You are on page 1of 34

LAPORAN

PROJECT BASED LEARNING KEPERAWATAN PERKEMIHAN


TELAAH LITERATUR INTERVENSI MASALAH
KEPERAWATAN KETIDAKSEIMBANGAN ELEKTROLIT
(HIPERKALEMIA) PADA PASIEN DENGAN CKD STAGE V

Disusun oleh:
Kelompok PBP 3D
A2012
Devi Ayu Kumalasari

131211131096

Nailiyatul Faricha

131211131102

Trisca Hapriliyaningtyas

131211132007

Meyvita Sari Rike Y.

131211132013

Rifky Octavia P.

131211132019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA

2015
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Project Based Learning Keperawatan
Perkemihan dengan judul Telaah Literatur Intervensi Masalah Keperawatan
Ketidakseimbangan Elektrolit (Hiperkalemia) Pada Pasien Dengan Ckd Stage V.
Penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Imam Maarif sebagai pasien yang senantiasa memberikan ijin kami
untuk melakukan perawatan kepada beliau di ruang Pandan II RS dr. Soetomo
2. Bapak Joko selaku pembimbing ruangan Pandan II RS dr. Soetomo yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan kepada kami selama kami PBP di ruangan.
3. Bu Ika Yuni W., S.Kep.,Ns., M.Kep., Sp MB sebagai dosen penanggung jawab
Mata Kuliah Keperawatan Perkemihan yang senantiasa memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyelesaian makalah ini,dan
4. Semua pihak yang telah bekerja sama serta membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Penulis
berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca.

Surabaya, Juli 2015

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMA KASIH......................................................................................................ii


DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL......................................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Kasus................................................................................................................................2
1.2 Analisa Data....................................................................................................................10
1.3 Daftar Prioritas Diagnosa Keperawatan.........................................................................12
1.4 Asuhan Keperawatan Diagnosa Prioritas.......................................................................13
1.5 Definisi...........................................................................................................................16
1.6 Nursing Outcome Classification.....................................................................................17
1.7 Nursing Intervention Classification................................................................................17
BAB 2 ANALISA JURNAL....................................................................................................19
BAB 3 SIMPULAN.................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................v
LAMPIRAN..............................................................................................................................vi

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jurnal masalah keperawatan hiperkalemia dengan intervensi regimen diet yang
harus dipatuhi oleh pasien........................................................................................19
Tabel 2.2 Komposisi kadar kalium dalam makanan.................................................................24
Tabel 2.3 Makanan yang mengandung kalium dari beberapa menu yang diketahui perawat...25

iv

BAB 1
PENDAHULUAN
Hiperkalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum lebih atau sama dengan
5,5 mEq/L terjadi karena peningkatan masukan kalium, penurunan ekskresi urine
terhadap kalium, atau gerakan kalium keluar dari sel-sel. Hiperkalemia akut adalah
keadaan gawat medik yang perlu segera dikenali dan ditangani untuk menghindari
disritmia dan henti jantung yang fatal. Biasanya konsentrasi kalium yang tinggi adalah
lebih berbahaya daripada konsentrasi kalium yang rendah. Konsentrasi kalium darah yang
lebih dari 5.5 mEq/L akan mempengaruhi sistem konduksi listrik jantung. Bila
konsentrasi yang tinggi ini terus berlanjut, irama jantung menjadi tidak normal dan
jantung akan berhenti berdenyut.
Hiperkalemia pada HD dapat disebabkan oleh penurunan ekskresi kalium akibat
gangguan fungsi ginjal, asupan kalium dalam diet yang berlebihan, dialisis yang tidak
adekuat, interval interdialitik yang lama, puasa berkepanjangan, efek postdialysis
rebound, serta akibat efek beberapa obat, misalnya diuretik hemat kalium, penyekat beta
nonselektif, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), dan obat yang memblok sistem
renin-angiotensin. Menurut sumber dari HJ Kim, et al. Kor J Nephrol : 19, 2000
dinyatakan bahwa Frekwensi hiperkalemia pada Predialisis Plasma Potassium dengan
interval interdialisa 72 jam adalah 25% dengan kadar kalium > 5.5 mEq/L dan 10.7 % >
6 mEq/L, sedangkan pada interval interdialisa 48 jam di temukan 8.9% > 5.5 mEq/L.
Gejala dan tanda hiperkalemia dapat berupa kram otot (dapat berkembang menjadi kelemahan otot hingga paralisis), cenderung mengantuk, penurunan tekanan darah,
perubahan pada EKG, disritmia, kram abdominal, diare, dan oliguria, jelas Sung. Perubahan pada EKG yang harus dicermati adalah gelombang T yang tinggi dan hilangnya
gelombang P (kadar kalium 6-7 mEq/L), kompleks QRS yang melebar (kadar kalium 8
mEq/L), aritmia ventrikular (kadar kalium 9 mEq/L), hingga asistol (kadar kalium > 10
mEq/L). Staf Divisi Renal Departemen Penyakit Dalam Gangnam Severance Hospital,
Korea Selatan, ini kemudian melanjutkan, Pada algoritma penatalaksanaan hiperkalemia,
setelah terbukti kadar kalium serum meningkat (>6 mEq/L) atau terdapat perubahan pada
EKG, pasien diberikan 10-20 mL kalsium glukonas 10%, 10 unit insulin reguler, dan 50
mL glukosa 50% sebagai terapi awal dengan awitan kerja yang cepat. Pasien juga
diberikan albuterol nebulizer dan sodium bikarbonat dengan waktu awitan 15-30 menit.
Sebagai terapi jangka panjang, dapat diberikan kation resin pengganti. Dengan
1

pemberian kation resin pengganti dicampur dengan air, secara signifikan dapat
menurunkan serum potassium dalam waktu 24 jam.
Akan tetapi, dalam menghadapi hiperkalemia, terapi kation resin pengganti
(cation resin exchange) sering menjadi modalitas terapi yang terlupakan. Hal itu
digarisbawahi oleh Prof. Dr. Rully M.A. Roesli, PhD, SpPD-KGH. Kamel dan Wei, 2003,
menyampaikan bahwa kation resin pengganti dapat diberikan pada kondisi ginjal kronis
dengan atau tanpa dikombinasi dengan obat-obat katartik, pungkas Rully.
1.1 Kasus
Tn.Imam Maarif (37 tahun) sudah tujuh hari dirawat di Ruang Pandan II dengan
diagnosa medis CKD stage V + Anemia + hiperkalemi + HT st II + post HD. Berdasarkan
pengkajian, diagnosa prioritas yang didapat adalah

ketidakseimbangan elektrolit

berhubungan dengan disfungsi ginjal. Hal ini didasarkan pada hasil pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan pada Tn.M.

NO PARAMETER
1

Hb

26/5

HASIL
27/5
28/5

6,8

2
3
4
5
6
7
8
9
10

Leukosit
Trombosit
Gr
BUN
SK
Natrium
Kalium
Cl
pH

13,17
139
76,7
111
29,03
134,8
8,25
107,7
7,4

11

pCO2

12
13
14
15

pO2
HCO3
BE
SO2

30/5
6,9

SATUAN
g/dl
3

NILAI
RUJUKAN
4,0-5,0 (p)
4,5-5,5 (L)
5,0-10,0
150-400

8,97
49

10 /l
103/l

89
24,2
137
6
99
7,33

70
16
131
5,6
100
7,42

Mg/dl
Mg/dl
Mmol/l
Mmol/l
Mmol/l

21

27

28

Mm Hg

145
13
-11,8
99 %

143
14,2
-11,7
99%

113
19,1
-6,3
99%

Mm Hg
mEq/L

Vena : 45
80-100
22-26

95-100

134,9
6,89
108,6

7-18
0,6-1,3
136-145
3,5-5,1
98-107
7,35-7,45
Ateri : 40

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada Tn.Imam,


kadar Kalium masih dalam batas tinggi walaupun sudah mengalami penurunan setelah

tujuh hari dilakukan perawatan. Hal ini menjadikan Tn.I berada dalam keadaan
hiperkalemi.
Tanda dan gejala hiperkalemia yang paling penting secara klinis adalah efeknya
pada miokardium. Efek pada jantung akibat peningkatan kadar kalium serum biasanya
tidak akan terlalu jelas di bawah konsentrasi 7 mEg/ L (51=7 mmol/L), tetapi efek ini
selalu timbul jika kadarnya adalah 8 mEg/L(51=8 mmol/L) atau lebih tinggi. Jika
konsentrasi kalium plasma meningkat,timbul gangguan pada konduksi jantung. Pada Tn. I
terdapat perubahan yang abnormal pada pemeriksaan EKG.

Tall T
wave
Indiscernible P
wave

(Hasil pemeriksaan EKG Tn. I)


Pada pengaturan pola makan, Tn.I mendapatkan diet TKRPRG (Tinggi
Karbohidrat, Rendah Protein, Rendah Garam) 2100 kkal/hari tanpa buah, sayur dan
kaldu. Hal ini untuk mengurangi jumlah intake kalium yang didapat oleh klien sedangkan
untuk balance cairan Tn.I yaitu : I = 0 + 500 cc.
Hasil Pengkajian
Tanggal MRS

: 27 Mei 2015 (02.24)

Tanggal Pengkajian

: 1 Juni 2015 (09.45)

Dx. Medis

: CKD st V + hyperkalemia + anemia + HT II JNC 7

1. Identitas
Nama

: Tuan Imam M

No RM

: 12.41.89.xx

Umur

: 36 tahun

Suku/Bangsa

: Jawa/Indonesia
3

Agama

: Islam

Pendidikan

: Tamat SLTA

Pekerjaan

: Pegawai Swasta

Alamat

: Surabaya

Sumber biaya : Umum


2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan pusing di kepala bagian belakang dan terasa seperti tertimpa
barang berat.
Keterangan : ketika dilakukan pengkajian pasien sudah tidak lagi mual dan muntah,
namun pasien mengatakan mual ketika perjalanan ke RS dr. Soetomo dan sempat
muntah juga ketika berada di IRD RS dr. Soetomo.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada hari Senin (25/5/15) pasien mengeluh mual, muntah dan kembung kemudian
pasien berobat ke RS Khodijah Sidoarjo. Setelah dilakukan pemeriksaan, pasien
didiagnosa CKD stage V. Pada hari Selasa (26/5/15) pasien dirujuk ke RS dr. Soetomo
Surabaya dan pada hari rabu pagi (27/5/15) pasien dipindahkan ke Ruang Pandan II.
Pasien post HD 2 x pada hari rabu sore (27/5/15) dan jumat malam (29/5/15). Pasien
merasa sesak pada saat dirujuk ke IRD RS dr. Soetomo sehingga terpasang oksigen
dan dilepas pada hari Kamis pagi (28/5/15) dan pada saat pengkajian pasien
mengeluhkan pusing.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Klien tidak pernah dirawat sebelumnya.
b. Klien tidak mempunyai riwayat penyakit kronik dan menular, riwayat kontrol dan
riwayat penggunaan obat.
c. Klien tidak mempunyai riwayat alergi
d. Klien tidak mempunyai riwayat operasi

5. Riwayat penyakit keluarga


Keluarga klien mempunyai riwayat penyakit DM yaitu nenek dari ayah klien.
Genogram:

Keterangan :
Perempuan
Laki-laki
Penderita DM
Pasien
Tinggal serumah

------

6. perilaku yang mempengaruhi kesehatan


Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi kesehatan
a. Klien tidak merokok
b. Klien tidak pernah mengkonsumsi alkohol
c. Klien tidak sedang mengkonsumsi obat-obat tertentu
d. Klien jarang bahkan tidak pernah berolahraga sebelumnya
7. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda - Tanda Vital
S : 36 C N : 81 x/menit

T : 150/90 mmHg

RR : 22 x/menit

b. Sistem Pernapasan
PCH ()
Irama napas teratur
Suara napas vesikuler

Keterangan : Saat dilakukan pengkajian pasien sudah tidak menggunakan oksigen.


Terpasang oksigen selama berada di ambulance menuju ke IRD dr. Soetomo
(Selasa, 26 Mei 2015) sampai dipindahkan di Ruang Perawatan Pandan II hari
Kamis 28 Mei 2015.
c. Sistem Kardioveskular
TD 150/90 mmHg
N 81 x/menit
Pulsasi nadi kuat
Irama jantung regular
CRT 2 detik
Akral hangat dan kering
Sirkulasi perifer normal
Tidak terjadi pembesaran JVP
Analisa ECG :
a. Elevasi gelombang T wave
b. Pelebaran komplek QRS
c. Interval PR yang memanjang
d. Gelombang P menghilang
lain-lain: klien sering berdebar-debar dan mudah berdegub cepat ketika digunakan
untuk berjalan pemeriksaan laboratorium tanggal 30 Mei 2015 kadar kalium klien
5,6 mmol/L
Masalah Keperawatan:
Keetidakseimbangan elektrolit hiperkalemia
d. Sistem Persyarafan
S= 36 C
GCS 456
Keluhan pusing :
P : Hipertensi (150/90)
Q : Nyeri tumpul
R : Kepala bagian belakang
S : 5 (lima)
T : terus menerus

e. Sistem Perkemihan
Terpasang kateter sejak dari RS Khodijah 25/5/15
Jenis Folley kateter
Ukuran 16, hari ke 8
Produksi urine 700 cc/hari, warna kuning jernih
Intake cairan oral : 1200 cc/hari (1000 cc air putih + 200 cc susu)
Intake cairan parenteral : 500 cc/hari
INPUT :

OUTPUT :

cairan infus 500 cc/hari

feses 100 cc/1 x BAB

terapi injeksi 10 cc/hari

urine 700 cc/hari

air metabolism 265 cc/hari

IWL 15 x 53 = 795 cc/hari

makan + minum 1500 cc/hari


BALANCE CAIRAN

= Input Output
= 2275 cc 1595 cc
= 680 cc (EXCESS)

Masalah Keperawatan:
Kelebihan Volume Cairan
f. Sistem Pencernaan
TB 162 cm; BB 53 kg; IMT 20,23; LOLA 25,5 cm
Interpretasi : Normal (18,5 22,9)
Mulut kotor; membrane mukosa kering; abdomen kembung
Peristaltik 10 x/menit
BAB 1 x sejak pasien masuk ke RS (konsistensi keras)
Diet TKTPRG tanpa buah tanpa sayur; diet lunak (bubur)
Nafsu makan baik, frekuensi 3 kali sehari
Porsi makan habis
g. Sistem Muskuloskeletal
Tidak ada keluhan yang berarti pada sistem ini.
Pergerakan sendi klien bebas
Kekuatan otot

ROM aktif

h. Sistem Integumen
Pada kulit sekujur tubuh terlihat kehitaman dan lebih parah lagi ada di abdomen.
Pasien juga mengeluhkan adanya gatal di sekujur tubuh terutama di perut dan
Nampak adanya bekas garukan pada area abdomen klien.
Masalah Keperawatan:
Kerusakan Integritas Kulit
i. Sistem Endokrin
Klien tidak terjadi pembesaran tyroid, pembesaran kelenjar getah bening,
hipoglikemi, dan hiperglikemia
ABI 1,067 (normal)
8. Pengkajian psikososial
a. Klien mengatakan bahwa penyakit ini adalah cobaan Tuhan YME dan pasien
menerima penyakitnya dan berusaha mencari pengobatan.
b. Ekspresi klien tampak gelisah
c. Reaksi klien saat interaksi kooperatif
9. Personal Hygiene & Kebiasaan
Selama 6 hari dirawat di RS klien belum pernah mandi, hanya cuci muka dengan
dilap. Belum keramas dan sikat gigi hanya kumur-kumur saja. Ganti pakaian setiap 1
hari sekali dengan bantuan istrinya.
Masalah Keperawatan:
Defisit Perawatan Diri mandi
10. Pengkajian Spiritual
Saat dirumah sebelum sakit kebiasaan beribadah klien sering, tetapi setelah dirawat
dirumah sakit kebiasaan ibadahnya kadang-kadang.
11. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
NO PARAMETER
1
2
3
4

Hb
Leukosit
Trombosit
Gr

26/5
6,8
13,17
139
76,7

HASIL
27/5
28/5

30/5
6,9
8,97
49

SATUAN
g/dl
3

10 /l
103/l

NILAI
RUJUKAN
4,0-5,0 (p)
4,5-5,5 (L)
5,0-10,0
150-400
8

5
6
7
8
9
10

BUN
SK
Natrium
Kalium
Cl
pH

111
29,03
134,8
8,25
107,7
7,4

89
24,2
137
6
99
7,33

70
16
138
5,6
100
7,42

Mg/dl
Mg/dl
Mmol/l
Mmol/l
Mmol/l

11

pCO2

21

27

28

Mm Hg

145
13
-11,8
99 %

143
14,2
-11,7
99%

113
19,1
-6,3
99%

Mm Hg
mEq/L

Vena : 45
80-100
22-26

12
13
14
15

pO2
HCO3
BE
SO2

95-100

134,9
6,89
108,6

7-18
0,6-1,3
136-145
3,5-5,1
98-107
7,35-7,45
Ateri : 40

b. Pemeriksaan EKG

12. Terapi
a. Infuz PZ 500cc/hari
b. Inj Ceftriazone 2 x 1gram
c. Amplodipin 10g 0 0
d. ISDN 3 x 5 gram
e. Asam folat 3 x 1
f. Kalitake 3 x 1 (5 gram)
g. Transfusi PRC satu kdf
h. Domperidon 3 x 1 (jika mual)
1.2 Analisa Data
No.
1.
DS:

DATA

Klien

ETIOLOGI
CKD

mengatakan

berdebar-debar

dan

Sekresi kalium terganggu

berdegup

saat

kencang

digunakan untuk berjalan,


palpitasi nadi klien kuat.
DO:
Pemeriksaan

2.

MASALAH
Ketidakseimbangan
elektrolit: hiperkalemia

Reabsorbsi air

Kembali kedalam darah

laboratorium

tanggal 30 Mei 2015 kadar

Ketidakseimbangan

kalium klien 5,6 mmol/L

elektrolit: hiperkalemia

(Normal 3,5-5,1 mmol/L)


DS :

CKD

Kelebihan

volume
10

Klien mengatakan perutnya


kurang

enak,

seperti

kembung

cairan

Retensi Na

DO :

Payah jantung kiri

Ketidakseimbangan intake
dan output

CO turun

Intake = 2275 cc/24 jam

Output = 1595 cc/24 jam

Aliran darah ginjal turun

Balance cairan = 680 cc


(EXCESS)

Gangguan RAA

Retensi air dan Na


meningkat

3.

Kelebihan volume cairan


CKD

DS :
Klien mengeluh gatal di

bagianperut serta menyebar

Sekresi protein terganggu

ke seluruh tubuh

integritas

kulit

Klien mengatakan sering

Sindrom uremia

menggaruk area yang gatal

DO :

Pruritus

Tampak

adanya

bekas

garukan pada perut klien


Pada

Kerusakan

abdomen

tampak

warna kehitaman

Respon pasien
(menggaruk)

Lengan kanan klien juga


nampak

Kerusakan integritas kulit

berwarna

kehitaman (post HD)


Kulit
4.

di

bagian

perut

tampak bersisik
DS :

CKD

Pasien mengatakan tidak


pernah

mandi

selama

Defisit perawatan diri


mandi

TD tinggi
11

dirawat di RS

Istri klien mengatakan klien

Pusing (untuk jalan ke

hanya dilap pada bagian

KM)

muka saja dengan waslap


DO :
Tampak

Malas ke kamar mandi

adanya

bekas

keringat di baju

Tidak mandi selama

Baju klien tampak lusuh

perawatan

Penampilan klien Nampak


kurang rapi
1.3 Daftar Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan elektrolit (hiperkalemia) berhubungan dengan gangguan sekresi
kalium
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme pengaturan melemah
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritus, penumpukan urea dalam darah
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas

12

1.4 Asuhan Keperawatan Diagnosa Prioritas


No
1.

Diagnosa

NOC

NIC

Implementasi

Evaluasi

Keperawatan
Ketidakseimbangan

Tujuan:

Management Hyperkalemia

elektrolit

Setelah dilakukan tindakan

1. Dapatkan spesimen untuk

(hiperkalemia)

keperawatan selama 1x24

analisis laboratorium kadar

berhubungan dengan

jam kadar kalium klien

kalium dan ketidakseimbangan

disfungsi ginjal

menurun/ dalam batas

elektrolit terkait (misalnya

meningkatnya kadar kalium

O:

normal

BGA, urin, dan kadar serum).

karena adanya asupan yang

Pulsasi nadi kuat

berlebih dan asidosis

Kadar kalium terakhir

metabolik.

(30/5/2015) adalah 5,6

Kriteria Hasil:

2. Pantau penyebab meningkatkan

Peningkatan Kalium (5)

kadar kalium serum (misalnya

Peningkatan denyut jantung

gagal ginjal, asupan yang

(5)

berlebihan, dan asidosis).

Kecemasan (5)
Kelemahan otot (5)
Mual (5)

3. Pantau manifestasi hiperkalemia


(misalnya mual, kolik usus).
4. Pantau adanya gejala oksigenasi

Gelisah (5)

jaringan yang tidak memadai

Sakit kepala (5)

(misalnya pucat, sianosis, dan

Keterangan:

pengisian kapiler lambat).

1. Mendapatkan hasil

S:

laboratorium terkait kadar

Klien mengatakan dada

kalium.

masih sering berdebar, dan

2. Memantau penyebabab

3. Memantau manifestasi

mengeluh lemas

mmol/L

hiperkalemia yaitu adanya

A:

rasa mual.

Masalah teratasi sebagian

4. Berkolaborasi dengan tenaga


medis lain dalam pemberian

P:
Lanjutkan intervensi

obat kalitake 3x1 (5gram).


5. Memantau fungsi ginjal
dengan adanya BUN dan Cr

13

Sangat berat skor 1


Berat

5. Kelola resep pengobatan untuk

yang meningkat.

skor 2

perubahan kalium pada sel

6. Memonitor status cairan

Sedang skor 3

(insulin + 50 % dekstrosa,

intake dan output klien.

Ringan skor 4

kalsium klorida, kalsium

7. Meningkatkan kepatuhan

Tidak ada skor 5

gluconate)
6. Berikan diuretik yang
ditentukan, yang sesuai.
7. Pantau efek terapeutik dari

pasien untuk regimen diet


(hindari makanan tinggi
kalium).
8. Menginstruksikan atau

diuretik (misalnya, meningkat

mengedukasi pada pasien

urine output)

dan keluarga mengenai

8. Pantau fungsi ginjal (misalnya,


BUN dan Cr tingkat).
9. Monitor status cairan (misalnya,

perawatan dan tindakan


untuk tatalaksana
hyperkalemia.

asupan dan output, berat badan,


adventif bunyi napas, sesak
napas).
10. Observasi terhadap perubahan
EKG, penanganan cepat
peningkatan serum potassium,

14

dan ada tidaknya asidosis.


11. Berikan tatalaksana
hyperkalemia sesuai dengan
waktu terjadinya
12. Tingkatkan kepatuhan pasien
untuk regimen diet (hindari
makanan tinggi kalium)
13. Instruksikan pasien untuk
merasionalkan penggunaan
diuretic
14. Instruksikan pada pasien dan
keluarga mengenai perawatan
dan tindakan untuk tatalaksana
hyperkalemia

15

1.5 Definisi
Ketidakseimbangan elektrolit (Hiperkalemia) berhubungan dengan disfungsi ginjal.
Definisi:
Ketidakseimbangan Elektrolit didefinisikan sebagai perubahan kadar elektrolit serum
yang dapat mengganggu kesehatan
Batasan Karakteristik:
1. Mual
2. Muntah
3. Perubahan kadar elektrolit yang abnormal
4. Disfungsi ginjal
5. Gangguan regulasi elektrolit
Hiperkalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum lebih atau sama dengan
5,5 mEq/L terjadi karena peningkatan masukan kalium, penurunan ekskresi urine
terhadap kalium, atau gerakan kalium keluar dari sel-sel. Hiperkalemia akut adalah
keadaan gawat medik yang perlu segera dikenali dan ditangani untuk menghindari
disritmia dan henti jantung yang fatal. Biasanya konsentrasi kalium yang tinggi adalah
lebih berbahaya daripada konsentrasi kalium yang rendah. Konsentrasi kalium darah yang
lebih dari 5.5 mEq/L akan mempengaruhi sistem konduksi listrik jantung. Bila
konsentrasi yang tinggi ini terus berlanjut, irama jantung menjadi tidak normal dan
jantung akan berhenti berdenyut.
Ekskresi ginjal yang tidak adekuat merupakan penyebab hiperkalemia yang paling
sering terjadi. Gejala oligouria atau anuria yang muncul dan semakin progresifnya gagal
ginjal akut akan membuat kondisi hiperkalemia. Hiperkalemia merupakan salah satu
komplikasi yang paling serius pada penderita uremia. apabila K+ serum mencapai kadar
sekitar 7 mEq/L, dapat terjadi disritmia dan juga henti jantung. Selain itu, hiperkalemia
makin diperberat lagi oleh hipokalsemia, hiponetremia, dan asidosis. Oleh karena itu,
jantung penderita harus dipantau terus untuk mendeteksi efek hiperkalemia. Hiperkalemia
akut dapat diobati dengan pemberian glukosa dan insulin intravena yang akan
memasukkan K+ ke dalam sel, atau dengan pemberian kalsium glukonat 10% intravena
dengan hati-hati

16

1.6 Nursing Outcome Classification


1. Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam kadar kalium klien
menurun/ dalam batas normal
2. Kriteria Hasil
Peningkatan Kalium (5)
Peningkatan denyut jantung (5)
Kecemasan (5)
Kelemahan otot (5)
Mual (5)
Gelisah (5)
Sakit kepala (5)
Keterangan:
Sangat berat

skor 1

Berat

skor 2

Sedang

skor 3

Ringan

skor 4

Tidak ada

skor 5

1.7 Nursing Intervention Classification


Management Hyperkalemia (NIC 2014-2017)
Promosikan mengenai keseimbangan potassium dan pencegahan komplikasi yang terjadi
akibat level potassium lebih tinggi dari yang diinginkan
1. Dapatkan spesimen untuk analisis laboratorium kadar kalium dan ketidakseimbangan
elektrolit terkait (misalnya BGA, urin, dan kadar serum).
2. Pantau penyebab meningkatkan kadar kalium serum (misalnya gagal ginjal, asupan
yang berlebihan, dan asidosis).
3. Pantau manifestasi hiperkalemia (misalnya mual, kolik usus).
4. Pantau adanya gejala oksigenasi jaringan yang tidak memadai (misalnya pucat,
sianosis, dan pengisian kapiler lambat).
5. Kelola resep pengobatan untuk perubahan kalium pada sel (insulin + 50 % dekstrosa,
kalsium klorida, kalsium gluconate)
6. Berikan diuretik yang ditentukan, yang sesuai.
7. Pantau efek terapeutik dari diuretik (misalnya, meningkat urine output)
8. Pantau fungsi ginjal (misalnya, BUN dan Cr tingkat).

17

9. Monitor status cairan (misalnya, asupan dan output, berat badan, adventif
bunyi napas, sesak napas).
10. Observasi terhadap perubahan EKG, penanganan cepat peningkatan serum potassium,
dan ada tidaknya asidosis.
11. Berikan tatalaksana hyperkalemia sesuai dengan waktu terjadinya
12. Tingkatkan kepatuhan pasien untuk regimen diet (hindari makanan tinggi kalium)
13. Instruksikan pasien untuk merasionalkan penggunaan diuretic
14. Instruksikan pad pasien dan keluarga mengenai perawatan dan tindakan untuk
tatalaksana hyperkalemia
Nursing Intervention Outcome 2014-2017 menuliskan banyak sekali intervensi
yang ada untuk penatalaksanaan pasien dengan hyperkalemia. Kelompok mengambil 14
intervensi yang menurut kelompok sesuai dengan kasus yang diambil. Dari ke -14
intervensi tersebut juga sudah dilakukan sesuai standard di dalam implementasi pada
pasien CKD stage V dengan hyperkalemia di RS dr. Soetomo Surabaya. Penatalaksaan
ditekankan pada penurunan kadar kalium dengan berbagai cara diantaranya dengan
monitoring, diet pasien, dan juga pemberian medikasi dari dokter yang telah diresepkan.
Kelompok mengambil salah satu intervensi untuk ditelaah dengan jurnal yang didapatkan,
intervensi tersebut terkait dengan regimen diet yang harus dipatuhi oleh pasien. Perawat
disini berperan dalam memberikan edukasi kepada pasien terkait dukungan untuk
mematuhi diet yang telah disesuaikan dengan kondisi pasien. Sehingga diharapkan
perawat juga mengetahui jenis dan nilai dari makanan yang memiliki komposisi yang
berpengaruh pada peningkatan kadar kalium pada pasien CKD stage V dengan
hyperkalemia.

18

BAB 2
ANALISA JURNAL
Pada Bab I telah dijelaskan mengenai studi kasus pasien CKD stage V dengan hyperkalemia hingga penjelasan mengenai intervensi.
Dari berbagai intervensi yang ada di Nursing Intervention Outcome, 14 intervensi yang kami ambil sudah diterapkan pada pasien sesuai
dengan standartnya. Kelompok mengambil intervensi berupa pemberian motivasi kepada pasien terkait kepatuhan diet dengan pembatasan
kalium. Intervensi ini merupakan intervensi keperawatan yang bisa diterapkan pada pasien dan juga akan berpengaruh besar terhadap
kondisi hyperkalemia pada pasien ini. Sehingga pada Bab ini kelompok akan menelaah jurnal hasil temuan terkait dengan intervensi diet
pada pasien hyperkalemia.
Tabel 2.1 Analisis jurnal masalah keperawatan hiperkalemia dengan intervensi regimen diet yang harus dipatuhi oleh pasien
NO. JUDUL PENELITIAN
1. PATHOGENESIS,

DESAIN PENELITIAN
Jurnal ini berisi artikel mengenai

HASIL PENELITIAN
Terapi yang diberikan pada setiap

REKOMENDASI
Pengetahuan tentang mekanisme

DIAGNOSIS AND

patogenesis, diagnosis dan

individu dapat berbeda, tergantung

fisiologis tentang pengaturan

MANAGEMENT OF

manajemen hiperkalemia dengan

kepada perubahan ECG dan kadar

kalium sangat penting untuk

HYPERKALEMIA

metode educational review sehingga potassium. Terapi harus lebih

memahami penyebab hiperkalemia

tidak ditemukan adanya penelitian

difokuskan berdasarkan peningkatan

dan intervensi yang akan diberikan.

yang mutlak.

kadar potassium. Pemberian terapi harus


dapat meningkatkan masukan potassium

19

ke dalam sel sesuai dengan pengurangan


intake makanan tertentu dan intake oral.
Untuk mengetahui kadar kalium yang
2.

ACE inhibitors and

Dilakukan dengan metode kuisoner

terdapat dalam makanan lihat tabel 2.2


Data yang ditemukan mengenai

potassium foods

yang dikelola secara pribadi oleh

pengetahuan perawat dalam

menggambarkan kasus nyata

nurses knowledge

perawat di Rumah Sakit di Amerika

menghambat ACE inhibitor dan kalium

dimana perawat dapat memberikan

Serikat wilayah Atlantik Timur,

adalah 6216 % dan mengidentifikasi

health education tentang obat ACE

untuk mengevaluasi pasien yang

makanan yang tinggi dan rendah kalium

inhibitor dan diet kalium

diberikan ACE inhibitor dan health

sebanyak 3223 % . terdapat 5 dari 12

interaksi.

education makanan yang

makanan yang diberikan mengandung

mengandung potassium

kalium yang tinggi, yang tidak diketahui

Penelitian yang digunakan

ciri khasnya sebanyak 6 makanan. 1 dari


14 makanan yang rendah kalium dan
tidak diketahui ciri khasnya ada 11.
Skor untuk mengetahui dan
mengidentifikasi makanan tinggi dan
rendah kalium terlepas dari beban
pasien ACE inhibitor dan health

20

3.

DIET RENDAH

Jurnal ini berisi artikel mengenai

education untuk pasien


Menurut (Kresnawan,2012) kalium

Anjuran untuk membatasi sumber

PROTEIN DAN

penatalaksanaan gizi untuk pasien

disesuaikan dengan kondisi ada

kalium agar tidak semakin

PENGGUNAAN

dengan penyakit ginjal kronis.

tidaknya hiperkalemia 40-70 meq/hari.

memperburuk kondisi

PROTEIN NABATI

Sehingga tidak ditemukan adanya

Hindari sayur dan buah tinggi kalium

hyperkalemia. Selain itu juga telah

PADA PENYAKIT

penelitian yang mutlak.

jika pasien mengalami hiperkalemi.

dipaparkan pada hasil makanan apa

GINJAL KRONIS

Bahan makanan tinggi kalium

saja yang mengandung kalium

Triyani Kresnawan,

diantaranya adalah bayam, gambas,

tinggi. Hendaknya bisa dipatuhi

HMS Markun

daun singkong, leci, daun pepaya,

oleh pasien un tuk membatasi

Ahli Gizi Instalasi Gizi

kelapa muda, pisang, durian, dan

asupan kalium.

RSCM Jakarta. Divisi

nangka. Untuk mencegah penurunan

Ginjal Hipertensi Bag.

dan mempertahankan status gizi, perlu

Penyakit Dalam FKUI-

perhatian melalui monitoring dan

RSCM

evaluasi status kesehatan serta asupan


makanan oleh tim kesehatan Asuhan
gizi (Nutrition Care) betujuan untuk
memenuhi kebutuhan zat gizi agar
mencapai status gizi optimal, pasien
dapat beraktivitas normal, menjaga

21

keseimbangn cairan dan elektrolit, yang


pada akhirnya mempunyai kualitas
4.

PATIENT

hidup yang cukup baik.


Para ahli merekomendasikan makan diet

Seorang ahli gizi

INFORMATION:

yang mengandung setidaknya 4700 mg

merekomendasikan untuk

LOWPOTASSIUM

potassium perhari. Namun, kebanyakan

mengkonsumsi 1-3 porsi buah

DIET (BEYOND THE

orang dengan modern yang makan

rendah kalium per hari dan sayuran

BASICS)

untuk memutuskan penyakit ginjal

2-3 porsi rendah kalium per hari.

kronis atau cedera ginjal akut harus

Makanan yang kaya susu dan

makan lebih sedikit dari 1500 dengan

kalsium (1-2 porsi per hari).

2700 mg potassium per hari. Orang

Daging dan daging alternative (3-7

dengan penyakit ginjal kronis yang

porsi per hari). Selain itu

parah memiliki fungsi ginjal (yaitu

direkoomendasikan untuk

glomer laju filtrasi GFR di bawah 45

mengurangi kadar potassium pada

ml/menit, normal 100-200 ml/menit).

sayuran dengan cara :

Seorang ahli gizi membuat daftar

1. merendam sayuran 2 jam atau

rencana makanan rendah kalium.

lebih sebelum dimasak


2. bilas sayuran dengan air hangat

22

5.

EFEKTIVITAS

Jenis penelitian yang dilakukan

Dari penelitian ini disimpulkan bahwa

Dari penelitian yang sudah

INSULIN 2 UNIT

adalah deskriptif yang dilakukan

keberhasilan protap koreksi

dilakukan, didapatkan bahwa

DAN DEKSTROSA

secara prospektif di Intalasi Rawat

hyperkalemia dalam menurunkan kadar

pemberian insulin 2 unit dan

40% 25 ML

Inap Medik Penyakit Dalam I, II

kalium serum sampai < 5,5 mEq/L

dekstrosa 40% 25 mL efektif dalam

TERHADAP

dan Wanita, Ruang Perawatan

adalah 44,44% dari jumlah sampel

menurunkan hyperkalemia pada

PENURUNAN

Intensif Penyakit Dalam II dan

penelitian. Keberhasilan protap koreksi

pasien dengan penyakit ginjal

KADAR KALIUM

Instalasi Rwat Darurat bagian

paling besar pada hyperkalemia derajat

kronis. Sehingga pasien dengan

SERUM PADA

Medik RSU dr. Soetomo Surabaya.

ringan yaitu sebesar 77,78%.

hiperkalimia pada penyakit ginjal

PASIEN PENYAKIT

Keberhasilan merun seiring

kronis bisa diberikan terapi ini

GINJA KRONIS

meningkatnya derajat hyperkalemia.

secara cepat guna mencegah

DENGAN

Terapi lain yang potensial menyebabkan

terjadinya efk dari peningkatan

HIPERKALEMIA

peningkatan kadar kalium pada sampel

kalium yang berbahaya bagi

Pascha Riesma Wijaya

penelitian adalah pemberian packed red

keselamatan pasien.

cell (PRC)

23

Tabel 2.2 Komposisi kadar kalium dalam makanan


JURNAL

PEREMETER

KADAR KALIUM (mmol)

Pathogenesis,

1 small banana

(85 g)

8.6

diagnosis and

Blueberries

(100 g)

1.9

management of

White mushrooms

(75 g)

8.1

hyperkalemia

Broccoli, cooked

(75 g)

5.8

Green beans, cooked

(75 g)

3.9

Onions, cooked

(75 g)

1.5

French fries

(150 g)

17.7

Parboiled rice

(150 g)

2.2

Spaghetti, without egg (150 g)

2.3

Orange juice

(200 ml)

7.9

Milk, full fat

(200 ml)

7.7

Coca Cola

(200 ml)

0.1

Potato crisps

(20 g)

5.1

Milk chocolate bar

(20 g)

2.4

White chocolate

(20 g)

1.8

(20 g)

1.8

Wine gums
Sumber: Lehnhardt, 2010

24

Tabel 2.3 Makanan yang mengandung kalium dari beberapa menu yang diketahui perawat
Deskripsi berdasarkan hasil analisis
menu
Identifikasi berdasakan mayoritas
makanan yang mengandung
banyak potassium

Jenis makanan
Skim milk
Yogurt
White baked
potato with
butter
Mashed swett

tinggi

Laporan kandungan kalium


Tidak tinggi
N
%
26
31
25
30

Tidak diketahui
N
%
28
32
22
27

n
29
36

%
35
43

44

53

18

22

21

25

44

53

13

16

26

31

43

52

35

43

Laporan berdasarkan makanan

potato
Collards
Wheat toast with

yang mengandung tinggi sampai

butter

25

30

33

40

25

30

Orange juice
Bran cereal

37

45

45

54

15

18

22

27

46

55

sandwich on

11

26

31

48

58

wheat bread
Baked beans
Raw carrots

28
22

34
27

16
26

19
31

39
35

47
42

rendah potassium
Laporan berdasarkan mayoritas
makanan yang tidak diketahui yang
mengandung tinggi potassium

Turkey

25

with ranc

Identifikasi berdasakan mayoritas

dressing
Chocolate cake
Apple juice

makanan yang mengandung sedikit


potassium
Laporan berdasarkan makanan
yang mengandung rendah sampai

Corn on cob
Yellow squash

33

40

47

57

30

36

39

47

14

17

33

40

27

33

23

27

33

40

15

18

35

42

35

42

42

51

13

16

19

23

52

61

10
3
17
10
9
29
5
9
9

12
4
20
12
11
35
6
11
11

22
30
19
21
26
13
30
26
26

27
36
23
25
31
16
36
31
31

51
50
47
52
48
41
48
48
48

61
60
57
63
58
49
58
58
58

tinggi potassium
Laporan berdasarkan mayoritas
makanan yang tidak diketahui yang
mengandung sedikit potassium
Sausage and egg
biscuit
Barbequ chicken
Sweat tea
Cranberry juice
Pork chop
Grilled chicken
Green peas
Diet coke
Blueberry pie
Strawberry cake
Sumber: Bertrand, 2014
26

Dari berbagai telaah jurnal dan artikel dapat diambil kesimpulan bahwa penderita CKD dengan hyperkalemia perlu dilakukan
intervensi khusus guna mencegah terjadinya hal yang bisa memperburuk keadaan pasien. Berbagai intervensi bisa dilakukan oleh perawat
untuk manajemen hyperkalemia, namun telaah jurnal fokus pada satu intervensi saja. Salah satu intervensinya yaitu dengan memotivasi
klien untuk mentaati diet yang telah dianjurkan oleh ahli gizi serta penataan diet yang tepat bagi pasien CKD dengan hyperkalemia. Fokus
perawat disini adalah kepada motivasi dan edukasi terhadap klien, untuk perawat bisa mengedukasi klien serta keluarga maka seorang
perawat juga harus mengetahui kadar kalium di dalam makanan serta bagaimana prosesnya sehingga berpengaruh besar terhadap kondisi
hyperkalemia pasien. Tabel 2.2 dan tabel 2.3 memaparkan kadar kalium yang tertera di setiap makanan yang dianjurkan maupun yang
dilarang bagi pasien CKD dengan hyperkalemia. Selain pembatasan terhadap makanan dengan kadar kalium tinggi, intervensi terkait diet
yang lain juga bisa dilakukan.
Seperti yang telah dipaparkan pada artikel Patient Information: LowPotassium Diet (Beyond The Basics), bahwa makanan berupa
sayuran dengan kadar kalium tinggi dapat dikonsumsi dengan pengolahan yang tepat. Pengolahan disini dimaksudkan untuk menekan atau
bahkan menghilangkan kadar kalium dari dalam sayuran, yaitu dengan merendamnya menggunakan air hangat 2 jam atau lebih sebelum
dimasak. Menurut artikel diatas pengolahan ini efektif untuk mengurangi kadar kalium yang tinggi pada sayuran. Sehingga tidak hanya
mengetahui kadar kalium yang ada di dalam setiap makanan namun perawat juga dapat mengedukasikan kepada pasien dan keluarga
mengenai pengolahan makanan yang dianjurkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pasien CKD dengan hyperkalemia memerlukan
manajemen diet yang ketat terkait kadar kalium dalam makanan, juga kepatuhan pasien yang sangat berpengaruh terhadap kondisi
hiperkalemianya.

27

BAB 3
SIMPULAN
Hiperkalemia merupakan salah satu gangguan elektrolit yaitu adanya peningkatan
kadar kalium dalam darah. Ada beberapa penyebab terjadinya hiperkalemi yaitu karena
adanya efek dari obat yang diberikan, terganggunya distribusi kalium antararuang intraseluler
dan ekstraseluler, serta karenja adanya gangguan eksresi kalium oleh ginjal. Hiperkalsemia
berperan dalam hiperpolarisasi membran sel. Manifestasi klinis dapat bersifat neurologik,
kardiovaskuler, gastro-intestinal, ginjal dan tulang.
Untuk memantau kadar elektrolit dalam darah tentunya harus dilakukan pemeriksaan
laboratorium. Pada pasien hiperkalemi tentunya tidak hanya kadar kalium saja yang harus
dipantau tetapi harus dipantau juga kadar elektrolit lainnya seperti serum elektrolit, kreatinin,
dan BUN. Hasil tes urine terhadap potassium, kreatinin dan osmolaritas seharusnya diperoleh
untuk menghitung fraksi ekskresi potassium dan gradient potassium transtubular. Gradien
potassium transtubular dikaji dengan melihat potassium pada ginjal, dengan nilai normal 8
9, kadang juga mencapai 11 setelah meningkat akibat intake potassium. Nilai menurun
kemudian 5 pada hyperkalemia menunjukkan harus dilakukannya respon cepat pada ginjal
dengan tinggi potassium, nilai sangat rendah menunjukkan hipoaldosteronisme.
Manajemen hyperkalemia dikategorikan menjadi 3 bagian menurut waktu terjadinya
hiperkalemia, yaitu yang pertama tindakan akut (menyeimbangkan miokardium untuk
melindungi terjadinya aritmia dan perubahan potassium dari vascular ke dalam sel), yang
kedua total potassium tubuh rendah (tindakan yang menggeser potassium ke dalam sel tidak
memiliki efek pada total potassium tubuh), dan terapi jangka panjang (manajemen ini harus
didiskusikan dengan pasien terkait dengan diet rendah potassium yang harus dipatuhi
medikasi yang telah diresepkan).

29

DAFTAR PUSTAKA

Bertrand, Brenda & Carrie Livingston. 2014. ACE inhibitors and potassium foods nurses
knowledge. International Journal of Health Care Vol. 27 No. 1, 2014 pp. 54-64
Hollander, Joyce C., Rodriguez, & James F. Calvert. 2006. Hyperkalemia. American Family
Physician Vol 73 (2)
Kresnawan, Triyani. 2012. Diet Rendah Protein dan Penggunaan Protein Nabati pada
Penyakit Ginjal Kronik. Divisi Ginjal Hipertensi Bag. Penyakit Dalam FKUIRSCM.
Diakses
melalui
http://gizi.depkes.go.id/wpcontent/uploads/2012/05/diet_rendah_prot-nabati.pdf pada tanggal 20 juni 2015
pukul 11:22
Lehnhardt, Anja & Markus J. Kemper. 2010. Pathogenesis, diagnosis and management of
hyperkalemia. Pediatr Nephrol (2011) 26:377384
Weisberg, Lawrence S., 2008. Management of severe hyperkalemia. Crit Care Med 2008 Vol.
36, No. 12
Wijaya, Riesma Wijaya._______. Efektivitas insulin 2 unit dan dekstrosa 40% 25 mL
Terhadap Penurunan Kadar kalium Serum Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis
dengan Hiperkalemia.
Aldous, Danielle. 2010. POTASSIUM MODIFIED EATING PLAN. Ottawa Cardiovascular
Centre August 2010

LAMPIRAN

vi

You might also like