Professional Documents
Culture Documents
LCD
Slide proyector
APPENDEKTOMI LAPAROSKOPIK
INTRODUKSI
Definisi :
.. ( mohon diisi )
Ruang lingkup :
.. ( mohon diisi )
Apendisitis akut dan appendicitis kronik
Penderita appendicitis yang obese
Wanita usia reproduktif dimana suatu proses patologi pada tuba dan ovarium bisa
menyerupai appendicitis.
Kontra indikasi operasi
- Wanita dengan kehamilan trimester kedua dan ketiga
- Telah terjadi peritonitis
Diagnosis Banding
- Mesenterik adenitis akut
- Gastroentritis akut
- Penyakit urogenital pada laki-laki seperti torsio testis, epididimitis akut, seminal
vesikulitis
- Meckels divertikulitis
- Intususepsi
- Enteritis Crohn
- Ulkus peptikum perforasi
- Lesi pada kolon (divertikulitis, perforasi karsinoma caecum)
- Appendagitis epiploik
- Infeksi saluran kemih
- Batu ureter
- Peritonitis primer
- Purpura Henoch-Schonlein
- Yersinosis
- Kelainan ginekologik: PID, ruptur folikel de Graaf, KET, Kistoma ovarii terpuntir
Pemeriksaan penunjang
- Foto thoraks
- USG abdomen
- CT Scan
Setelah memahami, menguasai dan mengerjakan modul ini maka diharapkan seorang
dokter ahli bedah mempunyai kompetensi operasi appendektomi laparoskopik serta
penerapannya dapat dikerjakan di RS Pendidikan dan RS jaringan pendidikan.
Kompetensi terkait dengan modul
Tahapan Bedah Dasar (semester I-III)
Persiapan pra operasi :
Anamnesa
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Informed consent
Penyakit lain
Apendektomi
Tindakan yang sesuai
Perjalanan alami apendisitis
Apendisitis local / mukosa
Apendisitis flegmonosa
Appendisitis gangrenosa
Perforasi
Periapendikular mass
Abses apendik
Tehnik operasi
1. Penderita dalam posisi supine dan dalam narkose
2. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada dada bagian bawah dan seluruh
abdomen.
3. Dilakukan insisi transversal di bawah umbilikus sepanjang 10-12 mm, incisi
diperdalam secara tajam dan tumpul sampai tampak linea alba.
4. Linea alba dipegang dengan klem dan diangkat, dibuat incisi vertikal sepanjang 10
mm
5. Dengan trocart peritoneum ditembus dan dimasukkan port 10 mm lalu dimasukkan
CO2 ke dalam cavum abdomen untuk menimbulkan pleuroperitoneum sehingga
abdomen cembung.
6. Melalui port umbilikal dimasukkan videoscope ke dalam cavum abdomen.
7. Dua buah trocart dimasukkan dengan memperhatikan secara langsung tempat
penetrasi intra abdomen.
Trocart pertama dimasukkan di kuadran kiri bawah di sebelah lateral m rectus
abdominis, kemudian dipasang port 5 mm.
Trocart kedua dimasukkan pada linea mediana di daerah suprapubis dengan
menghindari kandung kemih, kemudian dipsang port 5 mm
8. Posisi penderita diubah menjadi Trendelenburg dan sedikit miring ke kiri
9. Dengan forcep messoappendik dipegang
10. Dengan alat diseksi, messoappendik pada basis appendik dibuka kemudian dilakukan
transeksi dan dilakukan stapling atau diikat dengan lasso.
11. Dilakukan pemasangan dua buah lasso pada basis appendik, kemudian appendik
dipotong di antara kedua lasso dengan alat diseksi.
12. Appendix dipegang dengan grasper pada bagian pangkal dan dikeluarkan melalui port
umbilikus
13. Daerah appendik dicuci dan diperiksa keadaan caecum dan ileum
14. Port 5 mm dicabut dengan dilihat langsung melalui videoscope untuk meyakinkan
tidak terjadi perdarahan dari pembuluh darah dinding abdomen
15. Port umbilikus dicabut dan fascia dijahit kembali.
Mortalitas
Angka kematian pasca appendektomi laparoskopik 0,06%.
Perawatan pasca bedah
Pasca bedah penderita dirawat di ruangan 3-4 hari, diobservasi komplikasi seperti nyeri
pasca operasi, gangguan motilitas usus. Setelah pasase usus baik penderita bisa mulai
diet per oral.
Kata kunci: appendicitis akut, appendicitis kronis, appendektomi laparoskopik
No
Kasus ke
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Pre operasi
Informed consert
Laboratorium
Pemeriksaan tambahan
Antibiotik profilaksis
Cairan dan darah
Persiapan local daerah operasi
Operasi
Operasi
Posisi penderita
Peralatan dan instrument operasi khusus
Prosedur operasi sesuai kaidah bedah digestif
Pasca bedah
Komplikasi dan penangannya
Pengawasan terhadap ABC