You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Di era yangserba canggih sekarang ini kita lupa akan latar
belakang lahirnya hukum yang kita kenal dalam lingkungan
kehidupan sosial di indonesia dan negara asia lain nya seperti
jepang sebagai negara yang hampir sama dalam latar ideologi
yaitu adanya sumber dimana peraturan-peraturan hukum tidak
tertulis dan tumbuh dan berkembang dan di pertahankan dengan
adat istiadat yang di anut oleh masyarakat tersebut dijadikan
sebagai acuan dan pedoman dalam langkah.
Latar belakang dalam penyusunan makalah pertama-tama
adalah untuk memahami istilah dan penerapan hukum adat dan
kebiasaan-kebiasaan
yang
ada
dalam
masyarakatsebagai
implementasi sosial dan kekerabatan dalam masyarakat.khusus
nya msyarakat indonesia yang masih sangat kuat dan eksitensi nya
tertanam hingga saat ini menjadi pedoman yang tak bisa di
pisahkan dengan hukum yang berlaku saat ini{hukum positif}.
2. rumusan masalah
a) Teori keberlakuan hukum adat
b) hukum islam dalam kerangka hukum nasional
3. tujuan penulisan
untuk bisa mengetahui hukum adat dan hukum islam
dan teori- teori tentang pelaksanaan hukum tersebut agar bisa
di terap kan dlam kehidupan bermasyarakat dan negara.

BAB II
PEMBAHASAN

A. TEORI
KEBERLAKUAN
HUKUM
INDONESIA
1) teori receptie in complexu

ADAT

DI

Berbicara tentang hukum yang berlaku


terhadap bumi putera, yaitu hukum adat bangsa
indonesia. Timbullah beberapa teori yaitu: teori
pertama di kemukakan oleh beberapa sarjana
belanda seperti carel frederik hunter (1799-1859),
salamo kayzor (1823-1868) danwiliam cristian van
berg (1845-1925) teori ini menyatukan bahwa hukum
adat indonesia adalah hukum agamanya mmasingmasing. Jadi menurut teori ini bahwa hukum berlaku
bagi pri bumi yang beragama islam adalah hukum
islam, hukum yang berlaku bagi penduduk asli yang
beragam khatolik adalah hukum agama nya,
demikian juga penganut agama lain, teori ini yang di
kenal dengan teori
receptio in complexu (RIC).
Hukum islam sepenuh nya sudah diterima oleh umat
islam berlaku sejak adanya kerajaanislam sampai
masa VOC yakni kita belanda masih belum
mencampuri semua persoalan hukum yang di
masyarakat.
Materi teori ini kemudian
dimuat dalam pasal 75 RR (regering reglemen) tahun
1855. Pasal 75 ayat 3 RR berbunyi oleh hakim indonesia
itu hendak lah di pebelakuan undang undang agama
(jadsdiensnge wetten) dan kebiasaan penduduk indonesia
itupada masa teori ini berlaku, pembentukan pengadilan
agama (priensterand) di samping pengadilan negeri
(landrand).bedasarkan pasal 75 dengan mengacu pada
teori RIC hukum waris yang berlaku bagi orang islam
adalah
hukum
waris
islam
dan
menjadi
kopentesi(wewenang) peradilan agama
.pada
mulanya, politik kolianal belanda sebenarnya cukup

menguntungkan posisi hukum islam, setidak smpai abad


ke 19 M dikeluarkannya staatsblaad No. 152 Tahun 1882
yang mengatur sekaligus mengakui adanya lembaga
peradilan di jawa dan di madura, tampa mengurangi
legalitas mereka dalam melaksanakan tugas peradilan
sesuai dngan ketententuan fiqh hal ini merupakan indikasi
kuat diterima nya hukum islam oleh pemerintah kolonial
belanda.Darisinilah muncul teori receptio in camplexu
yang dikembangkan oleh Lodewijk willem cristian van den
berg ( 1845 1925).Mr. L.W.C. van den berg seorang
sarjana hukum melaksanakan teori tentang hukum adat
yang di sebut teori receptio in camplexu inti dari teori
ini adalah sebagai berikut selama bukan sebalik nya
dapat dia buktikan, menurut ajaran ini hukum pri bumi
mengikuti agama nya, karna jika memeluk agama harus
mengikuti hukum agama itu dengan setia. Tegas nya
menurut teori ini , kalau suatu masyarakat itu memeluk
suatu
agama
tertentu,maka
hukum
adat
yang
bersangkutan adalah hukum agama yang di peluk nya itu.
Kalau ada hal-hal yang menyimpang dari hukum agama
yang brsangkutan, maka hal-hal ini di agap sebagai
penyimpangan (sesuatu yang sudah di atur sebelum nya
atau kesalahan pengalihan dari jalur yang sudah ada) dari
pada
hukum
agama
yang
telah
in
coplexu
gerecipieerd)di terima dalam keseluruhan.
Buktibukti teori ini teori ini dapat dilihat dalam ketentuan
brikut:
Statuta Batavia 1642 menyebutkan bahwa
sengketa warisan antara orang pribumi yang beragama
islam harus diselesaikan dengan mempergunakan hukum
islam, yakni hukum yang di pakai oleh rakyat sehari- hari.
Menurut ahli hukum belanda,hukum ini mengikuti agama
yang di anut seseorang jika orang itu memeluk agama
islam ,maka hukum islam-lah yang berlaku bagi nya.
Dengan adanya teori receptio in complexu maka hukum
islam sejajar dngan hukum lain nya.kondisi tersebut tidak
berlangsung lama, seiring dengan perubahan orentasi
politik belanda, kemudian dilakukan upaya pnyempitan
ruang gerak dan perkembangan islam. Perubahan politik
itu telah mengantar kan hukum isam dalam posisi kritis 1.

1 Sajuti thalib,receptio a contrario, (jakarta: bina kasara, 1985)

2) teori receptie
Teori ini sementara penjabat pemerintah
hindia belanda mulai di kemukakan melalui kritik terhadap
peraturan yang dikeluarkan. Mereka memperkenal kan het
indische adat rech atau hukum adat indonesia. Kritik ini di
mulai cornelis van vallenhoven (1874-1933). Kemudian
dilanjutkan oleh snouck hurgronje (1857- 1936 penasehat
pemerintah hindia belanda tentang soal-soal islam dan
anak negri. Teori receptie mengatakan bahwa hukum yang
berlaku bagi orang islam adalah hukum adat mereka
masing-masing, hukum dapat berlaku apabila sudah di
resepsi oleh hukum adat,jadi hukum adat lah yang
menentukan ada tidak nya hukum islam.
Sebelum
hugronje
di
tunjuk
sebagai
penasehat, tahun 1859 telah di mulai politik campur tngan
terhadap
urusan
keagamaan,
gebernur
jenderal
dibenarkan mencampuri urusan agama bahkan harus
mengawasi gerak gerik para ulama, bila dipandang perlu
demi kepentingan ketertiban ke agamaan.Sebagai
kolonalis, pemerintah belanda memerlukan inlandsch
politiek, yakni kebikjasanaan meng
enai pri bumi untuk
memahami dam menguasai pri bumi, demikian snouck
hurgronje menegaskan.maka,dialah oleh HARRY J. Benda,
disebut sebagai arsitek keberhasilan politik islam yang
paling legendaris. Politik ini didasari oleh suatu anggapan,
bahwa msuh kolonialisme bukanlah islam sebagai agama,
melaikan islam sebagai doktrin politik.Kemunculan teori
receptie sebenar nya berawal dari keinginan snouck
hurgronje agar orang pri bumi dari daerah jajahan tidak
memegang kuat ajaran islam, karna orang-orang yang
memegang ajaran islam dan hukum islam tidak akan
mudah di pengaruhi oleh peradaban barat. Snouck
hurgronje adanya pengaruh pan islamisme yang
dipelopori jamaludin afghani, muhammad abduh dan lainlain.Kekwatiran snouck hurgronje, telah membuat nya
menyusun dan menyampaikan beberapa nasihat kepada
4

pmerintah hindia belanda,dan di kenal dengan islam


policy,yang berisi tiga pokok pikiran:
1. dalam kegiatan agama dalam arti sebenar nya (bidang
ubudiah),pemerintah hindia memberikan kebebasan
secara jujur dan secara penuh tanpa syarat bagi orang
islam dalam melaksanakan ajaran agama nya.
2. dalam lapangan kemasyrakatan (bidang muamalah),
pemerintah hindia belandahendak nya menghormati adatistiadat dan kebiasaan rakyat yang berlaku dengan
membuka jalan yang dapat menuntun taraf hidup rakyat
jajahan kepada suatu kemajuan yang tenang kearah yang
mendekati pemerintahan hindia belanda.Yakni dengan
memberi bantuan kepada mereka yang menempuh jalan
ini.
3.
dalam
bidang
ketatanegaraan
(bidang
siyasah)mencegah tujuan yang dapat membawa atau
menghubungkan gerakan pan islamisme yang mempunyai
tujuan untuk mencari kekuatan-kekuatan lain dalam
hubungan menghadapi pemerintah hindia belanda
terhadap rakyat bangsa timur.
Teori receptie menyatakan bahwa bagi rakyat
pribumi pada dasar nya berlaku hukum adat. Hukum islam
berlaku bagi rakyat pribumi kalau norma hukum islam itu
telah di terima oleh masyarakat sebagai hukum adat.
Teori ini di jadikan alat oleh snouck hugronje agar orangorng pribumi jngan sampai kuat memegang agama islam
dan hukum islam. Jika mereka berpegang terhadap ajaran
dan hukum islam, Di kwatirkan mereka akan sulit
menerima dan di pengeruhi oleh budaya barat.ia pun
khawatir hembusan pan islamisme yang di tiupkan oleh
AL-Fgani berpengaruh di indonesia.
Untuk menggantikan Receptio in Complexu
dengan
Receptio,
pemerintah
belanda
kemudian
menerbitkan Wet op de Staatsinrichting van Nederlands
Indie, disingkat indische Staatsregeling (I.S), yang
sekaligus membatal kan Regeerrings Reglement (RR)
tahun 1885, pasal 75 yang menganjurkan kepada hakim
indonesia untuk memberlakukan undang-undang agama.
5

Dalam I.S. tersebut, diundangkan STBL 1929:212 yang


menyatakan bahwa hukum indonesia di cabut dari tata
hukum negara hindia belanda. Dan dalam pasal 134 ayat
2 menyatakan: dalam terjadi segala perkara hukum
perdata antara sesama umat islam, akan di selesaikan
oleh hakim agama islam apabila hukum adat mereka
menghendakinya.Dari ketentuan di atas, maka dengan
alasan hukum waris belum di terima sepenuh nya oleh
hukum adat.Pemerintah belanda kemudian menerbitkan
STBL 1937: 116 yang berisikan pencabut wewenang
pngadilan agama dalam masalah waris (yang sejak 1882
telah menjadi kopetensi nya) dan di lahirkan ke
pengadilan negeri.
Dengan
berlaku
nya
teori
Recipto tersebut dengan segala peraturan yang menindak
lanjuti nya, disamping di rancang nya untuk melumpuh
kan sistem dan kelembagaan hukum islam yang ada, juga
secara tidak lang sung telah mengembang kan hukum
barat di indonesia. Mengingat ruang gerak hukum adat
semakin terbatas tidak seperti hukum islam, sehingga
dalam kasus-kasus tertentu kemudian di butuh nya hukum
barat. Dengan demikian, maka pada fase ini hukum islam
mengalami kemunduran sebagai rekayasa belanda yang
mulai berkeyakinan, bahwa letak moral umat islam
sesungguh nya terletak pada komitmen nya terhadap
ajaran islam. Teori receptie ini amat berpengaruh
terhadap hukum islam di indonesia serta berkaitan erat
dengan
pemenggalan wilayah indonesia kedalam
sembilan wilayah hukum adat.
Teori receptie berlaku
hingga tiba di zaman kemerdekaan indonesia. Teori
receptie lahir untuk membendungi pan islamisme.STBL
1915 : 732 januari 1919 tidak memasukkan fiqh jinayah
dan hukum pidana yang di berlakukan adalah hukum
pidana dari belanda.Dia berusaha untuk menghancurkan
hukum islam dalam ketatanegaraan dan politik melarang
pengajian dan penguraian AL-QURAN dan Hadist dalam
bidang tatanegara dan bidang ilmu ke alaman di
persempit dalam bidang pekawinan,pewarisan dan
pengupayakan hukum kewarisan tidak di jalan kan umat
islam, cara nya:
1. mencabut wewenang recht(pengadilan) agama
untuk memutuskan masalah waris.

2. memberi kewenangan
recht(pengadilan negeri)

waris

pada

land

3. melarang penyelesaian dengan hukum islam apa


bila di kasus atau di tmpat tersebut ada hukum adat.
3) teori receptie exit atau A contrario
Teori ini di perkenal kan oleh
Prof.DrHazairin, SH. Menurut nya setelah indonesia
merdeka, tepat nya setelah plokamasi kemerdekaan
indonesia dan UUD 1945 di jadikan undang-undang
republik indonesia, semua
peraturan hindia belanda
yang bedasarkan teori Reptie bertentangan dengan jiwa
UUD 1945. Dengan demikian, teori receptie itu harus exit
alias keluar tata hukum indonesia merdeka. Teori receptie
bertentangan dengan AL-QURAN dan sunnah. Secara
tegas UUD 1945 setiap menyatakan bahwa NEGARA
BEDASAR KAN KETUHANAN YANG MAHA ESA dan
negara menjamin kemrdekaan setiap penduduk dan
memeluk agama nya msing masing
dan bribadat
menurut kepercayaan dan keyakinan nya itu. Demikian
dikatakan dalam pasal 29 (1) dan (2) penafsiran beliau
pada pasal 29 ayat (1) UUD 1945:
1. Dalam boleh
berlaku sesuatu yang di lakukan yg sesuai dengan kaedah
islam bagi umat islam atau bertentangan dengan kaedah
nasrani atau bertentangan bagi umat hindi bagi orang bali
atau yang bertentangan dengan norma kesusilaan budha
bgi orang budha.
2. Negara RI wajib menjalan kan syariat islam bagi
orang islam, syariat nasrani bagi orang nasrani dan syriat
hindu bali bagi orang bali, menjalankan syariat tersebut
memerlukan bantuan kekuasaan negara.
3. syariat yang tidak memerlukan bantuan
kekuasaan untuk melaksanakan dan karna itu dapat di
jalinkan sendiri bagi pemeluk agama yang bersangkutan
menjadi kewajiban pribadi terhadap ALLAH bagi orang itu
yang di jalankan sendiri bagi agama nya masing-masing.

Teori Recepti Exit yang di perkenal kan oleh


Hazairin di kembangkan oleh Sayuti Thaleb,S.H. dengan di
perkenal kan Teory Receptie A Contrario. Teory Recepti A
Contrario yang secara harfiah berarti lawan dari Teori
Recepti menyatakan bahwa hukum adat berlaku bagi
orang islam kalau hukum adat itu tidak bertentangan
dengan umat islam dan hukum islam. Dengan demikian,
dalam teory Receptie A Contrario,hukum adat itu baru
berlaku kalau tidak bertentangan dengan hukum islam.
Kalau
teori
Recepti mendahulukan berlakunya hukum adat dari pada
hukum islam, maka teory Recepti A Cotrario sebaliknya.
Dalam teori receptie, hukum islam tidak dapat di
berlakukukan jika bertentangan dengan hukum adat, teori
Reciptie A Contrario mendahulukan hukum islam dari
pada hukum adat, karna hukum adat bisa di laksanakan
jika tidak bertentangan dengan hukum islam. Setelah lahir
nya teori Receptie A Contrario yang memberlakukan
hukum dari kebalikan receptio. Yakni hukum adat itu baru
bisa di berlakukan kalau tidak bertentangan dengan
hukum islam. Dengan teori yang terakhir ini, maka hukum
islam ini dapat brgerak lebih leluasa2.

B. PERAN DAN FUNGSI HUKUM ADAT DALAM


KERANGKA
HUKUM
NASIONAL
1)kedudukan
hukum
adat
dalam
prepektif undang-undang dasar
Konsitusi
kita
sebelum amandemen tidak secara tegas menunjukkan
kepada kita pengakuan dan pemakaian hukum adat.
Namun bila di telaah, maka dapat di simpul kan
sesungguhnya rumusan yang ada di dalam nya
mengandung nilai luhur dan hukum adat. Pembukaan UUD
1945 , yang membuat pandangan hidup pancasila, hal ini
mencerminkan kepribadian bangsa, yang hidup dalam
nilai-nilai, pola pikir dan hukum adat. Pasal 29 ayat (1)
2 Sajuti thalib, op.cit

Negara bedasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, pasal 33


ayat (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
bedasarkan azas kekeluarga.
Ada 4 pokok pikiran dalam pembukuan UUD
1945,pokok pertama yaitu persatuan meliputi segenap
bangsa indonesia, hal ini mencakup juga dalam bidang
hukum, yang disebut hukum nasional. Pokok pikiran kedua
adalah negara hendak mewujudkankeadilan sosial, hal
iniberbeda dengan keadilan hukum.pokok pikiran ketiga
adalah mewujudkan kedaulatan rakyat, bedasarkan atas
kerakyatan dan pemusyawaratan dan perwakilan.pokok
pikiran keempat adalah negara bedasarkan ketuhanan
yang maha esa, hal ini mengharuskan cita hukum dan
kemasyarakatan harus senantiasa dikaitkan fungsi
manusia,masyarakat memiliki keimanan dan ketaqwaan
kepada tuhan yang maha esa.
Namun setelah amandemen konstitusi, hukum
adat di akui sebagaimana di nyatakan dalam UUD 1945
pasal 18 ayat (2) yang menyatakaan: Negara mengakui
dan menghormati kesatuan-kesatuan hukum adat beserta
hak tradisional nya sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip negara
kesatuan republik indonesia, yang di atur dalam undangundang.
Dalam memberikan
tafsiran terhadap ketentuan tersebut jimly ashiddiqie
menyatakan perlu di perhatikan bahwa pngakuan ini di
berikan oleh negara:
1. eksetensi suatu masyarakat hukum adat beserta
hak-hak tradisional yang di milikinya.
2. eksetensi yang di akui adalah
eksetensi kesatuan- kesatuan masyarakat hukum adat,
karena hukum adat itu haruslah bersifat eksetensi.
3. masyarakat hukum adat itu memang hidup
(masih hidup)
4. dalam lingkungan yang
tertentu
5. pengakuan dan
penghormatan
tanpa
mengabaikan
ukuran-ukuran
kelayakan bagi kemanusian
6. pengakuan dan penghormatan itu tidak boleh
9

mengurangi makna indonesia sebagai suatu negara yang


berbentuk NKRI

Memahami rumusan pasa18 UUD 1945 maka:


1. konstitusi menjamin kesatuan
msyarakat adat dan hak-hak tradisional nya
2. jaminan kostitusi sepanjang hukum adat itu
masih hidup
3. sesuai dengan perkembangan masyarakat
4. sesuai dngan prinsip NKRI
5. diatur dalam UUD
Dengan demikian konstitusi ini,
memberikan jaminan pengakuan dan penghormatan
hukum adat bila memenuhi syarat:
1.
syarat realitas, yaitu hukum adat masih hidup dan sesuai
perkembangan masyarakat
2. syarat idealitas, yaitu sesuai dengan
prinsip NKRI dan keberlakuan di atur dalam ketentuan
UUD
Pasal 28 ayat (3) UUD 1945 menegaskan bahwa
idetitas budaya dan hak tradisional di hormati selaras
dengan perkembangan zaman dqan peradaban.
2)kedudukan hukum adat dalam perundang
undangan
Perundang undangan
sesuai dengan UU No. 10 tahun 2004, maka tata urutan
peraturan perundang-perundangan sebagai berikut :
1. UUD 1945
2. UU/Peraturan Pemerintah
3. Peraturan presiden
4. Peraturan daerah
Hal
ini
tidak
memberikan tempat secara formil hukum adat sebagai
hukum perundang- perundangan, Kecuali hukum adat

10

sebagai wujud dalam hukum adat yang secara formal di


akui
dalam
prundang-undangan,kebiasaan,putusan
hakim,atau pendapat para ulama.
Dalam kesimpulan seminar hukum adat dan
pembinaan hukum nasional di yokyakarta tahun 1975
telah di jelaskan secara rinci sebenar nya kedudukan
hukum adat dalam tata hkum nasional. Dalam seminar
tersebut
dimna
di
jelaskan
tentang
hukum
adat,kedudukan dan peran hkum adat dalam sistem
hukum nasional, keddukan hukum adat dalam sistem
perundang-undangan, hkum adat dalam putusan hakim,
dan mengenai pengajaran dan penelitian hukum adat di
indonesia. Hasil seminar di atas dapat di harapkan
menjadi acuan perkembangan dalam hukum adat selanjut
nya mengingat kedudukan hukum adat dalam tata hukum
nasional di indonesia sangat lah penting dan mempunyai
peranan baik dalam sistem hukum nasional di indonesia,
dalam perundang-undangan, maupun dalam putusan
hakim.
3) kelembagaan adat
di
kabupaten
dalam
kaitan
dengan
fungsi
pemerintah
Peraturan daerah kabupaten gunung mas nomor 33 tahun
2011 tentang kelembagaan adat dayak di kabupaten
gunung mas pada pasal 7 dan pasal 8 mengenai
kedudukan, tugas dan fungsi damang kepala adat.
Pasal 7
1. Damang kepala adat berkedudukan di ibu kota
kecamatan sebagai mitra camat dan mitra dewan adat
dayak kecamatan, bertugas dalam bidang pelastrian.
2. Pengembangan
dan pemberdayaan, adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan
dan fungsi sebagai penegak hukum.
3. Untuk kelancaran tugas pokok dan fungsi nya,
kepala adat sebagai mana dimaksudkan dalam ayat (1) di
bantu oleh adat tingkat kecamatan dan desa.
4.
Kerapatan
mantir
tingkat kecamatan atau sebagai peradilan adat tingkat
terakhir.
5.

Kerapatan

mantir

11

perdamaian

adat

tingkat

kecamatan ditetetapkan dan di kukuh kan oleh adat


kabupaten,sedangkan ke rapatan mantir perdamaian adat
tingkat desa ditetap kan dan di kukuh kan oleh adat
kecamatan.
6.
Mendukung kelancaran dan ketertiban administrasi adat
di bantu oleh sekretaris.
Pasal 8
1. Menegakkan hukum dan menjaga
wibawa lembaga adat.
2. Membantu kelancaran
pelaksanaan eksekusi dalam acara perdata yang
mempunyai kekuatan hukum tetap.
3. Menyelesaikan perselishan atau pelanggaran
adat, di mungkinkan juga perkara-perkara dalam pidana,
baik pemeriksaan pertama atau pemeriksaan akhir.
4.
Berusaha
menyelesaikan
secara damai jika ada perselisihan suku antara suku lain
yang berbeda wilayah.
5.
Memberikan pertimbangan baik diminta maupun tidak
diminta kepada kepala daerah yang berhubungan dengan
tugas nya.
6. Memelihara dan mengembangkan
dan menggali keseniaan dan kebudayaan asli daerah
serta memelihara benda dan tempat bersejarah
peninggalan nenek moyang.
7.membantu
pemerintah
dalam
membngun
kelancaran pelaksanaan dalam segala bidang, terutama
bidang adat,kebiasaan dan hukum adat.
8.
Mengukuhkan
secara adat apabila di minta oleh masyarakat adat
setempat, para penjabat publik dan lainya yang telah di
lantik sebagai penghormatan adat.
9.dapat
memeberikan
kedudukan
hukum menurut hukum adat terhadap hal-hal yang
menyangkut adanya pengseketaanatau perkara perdata.
10.
Menyelenggarakan pembinaan dan pengembangan nilai
nilai adat, dalam rangka mempekaya, melestarikan dan

12

mengembangkan kebudayaan nasional.

4) hukum adat sebagai pelestarian nilai-nilai


adat istiadat.
Dalam
hukum
adat
dan
pembinaan hukum nasional tahun 1975, kedudukan
hukum adat dalam sistem hukum nasional,kedudukan
hukum adat dalam sistem perundann-undangan,hukum
adat dalam putusan hakim dan mengenai pengajaran dan
penelitian hukum adat di indonesia.
Dalam
berbagai
rumusan
peraturan orde baru kita dapat membaca bahwa negara
sangat besar kekuasannya, pandangan seperti misalnya
ketentuan UUPA.Hak atas tanah bedasar kan hukum adat
di akui, sepanjang masih hidup dan bertentangan dengan
pembangunan.Hukum adat adalah aturan tidak tertulis
yang hidup dalam masyarakat adat suatu daerah dan
akan tetap hidup selama masyarakat masih memenuhi
hukum adat yang telah di wariskan kepada mereka dari
para nenek moyang sebelum mereka. Oleh karena itu,
keberadaan hukum adat dan kedudukan nya dalam tata
hukum nasional todak dapat di pungkiri walau pun hukum
adat tidak tertulis dan bedasarkan asas legalitas adalah
hukum yang tidak sah. Hukum adat akan selalu hidup
dalam masyarakat.
Hukum adat adalah hukum yang benar-benar hidup
dalam kesadaran hati nurani rakayat yang tercermin
dalam pola-pola tindakan mereka sesuai dengan adatistiadatnya dan sosial budaya nya yang tidak
bertentangan dengan kepentingan nasional.Era sekarang
memang pantas disebut dengan era kebangkita hukum
adat yang di tandai dengan kebijaksanaan maupun
pengadilan. Namun tidak kalah penting perlu pengkajian
dan pengembangan yang lebih jauh dalam implikasinya
dalam hukum nasional.
Pengakuan adat oleh hukum formal
Mengenal persoalan penegak hukum
adat di indonesia, memang sangat prinsipil karena adat

13

merupakan salah satu cermin dari bangsa, adat


merupakan bagi bangsa, dan idetitas bagi tiap daerah.
Dalam kasus salah satu adat suku di maluku tengah,
butuh kajian adat yang mendetail,persoalan kemudian
pda ritual adat suku tersebut, dimana ritual tersebut
membutuh kan kepala manusia sebagai alat ritual adat
suku tersebut. Dalam penjatuhan pidana oleh salah satu
hakim pada pengadilan negri, pada penjatuhan hukum
mati, sementara dalam undang-undang penguasaan
kehakiman nomor 4 tahun 2004, dalam pasal 28
hakim harus melihat dan mempelajari kebiasaan atau
adat setempat dalam penjatuhan pidana dalam kasus
yang berkaitan dengan adat setempat.
Peraturan
ini
memuat
kebijaksanaan yang memperjelas prisip pengakuan
terhadap hak ulayat dan hak yang serupa dalam hukum
adat, sebagai mana di madsudkan dalam pasal 3 UUPA
kebijaksanaan tersebut meliputi:
1.
Penyamaan
persepsi
mengenai hak ulayat (pasal 1)
2.
Kriteria
dan
penentuan masih adanya hak ulayat dan hak-hak serupa
dan masyarakat hukum adat (pasal 2 dan 5)
3. Kewenangan masyarakat hukum adat terhadap
tanah ulayat nya (pasal 3 dan 4)
Indonesia merupakan negara yang
menganut plularitas di bidang hukum, dimana di akui
keberadaan hukum barat, hukum agama dan hukum adat.
Dalam prakteknya masyarakat masih ,memakai hukum
adat untuk mengelola ketertiban di lingkungan nya.

14

BAB III
PENUTUP

A) kesimpulan
Teori beraku nya hukum
adat di indonesia terdapat 3 dasar:
1.
Teori receptio in compexu, menurut teori ini bahwa

15

hukum tang berlaku tentang pribumi yang beragama


islam adalah hukum islam,hukum yang berlaku bagi
agama khatolik adalah hukum agama nya, demikian juga
agama lain.
2. Teori receptie, teori ini menyatakan hukum
yang berlaku bagi orang islam adalah hukum adat mereka
masing-masing, hukum islam dapat berlaku jika sudah
ada keputusan dari hukum adat, jadi hukum adat lah yang
menentukan ada dan tidak nya hukum islam.
3. Teori receptie a cotrario, teori ini
mengatakan, bahwa semua peraturan undang-undang
negara hindia yang bedasarkan teori receptie
bertentangan dengan jiwa UUD 1945, teori receptie
bertentangan dengan sunnah dan AL-QURAN. Maka, teori
receptie harus keluar dari tata hukum merdeka.
B) saran
Yang ingin penulis
sampaikan adalah bahwa makalah ini masih sangat lah
jauh dari makalah yang baik dan benar. maka, kami
sangatlah berharap saran dan juga kritik guna
memperbaiki makalah ini. Dan semoga selesai nya
makalah ini dapat memberi mamfat bagi kita semua
terutama bgi penulis sendiri... Amin Ya Robbal Alamin.

DAFTAR
PUSTAKA

- Soerojo wignojodipoero, pengantar dan asasasas hukum adat, Jakarta: PT. Toko gunung
agung,1995.
- Suejono suekantoe pokok-pokok hukum adat,
bandung: Alumni, 1989.

16

- Prof. Dr. H. Rusjdi Ali Muhammad, SH, hukum


adat dan hukum islam di indonesia,

17

You might also like