Professional Documents
Culture Documents
3D Modelling
3D Modelling
NRP 3511100004
TEKNIK GEOMATIKA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA 2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT yang telah memberi kesehatan
sehingga penulis dapat meyelesaikan laporan Pembuatan 3D Modelling Menggunakan
Metode Fotogrametri Jarak Dekat (Studi Kasus : Tugu lampu) dengan baik.
Dengan selesainya laporan ini, penulis mendapat banyak bimbingan dan bantuan dari perbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr.Ing Teguh Hariyanto dan Ibu Hepi Hapsari Handayani, ST., M.Sc selaku
dosen mata kuliah Fotogrametri Jarak Dekat.
2. Bapak Husnul Hidayat, ST., MT, selaku dosen responsi mata kuliah Fotogrametri Jarak
Dekat, dan
3. Rekan mahasiswa mata kuliah Fhotogrametri jarak Dekat
Penulis sadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Dan semoga laporan ini
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................... iii
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................................
1.3 Tujuan ..............................................................................................................................
1.4 Manfaat ...........................................................................................................................
1
1
1
2
4
4
5
7
8
8
8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada jaman yang semakin modern, kebutuhan akan informasi geospasial semakin
meningkat. Begitu juga pada perkembangan dalam memperoleh serta pengolahan data spasial.
Itu juga selaras dengan perkembangan teknologi penginderaan jauh dan SIG yangsemakin
maju. Hal tersebut ditandai dengan perkembangan sensor, pengolahan data serta keragaman
dari aplikasinya. Fotogrametri adalah salah satu aplikasi dari teknologi penginderaan jauh.
Fotogrametri merupakan ilmu, seni dan teknologi untuk memperoleh ukuran terpercaya dari
foto udara (Kiefer, 1993). Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu seni, pengetahuan
dan teknologi untuk memperoleh data dan informasi tentang suatu objek serta keadaan
disekitarnya melalui suatu proses pencatatan, pengukuran dan interpretasi bayangan fotografis
(hasil pemotretan).
Dalam fotogrametri , kamera merupakan hal yang sangat krusial dalam data akuisisi foto
udara. Dalam pengambilan data foto udara dengan kamera terdapat kemungkian trjadi
kesalahan. Maka untuk meredukdsi kesalahan tersebut dilakukan kalibrasi kamera agar
mendapaot hasil yang maksimal. Dlama perkembangannya, telah ada beberapa software yang
menunjang dalam pengkoreksian data foto yaitu salah satunya adalah hotoModeler Scanner
V6.2.2.596. Oleh karena itu, dengan mempelajari software ini diharapkan pelaku kegiatan
fotogrametri (khususnya mahasiswa Teknik Geomatika) dapat lebih mudah dalam
mengkalibrasi hasil foto tanpa harus menggunakan cara manual fotogrametri.
Dengan adanya perkembangan dari software yang ada dan pengguna menjadi mudah
dalam mengoreksi data serta mereduksi kesalahan yang ditimbulkan saat data akuisisi dalam
pengerjaan survey dengan metode fotogrametri. Model 3D adalah representasi dari objek
3D dengan menggunakan poin-poin dalam ruang 3D yang dihubungkan dengan berbagai
entitas geometris seperti segitiga, garis, permukaan lengkung, dan lain-lain. Model 3D
banyak digunakan dalam berbagai bidang seperti bidang industri, medis, konstruksi
bangunan dan lain-lain.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang ditampilkan dalam kegiatan ini adalah :
a. Bagaimana pembuatan dan hasil kalibrasi kamera Non-Metrik menggunakan objek
Grid 2D (dua dimensi).
b. Bagaimana cara melakukan Oreintasi Luar objek
c. Bagaimana cara membuat 3D Modelling secara manual objek tugu lampu.
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini adalah:
a. Memahami proses pembuatan kalibrasi kamera Non Metrik.
b. Memahami prose dalam melakukan orientasi relatif objek
c. Serta memahami pembuatan bentuk 3D model objek secara manual.
1.4 Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari praktikum ini adalah :
a. Memberikuna pengetahuan secara umum mengenai proses melakukan kalibrasi kamera
non metrik.
b. Melalui praktikum ini dapat memberikan informasi proses pembutan 3D model objek
secara manual.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Fotogrametri Jarak Dekat
Fotogrametri merupakan seni, ilmu dan teknologi untuk memeperoleh informasi
terpercaya tentang objek fisik dan lingkungan melalui proses perekaman,
pengukuran,dan interpretasi gambaran fotofrafik dan pola radiasi tenaga
elektromagnetik yang terekam (Wolf 2000). Fotogrametri mencakup dua bidang yang
berbeda yaitu : (1) Fotogrametri metrik dan (2) Fotogrameteri interpretatif.
Fotogrametri metrik terdiri dari pengukuran cermat berdasarkan foto dan sumber
informasi lain yang pada umumnya digunakan untuk menentukan lokasi relatif titiktitik. Pada umumnya menggunakan foto udara (dibuat dari wahan udara), tetapi juga
digunakan foto terestrial (dibuat dengan kamera di muka bumi). Dengan demikian
aplikasi ni dapat digunakan untuk perhitungan ukuran jarak, sudut, luas, volume,
elevasi dan bentuk objek. Sedangkan Fotogrametri interpretatif merupakan cabang ilmu
interpretasi foto udara dan penginderaan jauh. Fotogrametri interpretatif ini tidak hanya
meliputi analisis foto tetapi juga penggunaan data yang dipeloleh dari berbagi jenis
piranti penginderaan jauh seperti multispektral, sensor inframerah dan lain-lain.
Fotogrametri Jarak Dekat merupakan suatu cabang penting ilmu fotogrametri
dengan kamera berada di permukaan bumi yang menpunyai jarak antara kamera dengan
objek sampai dengan 300 meter. Kamera Foto ini mudah dicapai sehingga dapat
dilakukan pengukuran langsung untuk memperoleh posisi pemotretan (wolf 2000).
Kamera dan prosedur analisis Fotogrametri Jarak Dekat ini dimulai pada akhir abd ke
19 oleh seorang kolonel Prancis, Laussedat (Atkinson, 1980). Teknologi Sensor pada
kamera merupakan komponen penting dalam perkembangan teknologi Fotogrametri
Jarak Dekat yang dapat digunakan untuk dalam aplikasi desain industri, produksi dan
kontrol kualitas, serta keperluan biomedis (Mass 2008).
Prinsip Dasar dalam penyelesaian permasalahan Fotogrametri Jarak Dekat adalah
dengan menerapkan prinsip persamaan kondisi kolinearitas. Kolinearitas merupakan
kondisi dimana stasiun pemotretan foto, titik objek, dan gambar foto, semua terletak
pada satu garis lurus. Perbedaan kondisi kolinearitas antara foto udara dengan foto
terestrial adalah berada pada sumbu foto.
(a)
(b)
Gambar 2.1 Kondisi Kolinearis a) Kondisi Kolinearis pada Foto Teristris b) Kondisi
Kolinearis pada Foto Udara
Jika gambar objek terestrial dan ruang objek diketahui seperti gambar 2.1 (a),
dan jika sudut rotasi omega, phi dan kappa digambarkan dengan rotasi searah jarum
3
jam pada sumbu x, y, dan z maka hanya ada sedikit perbedaan anatar kolinearis foto
udara dengan foto terestrial. Begitu juga sebaliknya yang disajikan pada gambar 2.1
(b), sumbu ruang gambar foto udara yang ditransformasikan yaitu x.y, dan z; masingmasing sejajar X,Y dan Z. Tetapi dalam hal sumbu terestrial, sumbu x, y dan z
masing-masing sejajar dengan Objek X, Z dan Y. Adapun persamaan kolinearitas
terestrial adalah sebagai berikut:
=
=
11 ( )+ 12 ( )+13 ( )
31 ( )+ 32 ( )+33 ( )
(2-1)
11 ( ) + 12 ( ) + 13 ( )
31 ( ) + 32 ( ) + 33 ( )
Dimana :
,
= Koordinat titik A di Foto
,
= Koordina titik utama
, ,
= Koordinat titik A di permukaan bumi
, ,
= Koordinat pusat pemotretan
Gambar 2.2 (a) Perpotongan dua foto terestrial. (b) Gambar tampak atas dua foto
terestrial
2.1.3 Posisi Stasiun Pemotretan dan Arah Sumbu Kamera
Untuk menetukan lokasi stasiun pemotretan dan sumbu arah kamera dalam
melakukan foto terestrial diperlukan suatu metode. Metode sederhana dan cukup
baik untuk meletakkan posisi mendatar stasiun pemotretan dan arah sumbu optik
ialah reseksi tiga titik. Metode ini dapat dilakukan secara grafik maupun numerik,
tetapi untuk memperoleh pemecahan, sudut harus diketahui dan paling tidak
gambar tiga titik kontrol mendatar harus tampak pada foto. Keuntungan penentuan
5
titik lokasi pemotretan dengan reseksi tiga titik adalah tidak diperlukan titik kontrol
berikutnya. Sedangkan kelemahannya terletak pada banyaknya titik kontrol. Reseksi
tiga titik bermanfaat untuk menentukan lokasi pemotretan satu foto dan untuk
pemetaan planimetris daerah yang luasnya terbatas (Wolf 2000).
Metode reseksi tiga titik digunakan untuk menentukan posisi stasiun pemotretan
dapat dilakukan apabila titik kontrol berjumlah tiga titik ikat atau lebih pada satu
foto tegak. Gambar 2.2 (a) memiliki titik kontrol horizontal A, B dan C yang tampak
pada foto vertikal nomor 1. Foto tersebut dibuat templet garis dengan menarik garis
dari titik utama ke tiga titik a,b dan c (lihat gambar 2.2 (b)). Templet dapat diletakkan
diatas peta dasasr (lihat gambar 2.3 (c)) untuk menentukan lokasi stasiun pemotretan.
Pada foto 2 dapat pula ditentukan lokasi stasiun pemotretannya berdasarkan reseksi
tiga titik yaitu pada titik b, c, dan d. Setelah dua stasiun pemotretan pada pasangan
streo ditentukan lokasinya, titik-titik objek yang lain bisa ditentukan lokasinya
berdasarkan metode interseksi. Jika diketahui lokasi titik e, f dan g, maka tiga titik
tersebut dapat digunakan untuk menentukan lokasi stasiun pemotretan foto 3.
3
Gambar 2.2 (a) Foto untuk titik kontrol banyak untuk reseksi tiga titik. (b) Templet
yang dibuat untuk reseksi tiga titik. (c) Menentuka lokasi stasiun pemotretan
dengan reseksi tiga titik.
Elevasi stasiun pemotretan merupakan ketinggian lensa kamera diatas datum.
Jika elevasi stasiun diketahui, makan elevasi lensa kamera ditentukan dengan
mengukur jarak tegak dari titik medan hingga lensa kamera dan ditambah dengan
elevasi titik medan tersebut. Jika elevasi stasiun pemotretan tidak diketahui, dapat
ditentukan dari titik kontrol tegak, apabila posisi mendatar kamera dan arah sumbu
optik diketahui.
Posisi dan elevasi titik A pada gamabr 2.3 diketahui dan sudut vertikal juga
diketahui, serta jarak mendatar , maka elevasi stasiun kamera dapat dihitung
dengan persamaan :
Elevasi = Elevasi Elevasi tan
(2-4)
= Distorsi Radial
1 , 2 , 3
= Koefisien polinomial distorsi radial
2
elemen lensa dalam gabungan lensa tidak terletak pada satu garis lurus.
Pergeseran yang terjadi pada arah x dan y digambarkan dengan persamaan
dibawah ini :
= 1 [ 2 = 2 ( 0 )2 ] + 21 ( 0 )( 0 )
(26)
= 1 [ 2 = 2 ( 0 )2 ] + 21 ( 0 )( 0 )
5. Lokasi titik utama. Koordinat titik utama yang dinyatakan terhadap x dan y
sumbu fidusial
6. Jarak antara dua tanda fidusial yang berhadapan
7. Sudut perpotongan garis-garis fidusial (Seharusya sebesar 900 1 menit)
8. Kerataan bidang Fokal ( seharusnya tidak menyimpang lebih dari 0.0005
inci atau 0,01 mm dari bidang datar).
2.3 Orientasi Luar
Orientasi luar mendefinisikan posisi dan orientasi dari berkas sinar, terhadap
sistem korrdinat ruang. Setiap berkas membutuhkan enam elemen independen, tiga
posisi dan tiga untuk orientasi (Mikhail 2001). Untuk setiap berkas sinar, tiga elemen
posisi mendefinisikan lokasi dari pusat perspektif dalam koordinat ruang. Tiga elemen
posisi tersebut dinotasikan dengan persamaan 2-7.
= [ ]
(2-7)
Orientasi dari berkas sinar dideskripsikan oleh tiga parameter independet, dimana
tiga parameter tersebut dibutuhkan untuk mendeskripsikan matriks rotasi, yang
menghubungkan koordinat ruang dan korrdinat citra. Orientasi luar didefinisikan
hubungan antara objek pada foto dengan sistem koordinat ruang yang dituliskan pada
persamaan dibawah ini.
[ ] = [ ]
(2-8)
dimana (x, y, -f ) adalah koordinat citra, k adalah faktor skala, M adalah matriks 3x3
yang berisi parameter rotasi, dan (X, Y dan Z ) merepresentasikan posisi titik objek.
2.4 Model 3 Dimensi
Perangkat lunak yang dapat digunakan untuk melakukan proses ini
adalah Photo Modeler Scanner. Perangkat lunak tersebut dapat menghitung koordinat
tiga dimensi dari titiktitik yang telah ditandai pada foto. Untuk dapat menghasilkan
koordinat tiga dimensi yang baik,terlebih dahulu dilakukan kalibrasi kamera untuk
mendapatkan parameter orientasi dalam kamera. Setelah itu, nilai parameter
orientasi dalam tersebut digunakan dalam perhitungan perataan berkas. Rekonstruksi
yang digunakan dapat berupa titik titik, point mesh, ataupun silinder.
dalam rekonstruksi model 3D, parameter yang akan ditentukan adalah
posisi objek diruang 3D (XA, YA, ZA). Dalam perhitungan perataan berkas terbagi
8
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Fotogrametri jarak dekat, pemodelan 3 dimensi objek lampu ini
dilaksakana pada
Hari/Tanggal : Rabu, 16 April 2015
Pukul
: 16.00 WIB
Tempat
: Tugu Lampu
3.2 Data dan Peralatan
Berikut adalah data dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan ini :
3.2.1 Data
Data yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah :
1. Grid Kalibrasi Photomodeller
Grid kalibrasi yang digunakan merupakan grid yang disedan oleh sofware
Photomodeller dengan dengan jumlah titik yaitu 100 titik termasuk 4 titik kontrol.
3.2.2. Peralatan
1. Kamera NIKON COOLPIX L840
2. 1 Unit laptop Lenovo
3.2.3 Software
1. Software Photomodeller
2. Microsof Office
10
11
2.
3.
4.
5.
Pemotretan objek dilakukan untuk menghasilkan foto objek (kotak, silinder dan
gundukan rumput) dari berbagai posisi sehingga menhasilkan foto objek yang
banyak. Foto tersebut dan orientasi dalam hasil kalibrasi kamera digunakan
untuk pengolahan data.
Penandaan Titik Kontrol
Titik-titk kontrol pada objek dimaksudkan untuk mengetahui parameter
orientasi relatif pada posisi pemotretan. Titik kontrol yang diletakkan pada
objek ditandai dengan simbol gambar lingkaran berwarna putih dimaksudkan
untuk memudahkan dalam menentukan parameter orientasi relatif, serta
memudahkan dalam penentuan titik sampel (tie point) untuk pemodelan objek.
Orientasi Relatif
Pada proses ini dimaksudkan untuk mencari pasangan titik dari berbagai foto
yang diamati. Tujuan dari orientasi relatif ini untuk mendaptkan parameter
orientasi luar kamera.
Penentuan Tie Point
Penentuan Tie Point pada dua foto atau lebih dimaksudkan untuk menentukan
titik-titik sampel sesuai bentuk objek. Penentuan tie point ini dilakukan secara
manual pada software Photomodeller untuk mendapatkan hasil yang lebih
bagus. Titik sampel tersebut memiliki titik koordinat x, y, dan z. Sehingga dapat
dilakukan pemodelan 3D.
Pemodelan Objek 3D
Titik yang telah dibuat kemudian digabungkan untuk melihat permukan objek
sesui dengan objek sebenarya di lapangan.
12
4. Muncul jendela New Project Wizard pilih select photos-point based project. Pilih
direktori penyimpanan foto yang akan digunakan. Kemudian dengan mengklik icon
, memindahkan foto-foto yang akan digunakan untuk kalibrasi kamera (misalnya
12 buah foto), klik icon tersebut sampai foto-foto yang dipilih tertera pada kotak
disebelah kanannya. Kemudian klik Next.
13
6. Setelah proses kalibrasi kamera selesai, akan muncul tampilan Automatic Camera
Calibration seperti dibawah ini. Kemudian pilih Show Report.
7. Project Status Report. pada pilihan show report akan tertera seperti di bawah ini.
8. Klik Close pada jendela automatic camera calibration, maka muncul tampilan seperti
di bawah ini. Isi nama file kalibrasi yang akan disimpan klik Yes-Add
14
3. Selanjutnya akan ada tampilan untuk membuka file foto yang akan dibuat 3D
model. Pada jendela tersebut tentukan lokasi file kemudian Next.
15
c. Pada menu Project Proses. untuk melihat hasil orientasi relatif klik
menu 3D pada toolbar.
Toolbar 3D View
5. Setelah semua foto telah dilakukan orientasi relatif, langkah selanjutnya adalah
melakukan pemodelan 3D. Adapun caranya adalah sebagai berikut :
a. Penentuan Tie Point
Penentuan Tie point ini adalah menentukan titik-titik menyesuaikan bentuk
objek. Langkah pembuatanya sama dengan melakukan penentuan titik
orientasi relatif pada menu Referencing kemudian melakukan Prosess
pada menu Project.
b. Membuat Surface 3D
16
Setelah titit tie point dibuat, kemudian kita akan membuat surface pada
tampilan 3D view dengan menghubungkan titik-titik tersebut. Klik toolbar
Path Mode ( ) hubungkan masing-masing titik searah jarum jam,
klik kanan finish Surface
17
BAB IV
HASIL DAN ANALISA
4.1 Hasil Praktikum
4.1.1 Hasil Kalibrasi Kamera Nikon COOLPIX L840
Berikut adalah hasil kalibrasi kamera Nikon COOLPIX L840 yang telah
dilakukan dengan menggunkan foto grid kalibrasi.
Z Precision
0.001316592781
0.001188640668
0.003076297471
0.001247983909
0.001485326882
0.003762435307
0.003211412517
n/a
0.003181439334
0.001153047639
0.001084638080
0.001085420246
0.001249002083
0.002401498039
n/a
0.002090419184
n/a
n/a
n/a
n/a
n/a
n/a
n/a
n/a
Tightness
0.002214383653
0.003534503018
0.001740983873
0.011202868868
0.006819313432
0.002055443658
0.001447461245
n/a
0.001248742183
0.002112596286
0.001934783760
0.001345163463
0.001604017838
0.001271674743
n/a
0.000794532907
n/a
0.000374164896
0.000296698673
0.002671252166
0.000310417510
0.001584508882
0.000398767193
0.001486289896
Angle (deg.)
Use In ProcessProzen
89.491938750800 degs
yes
no
89.891775246107 degs
yes
no
51.879841881327 degs
yes
no
89.777488707693 degs
yes
no
89.028480831915 degs
yes
no
51.547007360994 degs
yes
no
52.157648612421 degs
yes
no
n/a
yes
no
51.250376618455 degs
yes
no
85.947039471554 degs
yes
no
85.499859708399 degs
yes
no
86.540867462538 degs
yes
no
86.096546817405 degs
yes
no
56.218494782452 degs
yes
no
n/a
yes
no
82.508525071695 degs
yes
no
n/a
yes
no
79.569503177599 degs
yes
no
81.111543038093 degs
yes
no
86.229047588729 degs
yes
no
32.972365505327 degs
yes
no
87.182441790130 degs
yes
no
81.651054629865 degs
yes
no
88.327550055819 degs
yes
no
18
4.2 Analisa
Pada pengolahan kalibrasi kamera, diperoleh point marking residual dengan
RMS 0,2040, maximum Residual 1,2468 dan Photo Coverage 76 % dari
area yang disarankan adalah 80 %. Panjang fokus yang digunakan adalah 4
mm, sedangkan hasil kamera adalah 4,1343 mm. Terjadi pergesesan lensa
sebesar 0,1243 mm. Untuk hasil Principal point X dan Y adalah 3,1378 dan
2,2934 dari pergeseran 0. Untuk kesalakan distorsi lensa adalah K1=
0,0003988, K2= -0,0001875, K3= 0,00000, P1 = - 0,00005492, dan P2=0,0007592. Untuk mendapatkan hasil kalibrasi kamera yang baik hendaknya
memperhatikan cahaya yang cukup, sehingga foto yang dihasilkan dapat
terkalibrasi dengan baik.
Analisa oreintasi relatif diperoleh titik kontrol sebayak 24 titik dari 12 foto
objek. RMS terbesar yaitu 8 sedangkan RMS terkecil yaitu 0,2. Kelemahan
dari orientasi relatif ini adalah kurang akurat dalam penentuan titik kontrol,
kerena pada objek tersebut tidak ditandai titik kontrol sehingga menyulitkan
penentuan titik kontrol pada saat melakukan pengolahan data.
Jumlah titik pada pembuatan 3D objek adalah 307 titik, dengan RMS
terbesar 28 piksel dan RMS terkecil adalah 1 piksel. Untuk hasil ini
dinyatakan kurang bagus dari segi akurat data, kelemahannya terjadi pada
saat penentuan tie point yang kurang akurat. Kurang akuratnya titik tersebut
disebabkan kurang jelas antara titik yang sama pada foto yang berbeda,
karena pengaruh pencahayaan dan kualitas foto.
Kekurangan dalam pembuatan 3D objek ini ada pada lampu bagian atas,
karena bentuk yang melingkat dan pada lampu tersebut tidak ada titik
kontrol sehingga menyusahkan dalam pembuatan surface bentuk bulat.
19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum pembuatan 3D Modelling menggunakan
Fotogrametri Jarak Dekat dengan Objek tugu lampu adalah :
Pada pengolahan kalibrasi kamera, diperoleh point marking residual dengan
RMS 0,2040, maximum Residual 1,2468 dan Photo Coverage 76 %.
Principal point X dan Y adalah 3,1378 dan 2,2934dan kesalakan distorsi
lensa adalah K1= 0,0003988, K2= -0,0001875, K3= 0,00000, P1 = 0,00005492, dan P2=-0,0007592
Jumlah titik oreintasi relatif diperoleh titik kontrol sebayak 24 titik dari 12
foto objek. RMS terbesar yaitu 8 sedangkan RMS terkecil yaitu 0,2.
Jumlah titik pada pembuatan 3D objek adalah 307 titik, dengan RMS
terbesar 28 piksel dan RMS terkecil adalah 1 piksel
5.2 Saran
Saran yang didapat dari praktikum ini yaitu :
Untuk mendapatkan hasil kalibrasi kamera yang baik hendaknya
memperhatikan cahaya yang cukup, sehingga foto yang dihasilkan dapat
terkalibrasi dengan baik. Kualitas foto ini juga untuk memudahkan dalam
pembuatan model 3D serta mendapatan tekstur permukaan yang bagus.
Hendaknya melakukan pemasangan titik kontrol pada objek untuk
memudahkan dalam pembuatan titik tie point.
Praktikum selanjutnya harus ditemukan cara membuat model 3D bentuk
bulat.
20
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, 1996. Close Range Photogrametry and Machine Vision. Whiteles Publishing.
Scotland, UK
Wolf, P.R. 2000. Element Photogma
tery Second Edision.
Subramanian, R. 2007. Surveying and Levelling.Oxford University Press. New Delhi
Mikhail, E M, and Bethel, S James. 2001. Intorduction Modern Photogrammetry. Jhon Wiley
and Sons, Inc. United States of America
Mass, Hans-Gerd. 2008. Close Range Photogrametry Sensors. Advances in Photogrammetry,
Remote Sensing and Spasial Information Sciences, IPRS Congress Book. London
21