disuntik disertaigatal-gatal;
e. Milaria ataukeringat buntet : gatal-gatal,bintik kemerahan.

2.9 PATOGENESIS
Campak adalah penyakit infeksi sistemik yang dimulai infeksi pada bagian epitel saluran
pernafasan di nasopharing.Virus campak dikeluarkan dari nasopharing mulai dari masa
prodromal sampai 3-4 hari setelah rash.

2.10 IMUNITAS
Infeksi alami karena penyakit campak cenderung menimbulkan antibodi lebih baik
dibanding antibodi yang terbentuk karena vaksinasi campak.Setelah terjadi infeksi
virus,maka terjadi respons seluler segera yang kemudian diikuti oleh respon imunitas pada
saat timbulnya rash.Bila pada seorang anak tidak terdeteksi adanya titer antibodi
campak,maka anak tersebut kemungkinan masih rentan.Penyembuhan terhadap penyakit
campak tergantung pada kemampuan reson dari T-cell yang adekuat.
Dengan adanya maternal antibodi,biasanya anak-anak akan terindung dari penyakit
campak untuk beberapa bulan,biasanya antibodi akan sangat berkurang setelah anak umur
6-9 bulan yang menyebabkan anak menjadi rentan terhadap penyakit campak. Suatu infeksi
dengan kadar virus yang tinggi kadangkala dapat melampaui tingkat perlindungan dari
materna antibodi sehingga anak dapat terserang penyakit campak pada umur 3-4 bulan.
Indonesia menggunakan vaksin beku- kering jenis life attenuated measles vaccines Cam-70
produksi PT. Biofarma. Puncak dari pembentukan antibodi terjadi 21-28 hari setelah
pemberian vaksinasi atau setelah terinfksi virus campak. Untuk sebagian besar individu
imunitas akan terjadi seumur hidup (life long) begitu juga imunitas yang terbentuk akibat
terserang penyakit campak.
Vaksin efikasi campak pada anak yang mendapatkan vaksin pada usia 9 bulan
sebesar 85%, pada anak yang menerim vaksin campak pada usia 12 bulan sebesar 95%
dan pada anak usia 15 bulan sebesar 98%.
Imunisasi campak sebagai persyaratan bagi anak-anak yang akan masuk sekolah dan
bagi anak-anak pada pusat penitipan anak sampai dengan mahasiswa perguruan tinggi,
telah terbukti efektif dalam penanggulangan campak, di sekolah-sekolah walaupun cakupan
imunisasi pada anak-anak tersebut mencapai lebih dari 95% tingkat kekebalan yang lebih
tinggi dibutuhkan untuk mencegah timbulnya KLB. Hal ini dapat dicapai melalui imunisasi
ulang yang diberikan secara rutin sebagai persyaratan untuk memasuki sekolah.
2.11 Distribusi penyakit
Sebelum kegiatan imunisasi dilakukan secara luas, campak sering terjadi pada masa kanakkanak, lebih dari 90% penduduk telah terinfeksi pada saat mereka mencapai usia 20 tahun;
sedikit sekali orang yang terbebas dari serangan campak selama hidupnya. Campak
endemis di masyarakat metropolitan dan mencapai proporsi untuk terjadi KLB setiap 2-3
tahun. Pada kelompok masyarakat dan daerah yang lebih kecil, KLB cenderung terjadi lebih
luas dan lebih berat. Dengan interval antar KLB (honeymoon period) yang lebih panjang
seperti yang terjadi di daerah Kutub Utara dan di beberapa pulau tertentu, KLB campak
sering menyerang sebagian penduduk dengan angka kematian yang tinggi. Pada umumnya
campak hanya menyerang anak-anak yang tidak diimunisasi atau anak-anak yang lebih
besar, remaja atau dewasa muda yang hanya menerima vaksin satu dosis.

2.12 PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI

Penyelidikan KLB campak bertujuan untuk mengetahui gambaran epidemiologi


KLB,berdasarkan waktu kejadian,umur,dan status imunisasi penderita,sehingga dapat
diketahui luas wilayah yang terjangkit dan kelompok yang teresiko.Di samping itu juga untuk
mendapatkan faktor resiko terjadinya KLB sehingga dapat dilakukan tindak lanjut.
a) Definisi Operasional KLB Campak
Suatu kondisi dinyatakan KLB campak apabila terdapat kasus campak di suatu wilayah
yang melebihi dari kondisi biasa,seperti meluasnya wilayah yang terjangkit dan
meningkatnya jumlah populasi yang terserang,atau adanya kematian karena
campak.Keadaan ini memerlukan kegiatan ekstra untuk tindakan penanggulangan yang
membutuhkan sumber daya yang lebih besar (tenaga,dana dan sarana).
Bagi negara yang telah menyelesaikan kampanye campak,maka surveilans campak
harus dilaksanakan lebih sensitif,oleh sebab itu WHO merekomendasikan KLB campak
yaitu : 5 kasus campak/ 100.000 pupulasi.
Di Indonesia walaupun kampanye campak sudah dilaksanakan namun kriteria yang
ditetapkan WHO masih sulit diterapkan.Hal ini disebabkan oleh populasi 100.000
kemungkinan terdistribusi di 3 puskesmas dan kasus campak masih cukup tinggi,maka
secara operasional akan sulit.Untuk memudahkan operasional di lapangan,maka definisi
KLB campak ditetapkn sebgai berikut :
Adanya 5 atau lebih klinis dalam waktu 4 minggu
berturut-turut yang terjadi mengelompok dan
dibuktikan adanya hubungan epidemiologi
Tapi sebagai kebijakan untuk mewaspadai adanya KLB campak jika ada 5 kasus dalam
satu wilayah puskesmas dalam kurun waktu 4 minggu maka dapat diambil specimennya
untuk membuktikan apakah merupakan kasus campak atau bukan.
b) Tujuan Penyelidikan Epidemiologi
1. Tujuan Umum
Mengetahui penyebab terjadinya KLB,luas wilayah terjangkit dan mencegah
penyebaran yang lebih luas.
2. Tujuan Khusus
Mengetahui karakteristik epidemiologi KLB menurut umur,waktu,tempat dan
status imununisasi,status gizi serta risiko kematiannya.
Mengidentifikasi populasi dan wilayah resiko tinggi untuk mengevaluasi dan
merumuskan strategi program imunisasi
Meramalkan terjadinya KLB yang akan datang untuk diambil tindakan
Memastikan terlaksananya penyelidikan KLB sesuai yang ditetapkan
Mengidentifikasi dan merekomendasikan respon imunisasi
c) Langkah-Langkah Penyelidikan
Konfirmasi awal KLB
Petugas surveilans puskesmas atau penanggung jawab surveilans melakukan
konfirmasi awal untuk memastikan terjadinya KLB campak dengan cara :
Revisi registerpuskesmas untuk melihat jumlah kasus pada wilayah
dugaan KLB
Wawancara dengan petugas puskesmas lainnya dan beberapa
pengunjung puskesmas pada saat penyelidikan untuk mengetahui
adanya kasus campak di daerah tempat tinggal mereka
Mengirimkan laporan W1 / telepon ke Dinkes Kabupaten / Kota
apabila benar terjadi KLB dalam waktu 1 x 24 jam
Pelaporan Segera KLB

Puskesmas :Apabila puskesmas telah mengidentifikasi adanya KLB campak


sesuai kriteria KLB campak,maka dalam waktu 1x24 jam dilaporkan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan sms atau telepon yang
diikuti dengan laporan W1.Selanjutnya laporan hasil penyelidikan KLB dikirim
setelah selesai penyelidikan.
Kabupaten/Kota : Setelah adanya laporan KLB dari puskesmas,dalam waktu
1x24 jam kabupaten/kota menginformasikan ke Dinas Kesehatan
Propinsi,dapat dilakukan menggunakan sms atau telepon yang diikuti laporan
W1.
Propinsi: Setelah laporan KLB diterima di propinsi,Dinas Kesehatan Propinsi
meneruskan laporan tersebut ke Ditjen PP&PL Depkes Cq Subdit Surveillans
dengan cara yang sama dalam waktu 1x24 jam.
Persiapan Penyelidikan
Persiapan lapangan,meenginformasikan adanya KLB campak kepada
masyarakat,tokoh masyarakat,lurah,RT,RW dll
Persiapan formulir penyelidikan
Persiapan tim Kabupaten/Kota dan apabila diperlukan dapat
mengikutsertakan dokter ahli anak Rumah Sakit dan tim propinsi atau
pusat.
Persiapan vitamin A,antibiotic dan antipiretik
Persiapan pengambilan specimen darah oleh puskesmas atau
petugas Kabupaten/Kota
Mencari kasus tambahan (Kunjungan Rumah ke Rumah)
Kunjungan rumah ke rumah bertujuan untuk mencari kasus
tambahan,populasi teresiko (population at risk) dan mereviev status
imunisasi campak pada populasi di daerah KLB.
Luas wilayah yang dikunjungi :
Apabila kasus mengelompok di satu RW,maka semua
rumah di RW tersebut dikunjungi(house to house)
Apabila kasus menyebar di beberapa RW,atau kelurahan
atau desa maka kunjungi maka kunjungi seluruh rumah di
wilayah administrasi terkecil (RT) di wilayah kasus tersebut.
Dalam epidemiologi,penentuan luas wilayah penyelidikan
tergantung berbagai factor seperti :mobilitas,kepadatan
penduduk,kondisi yang membatasi wilayah dll.
Tata cara kunjungan rumah ke rumah
Semua rumah sesuai criteria diatas harus dikinjungi walaupun tidak
ada kasus campak,untuk memastikan tidak ada kasus yang lolos dan
mendapatkan populasi beresiko (at risk).Pada saat kunjungan rumah
lakukan :
Jelaskan kepada orangtua tentang maksud kedatangan
dan gejala,bahaya dan cara pencegahan penyakit campak
Tanyakan apakah ada anak yang menderita campak
selama 1 bulan terakhir dengan menyebutkan tanda-tanda
campak dan catatdalam formulir
Tanyakan semua anak di bawah umur 15 tahun yang tidak
sakit campak,juga status imunisasi campaknya dan catat
pada formulir .Dimaksudkan untuk mendapatkan angka

populasi rentan serta populasi teresiko dan memprediksi


status imunisasi populasi di daerah KLB tersebut,
Berikan vitamin A kepada anak yang menderita campak
pada saat kunjungan dan dosis kedua pada hari
berikutnya.Jelaskan kepada orangtua tentang kegunaan
vitamin A.
Apabila ada komplikasi,segera rujuk ke puskesmas
terdekat dan apabila penyakit cukup berat,rujuk ke rumah
sakit.
Minta orangtua untuk segera melaporkan ke petugas
kesehatan apabila ada kasus baru atau komplikasi.
Mengumpulkan Informasi Faktor Resiko
Informasi factor resiko dikumpulkan agar dapat diketahui penyebab terjadinya
KLB menggunakan formulir yang meliputi:
Cakupan imunisasi campak di tingkat puskesmas dan desa terjangkit
selama 3-5 tahun terakhir
Informasi keterjangkauan ke pelayanan kesehatan
Ketenagaan,ketersediaan vaksin dan penyimpanan vaksin
Status gizi masyarakat secara umum,daerah kumuh atau padat

Pengambilan specimen
Karena gejala klinisnya yang sering menyerupai penyakit infeksi virus
lainnya,maka untuk menegakkan diagnosa pasti dari suatu kasus klinis
campak adalah melalui pemeriksaan laboratorium.Adapun pemeriksaan
laboratorium campak di Indonesia :
Pemeriksaan Seriologi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk membantu menegakkan diagnose
dengan mendeteksi adanya antibody spesifik dari virus campak.
Isolasi Virus
Pemeriksaan ini bertujuan ini untuk identifikasi virus campak dan
pemeriksaan genotype ataupun epidemiolgi molecular (tetapi bukan
untuk diagnose),jumlah virus campak optimal dalam urine penderita
pada hari 1-5 hari timbulnya rash.
Virus
campak
dapat
diisolasi
dari
specimen
urin,nasopharyngeal,hapus tenggorok dan limfodit darah tepi.

Pengolahan dan Analisis data


Kegiatan surveilans bertujuan untuk mempelajari gambaran epidemiologi dari
kasus campak,sehingga dapat menjawab pertanyaan who,where,when,why
dan how.Bila pertanyaan tersebut tersebut tidak bias dijawab oleh data
surrveilans,maka fungsi surveilans telah gagal dalam memberikan informasi
tentang adanya suatu masalah kesehatan.

Who (Person) : orang yang terserang dapat didasarkan kepada kelompok


umur,jenis kelamin,status imunisasi,atau status gizi penderita campak.
Where (Place) : Tempat kejadian bias berdasarkan rw,desa,kecamatan atau
kabupaten/kota.
When (Time) : waktu kejadian penyakit yang bias ditetapkan berdasarkan
minggu,bulan,atau tahun.
Why (kenapa) : Mengapa KLB atau terjadi peningkatan kasus,hal ini lebih
mengarah pada analysis factor resiko seperti masalah program
imunisasi,keterjangkauan ke fasilitas kesehatan oleh masyarakat,status gizi .
How (Bagaimana): Apabila masalah sudah dapat diketahui,maka tindakan
selanjutnya adalah merumuskan upaya penanggulangan dalam mengatasi
tersebut yang akan direkomendasikan kepada program imunisasi.
Pengolahan dan Analisis Data Rutin
Pengolahan dan analisa data dilakukan di setiap tingkat mulai
puskesmas,kabupaten/kota,propinsi maupun nasional.Contoh analisis
data bias menurut waktu(time),tempat(place),orang(person)
Analisis data KLB
Analisis data KLB hamper sama dengan analisis data rutin,prinsip
time,place,dan
person
yang
akan
menjawab
pertanyaan
siapa,kapan,dimana,mengapa dan bagaimana suatu kejadian KLB
akan dapat memberikan masukan kepada program imunisasi.Oleh
sebab itu tidak boleh ada dari komponen diatas yang tidak bias
dijawab agar hasil investigasi secara tepat dapat mengarahkan
program dalam upaya penanggulangan.
Penulisan Laporan KLB
Setelah selesai melakukan penyelidikan KLB maka buat laporan tertulis
tentang hasilinvestigasi dan perkembangan KLB yang mencakup

Latar belakang yang mencakup riwayat KLB dan gambaran umum


daerah
terserang
(urban,rural,sarana
pelayanan
kesehatan,ketenagaan,status gizi masyarakat secara umum.
Meodologi
Analisisa kasus campak
Analisa pelaksanaan program imunisasi (manajemen,logistic,cakupan)
Upaya yang sudah dilakukan seperti pengobatan,pemberian vitamin
A,penyuluhan maupun pemeriksaan laboratorium
Kesimpulan dan rekomendasi
Pencatatan dan Pelaporan KLB
Laporan Segera
Puskesmas (sms/telp) (1x24 jam)kabupaten
Kabupaten (sms/telp) (1x24 jam )propinsi
Propinsi (sms/telp) (1x24 jam) Subdit surveilan

2.13 Penanggulangan KLB Campak


Penanggulangan KLB campak didasarkan analisis dan rekomendasi hasil penyelidikan
KLB campak dilakukan sesegera mungkin untuk meminimalisasi jumlah penderita

Tujuan penanggulangan KLB Campak


Menurunkan frekwensi kasus dengan cara mempercepat pemutusan rantai penularan
Mencegah komplikasi dan kematian
Mencegah penularan KLB ke wilayah lain
Memperpendek periode KLB
Langkah langkah Penanggulangan
Tatalaksana Kasus
Tatalaksana kasus di lapangan dilakukan oleh tim investigasi yang meliputi
Pengobatan
penderita
yang
tidak
komplikasi
(antipiretik)
Bagi penderita yang tidak komplikasi maka beri pengobatan simptomatik seperti
antipiretik untuk menurunkan suhun tubuh penderita,minta orangtua untuk
merawat anaknya di rumah dan terus menyusui bagi bayi yang masih menyusui
ibunya serta memberikan makanan cukup gizi dan memberi minum air putih.
Pemberian Vitamin A
Vitamin A dosis tinggi diberikan kepada penderita usia 6-5 tahun dengan ketentuan
sbb:
Diberikan sebanyak 2 kapsul yaitu kapsul pertama diberikan saat penderita
ditemukan ,kapsulmkedua diberikan keesokan harinya sesuai umur penderita.
Bagi penderita campak yang berumur < 6 bulan yang mendapatkan ASI,tidak perlu
diberikan vitamin A,karena kebutuhan vitamin A sudah terpenuhi melalui
ASI.Sehingga ibu nifas perlu diberikan kapsul vitamin A .
Bila ada komplikasi pada mata,maka berikan vitamin A dosis ketiga,2 minggu
kemudian.
Pengobatan penderita dengan komplikasi di puskesmas
Penderita dengan komplikasi diberikan antibotika yang disesuaikan dengan jenis
komplikasi.
Merujuk Penderita
Penderita harus segera dirujuk apabila menunjukkan gejala :
Kondisi secara umum memburuk
Nafas cepat atau susah bernafas
Diare berat yang menunjukkan gejala dehidrasi,tidak mau minum
Nadi cepat,mulut merah,semua makanan dimuntahkan
Penderita kejang
Mata nyeri dan kabur atau perubahan penglihatan
Imunisasi
Vaksin campak yang mengandung virus yang dilemahkan adalah vaksin pilihan
digunakan bagi semua orang yang tidak kebal terhadap campak, kecuali ada
kontraindikasi. Pemberian dosis tunggal vaksin campak hidup (live attenuated)
biasanya dikombinasikan dengan vaksin hidup lainnya (mumps, rubella), dapat
diberikan bersama-sama dengan vaksin yang diinaktivasi lainnya atau bersama-sama
toksoid; dapat memberikan imunitas aktif pada 94-98% individu-individu yang rentan,
kemungkinan kekebalan yang timbul dapat bertahan seumur hidup, kalaupun terjadi
infeksi maka bentuk infeksinya 347 sangat ringan atau infeksi tidak nampak dan tidak
menular. Dosis kedua vaksin campak dapat meningkatkan tingkat kekebalan sampai
99%. Sekitar 5-15% dari orang setelah divaksinasi menunjukkan gejala kelesuan dan
demam mencapai 39.4C (103F). gejala ini muncul antara 5-12 hari setelah
diimunisasi, biasanya akan berakhir setelah 1-2 hari, namun tidak begitu mengganggu.
Ruam, pilek, batuk ringan dan bercak Koplik kadang-kadang juga dapat timbul. Kejang

demam dapat pula timbul, namun sangat jarang dan tanpa menimbulkan gejala sisa.
Insidensi tertinggi terjadinya kejang demam adalah pada anak-anak dengan riwayat
atau keluarga dekat (orang tua atau saudaranya) mempunyai riwayat kejang demam.
Ensefalitis dan ensefalopati pernah dilaporkan terjadi setelah diimunisasi campak
(kejadiannya kurang dari 1 kasus per 1 juta dosis yang diberikan). Di Indonesia
kejadian-kejadian seperti ini dipantau oleh Pokja KIPI (Kejadian Ikutan Paska
Imunisasi).
Penyimpanan dan pengiriman vaksin: Imunisasi bisa tidak memberikan perlindungan
apabila vaksin tidak ditangani atau disimpan dengan benar. Sebelum dilarutkan, vaksin
campak disimpan dalam keadaan kering dan beku, relatif stabil dan dapat disimpan di
freezer atau pada suhu lemari es (2-8C; 35,6-46,4F) secara aman selama setahun
atau lebih. Vaksin yang telah dipakai harus dibuang dan jangan dipakai ulang. Baik
vaksin beku-kering atau yang sedang dipakai dilapangan harus dilindungi dari sinar
ultraviolet yang lama karena dapat menyebabkan virus menjadi tidak aktif.
Respon imunisasi pada KLB campak dapat dilakukan sebagai berikut
Imunisasi selektif dengan cara :
o Meningkatkan cakupan imunisasi rutin di desa terjangkit dan sekitarnya
,upayakan cakupan 100%
o Lakukan imunisasi campak kepada seluruh anak usia 6 bulan 5 tahun
yang tidak mempunyai riwayat imunisasi campaklisan maupun berdasarkan
kartu atau catatan yang berkunjung ke puskesmas maupun posyandu
hingga 1 bulan dari kasus terakhir.
Selanjutnya lakukan evaluasi, apabila KLB berlanjut ,konsultasikan dengan subdit
surveilans /imunisasi Pusat/Provinsi, untuk mempertimbangkan pelaksanaan imunisasi
massal diwilayah KLB dan desa sekitarnya yang mempunyai hubungan epidemiologi
(desa yang terserang) upayakan cakupan 100%.
Pemberian Imunisasi campak masal yaitu memberikan imunisasi campak
secara massal kepada seluruh anak pada golongan umur tertentu tanpa
melihat status imunisasi anak tersebut.Golongan umur dan luas wilayah yang
menjadi sasaran sesuai dengan hasil kajian epidemiologi .
Hal- hal yang menjadi pertimbangan antara lain
o Cakupan imunisasi nya rendah
o Mobilitas tinggi
o Rawan Gizi
o Pengungsi dan daerah padat dan kumuh
Pelaksanaan imunisasi massal ini harus dilaksanakan sesegera mungkin,
sebaiknya pada saat daerah tersebut diperkirakan belum terjadi penularan
secara luas. Selanjutnya cakupan imunisasi rutin tetap dipertahankan tinggi dan
merata

Penyuluhan
Masyarakat diingatkan akan bahaya penyakit campak dan pentingnya imunisasi
dan makanan cukup gizi.
Segera membawa anaknya ke fasilitas kesehatan bila ada gejala panas

Mencegah kematian dan komplikasi dengan pemberian vitamin A


Memberikan imunisasi pada bayi umur 9 bulan di posyandu dan Puskesmas

You might also like