Professional Documents
Culture Documents
Namun
perkembangan teknologi dan industri akibat pengaruh globalisasi, banyak membawa
perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat. Salah satunya ialah perubahan pola
konsumsi makanan yang dapat menimbulkan permasalahan obesitas. (Chapman, C.D. et al.,
2012)
Masalah obesitas di dunia telah mencapai tingkat yang membahayakan. Dalam data
National Obesity Forum di Amerika Serikat bahwa kematian akibat obesitas terus mengalami
peningkatan. Dari data tersebut diketahui juga bahwa prevalensi obesitas di kalangan orang
dewasa, remaja, serta anak-anak menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga orang dewasa dan
hampir 17 % anak-anak dan remaja mengalami obesitas pada tahun 2009-2010.
Kasus obesitas juga menjadi masalah besar terutama pada anak-anak di negara-negara
yang ekonominya telah maju dan berkembang. Di Singapura misalnya, 13 % anak-anak usia
sekolah ( 6-12 tahun ) mengalami kegemukan atau obesitas. Situasi yang sama terjadi di
Malaysia, Hong Kong , dan juga masyarakat Indonesia di daerah perkotaan. (Ian Campbell,
2012)
Apa itu obesitas ? Obesitas didefinisikan oleh WHO sebagai akumulasi lemak yang
abnormal atau berlebihan yang berpeluang menimbulkan beberapa resiko kesehatan pada
seseorang individu. Menurut (Barone Gibbs, B. et al., 2012) obesitas meningkatkan resiko
penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan beberapa jenis kanker . Karena banyaknya resiko yang
dapat ditimbulkan oleh obesitas pencegahan sedini mungkin sangat dianjurkan agar kita
terhindar dari obesitas. Menurut Rika Hardani (2002) obesitas timbul karena jumlah kalori
yang masuk melalui makanan lebih banyak daripada kalori yang digunakan, bila keadaan ini
berlangsung dalam jangka panjang akan mengakibatkan penumpukan jaringan lemak yang
berlebihan dalam tubuh sehingga menimbulkan obesitas. Esai ini penulis akan mencoba
membahas tipe-tipe obesitas serta cara pencegahan obesitas melalui pola makan yang sehat.
Menurut Yekti Mumpuni (2010) tipe obesitas berdasarkan keadaan sel lemak dibagi
menjadi tiga tipe: yaitu Tipe Hyperplastik, Tipe Hypertropik dan Tipe gabungan (Tipe
Hyperplastik dan Hypertropik). Tipe Hyperplastik terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih
dibandingkan keadaan normal tetapi ukuran sel-selnya tidak bertambah besar. Biasanya
terjadi pada masa anak-anak. Tipe Hypertropik terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih
besar dibandingkan dengan keadaan normal, tetapi jumlah sel tidak bertambah banyak dari
normal. Biasanya terjadi pada usia dewasa.Tipe gabungan (Tipe Hyperplastik dan
Hypertropik) terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak melebihi batas normal.
1
Pembentukan sel lemak baru terjadi segera setelah derajat hypertropik mencapai maksimal
dengan perantaraan suatu sinyal yang dikeluarkan oleh sel lemak yang mengalami
hypertropik. Tipe ini bisa dimulai dari anak-anak dan berlangsung terus sampai dewasa.
Semakin banyak lemak di dalam tubuh, maka tingkat kegemukan semakin besar.
Body
Mass
Index
(BMI)
atau
Indeks
Masa
Tubuh
(IMT)
digunakan
untuk
mengklasifikasikan berat tubuh seseorang dan menentukan seberapa besar seseorang dapat
terkena resiko penyakit tertentu terkait dengan berat badannya.
Tabel 1.1: Klasifikasi BMI Menurut WHO untuk Penduduk Asia Dewasa (IOTF, WHO 2000)
Kategori
Underweight
(Kekurangan
BMI (kg/m2)
<18,5 kg/m)
Resiko Comorbiditas
Rendah (tetapi resiko terhadap
berat
badan)
Normal
At Risk
Obese I (Obesitas I)
Obese II (Obesitas II)
masalah-masalah
klinis
lain
meningkat)
Rata-rata
Normal tinggi
Obesitas sedang
Obesitas berbahaya
18,5-22,9( kg/m)
23,0-24,9 (kg/m)
25,0-29,9( kg/m)
>30,0-29,9 (kg/m)
Dari tabel ini, dapat diketahui bahwa: Berada di kisaran normal jika BMI antara 18,5 dan 25
(kg/m), kelebihan berat badan jika BMI adalah antara 25 sampai 30 (kg/m), mengalami
obesitas jika BMI 30 atau lebih tinggi, mengalami obesitas berbahaya jika BMI 35 atau lebih.
BMI dapat dihitung dengan cara membagi berat badan dalam kilogram dengan
Berat (kg )
2
Tinggi (m ) . Dengan mengetahui nilai BMI,
selanjutnya kita bisa mengambil langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menjaga
kesehatan dan terhindar dari obesitas (Rina Nurmalina dan Bandung valley 2011).
Sering tidak disadari bahwa gaya hidup seseorang terutama pola makanlah yang
paling memicu terjadinya obesitas. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Yekti Mumpuni
dan Ari Wulandari (2010) bahwa terlalu banyak mengkonsumsi makanan akan menyebabkan
penambahan berat badan terutama jika makanan yang dikonsumsi banyak mengandung lemak
dan gula, misalnya makanan siap saji, makanan yang digoreng, dan manisan. Sehingga
penerapan pola makan yang sehat sangat dibutuhkan untuk mencegah obesitas.
Lalu bagaimanakah pola makan yang sehat ? pola makan yang sehat harus
memenuhi nutrisi yang cukup bagi tubuh. Nutrisi berasal dari makanan yang diserap tubuh
yang berguna untuk pertumbuhan sel serta memeberikan energi pada tubuh agar bisa bekerja
2
dengan baik. Unsur pokok nutrisi digolongkan menjadi dua, yaitu makronutrien
dan
sayuran.
Selain itu tubuh kita juga memerlukan serat, serat berfungsi untuk menjaga sistem
pencernaan. Mengkonsumsi serat dalam jumlah yang tepat dapat membantu mencegah
obesitas sehingga kebutuhan serat yang dianjurkan perhari adalah 25 g atau 13 g/ 1000 kalori
makanan yang dikonsumsi.Golongan bahan makanan yang mengandung serat ialah bijibijian, kacang-kacangan dan sayur-sayuran. Tubuh kita sebagian besar terdiri dari air, kirakira 60%, dari berat badan. Sehingga dianjurkan minum air minimal 2 liter perhari. (Lanny
Dewi, 2011)
Sedangkan menurut pendapat Rina Nurmalina dan Bandung Valley (2011) cara
mengontrol ukuran porsi makanan dalam mengatur pola makan yang sehat adalah makanan
yang mengandung Karbohidrat 6-11 porsi sehari, Sayuran dan buah-buahan 5 porsi, Protein
2-3 porsi sehari, Sedangkan untuk Lemak, minyak dan gula tidak ada jumlah yang
direkomendasikan, namun dalam mengkonsumsinya harus dibatasi.
Selain itu menurut Baliwati (2004) dalam PUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang)
dalam mengatur pola makan sehat yang berguna untuk mencapai dan mempertahankan status
gizi dan kesehatan yang optimal, perlu memperhatikan keseimbangan antara karbohidrat,
lemak dan protein yang kita konsumsi sesuai dengan kebutuhan energi, makan makanan
yang aman bagi kesehatan serta membaca label makanan yang dikemas.
Jadi pengaturan pola makan yang sehat dapat mencegah resiko terkena obesitas atau
kelebihan berat badan. Obesitas dapat mempengaruhi penampilan dan kinerja tubuh serta
meningkatkan resiko untuk mengidap berbagai penyakit. Penerapan pola makan seperti
melengkapi nutrisi makanan yang sehat serta memperhatikan proporsi yang seimbang dalam
kehidupan sehari-hari diharapkan dapat