Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Kelompok PBP 3D
A2012
Devi Ayu Kumalasari
131211131096
Nailiyatul Faricha
131211131102
Trisca Hapriliyaningtyas
131211132007
131211132013
Rifky Octavia P.
131211132019
2015
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Project Based Learning Keperawatan
Perkemihan dengan judul Telaah Literatur Intervensi Masalah Keperawatan
Ketidakseimbangan Elektrolit (Hiperkalemia) Pada Pasien Dengan Ckd Stage V.
Penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Imam Maarif sebagai pasien yang senantiasa memberikan ijin kami
untuk melakukan perawatan kepada beliau di ruang Pandan II RS dr. Soetomo
2. Bapak Joko selaku pembimbing ruangan Pandan II RS dr. Soetomo yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan kepada kami selama kami PBP di ruangan.
3. Bu Ika Yuni W., S.Kep.,Ns., M.Kep., Sp MB sebagai dosen penanggung jawab
Mata Kuliah Keperawatan Perkemihan yang senantiasa memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyelesaian makalah ini,dan
4. Semua pihak yang telah bekerja sama serta membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Penulis
berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jurnal masalah keperawatan hiperkalemia dengan intervensi regimen diet yang
harus dipatuhi oleh pasien........................................................................................19
Tabel 2.2 Komposisi kadar kalium dalam makanan.................................................................24
Tabel 2.3 Makanan yang mengandung kalium dari beberapa menu yang diketahui perawat...25
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Hiperkalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum lebih atau sama dengan
5,5 mEq/L terjadi karena peningkatan masukan kalium, penurunan ekskresi urine
terhadap kalium, atau gerakan kalium keluar dari sel-sel. Hiperkalemia akut adalah
keadaan gawat medik yang perlu segera dikenali dan ditangani untuk menghindari
disritmia dan henti jantung yang fatal. Biasanya konsentrasi kalium yang tinggi adalah
lebih berbahaya daripada konsentrasi kalium yang rendah. Konsentrasi kalium darah yang
lebih dari 5.5 mEq/L akan mempengaruhi sistem konduksi listrik jantung. Bila
konsentrasi yang tinggi ini terus berlanjut, irama jantung menjadi tidak normal dan
jantung akan berhenti berdenyut.
Hiperkalemia pada HD dapat disebabkan oleh penurunan ekskresi kalium akibat
gangguan fungsi ginjal, asupan kalium dalam diet yang berlebihan, dialisis yang tidak
adekuat, interval interdialitik yang lama, puasa berkepanjangan, efek postdialysis
rebound, serta akibat efek beberapa obat, misalnya diuretik hemat kalium, penyekat beta
nonselektif, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), dan obat yang memblok sistem
renin-angiotensin. Menurut sumber dari HJ Kim, et al. Kor J Nephrol : 19, 2000
dinyatakan bahwa Frekwensi hiperkalemia pada Predialisis Plasma Potassium dengan
interval interdialisa 72 jam adalah 25% dengan kadar kalium > 5.5 mEq/L dan 10.7 % >
6 mEq/L, sedangkan pada interval interdialisa 48 jam di temukan 8.9% > 5.5 mEq/L.
Gejala dan tanda hiperkalemia dapat berupa kram otot (dapat berkembang menjadi kelemahan otot hingga paralisis), cenderung mengantuk, penurunan tekanan darah,
perubahan pada EKG, disritmia, kram abdominal, diare, dan oliguria, jelas Sung. Perubahan pada EKG yang harus dicermati adalah gelombang T yang tinggi dan hilangnya
gelombang P (kadar kalium 6-7 mEq/L), kompleks QRS yang melebar (kadar kalium 8
mEq/L), aritmia ventrikular (kadar kalium 9 mEq/L), hingga asistol (kadar kalium > 10
mEq/L). Staf Divisi Renal Departemen Penyakit Dalam Gangnam Severance Hospital,
Korea Selatan, ini kemudian melanjutkan, Pada algoritma penatalaksanaan hiperkalemia,
setelah terbukti kadar kalium serum meningkat (>6 mEq/L) atau terdapat perubahan pada
EKG, pasien diberikan 10-20 mL kalsium glukonas 10%, 10 unit insulin reguler, dan 50
mL glukosa 50% sebagai terapi awal dengan awitan kerja yang cepat. Pasien juga
diberikan albuterol nebulizer dan sodium bikarbonat dengan waktu awitan 15-30 menit.
Sebagai terapi jangka panjang, dapat diberikan kation resin pengganti. Dengan
1
pemberian kation resin pengganti dicampur dengan air, secara signifikan dapat
menurunkan serum potassium dalam waktu 24 jam.
Akan tetapi, dalam menghadapi hiperkalemia, terapi kation resin pengganti
(cation resin exchange) sering menjadi modalitas terapi yang terlupakan. Hal itu
digarisbawahi oleh Prof. Dr. Rully M.A. Roesli, PhD, SpPD-KGH. Kamel dan Wei, 2003,
menyampaikan bahwa kation resin pengganti dapat diberikan pada kondisi ginjal kronis
dengan atau tanpa dikombinasi dengan obat-obat katartik, pungkas Rully.
1.1 Kasus
Tn.Imam Maarif (37 tahun) sudah tujuh hari dirawat di Ruang Pandan II dengan
diagnosa medis CKD stage V + Anemia + hiperkalemi + HT st II + post HD. Berdasarkan
pengkajian, diagnosa prioritas yang didapat adalah
ketidakseimbangan elektrolit
berhubungan dengan disfungsi ginjal. Hal ini didasarkan pada hasil pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan pada Tn.M.
NO PARAMETER
1
Hb
26/5
HASIL
27/5
28/5
6,8
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Leukosit
Trombosit
Gr
BUN
SK
Natrium
Kalium
Cl
pH
13,17
139
76,7
111
29,03
134,8
8,25
107,7
7,4
11
pCO2
12
13
14
15
pO2
HCO3
BE
SO2
30/5
6,9
SATUAN
g/dl
3
NILAI
RUJUKAN
4,0-5,0 (p)
4,5-5,5 (L)
5,0-10,0
150-400
8,97
49
10 /l
103/l
89
24,2
137
6
99
7,33
70
16
131
5,6
100
7,42
Mg/dl
Mg/dl
Mmol/l
Mmol/l
Mmol/l
21
27
28
Mm Hg
145
13
-11,8
99 %
143
14,2
-11,7
99%
113
19,1
-6,3
99%
Mm Hg
mEq/L
Vena : 45
80-100
22-26
95-100
134,9
6,89
108,6
7-18
0,6-1,3
136-145
3,5-5,1
98-107
7,35-7,45
Ateri : 40
tujuh hari dilakukan perawatan. Hal ini menjadikan Tn.I berada dalam keadaan
hiperkalemi.
Tanda dan gejala hiperkalemia yang paling penting secara klinis adalah efeknya
pada miokardium. Efek pada jantung akibat peningkatan kadar kalium serum biasanya
tidak akan terlalu jelas di bawah konsentrasi 7 mEg/ L (51=7 mmol/L), tetapi efek ini
selalu timbul jika kadarnya adalah 8 mEg/L(51=8 mmol/L) atau lebih tinggi. Jika
konsentrasi kalium plasma meningkat,timbul gangguan pada konduksi jantung. Pada Tn. I
terdapat perubahan yang abnormal pada pemeriksaan EKG.
Tall T
wave
Indiscernible P
wave
Tanggal Pengkajian
Dx. Medis
1. Identitas
Nama
: Tuan Imam M
No RM
: 12.41.89.xx
Umur
: 36 tahun
Suku/Bangsa
: Jawa/Indonesia
3
Agama
: Islam
Pendidikan
: Tamat SLTA
Pekerjaan
: Pegawai Swasta
Alamat
: Surabaya
Keterangan :
Perempuan
Laki-laki
Penderita DM
Pasien
Tinggal serumah
------
T : 150/90 mmHg
RR : 22 x/menit
b. Sistem Pernapasan
PCH ()
Irama napas teratur
Suara napas vesikuler
e. Sistem Perkemihan
Terpasang kateter sejak dari RS Khodijah 25/5/15
Jenis Folley kateter
Ukuran 16, hari ke 8
Produksi urine 700 cc/hari, warna kuning jernih
Intake cairan oral : 1200 cc/hari (1000 cc air putih + 200 cc susu)
Intake cairan parenteral : 500 cc/hari
INPUT :
OUTPUT :
= Input Output
= 2275 cc 1595 cc
= 680 cc (EXCESS)
Masalah Keperawatan:
Kelebihan Volume Cairan
f. Sistem Pencernaan
TB 162 cm; BB 53 kg; IMT 20,23; LOLA 25,5 cm
Interpretasi : Normal (18,5 22,9)
Mulut kotor; membrane mukosa kering; abdomen kembung
Peristaltik 10 x/menit
BAB 1 x sejak pasien masuk ke RS (konsistensi keras)
Diet TKTPRG tanpa buah tanpa sayur; diet lunak (bubur)
Nafsu makan baik, frekuensi 3 kali sehari
Porsi makan habis
g. Sistem Muskuloskeletal
Tidak ada keluhan yang berarti pada sistem ini.
Pergerakan sendi klien bebas
Kekuatan otot
ROM aktif
h. Sistem Integumen
Pada kulit sekujur tubuh terlihat kehitaman dan lebih parah lagi ada di abdomen.
Pasien juga mengeluhkan adanya gatal di sekujur tubuh terutama di perut dan
Nampak adanya bekas garukan pada area abdomen klien.
Masalah Keperawatan:
Kerusakan Integritas Kulit
i. Sistem Endokrin
Klien tidak terjadi pembesaran tyroid, pembesaran kelenjar getah bening,
hipoglikemi, dan hiperglikemia
ABI 1,067 (normal)
8. Pengkajian psikososial
a. Klien mengatakan bahwa penyakit ini adalah cobaan Tuhan YME dan pasien
menerima penyakitnya dan berusaha mencari pengobatan.
b. Ekspresi klien tampak gelisah
c. Reaksi klien saat interaksi kooperatif
9. Personal Hygiene & Kebiasaan
Selama 6 hari dirawat di RS klien belum pernah mandi, hanya cuci muka dengan
dilap. Belum keramas dan sikat gigi hanya kumur-kumur saja. Ganti pakaian setiap 1
hari sekali dengan bantuan istrinya.
Masalah Keperawatan:
Defisit Perawatan Diri mandi
10. Pengkajian Spiritual
Saat dirumah sebelum sakit kebiasaan beribadah klien sering, tetapi setelah dirawat
dirumah sakit kebiasaan ibadahnya kadang-kadang.
11. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
NO PARAMETER
1
2
3
4
Hb
Leukosit
Trombosit
Gr
26/5
6,8
13,17
139
76,7
HASIL
27/5
28/5
30/5
6,9
8,97
49
SATUAN
g/dl
3
10 /l
103/l
NILAI
RUJUKAN
4,0-5,0 (p)
4,5-5,5 (L)
5,0-10,0
150-400
8
5
6
7
8
9
10
BUN
SK
Natrium
Kalium
Cl
pH
111
29,03
134,8
8,25
107,7
7,4
89
24,2
137
6
99
7,33
70
16
138
5,6
100
7,42
Mg/dl
Mg/dl
Mmol/l
Mmol/l
Mmol/l
11
pCO2
21
27
28
Mm Hg
145
13
-11,8
99 %
143
14,2
-11,7
99%
113
19,1
-6,3
99%
Mm Hg
mEq/L
Vena : 45
80-100
22-26
12
13
14
15
pO2
HCO3
BE
SO2
95-100
134,9
6,89
108,6
7-18
0,6-1,3
136-145
3,5-5,1
98-107
7,35-7,45
Ateri : 40
b. Pemeriksaan EKG
12. Terapi
a. Infuz PZ 500cc/hari
b. Inj Ceftriazone 2 x 1gram
c. Amplodipin 10g 0 0
d. ISDN 3 x 5 gram
e. Asam folat 3 x 1
f. Kalitake 3 x 1 (5 gram)
g. Transfusi PRC satu kdf
h. Domperidon 3 x 1 (jika mual)
1.2 Analisa Data
No.
1.
DS:
DATA
Klien
ETIOLOGI
CKD
mengatakan
berdebar-debar
dan
berdegup
saat
kencang
2.
MASALAH
Ketidakseimbangan
elektrolit: hiperkalemia
Reabsorbsi air
laboratorium
Ketidakseimbangan
elektrolit: hiperkalemia
CKD
Kelebihan
volume
10
enak,
seperti
kembung
cairan
Retensi Na
DO :
Ketidakseimbangan intake
dan output
CO turun
Gangguan RAA
3.
DS :
Klien mengeluh gatal di
ke seluruh tubuh
integritas
kulit
Sindrom uremia
DO :
Pruritus
Tampak
adanya
bekas
Kerusakan
abdomen
tampak
warna kehitaman
Respon pasien
(menggaruk)
berwarna
di
bagian
perut
tampak bersisik
DS :
CKD
mandi
selama
TD tinggi
11
dirawat di RS
KM)
adanya
bekas
keringat di baju
perawatan
12
Diagnosa
NOC
NIC
Implementasi
Evaluasi
Keperawatan
Ketidakseimbangan
Tujuan:
Management Hyperkalemia
elektrolit
(hiperkalemia)
berhubungan dengan
disfungsi ginjal
O:
normal
metabolik.
Kriteria Hasil:
(5)
Kecemasan (5)
Kelemahan otot (5)
Mual (5)
Gelisah (5)
Keterangan:
1. Mendapatkan hasil
S:
kalium.
2. Memantau penyebabab
3. Memantau manifestasi
mengeluh lemas
mmol/L
A:
rasa mual.
P:
Lanjutkan intervensi
13
yang meningkat.
skor 2
Sedang skor 3
(insulin + 50 % dekstrosa,
Ringan skor 4
7. Meningkatkan kepatuhan
gluconate)
6. Berikan diuretik yang
ditentukan, yang sesuai.
7. Pantau efek terapeutik dari
urine output)
14
15
1.5 Definisi
Ketidakseimbangan elektrolit (Hiperkalemia) berhubungan dengan disfungsi ginjal.
Definisi:
Ketidakseimbangan Elektrolit didefinisikan sebagai perubahan kadar elektrolit serum
yang dapat mengganggu kesehatan
Batasan Karakteristik:
1. Mual
2. Muntah
3. Perubahan kadar elektrolit yang abnormal
4. Disfungsi ginjal
5. Gangguan regulasi elektrolit
Hiperkalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum lebih atau sama dengan
5,5 mEq/L terjadi karena peningkatan masukan kalium, penurunan ekskresi urine
terhadap kalium, atau gerakan kalium keluar dari sel-sel. Hiperkalemia akut adalah
keadaan gawat medik yang perlu segera dikenali dan ditangani untuk menghindari
disritmia dan henti jantung yang fatal. Biasanya konsentrasi kalium yang tinggi adalah
lebih berbahaya daripada konsentrasi kalium yang rendah. Konsentrasi kalium darah yang
lebih dari 5.5 mEq/L akan mempengaruhi sistem konduksi listrik jantung. Bila
konsentrasi yang tinggi ini terus berlanjut, irama jantung menjadi tidak normal dan
jantung akan berhenti berdenyut.
Ekskresi ginjal yang tidak adekuat merupakan penyebab hiperkalemia yang paling
sering terjadi. Gejala oligouria atau anuria yang muncul dan semakin progresifnya gagal
ginjal akut akan membuat kondisi hiperkalemia. Hiperkalemia merupakan salah satu
komplikasi yang paling serius pada penderita uremia. apabila K+ serum mencapai kadar
sekitar 7 mEq/L, dapat terjadi disritmia dan juga henti jantung. Selain itu, hiperkalemia
makin diperberat lagi oleh hipokalsemia, hiponetremia, dan asidosis. Oleh karena itu,
jantung penderita harus dipantau terus untuk mendeteksi efek hiperkalemia. Hiperkalemia
akut dapat diobati dengan pemberian glukosa dan insulin intravena yang akan
memasukkan K+ ke dalam sel, atau dengan pemberian kalsium glukonat 10% intravena
dengan hati-hati
16
skor 1
Berat
skor 2
Sedang
skor 3
Ringan
skor 4
Tidak ada
skor 5
17
9. Monitor status cairan (misalnya, asupan dan output, berat badan, adventif
bunyi napas, sesak napas).
10. Observasi terhadap perubahan EKG, penanganan cepat peningkatan serum potassium,
dan ada tidaknya asidosis.
11. Berikan tatalaksana hyperkalemia sesuai dengan waktu terjadinya
12. Tingkatkan kepatuhan pasien untuk regimen diet (hindari makanan tinggi kalium)
13. Instruksikan pasien untuk merasionalkan penggunaan diuretic
14. Instruksikan pad pasien dan keluarga mengenai perawatan dan tindakan untuk
tatalaksana hyperkalemia
Nursing Intervention Outcome 2014-2017 menuliskan banyak sekali intervensi
yang ada untuk penatalaksanaan pasien dengan hyperkalemia. Kelompok mengambil 14
intervensi yang menurut kelompok sesuai dengan kasus yang diambil. Dari ke -14
intervensi tersebut juga sudah dilakukan sesuai standard di dalam implementasi pada
pasien CKD stage V dengan hyperkalemia di RS dr. Soetomo Surabaya. Penatalaksaan
ditekankan pada penurunan kadar kalium dengan berbagai cara diantaranya dengan
monitoring, diet pasien, dan juga pemberian medikasi dari dokter yang telah diresepkan.
Kelompok mengambil salah satu intervensi untuk ditelaah dengan jurnal yang didapatkan,
intervensi tersebut terkait dengan regimen diet yang harus dipatuhi oleh pasien. Perawat
disini berperan dalam memberikan edukasi kepada pasien terkait dukungan untuk
mematuhi diet yang telah disesuaikan dengan kondisi pasien. Sehingga diharapkan
perawat juga mengetahui jenis dan nilai dari makanan yang memiliki komposisi yang
berpengaruh pada peningkatan kadar kalium pada pasien CKD stage V dengan
hyperkalemia.
18
BAB 2
ANALISA JURNAL
Pada Bab I telah dijelaskan mengenai studi kasus pasien CKD stage V dengan hyperkalemia hingga penjelasan mengenai intervensi.
Dari berbagai intervensi yang ada di Nursing Intervention Outcome, 14 intervensi yang kami ambil sudah diterapkan pada pasien sesuai
dengan standartnya. Kelompok mengambil intervensi berupa pemberian motivasi kepada pasien terkait kepatuhan diet dengan pembatasan
kalium. Intervensi ini merupakan intervensi keperawatan yang bisa diterapkan pada pasien dan juga akan berpengaruh besar terhadap
kondisi hyperkalemia pada pasien ini. Sehingga pada Bab ini kelompok akan menelaah jurnal hasil temuan terkait dengan intervensi diet
pada pasien hyperkalemia.
Tabel 2.1 Analisis jurnal masalah keperawatan hiperkalemia dengan intervensi regimen diet yang harus dipatuhi oleh pasien
NO. JUDUL PENELITIAN
1. PATHOGENESIS,
DESAIN PENELITIAN
Jurnal ini berisi artikel mengenai
HASIL PENELITIAN
Terapi yang diberikan pada setiap
REKOMENDASI
Pengetahuan tentang mekanisme
DIAGNOSIS AND
MANAGEMENT OF
HYPERKALEMIA
yang mutlak.
19
potassium foods
nurses knowledge
interaksi.
mengandung potassium
20
3.
DIET RENDAH
PROTEIN DAN
PENGGUNAAN
memperburuk kondisi
PROTEIN NABATI
PADA PENYAKIT
GINJAL KRONIS
Triyani Kresnawan,
HMS Markun
asupan kalium.
RSCM
21
PATIENT
INFORMATION:
merekomendasikan untuk
LOWPOTASSIUM
BASICS)
direkoomendasikan untuk
22
5.
EFEKTIVITAS
INSULIN 2 UNIT
DAN DEKSTROSA
40% 25 ML
TERHADAP
PENURUNAN
KADAR KALIUM
SERUM PADA
PASIEN PENYAKIT
GINJA KRONIS
DENGAN
HIPERKALEMIA
keselamatan pasien.
cell (PRC)
23
PEREMETER
Pathogenesis,
1 small banana
(85 g)
8.6
diagnosis and
Blueberries
(100 g)
1.9
management of
White mushrooms
(75 g)
8.1
hyperkalemia
Broccoli, cooked
(75 g)
5.8
(75 g)
3.9
Onions, cooked
(75 g)
1.5
French fries
(150 g)
17.7
Parboiled rice
(150 g)
2.2
2.3
Orange juice
(200 ml)
7.9
(200 ml)
7.7
Coca Cola
(200 ml)
0.1
Potato crisps
(20 g)
5.1
(20 g)
2.4
White chocolate
(20 g)
1.8
(20 g)
1.8
Wine gums
Sumber: Lehnhardt, 2010
24
Tabel 2.3 Makanan yang mengandung kalium dari beberapa menu yang diketahui perawat
Deskripsi berdasarkan hasil analisis
menu
Identifikasi berdasakan mayoritas
makanan yang mengandung
banyak potassium
Jenis makanan
Skim milk
Yogurt
White baked
potato with
butter
Mashed swett
tinggi
Tidak diketahui
N
%
28
32
22
27
n
29
36
%
35
43
44
53
18
22
21
25
44
53
13
16
26
31
43
52
35
43
potato
Collards
Wheat toast with
butter
25
30
33
40
25
30
Orange juice
Bran cereal
37
45
45
54
15
18
22
27
46
55
sandwich on
11
26
31
48
58
wheat bread
Baked beans
Raw carrots
28
22
34
27
16
26
19
31
39
35
47
42
rendah potassium
Laporan berdasarkan mayoritas
makanan yang tidak diketahui yang
mengandung tinggi potassium
Turkey
25
with ranc
dressing
Chocolate cake
Apple juice
Corn on cob
Yellow squash
33
40
47
57
30
36
39
47
14
17
33
40
27
33
23
27
33
40
15
18
35
42
35
42
42
51
13
16
19
23
52
61
10
3
17
10
9
29
5
9
9
12
4
20
12
11
35
6
11
11
22
30
19
21
26
13
30
26
26
27
36
23
25
31
16
36
31
31
51
50
47
52
48
41
48
48
48
61
60
57
63
58
49
58
58
58
tinggi potassium
Laporan berdasarkan mayoritas
makanan yang tidak diketahui yang
mengandung sedikit potassium
Sausage and egg
biscuit
Barbequ chicken
Sweat tea
Cranberry juice
Pork chop
Grilled chicken
Green peas
Diet coke
Blueberry pie
Strawberry cake
Sumber: Bertrand, 2014
26
Dari berbagai telaah jurnal dan artikel dapat diambil kesimpulan bahwa penderita CKD dengan hyperkalemia perlu dilakukan
intervensi khusus guna mencegah terjadinya hal yang bisa memperburuk keadaan pasien. Berbagai intervensi bisa dilakukan oleh perawat
untuk manajemen hyperkalemia, namun telaah jurnal fokus pada satu intervensi saja. Salah satu intervensinya yaitu dengan memotivasi
klien untuk mentaati diet yang telah dianjurkan oleh ahli gizi serta penataan diet yang tepat bagi pasien CKD dengan hyperkalemia. Fokus
perawat disini adalah kepada motivasi dan edukasi terhadap klien, untuk perawat bisa mengedukasi klien serta keluarga maka seorang
perawat juga harus mengetahui kadar kalium di dalam makanan serta bagaimana prosesnya sehingga berpengaruh besar terhadap kondisi
hyperkalemia pasien. Tabel 2.2 dan tabel 2.3 memaparkan kadar kalium yang tertera di setiap makanan yang dianjurkan maupun yang
dilarang bagi pasien CKD dengan hyperkalemia. Selain pembatasan terhadap makanan dengan kadar kalium tinggi, intervensi terkait diet
yang lain juga bisa dilakukan.
Seperti yang telah dipaparkan pada artikel Patient Information: LowPotassium Diet (Beyond The Basics), bahwa makanan berupa
sayuran dengan kadar kalium tinggi dapat dikonsumsi dengan pengolahan yang tepat. Pengolahan disini dimaksudkan untuk menekan atau
bahkan menghilangkan kadar kalium dari dalam sayuran, yaitu dengan merendamnya menggunakan air hangat 2 jam atau lebih sebelum
dimasak. Menurut artikel diatas pengolahan ini efektif untuk mengurangi kadar kalium yang tinggi pada sayuran. Sehingga tidak hanya
mengetahui kadar kalium yang ada di dalam setiap makanan namun perawat juga dapat mengedukasikan kepada pasien dan keluarga
mengenai pengolahan makanan yang dianjurkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pasien CKD dengan hyperkalemia memerlukan
manajemen diet yang ketat terkait kadar kalium dalam makanan, juga kepatuhan pasien yang sangat berpengaruh terhadap kondisi
hiperkalemianya.
27
BAB 3
SIMPULAN
Hiperkalemia merupakan salah satu gangguan elektrolit yaitu adanya peningkatan
kadar kalium dalam darah. Ada beberapa penyebab terjadinya hiperkalemi yaitu karena
adanya efek dari obat yang diberikan, terganggunya distribusi kalium antararuang intraseluler
dan ekstraseluler, serta karenja adanya gangguan eksresi kalium oleh ginjal. Hiperkalsemia
berperan dalam hiperpolarisasi membran sel. Manifestasi klinis dapat bersifat neurologik,
kardiovaskuler, gastro-intestinal, ginjal dan tulang.
Untuk memantau kadar elektrolit dalam darah tentunya harus dilakukan pemeriksaan
laboratorium. Pada pasien hiperkalemi tentunya tidak hanya kadar kalium saja yang harus
dipantau tetapi harus dipantau juga kadar elektrolit lainnya seperti serum elektrolit, kreatinin,
dan BUN. Hasil tes urine terhadap potassium, kreatinin dan osmolaritas seharusnya diperoleh
untuk menghitung fraksi ekskresi potassium dan gradient potassium transtubular. Gradien
potassium transtubular dikaji dengan melihat potassium pada ginjal, dengan nilai normal 8
9, kadang juga mencapai 11 setelah meningkat akibat intake potassium. Nilai menurun
kemudian 5 pada hyperkalemia menunjukkan harus dilakukannya respon cepat pada ginjal
dengan tinggi potassium, nilai sangat rendah menunjukkan hipoaldosteronisme.
Manajemen hyperkalemia dikategorikan menjadi 3 bagian menurut waktu terjadinya
hiperkalemia, yaitu yang pertama tindakan akut (menyeimbangkan miokardium untuk
melindungi terjadinya aritmia dan perubahan potassium dari vascular ke dalam sel), yang
kedua total potassium tubuh rendah (tindakan yang menggeser potassium ke dalam sel tidak
memiliki efek pada total potassium tubuh), dan terapi jangka panjang (manajemen ini harus
didiskusikan dengan pasien terkait dengan diet rendah potassium yang harus dipatuhi
medikasi yang telah diresepkan).
29
DAFTAR PUSTAKA
Bertrand, Brenda & Carrie Livingston. 2014. ACE inhibitors and potassium foods nurses
knowledge. International Journal of Health Care Vol. 27 No. 1, 2014 pp. 54-64
Hollander, Joyce C., Rodriguez, & James F. Calvert. 2006. Hyperkalemia. American Family
Physician Vol 73 (2)
Kresnawan, Triyani. 2012. Diet Rendah Protein dan Penggunaan Protein Nabati pada
Penyakit Ginjal Kronik. Divisi Ginjal Hipertensi Bag. Penyakit Dalam FKUIRSCM.
Diakses
melalui
http://gizi.depkes.go.id/wpcontent/uploads/2012/05/diet_rendah_prot-nabati.pdf pada tanggal 20 juni 2015
pukul 11:22
Lehnhardt, Anja & Markus J. Kemper. 2010. Pathogenesis, diagnosis and management of
hyperkalemia. Pediatr Nephrol (2011) 26:377384
Weisberg, Lawrence S., 2008. Management of severe hyperkalemia. Crit Care Med 2008 Vol.
36, No. 12
Wijaya, Riesma Wijaya._______. Efektivitas insulin 2 unit dan dekstrosa 40% 25 mL
Terhadap Penurunan Kadar kalium Serum Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis
dengan Hiperkalemia.
Aldous, Danielle. 2010. POTASSIUM MODIFIED EATING PLAN. Ottawa Cardiovascular
Centre August 2010
LAMPIRAN
vi