Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografi dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan (UU No.7 Tahun 2004). Fungsi DAS merupakan fungsi gabungan yang dilakukan oleh seluruh faktor yang ada pada DAS tersebut, yaitu vegetasi, bentuk wilayah (topografi), tanah, air, dan manusia. Aktifitas dalam DAS menyebabkan perubahan ekosistem, misalnya perubahan tata guna lahan, khususnya di daerah hulu, dapat memberikan dampak pada daerah hilir berupa perubahan fluktuasi debit air dan kandungan sedimen serta material lainnya. Tata guna lahan merupakan proses penataan atau pemanfaatan terhadap suatu lahan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Proses inilah yang akan membagi lahan menjadi beberapa fungsi tertentu seperti fungsi perumahan, perdagangan, industri, dan lain-lain. Pertumbuhan penduduk dan perkembangan struktur yang meningkat, diikuti dengan perkembangan ekonomi dan industri berakibat pada perubahan tata guna lahan yang akan sulit dihindari. Untuk menjamin keberlanjutan fungsi DAS, maka : (1) erosi tanah harus terkendali; (2) terjaganya kuantitas, kualitas dan kontinuitas air (water yield); dan (3) produktifitas dan daya dukung lahan yang tetap tinggi (Pawitan dan Murdiyarso, 1996). Untuk itu diperlukan sistem pengelolaan yang baik agar kerusakan DAS dapat dihindari. Kerusakan DAS dipercepat oleh peningkatan pemanfaatan sumber daya alam sebagai akibat dari pertambahan penduduk dan perkembangan ekonomi, kebijakan yang belum berpihak kepada pelestarian sumber daya alam, serta masih kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam konteks pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam (Sonapasma, 2010), hal ini berdampak DAS lambat laun mencapai tingkat yang kritis.
Pada
siklus
hidrologi
menggambarkan
fenomena
alam
yang
menghubungkan antara erosi, sedimentasi dan limpasan. Faktor utama terjadinya
erosi adalah hujan. Dampak dari erosi tanah dapat menyebabkan terjadinya pengendapan di sungai sehingga sungai menjadi dangkal dan daya tampung sungai berkurang. Penggunaan tata ruang yang tidak sesuai dengan kaidahnya dapat mengakibatkan perubahan pada faktor penutupan lahan/tanaman penutup yang merupakan faktor penentu dalam memprediksi erosi. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Tanggetada Kabupaten Kolaka, yang merupakan wilayah Daerah Aliran Sungai Popalia dengan luas DAS + 102,28 km2 dan panjang total alur sungai 46,56 km. Sedimentasi akibat erosi yang terjadi di hilir Sungai Popalia Oneeha sangat mengganggu operasional Bendung Popalia dan lokasi pemukiman masyarakat Desa Oneeha di dekat muara sungai dimana mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai petani sawah dan petani tambak udang/ikan. Sejak masuknya Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Damai Jaya Lestari pada Tahun 2005 di wilayah Kecamatan Tanggetada dan Kecamatan Watubangga, masyarakat di sekitar hilir dan muara sungai sering di landa banjir tahunan dimana puncaknya terjadi bencana banjir bandang pada pertengahan bulan Mei 2015 yang mengakibatkan tertimbunnya Bendung Popalia oleh sedimen yang berasal dari hulu DAS Popalia, sawah-sawah dan pemukiman penduduk pula ikut terendam. Berkaitan dengan hal tersebut penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian guna mendapatkan informasi sejauh mana laju erosi yang terjadi sebagai penyumbang sedimentasi terbesar di wilayah DAS Popalia untuk kemudian diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan Pemerintah Daerah Kabupaten Kolaka dalam pengelolaan lahan di wilayah DAS dalam bentuk penyusunan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Tahun 2015-2035 dengan mengangkat judul Prakiraan Laju Erosi pada DAS Popalia Kabupaten Kolaka dengan Menggunakan Metode Revised Universal Soil Loss Equation (RUSLE).
1.2. RUMUSAN MASALAH
Dari penjelasan latar belakang di atas maka permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Berapa jumlah curah hujan efektif yang terjadi di DAS Popalia. 2. Berapa laju erosi yang terjadi di DAS Popalia akibat curah hujan. 1.3. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah: 1. Menganalisa curah hujan efektif yang terjadi di DAS Popalia. 2. Mengetahui besarnya nilai laju erosi lahan yang terjadi akibat curah hujan pada guna lahan di DAS Popalia. 3. Menjelaskan kriteria erosi dengan visualisasi berupa pemetaan yang didasarkan akibat tata guna lahan. 1.4. BATASAN MASALAH Berdasarkan rumusan masalah yang ada, agar lebih sederhana dan lebih teliti maka dalam penelitian ini perlu adanya batasan masalah antara lain: 1. Menghitung curah hujan efektif yang berpengaruh terhadap Daerah 2. 3. 4. 5.
Aliran Sungai (DAS) Popalia.
Menghitung Erodibilitas yang terjadi di DAS Popalia. Menghitung kemiringan lereng DAS Popalia. Menghitung panjang lereng DAS Popalia. Menghitung laju erosi yang terjadi tahun ini dan tahun mendatang.
1.5. MANFAAT PENELITIAN
1. Sebagai peneliti; mengetahui, memahami perhitungan laju erosi melalui parameter-parameter dan variabel-variabel. 2. Sebagai referensi bagi peneliti lain dalam menganalisa laju erosi. 3. Sebagai informasi bagi institusi terkait bahwa telah terjadi erosi lahan di DAS Popalia.