You are on page 1of 88
MENTERI PEKERJAAN UMUM. REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 42/PRT/M/2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG INFRASTRUKTUR DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Daftar Isi Hal. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 42/PRT/M/2007 Tentang Petunjuk Teknis Penggunean Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur i 1 Lampiran- 1 Petunjuk Pelaksanaan Subbidang Jalan 10 Lampiran-2 Petunjuk Pelaksanaan Subbidang Irigasi. 27 Lampiran~3a — Petunjuk Pelaksanaan Subbidang Air Minum ... 47 Lampiran - 3b Petunjuk Pelaksanaan Subbidang Sanitasi Lingkungar 57 Lampiran—4 — Pemantauan dan Evaluasi 69 Lampiran- 5 Mekanisme Pelaporan ... na Menimbang Mengingat MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM. NOMOR: 42/PRT/M/2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, |. bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 59 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, Menteri ‘Teknis menyusun Petunjuk Teknis Penggunaan DAK; . bahwa untuk pelaksanaan dari Pasal 59 ayat (1) sebagaimana tersebut dalam huruf a Menteri PU telah menerbitkan Peraturan Menteri PU Nomor 39/PRT/M/2006 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur Tahun 2007, yang dalam pelaksanaannya sudah tidak sesuai lagi sehingga perlu dilakukan perubahan; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 137 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574); Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2005; Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tuges Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2006; Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 286/PRT/M/2005. tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum. 1 MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG INFRASTRUKTUR BABI KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat. Menteri adalah Menteri Pekerjaan Umum. Departemen adalah Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal di lingkungan Departeren Pekerjaan Umum, Daerah otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. yawn 6. Bidang Infrastruktur adalah kegiatan yang meliputi Subbidang Jalan, Subbidang Irigasi, dan Subbidang Air Minum dan Sanitasi. 7. Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur yang selanjutnya disebut DAK Bidang Infrastruktur, adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional khususnya untuk membiayai kebutuhan prasarana dan sarana Bidang Infrastruktur masyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah. 8 Satuan Kerja Perangkat Daerah Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur yang selanjutnya disebut SKPD DAK adalah organisasi/lembaga pada Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab kepada Gubernur/Bupati/Walikota yang menyelenggarakan kegiatan yang dibiayal dari Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur. Bagian kedua Maksud, Tujuan, dan Ruang Lingkup Pasal 2 (.) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi Departemen, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam pemanfaatan, _‘pelaksanaan, pemantauan, dan pembinaan dari segi teknis terhadap kegiatan yang dibiayai melalui DAK Bidang Infrastruktur; 7 (2.) Tujuan dibentuknya petunjuk teknis ini untuk: a. Menjamin tertib pemanfeatan, pelaksanaan dan pengelolaan DAK Bidang Infrastruktur yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten atau Pemerintah Kota; b, Menjamin terlaksananya koordinasi antara Departemen Pekerjaan Umum, departemen terkait, dinas teknis di provinsi, dan dinas teknis di kabupaten/kota dalam pelaksanaan, pengelolaan, dan pemantauan teknis kegiatan yang dibiayai dengan DAK Bidang Infrastruktur; . Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemanfaatan DAK Bidang Infrastruktur, sérta mensinergikan kegiatan yang dibiayai dengan DAK Bidang Infrastruktur dengan kegiatan prioritas Departemen; d, Meningkatkan kinerja presarana dan sarana bidang infrastruktur seperti kinerja jalan provinsi/kabupaten/kota, kinerja pelayanan jaringan irigasi (termasuk jaringan reklamasi rawa) yang merupakan kewenangan provinsi/kabupaten/kota, serta meningkatkan cakupan pelayanan air minum dan sanitasi di perkotaan dan perdesaan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. (3.) Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri ini meliputi perencanaan dan (Ly 2) GB.) (4) Pemrograman, Koordinasi penyelenggaraan, pelaksanaan, tugas dan tanggung jawab pelaksanaan kegiatan, pemantauan dan evaluasi, pelaporan kegiatan/fisik dan keuangan, mekanisme pelaporan keuangan DAK Bidang Infrastruktur dengan aplikasi Sistem Akuntansi Instansi (SAI), serta penilaian kinerja, BAB IL PERENCANAAN DAN PEMROGRAMAN Pasal 3 Departemen melalui unit Eselon-1 dan/atau unit Eselon-2 terkalt untuk masing-masing subbidang membantu proses perencanaan kegiatan yang dibiayai DAK Bidang Infrastruktur dalam hal: a. Merumuskan kriteria teknis pemanfeatan DAK Bidang Infrastruktur; b, Memberikan rekomendasi alokasi dana untuk masing-masing subbidang dan untuk masing-masing provinsi/kabupaten/kota; c. Pembinaan teknis dalam proses penyusunan Rencana Kegiatan (RK) dalam bentuk pendampingan dan pelatihan; d, Melakuken evaluasi dan sinkronisasi atas usulan Rencana Kegiatan (RK) dan perubahannya, terkait kesesuaiannya dengan prioritas nasional. Prioritas nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi @. Subbidang Jalan meningkatken integrasi fungs! jaringan jalan, meningkatkan akses- akses ke daerah potensial, membuka dzerah terisolasi dan terpencil, mendukung pengembangan kawasan perbatasan; b. Subbidang frigasi, mempertahankan tingkat pelayanan jaringan irigasi (termasuk jaringan reklamasi rawa) di provinsi dan kabupaten/kota guna mendukung program ketahanan pangan; ¢. Subbidang Air Minum dan Sanitasi memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum dan sanitasi kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perdesaan dan kawasan kumuh perkotaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Berdasarkan penetapan alokasi DAK Bidang Infrastruktur dari Menteri Keuangan, Gubernur/Bupati/Walikota penerima DAK membuat Rencana Kegiatan (RK) kegiatan yang akan dibiayai dengan DAK Bidang Infrastruktur secara partisipatif berdasarkan konsultasi dengan berbagai pemangku kepentingan, dan kegiatan tersebut memenuhi kriteria prioritas nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Penyusunan Rencana Kegiatan (RK) harus memperhatikan tahapan penyusunan program, penyaringan, dan penentuan lokasi kegiatan yang akan ditangani, penyusunan pembiayaan, serta metoda pelaksanaan yang berpedoman pada standar, peraturan, dan ketentuan yang berlaku. (5.)Rencana Kegiatan (RK) dan usulan perubahannya terlebih dahulu dikonsultasikan ke init Eselon-1 dan/atau Dinas Provinsi terkait tentang kesesuaian dengan prioritas nasional, sebelum disampaikan kepada Kanwil Ditjen Perbendaharaan setempat. (6.) Mekanisme perencanzan dan pemrograman untuk masing-masing subbidang sesuai ketentuan pada Lampiran 1 untuk Subbidang Jalan, Lampiran 2 untuk Subbidang Irigasi, Lampiran 3a untuk Subbidang Air Minum, dan Lampiran 3b untuk Subbidang Sanitasi yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan Menteri ini, BAB IIT KRITERIA TEKNIS Pasal 4 (1) Kriteria Teknis kegiatan Bidang Infrastruktur meliputi: a. Kriteria Teknis untuk prasarana jalan; b. Kriteria Teknis untuk prasarana irigasi (termasuk jaringan reklamasi rawa); cc. Kriteria Teknis untuk prasarana air minum dan sanitasi. (2.) Kriteria Teknis untuk prasarana jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mempertimbangkan: A, Jalan Provinsi Panjang jalan provinsi (km); Panjang jalan provinsi tidak mantap (km); Kinerja jalan provinsi (dalam nilai kekasaran jalan); Kinerja pelaporan DAK Subbidang Jalan Provinsi; Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK). B, Jalan Kabupaten/Kota Panjang jalan kabupaten/kota (km); Panjang jalan kabupaten/kota tidak mantap (km); Kinerja Jalan kabupaten/kota (dalam nilai pertambahan kemantapan jalan); peaoo8 Kinerja pelaporan DAK Subbidang Jalan Kabupaten/Kota; Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK). pao ge (3.) Kriteria Teknis untuk prasarana irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b mempertimbangkan: a. Luas Daerah Irigasi (DI) dan Daerah Reklamasi Rawa sesuai kewenangan daerah; b. Kerusakan jaringan irigasi pada Daerah Irigasi (DI) dan jaringan reklamasi rawa yang luasnya disesuaikan dengan kewenangan daerah; . Kinerja pelaporan penggunaan DAK Subbidang Trigasi (termasuk jaringan reklamas! rawa) Provinsi dan Kabupaten/Kota; d.Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK). (4.)__Kriteria Teknis untuk prasarana alr minum dan sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c mempertimbangkan: a. Desa dan kelurahan rawan air minum dan sanitasi (desa/kelurahan); b. Jumlah penduduk desa/kelurahan berpenghasilan rendah (>20% dari total penduduk); Luas kawasan kumuh perkotaan (>2 Ha); Tingkat/cakupan pelayanan air limbah pada daerah rawan sanitasi; Tingkat/cakupan pelayanan persampahan rendah; Daerah genangan di kawasan kumuh/nelayan; Kinerja pelaporan DAK Subbidang Air Minum dan Sanitasi Kabupaten/Kota; Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK). BABIV KOORDINASI PENYELENGGARAAN Pasal 5 (1) Menteri membentuk Tim Koordinasi Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur tingkat Departemen, yang terdiri dari unsur Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal, dan unit kerja Eselon-1 terkait. (2) Tugas dan tanggung jawab Tim Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Menyusun petunjuk teknis penggunaan DAK Bidang infrastruktur; b. Memfasilitasi pelaksanaan sosialisasi dan diseminasi serta pembinaan pelaksanaan kepada Daerah-daerah yang mendapat DAK Bidang Infrastruktur; cc. Memfasilitasi pelaksanaan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan DAK Bidang Infrastruktur oleh Daerah; d. Memberikan saran, masukan, maupun rekomendasi kepada Menteri dalam mengambil kebijakan terkait penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur; fe. Menyiapkan laporan tahunan Departemen kepada Menteri Keuangan terkalt penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur. (3) Biaya operasional Tim Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada Satuan Kerja, Biro Perencanaan dan KLIN. Pasal 6 (1) Unit Eselon-1 terkait masing-masing subbidang membentuk Tim Teknis Penyelenggaraan DAK subbidang terkait. (2) Tugas dan tanggung jawab Tim Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a, Membantu pelaksanaan sosialisasi, diseminasi, dan pembinaan pelaksanaan kepada Daerah-daerah yang mendapat DAK subbidang terkait; b. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan DAK pada subbidang terkait; c. Menyiapkan dan menyampaikan laporan tahunan subbidangnya, kepada Tim Koordinasi Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur tingkat Departemen. (3) Biaya operasional Tim Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada masing- masing unit Eselon-1 terkait. Pasal 7 (1) Gubernur membentuk Tim Koordinasi Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur tingkat provinsi, yang terdiri dari unsur Bappeda provinsi, dinas teknis terkait, dan Balal/Satuan Kerja Pusat yang ada di Daerah terkeit. (2) Tugas dan tanggung jawab Tim Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Memberikan masukan penyusunan petunjuk teknis pelaksanaan DAK Bidang Infrastruktur; b. Membantu pelaksanaan sosialisasi, diseminasi, dan pembinaan pelaksanaan kepada Daerah-daerah yang mendapat DAK Bidang Infrastruktur; c. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap Pelaksanaan DAK Bidang Infrastruktur oleh pemerintah provinsi dan kabupaten/kota; d. Memberikan saran dan masukan atas Rencana Kegiatan (RK) yang disusun pemerintah provinsi dan kabupaten/kota kepada Tim Koordinasi Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur tingkat departemen; , Menyiapkan laporan triwulanan, semesteran, dan tahunan terkait penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur di provinsinya, dan menyampaikannya kepada Tim Koordinasi Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur tingkat Departemen sebagaimana mekanisme pelaporan dalam Peraturan Menteri int, (3) Pelaksanaan Kegiatan operasional Tim Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh Balai/Satuan Kerja Pusat yang ada di Daerah dari masing-masing subbidang sebagal berikut : a. Subbidang Jalan oleh Balai Besar/Balai Pelaksanaan Jalan Nasional c.q. oleh Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan (P20) di provinsi yang bersangkutan;, b. Subbidang Irigasi oleh Balai Wilayah Sungai atau Satuan Kerja Pengelolaan Sumber Daya Air terkait di Provinsi yang bersangkutan; ¢. Subbidang Air Minum dan Sanitasi oleh Satuan Kerja Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum, dan Satuan Kerja Pengembangan Kinerja Pengelolaan Penyehatan Lingkungan Permukiman di provinsi yang bersangkutan, (4) Biaya operasional Tim Koordinas! sebagalmana dimaksud pada ayat (1) dibebankan kepada Pemerintah Provinsi. Pasal 8 (1) Bupati/Walikota membentuk Tim Koordinasi Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur tingkat kabupaten/kota, terdiri dari unsur Bappeda kabupaten/kota dan dinas teknis terkait. (2) Tugas dan tanggung jawab Tim Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: @. Memberi masukan penyusunan petunjuk teknis pelaksanaan DAK Bidang Infrastruktur; b. Membantu pelaksanaan sosialisasi, diseminasi, dan pembinaan pelaksanaan kepada daerah-daerah yang mendapat DAK Bidang Infrastruktur; c Melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan DAK Bidang Infrastruktur di kabupaten/kota yang bersangkutan; d. Menyiapken laporan triwulanan, semesteran, dan tahunan terkalt penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur di kabupaten/kota sesuai wewenangnya, dan menyampaikan kepada Tim Koordinasi Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur tingkat provinsi dan tingkat Departemen sebagaimana mekanisme pelaporan dalam Peraturan Menteri ini. (3) Pelaksanaan_kegiatan operasional Tim Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didukung SKPD DAK di kabupaten/kota yang bersangkutan, (4) Biaya operasional Tim Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota. BABV PELAKSANAAN DAN CAKUPAN KEGIATAN Pasal 9 (1) Ketentuan mengenai pelaksanaan kegiatan diatur pada Petunjuk Teknis untuk masing- masing subbidang sesual ketentuan pada Lampiran 1 untuk Subbidang Jalan, Lampiran 2 untuk Subbidang Trigasi, dan Lampiran 3a dan 3b untuk Subbidang Air Minum dan Sanitasi, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan Menteri ini. (2) DAK Bidang Infrastruktur diarahkan untuk membiayai kebutuhan fisik sarana dan prasarana dasar yang menjadi kewenangan daerah namun merupakan program prioritas nasional Bidang Infrastruktur, meliputi: @Prasarana jalan diutamakan untuk kegiatan rehabilitasi, pemeltharaan berkala dan peningkatan prasarana jalan dan jembatan. Ruas jalan provinsi dan kabupaten/kota yang dapat dibiayai dengan DAK adalah ruas-ruas jalan sebagaimana yang telah ditetapkan dengan Keputusan Gubernur/ Bupati/Walikota tentang Penetapan Ruas-ruas Jalan sebagai Jalan Provinsi dan Jalan Kabupaten/Kota; b. Prasarana irigasi (termasuk jaringan reklamasi rawa) diutamakan untuk kegiatan rehabilitasl, pemeliharaan, dan peningkatan jaringan jrigasi (termasuk jaringan reklamasi rawa) provinsi/kabupaten/kota dan bangunan pelengkapnya. Prasarana irigasi (termasuk jaringan reklamasi rawa) yang dapat dibiayal dengan DAK adalah Jaringan irigasi (termasuk jaringan reklamasi rawa) primer dan sekunder sesuai kewenangan dan tanggung jawab pemerintah daerah; c.—Prasarana air minum diutamakan untuk kegiatan optimalisasi dan pembangunan baru sistem penyediaan air minum bagi masyarakat yang rawan air minum dan kekeringan, Skala pelayanan SPAM minimal skala komunal (namun bukan individual) dan daerah pelayanan berada diluar jaringan (sistem) PDAM. Teknologi unit SPAM yang digunakan diutamakan teknologi sederhana (sehingga mampu dikelola masyarakat) di luar Jaringan (sistem) PDAM/PAM, dengan cakupan skala komunal yang dikelola masyarakat. Khusus untuk kawasan yang di lokasi tersebut memungkinkan dilayani oleh PDAM maka pengembangan air minum sederhana tersebut harus menggunakan sumber dari pipa PDAM. Pengembangan SPAM dari sumber air jaringan PDAM diperbolehkan jika masih ada sisa kapasitas dan tidak merusak sistem yang ada (didukung pernyataan oleh PDAM); d. Prasarana sanitasi diutamakan untuk kegiatan pembangunan sistem sanitasi sederhana skala komunal bagi masyarakat yang rawan sanitasi, kawasan permukiman kumuh, daerah_genangan, dan daerah yang tingkat pelayanan sanitasinya rendah di kawasanjwilayah kota, BAB VI TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PELAKSANAAN KEGIATAN Pasal 10 (1) SKPD DAK masing-masing subbidang infrastruktur bertugas melaksanakan kegiatan yang dananya bersumber dari DAK Bidang Infrastruktur sebagaimana telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan, (2) Kepala SKPD DAK bertanggung jawab secara fisik dan keuangan terhadap pelaksanaan Kegiatan yang dibiayai dari DAK Bidang Infrastruktur. BAB VIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI Pasal 11 Mekanisme pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan SKPD DAK dilakukan sesuai ketentuan pada Lampiran 4 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Menteri ini. Pasal 12 Pengawasan fungsional/pemeriksaan pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan keuangan DAK dilakukan oleh instansi-instansi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VIIL PELAPORAN Pasal 13 Pelaporan pelaksanaan DAK Bidang Infrastruktur dilakukan secara berjenjang, mulai dari Kepala ‘SKPD DAK, Kepala Daerah dan Menteri sebagai berikut : a. SKPD DAK tingkat provinsi menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan DAK Bidang Infrastruktur kepada Gubernur melalui Tim Koordinasi Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur tingkat provinsi, dengan tembusan kepada Tim Teknis Penyelenggaraan DAK di unit Eselon-1 terkait; b. SKPD DAK tingkat kabupaten/kota menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan DAK Bidang Tinfrastruktur kepada Bupati/Walikota melalui Tim Koordinasi Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur tingkat kabupaten/kota, dengan tembusan kepada Tim Koordinasi Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur tingkat provinsi dan Tim Teknis Penyelenggaraan DAK di unit Eselon-1 terkait; ¢. Gubernur/Bupati/Walikota_menyampatkan laporan pelaksanaan kegiatan DAK Bidang Infrastruktur secara berkala kepada Menteri dengan tembusan kepada Unit Eselon-1 terkait sebagaimana tercantum dalam Lampiran 5 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini; d. Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan laporan akhir seluruh pelaksanaan kegiatan DAK Bidang Infrastruktur kepada Menteri paling lambat akhir bulan Januari tahun berikutnya; fe. Bentuk dan substansi laporan untuk masing-masing subbidang mengikuti ketentuan Lampiran 5, yang merupakan bagian yang tidak terpisehkan dengan Peraturan Menteri BAB IX PENILATAN KINERIJA Pasal 14 (1) Pelaksanaan DAK Bidang Infrastruktur yang akan dievaluasi meliputi: a) kesesuaian rencana kegiatan dalam Rencana Kegiatan (RK) dengan arehan pemanfaatan DAK Bidang Infrastruktur dan kriteria program prioritas nasional; b) kesesuaian pelaksanaan dengan Rencana Kegiatan (RK); ©) kesesuaian hasil pelaksanaan fisik kegiatan dengan dokumen kontrak/spesifikasi teknis yang ditetapkan; d) pencapaian sasaran kegiatan yang dilaksanakan; e) dampak dan manfaat pelaksanaan kegiatan; f)_kepatuhan dan ketertiban pelaporan. (2) Pelaksanaan DAK Bidang Infrastruktur yang tidak sesual dengan ketentuan Peraturan Menteri ini dapat berakibat pada penilaian kinerja yang negatif, yang akan dituangkan dalam laporan Menteri ke Menteri Keuangan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas, Menteri Dalam Negeri, dan Dewan Perwakilan Rakyat. (3) Kinerja penyelenggaraan DAK Bidang Tinfrastruktur akan dijadikan salah satu pertimbangan dalam usulan pengalokasian DAK oleh Departemen pada tahun berikutnya. (4) Penyimpangan dalam pelaksanaan DAK Bidang Infrastruktur dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan. BAB X KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 15 (1) Dalam hal terjadi bencana alam, Daerah dapat mengubah penggunaan DAK untuk kegiatan di lar yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan dan Petunjuk Teknis ini, setelah sebelumnya mengajukan usulan perubahan dan mendapat persetujuan tertulis dari Menteri Keuangan dan Menteri. (2) Bencana alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan bencana alam yang dinyatakan secara resmi oleh Kepala Daerah terkait, (3) Perubahan penggunaan DAK sebagaimana dimeksud pada ayat (1) dapat dilakukan sepanjang dalam bidang yang sama dan tidak mengubah besaran alokasi DAK pada bidang tersebut. (4) Persetujuan Menteri Keuangan dan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Daerah yang bersangkutan, BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 16 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri nomor 39/PRT/M/2006 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur Tahun 2007 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 17 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Peraturan Menteri ini disebariuaskan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk diketahui dan dilaksanakan, Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal, 18 Desember 2007 MENTERI PEKERJAAN UMUM, ees a ted f jindralParma W., S.H., M.H. NIP. 110017228 - DJOKO KIRMANTO LAMPIRAN 4 : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 42/PRT/M/2007 TANGGAL: 18 Desember 2007 PETUNJUK TEKNIS SUBBIDANG JALAN I, PENDAHULUAN LL Latar Belakang Petunjuk Teknis Subbidang Jalan Bantuan Dana Alokasi Khusus ini sebagai Lampiran Peraturan Menteri PU tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur. Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan serta Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, digunaken sebagai acuan hukum dalam kaitan pembagian wewenang antara Pemerintah (Pusat) dengan Pemerintah Kabupaten/Kota. Pasal 14 Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan menyatakan bahwa wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan jalan meliputi penyelenggaraan jalan nasional dan penyelenggeraan jalan secara umum yang mencakup (1) pengaturan secara umum, antara lain penyusunan petunjuk teknis, (2) pembinaan secara umum antara lain pemberian sosialisasi, (3) pembangunen secara umum antara lain kewajiban penyelenggaraan jalan memprioritaskan pemeliharaan jalan. Pasal 23 Undang Undang No, 38 Tehun 2004 tentang Jalan, menyatakan bahwa Pembinaan Jalan Umum meliputi pembinaan jalan secara umum dan jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten dan desa serta jalan kota, Petunjuk Teknis Subbidang Jalan disusun untuk menunjang pelaksanaan_ kegiatan pemanfaatan dan pelaksanaan DAK, mulai dari proses perencanaan dan pemrograman, perencanaan teknik, pelaksanaan konstruksi, sampai dengan proses monitoring dan evaluasi. Dengan demikian diharapkan pelaksanaan penanganan infrastruktur Subbidang Jalan dapat menghasilkan kualitas sesuai umur rencana yang diharapkan, Sesuai PP No. 34 ‘Tahun 2006 bahwa program penanganan jaringan jalan meliputi program pemeliharaan Jalan, program peningkatan jalan serta program konstruksi jalan baru. ‘Tahapan penanganan jalan provinsi dan kabupaten/kota dalam pemanfaatan DAK, meliputi: + Kegiatan Pemograman dan penganggaran terdiri atas: 1. Penyusunan Daftar Ruas Jalan; 2, Penyusunan Daftar Ruas Jalan Prioritas; 3. Penyusunan Program Penanganan; 4, Penyusunan Rencana Kegiatan (RK). * Perencanaan Teknis Jalan + Pelaksanaan Konstruksi + Monitoring dan Evaluasi Pelaksaaan, Pelaporan + Penilaian kinerja 10 12. 13, 14, 15. Maksud Maksud dari penyusunan Petunjuk Teknis ini adalah sebagai acuan dan pegangan bagi para pelaksana dan pihak terkait lainnya dalam penyelenggaraan kegiatan Subbidang Jalan. Tujuan Petunjuk Teknis bertujuan untuk menjamin pelaksanaan/pengelolaan DAK Bidang Infrastruktur Subbidang Jalan sesuai dengan ketentuan, tertib dalam pelaksanaan dan tepat sasaran. Ruang Lingkup Petunjuk Teknis ini memuat tata cara pengelolaan jaringan jalan mulai dari perencanaan pemrograman, perencanaan teknis, pelaksanaan, pelaporan sampai dengan evaluasi dan penilaian kinerja pengelolaan jaringan jalan. Pengertian 1 Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi falu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel; Penyelenggaraan Jalan adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan; Pengaturan Jalan adalah kegiatan perumusan kebijakan perencanaan, penyusunan perencanaan umum, dan penyusunan peraturan perundang-undangan jalan; Pembinaan Jalan adalah kegiatan penyusunan pedoman dan standar_ teknis, pelayanan, pemberdayaan sumber daya manusia, seta penelitian dan pengembangan jalan; Pembangunan Jalan adalah kegiatan pemrograman dan penganggaran, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, serta pengoperasian dan pemeliharaan jalan; Pengawasan Jalan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan_tertib pengaturan, pembinaan, dan pembangunan jalan; Pemeliharaan Rutin (PR) adalah Kegiatan merawat serta memperbaiki kerusakan- kerusakan yang terjadi pada ruas-ruas jalan dengan kondisi pelayanan mantap; Rehabiltasi Jalan merupakan kegiatan penanganan terhadap setiap kerusakan yang tidak diperhitungkan dalam desain, yang berakibat menurunnya kondisi kemantapan pada bagian/tempat tertentu dari suatu ruas jalan dengan kondisi rusak ringan, agar kondisi kemantapan tersebut dapat dikembalikan sesuai dengan rencana; Pemeliharaan Berkala (PM) adalah kegiatan penanganan terhadap setiap kerusakan yang diperhitungkan dalam desain, agar penurunan kondisi jalan dapat dikembalikan pada kondisi kemantapan sesuai dengan rencana, 10. Peningkatan Jalan (PK) adalah kegiatan penanganan untuk dapat meningkatkan kemampuan ruas-ruas jalan dalam kondisi tidak mantap atau kritis agar ruas jalan tersebut dalam kondisi mantap sesuai dengan umur rencana. Peningkatan kapasitas merupakan penanganan jalan dengan pelebaran perkerasan, baik menambah maupun tidak menambah jumlah lajur. IL. PERENCANAAN DAN PEMROGRAMAN IL.1. Kebijakan Pemberian Dana Perimbangan (DAK) Merujuk pada Pasal 162 ayat 1 UU No, 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa DAK dialokasikan dari APBN kepada daerah tertentu dalam rangka pendanaan pelaksanaan desentralisasi untuk (a) mendanai kegiatan khusus yang ditentukan pemerintah atas dasar prioritas nasional, (b) mendanai Kegiatan khusus yang diusulkan daerah tertentu, WW 1.2. Berdasarkan pernyataan di atas, syarat kegiatan yang dapat didanai DAK adalah kegiatan yang sesuai dengan prioritas nasional. Kegiatan Subbidang Jalan merupakan kegiatan pada Bidang Infrastruktur yang telah ditetapkan pemerintah sebagai salah satu prioritas, nasional, Oleh karenanya kegiatan pada Subbidang Jalan merupakan salah satu kegiatan yang berhak mendapatkan alokas! dana DAK dari APBN. Adapun besaran alokasi dana DAK Bidang Infrastruktur ini ditetapkan oleh Departemen Keuangan, setelah berkoordinasi dengan Departemen PU. Ketentuan lainnya mengenai kegiatan yang dapat didanai DAK adalah kegiatan tersebut harus diusulkan daerah yang berhak mendapatkan alokasi DAK, Oleh karena itu Pemerintah daerah harus mengajukan usulan kegiatan yang akan didanai oleh DAK kepada Pemerintah Pusat. Adapun langkah-langkah pengajuan usulan dijelaskan di bawah ini. Penyusunan Program Penanganan Petunjuk ‘Teknis ini, menjelaskan pemanfaatan anggaran penyusunan program penggunaan DAK Bidang Infrastruktur Subbidang Jalan, untuk provinsi maupun kabupaten/kota. 11.2.1. Penyusunan Daftar Ruas Jalan Provinsi serta Kabupaten/Kota 7 Tahap awal yang perlu dipersiapkan oleh Pelaksana Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/kota, adalah menyusun daftar ruas jalan provinsi serta, ruas kabupaten/kota, sesuai form Data Dasar Prasarana Jalan dan Jembatan. Ruas jalan yang dimasukkan daftar adalah sesuai dengan surat keputusan yang telah ditetapkan oleh gubernur kepala daerah yang bersangkutan, atau daftar ruas jalan yang masih dikeluarkan oleh keputusan Mendagri No. 55 Tahun 2000 yang belum diperbaharui, UU No. 38 Tahun 2004 atau PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan. Kemudian untuk status jalan Kabupaten/Kota adalah ditetapkan oleh SK Bupati/Walikota sesuai ketetapan UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, atau status jalan Kabupaten yang masih ditetapkan oleh Gubernur, belum mengacu ke UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan. 11.2.2, Penyusunan Usulan Ruas Jalan Prioritas Penyusunan ruas jalan prioritas jalan provinsi dan kabupaten/kota, yang dimaksudkan adalah prioritas nasional dengan mempertimbangkan aspek-aspek: + Prioritas nasional, meningkatkan integrasi fungsi jaringan jalan. © penanganan jalan provinsi yang merupakan akses ke jalan nasional atau strategis nasional; © penanganan jalan kabupaten/kota yang merupakan akses ke jalan provinsi atau strategis provinsi serta akses ke jalan nasional atau strategis nasional; «Prioritas Nasional untuk meningkatkan akses-akses ke daerah potensial, membuke daerah terisolir, terpencil, penanganan daerah rawan bencana serta pendukung pengembangan kawesan perbatasan. 11.2.3. Penentuan Program Penanganan Program/kegiatan penanganan jalan ditentukan oleh tingkat Kerusakan jalan. Klasifikasi program/kegiatan penanganan adalah: + Pemeliharaan Rutin (PR); + Pemeliharaan Berkala (PM); « Rehabilitasi Jalan; + Peningkatan Jalan (PK). 12 Langkah-langkah dalam penentuan program penanganan adalah sebagai berikt A. Penentuan program penanganan jalan provinsi 1. Ruas-ruas prioritas yang ditangani diambil dari hasil keluaran program IRMS, Untuk ruas jalan provinsi yang tidak mempunyai data yang mutakhir dapat menggunakan cara seperti pada butir 2. 2. Menentukan nilal RCI (Road Condition Index) dengan melakukan survey kekasaran permukaan jalan secara visual dengan menggunakan form SKV.01 (terlampir). Penentuan nilai RCI berdasarkan jenis permukaan dan kondisi secara visual dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.1 Penentuan Nilai RCL No Jenis Permukaan Kondisi diinjau secara | iat Rel visual [> [daian tanah dengan drainase yang | Tidak Bisa dilul 0-2 jelek, dan semua tipe permukaan lyang tidak diperhatikan sama sekali Z |Semua tpe perkerasan yang tidak |Rusak berat, banyak lubang dan] 2-3 Idiperhatikan sajak lama (4-5 tahun _|seluruh daerah perkerasan jatau lebih) ‘3. [PM lama, Latasbum lama, batu Rusak bergelombang, banyak 3-4 keri lubang 7. |PM setelah pemakalan 2 tahun, |Agak rusak, Kadang-Kadangada| 4-5 Latasburn lama udang, permukaan tidak rata 5. |PM baru, Latasbum baru, Lasbutag |Cukup tidak ada atau sedikit 5-6 ‘setelah pemakaian 2 tahun |sekali lubang, permukaan jalan lagak tidak rata 6. [Lapis tipis lama dari hotmix, Baik 6-7 Latasbum baru, Lasbutag baru 7.” |Hotmix setelah 2 tahun, Hotmix Opis |Sanget balk, umumnya rata 7-8 iates Pea 8. |Hotmix baru (Lataston, Laston), |Sangat rata dan teratur_ 8-10 |Peningkatan clengan menggunakan lebih dari 1 lapis 3. Penentuan kondisi ruas jalan berdasarkan nilai RCI dan volume lalulintas berdasarkan matriks berikut: ‘Tabel 1.2 Penentuan Kondisi Ruas Jalan dari Nilai RCT Thins iain Ras ae ie UR alsa Ret RI a ce | 08 | 50-10] 100-20] 200-200-020] 1.00- sca] s.00- rao] » 1009 Ta eyo 3 (ee a x B 5 Sao 2 Be [ened ota 3 a s a= rao | as ed 2 5 s Rae 4 eee bee 5 5. s roe ae | eee poe ye 5 5 ie = a Cm 5 i a a[-e je | 8 is 7 in| a [8 Re | 2 RR a 2 “6, 1B 4. Penentuan program/kegiatan penanganan suatu ruas jalan berdasarkan kondisi pada tabel berikut ini: ‘Tabel 1.3 Penentuan Program Penanganan Jalan Provinsi Kondisi Program Penanganan Bak (6) [Pemeliharaan Rutin (PR) ‘Sedang (S) ; Race [Pemeliharaan Berkala (PM) (Rusak Berat (RB) [Peningkatan (PK) B. Penentuan program penanganan Jalan Kabupaten/Kota 1. Melakukan survey persentase kerusakan untuk menentukan kondisi ruas jalan dengan menggunakan Form S-1 (terlampir) 2. Penentuan program/kegiatan penanganan suatu ruas jalan dengan menggunakan Form Si-A (teriampir) atas dasar hasil survey persentase kerusakan pada Form S-1 dengan batasan-batasan di bawah ‘Tabel 1.4 Penentuan Program Penanganan Jalan Kabupaten/Kota Persentase Kondi Batasan Program Penanganan Kerusakan Bak ©) <11%____|Pemetharaan Ruta PR) Scan = <18%—Ipemtnaraan Beta (PM) Rusak Berat (RB) 323% |Peningkatan (PK) Catatan: Kegistan Rehabiltasl dilakukan apablla terdapat kerusakan yang tidak dipeshitungkan dalam desain. 11.3. Penyusunan Rencana Kegiatan Rencana Kegiatan adalah usulan program penanganan jalan yang dikonfirmasikan ke Kanwil Anggaran setempat, dan dinas terkait, serta di sahkan oleh Gubernur untuk jatan provinsi, dan Bupati/Walikota untuk jalan kabupaten/kota, Rencana Kegiatan, berisi informasi-informasi: # Kegiatan : pemeliharaan berkala/peningkatan/ konstruksi jalan baru Tujuan/Sasaran : usulan ruas mengacu prioritas nasional sesuai ketentuan Juknis * Volume + panjang (km), lebar (m), panjang efektif (km), panjang fungsional (km) + Satuan Biaya _: harga satuan/km untuk panjang efektif/fungsional (Rupiah) * Dana Pagu —_: DAK, pendamping (APBD) minimum 10%, Jumiah, Rencana Kegiatan (RK), merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan dokumen Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan (RAB), Karena RAB berisi penjelasan jenis-jenis, pekerjaan yang termasuk dalam lingkup kegiatan yang diusulkan, kemudian, target efektif, target fungsional, serta harga satuan, sesuai penjelasan pada bagian Pelaksanaan Konstruksi. Sesuai Undang Undang No. 38 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006, tentang Jalan, mengenai lebar badan jalan dan lebar jalur lalu lintas bahwa lebar badan jalan untuk jalan lokal/kabupaten adalah 7,5 meter dengan lebar jalur lalu lintas adalah 5,5 meter. Untuk optimalisasi bantuan DAK Subbidang Jalan maka kegiatan peningkatan jalan yang berupa pelebaran jalur lalu lintas diperuntukkan meningkatkan lebar jalur lalu lintas menjadi persyaratan minimal jalur lalu lintas yaitu 5,5 meter, untuk pekerjaan pelebaran menjadi lebih dari 5,5 meter harus disertai dengan justifikasi teknis dan mendapat persetujuan dari SNVT P2J) setempat. 14 IIL. PERENCANAAN TEKNIK DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI IIL.1.Umum, Setelah teralokasinya dana untuk penanganan jalan baik itu pemeliharaan, peningkatan, maka proses berikutnya adalah melakukan kegiatan perencanaan teknik jalan atau! Jembatan, yang hasiinya menjadi acuan dalam pelaksanaan penanganan jalan. Menunjuk Permen PU tentang Petunjuk Teknis Pemanfaatan DAK Bidang Infrastruktur mengenai Koordinasi Penyelenggaraan, menjelaskan bahwa koordinasi penyenggaraan dilakukan secara berjenjang mulai dari Tingkat Pusat/Departemen, kemudian tingkat pemerintah provinsi, hingga tingkat pemerintah kabupaten/kota. Khusus Tim Koordinasi Penyelenggaraan DAK Subbidang Jalan di tingkat provinsi dibantu oleh Balai/SNVT P2J untuk bantuan DAK jalan provinsi dan kabupaten/kota, sedangkan bantuan DAK jalan kota metropolitan dibantu oleh SNVT P21) metro. TIL.2. Perencanaan Teknik Perencanan teknis jalan provinsi dan jalan kabupaten/kota didasarkan pada Standar dan Pedoman yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum. Daftar Standar dan Pedoman yang telah dikeluarkan Departemen PU tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.6 (terlampir). UIL.3, Pelaksanaan Konstruksi Metoda Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dengan DAK Bidang Infrastruktur dapat dilaksanakan dengan cara swakelola atau kontraktual. Pelaksanaan kegiatan tersebut harus mengacu pada: a. Peraturan Pemerintah RI Nomor 29 Tahun 2000; b. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan perubahannya; c. Keputusan Presiden RE Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; d. Keputusan Menteri Kimpraswil Nomor 257 Tahun 2004 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi. ML3.1. 11.3.2. Konstruksi Jalan 111,3.2.1, Kegiatan Pemeliharaan Jalan Pekerjaan pemeliharaan jalan berpedoman pada Standar dan Pedoman yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum seperti Tabel 1.6. Berdasarkan pedoman ini, _pekerjaan pemeliharaan terdir atas pemeliharaan rutin dan berkala. 1. Pemeliharaan Rutin Jalan Merupakan pekerjaan keci/ringan dan secara umum dilakukan sepanjang tahun. Kegiatan pemeliharaan rutin jalan, meliputi jenis pekerjaan : a. b. c Penambalan lubang pada perkerasan jalan dan pelaburan retak-retak rambut; Penambahan material dan pemadatan/perataan permukaan bahu jalan; Pembersihan drainase/saluran tepi jalan dan gorong- gorong; Pemotongan rumput, pembersihan ruang milk jalan; Pembersihan dan pengecatan rambu/perlengkapan jalan. 2. Pemeliharaan Berkala Jalan Merupakan pekerjaan perbaikan dan pembentukan/ pelapisan ulang permukaan yang diperlukan untuk menjaga agar permukaan jalan selalu dalam kondisi batk. Kegiatan pemeliharaan berkala, meliputi jenis pekerjaan: a Pada panjang efektif: Perbaikan permukaan —_perkerasan (lubang, retak, amblas, dll); + Pembentukan/Pelapisan ulang permukaan_perkerasan (agregat, campuran aspal); + Perbaikan permukaan bahu jalan (penambahan material dan pemadatan/Perataan); + Pembuatan/Perbaikan drainase/saluran tepi jalan dan gorong-gorong; + Pemotongan rumput, pembersihan ruang milik jalan; * Penggantian, — pembersihan, dan —_pengecatan rambu/perlengkapan jalan. b. Pada panjang fungsional, jenis pekerjaan seperti kegiatan pemeliharaan rutin, 3, Rehabilitasi Merupakan kegiatan penanganan terhadap setiap jenis kerusakan yang. tidak diperhitungkan dalam desain, adapun _jenis pekerjaannya disesuaikan dengan kondisi kerusakan yang terjadi. Kegiatan Peningkatan Pekerjaan peningkatan jalan merupakan kegiatan penanganan jalan yang dapat berupa peningkatan/ perkuatan struktur atau Peningkatan kapasitas lalu lintas berupa pelebaran jalur lalu lintas. Pekerjaan peningkatan juga dapat berupa peningkatan dari jalan tanah ke jalan kerikil/jaian aspal atau dari jalan kerikil/agregat ke jalan aspal, Kegiatan peningkatan jalan, meliputi jenis pekerjan: a. Pada panjang efektif : ‘ Perbalkan permukaan perkerasan (lubang, retak, amblas, dll); *Persiapan lapis pondasi_ datas perkerasan lama (agregat,campuran aspal/ATB); + Pelapisan permukaan aspal; *Penambahan material bahu jalan dan pemadatan/ menyesuaikan permukaan perkerasan; + Perbalkan drainase/saluran tepi jalan dan gorong-gorong; + Pemotongan rumput,pembersihan ruang milk jalan; + Penggantian, _perbalkan/pembersinan dan’ pengecatan rambu/perlengkaan jalan, . Pada panjang fungsional, jenis pekerjaan seperti kegiatan pemeliharaan rutin. Pada peningkatan jalan berupa pelebaran, jenis pekerjaannya meliputi: a. Pada daerah pelebaran : *Persiapan tanah —dasar/subgrade _(galian/timbunan tanah/material dan pembentukan/pemadatan); 16 101.3.3.2. 1.3.3.3. d) Pengecatan sederhana, pengecatan-pengecatan sederhana atau sedikit pada sandaran dan parapet tercakup dalam pemeliharaan rutin; e) Pemeliharaan permukaan lantai_kendaraan. Pemeliharaan permukaan jalan terdiri dari penambalan iubang-lubang dan perbaikan kerusakan lapisan aspal pada jembatan serta jalan pendekatnya. Dan hal ini pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pekerjaan pemeliharaan jalan, Pemeliharaan Berkala Jembatan Pemeliharaan berkala mencoba untuk mengembalikan jembatan pada kondisi dan daya layan yang mempunyai atau seharusnya cipunyal jembatan segera setelah pembangunan dan mencakup tipe kegiatan dibawah ini; a) Pengecatan ulang; b) Pelapisan permukaan aspal; ©) Pembersihan menyeluruh jembatan; 4) Pemeliharaan pelekatan/landasan; e) Penggantian siar muai (sambungan siar muai); f) Perbaharul bagian-bagian dan elemen-elemen kecil; 4g) Perbaiki pegangan sandaran dan pagar pengaman; h) Jalankan bagian-bagian yang dapat bergerak; ’) Perkuat bagian struktural; J) Perbaiki longsor dan erosi tebing; k) Perbaiki pekerjaan pengalihan aliran sungai, Lapisan_permukaan jalan pada jembatan memerlukan penggantian secara berkala. Permukaan aspal yang berada di atas lantal baja atau lantai beton akan tahan sekitar 5 tahun sampai 8 tahun sebelum memerlukan penggantian. Lapisan aspal_ permukaan sebaiknya dikupas terlebih dulu dari lantai sebelum lapisan yang baru dipasang. Ketebalan lapisan aspal tidak boleh melebihi 50 mm. Disarankan memakai HRS setebal 30 mm atau dengan lapisan semen tahan aus dan kedap air. Usulan program —_kegiatan pemeliharaan/penggantian jembatan dapat dimasukkan dalam kegiatan penanganan jalan. Pemeliharaan Berkala Jembatan Pekerjaan mengganti bagian elemen atau struktur yang telah mengalami kerusakan berat dan tidak berfungsi, sebagai contoh : sambungan siar-muai, perletakan, pembatas, dsb. Kadang-kadang bagian struktur juga diganti, jika diperlukan contohnya elemen lantai, gelagar memanjang secara individu, bagian-bagian sekunder atau elemen pengaku, dan sebagainya. Penggantian keseluruhan jembatan merupakan pertimbangan terakhir dalam proses peningkatan prasarana yang ada. 18 * Perataan/leveling perkerasan lama (agregat, campuran aspal/ATB); + Pelapisan permukaan perkerasan aspal. b. Pada daerah perkerasan lama : * Perbaikan permukaan perkerasan (lubang, retak, amblas, dll); * Persiapan lapis pondasi diatas perkerasan lama (agregat, campuran aspal/ATB); * Pelapisan permukaan perkerasan aspal, c. Pada daerah diluar perkerasan : *Penambahan matewrial bahu jalan dan pemadatan atau menyesuaikan pelebaran perkerasan; + Perbaikan drainase/saluran tepi jalan dan gorong-gorong; * Pemotongan rumput, pembersihan ruang milik jalan; * Penggantian, perbaikan/pembersihan dan pengecatan rambu/perlengkaan jalan, Konstruksi Jembatan Untuk Kegiatan penanganan jembatan hanya diperuntukan bagi kegiatan pemeliharaan jembatan, tidak diperkenankan untuk penggantian jembatan atau pembangunan jembatan baru. Kegiatan pemeliharaan jembatan terdiri dari pemeliharaan rutin dan rehabilitasi/berkala, Pemeliharaan rutin jembatan meliputi pekerjaan pembersihan semua bagian jembatan, pengecatan ulang rangka dan perbaikan railing/pagar jembatan, dan penambalan lubang pada lantal jembatan, Rehabilitas/berkela jembatan meliputi perbaikan railing, perbaikan kerusakan pada jembatan (pilar, abutment, penahan erosi dan perlindungan gerusan pada pondasi, dan penggantian lantai jembatan dan perbaikan oprit jembatan), Usulan program kegiatan pemeliharan jembatan dimasukkan dalam kegiatan penanganan jalan, tidak boleh berdiri sendiri, 111.3.3.1, — Pemeliharaan Rutin Jembatan Pemeliharaan Rutin pada dasarnya menjaga jembatan dalam keadaan seperti semula yang mencakup beberapa pekerjaan yang berulang, secara teknis cukup sederhana, Pemeliharaan Rutin Jembatan biasanya dimasukkan dalam pekerjaan pemeliharaan rutin jalan dan dilaksanakan bersamaan dengan pemeliharaan rutin jalan tersebut, Lingkup pekerjaan pemeliharaan rutin jembatan adalah sebagai berikut: a) Pembersihan secara umum, membersihkan tanah, kerikil, pasir dan sebaginya dari tempat-tempat yang seharusnya tidak ada dan mungkin, mempunyai pengaruh yang membahayakan; b) Membuang tumbuhan liar dan sampah, terutama pada daerah perletakan/landasan dan sambungan siar mual, pada dinding batu atau beton dan sekitar_—strukturkayu. Membersihkan/mencuci tanda-tanda lalu lintas, papan nama Jembatan dan sandaran yang dicat; ) Penanganan kerusakan ringan drainase; 7 IV.PEMANTAUAN, EVALUASI, PELAPORAN, DAN PENILAIAN KINERJA Lingkup pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Subbidang Jalan mengikuti Peraturan Menteri Pekerjaan Umum ini sebagaimana tercantum dalam Lampiran 4. Begitu juga dengan pelaporan, mengikuti tata cara dan format-format yang diatur Peraturan Menteri Pekerjaan Umum ini sebagaimana tercantum pada Lampiran 5. Pemantauan dan evaluasi dilakukan oleh Menteri Teknis dalam hal ini Departemen PU, khusus untuk Subbidang Jalan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, Selanjutnya dilakukan penilaian kinerja sebagai evaluasi atas pemanfataan DAK. Penilaian Kinerja dapat diklasifikasikan menjadi beberapa aspek penilaian, Berikut adalah penilaian masing-masing aspek : Tabel 1.5 Aspek Penil jan Kinerja Pemanfaatan DAK itaian | Bobot |__Nilai Aspek Penilaian et ca | Hurut Penilaian esesuaian Rencana 10_| Baik | Kesestaian rencana kegiatan > 80% a | Kegiatan dalam RK | 99 [6-8 | Cukup | 60% - 80% dengan arahan pemanfaatan DAK <6_| Burk | < 60% Kesesuaian 10 | Baik _| Kesesuaian rencana Kegiatan > 60% b | Pelaksanaan 20 [68 | Cukup | 60% - 80% dengan RK <6 | Buruk | < 60% Kesesuaian 10 | Balk | Kesesualan dokumen kontrak dan | « | Pelaksanaan fis ie a4 pelaksanaan fisik > 80% dengan Spek.Teknis/ Cukup | 60% - 80% SceaeeaaEaEaEEaEEa] Dokumen kontrak Buruk |< 60% | = progress tercapai >80% 10 | Bak | tidak ada permasalehan Pencapaian Sasaran 5 ~ progress tercapal 60% - 80% 4) Kegiatan 15 | 68 | Cukup | - permasalahan dapat ciselesaikan | > 1 Ze | para | Progress tercapai <60% | - permasalahan tidak dapat diselesaikan Diperoleh pertumbuhan ekonomi, 10 memperlancar lalu lintas dan mengurangi i ‘ongkos transport Tidak ada pertumbuhan ekonomi, e | Dampak dan Manfaat | 15 | 6-8 | Cukup | memperiancar lau lintas dan ongkos transport tetap Tidak ada pertumbuhan ekonomi, tidak <6 | Buruk | memperiancar lau lintas dan menambah ‘ongkos transport ‘Semua laporan lengkap, disampaikan sesual pedoman/ peraturan DAK Kepatuhan dan 68 | Cukup | Sebagian laporan lengkap, disampaikan f | Ketertiban Pelaporan | 15 P | sesuai pedoman/ peraturan DAK {empat trivrulan) ‘Semua/sebagian besar laporan tidak <6 | Buruk | lengkap atau kosong, disampaikan tidak sesual pedoman/ peraturan DAK 10 | Baik TOTAL 100 Nilai Total = 20% * Nilai (a)/10 + 20% * Nilai (b)/10 + 15% * Nilai (c)/10 + 15% * Nilai (d)/10 + 15% * Nilai (e)/10 + 15% * Nilai (f)/10 Kiasifikasi Penilaian Akhir : Nilai > 80 = Baik, Nilai 60-80 = Cukup, Nilai < 60 = Buruk 19 Tabel 1.6 DAFTAR BUKU STANDAR DAN PEDOMAN BIDANG JALAN No JUDUL STANDAR/PEDOMAN NoMoR 1_ [Tata Cara Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Ray SNI 03-1732-1989 dengan Analisa Metode Komponen 2 [Tata Cara Perencanaan_ Permukeen Jalan, SNE 03-3424-1994 3 | ata Cara Pelaksanaan Lapis Tipis Beton Aspal untuk Jalan | SNI03-3425-1964 Raya. Tata Cara Survai Kerataan Permukaan Perkerasan Jalan SNE 05-3426-1994 dengan Alot Ukur Kerataan NAASRA | Tata Cara Pelaksanean Lapis Pondasi Jalan dengan Batu SNIOS-2853-1992 Pecah | Tata Cara Perencenaan Teknis Pondasi Langsung untuk SNE 03-3446-1994 Sembatan 7 [Tata Cara Perencanaan Teknis Pondasi Sumuran untuk SNT 03-3447-1994 embatan Fata Cara Perencanaan Teknis Pondasi Tlang untuk ay fe see SSNI 03-6747-2002 9 [Pecoman perencanaan tebal perkerasan lentur PET-O1-2002-8 FTata Cara Perencanaan Pembuatan Jalan di atas Tanah 10 | cambut dengan Menggunakan Pondasi Galar Kayu onan ae Ti_[Tata Cara Pelaksanaan Survai Kondisi Jalan Tanah/Kerikl | — SNI03-2843-1582 12_[Tata Cara Pelaksanaan Survai Koncisi Jalan Beraspal SNE 03-2844-1992 Tata Cara Perencanaan Persimpangan Sebidang Jalan ie eee | oytyankr/1992 74 [ Gambar Perencanaan Teknik Jalan Kabupaten 1__O14/i7BT7i995 “Tata Cara Perencanaan Pembuatan Jalan di atas Tanah | 15 | Gambut dengan Menggunakan Pondasi Gatar Kayu |___008/T/BM/1999 Tata Cara Pelaksanaan Pembuatan Jalan di atas Tanah | 16 | Gambut dengan Menggunakan Pondasi Galar Kayu |_909/T/8M/1999 17_[Kesalahan Umum Pelaksanaan Jalan dan Jembatan i ‘Tata Cara Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (LASTON) untuk Poor 18 Jalan Raya SNI 03-1737-1991 79 [Tata Cara Pelaksanaan Survat Kondisi Jalan Tanah/ Keni | SNI03-2043-1992 20_[ Tata Cara Pelaksanaan Survai Kondisi Jalan Beraspal SNT-03-2844-1992 2i_| Penanganan Tanah Ekspansif untuk Konstruksi Jalan Pd T-10-2005-B Stabilisasi Dangkal Tanah Lunek untuk Konstruksi Sones 22 | Timbunan Jalan (dengan Semen dan Cerucuk) fade 23_["Tata Cara Perencanaan Geometrk Jalan Antar Kota 038/176 /1997 24 _| Tata Cara Perencanaan Geometrik Persimpangan Sebidang Pt T-02-2002-B 25_| Petunjuk Perencanaan Marka Jalan O12/S/BNKT/1990 Geometri Jalan Perkotaan 26 | Pedoman Perencanaan Geometrik Jalan Perkotaan Laie eas Manual Pemeliharaan Rutin untuk Jalan Nasional dan Jalan 27 | Provinsi. 001/T/Bt/1995 Sil 1: Metoda Survei 2g | anual Pemetharean Run unk Jalon Nasoral den Jalon | p93 s995 23_| Pemeliharaan Rutin Damija dan Dawasja UPR.O27 '30__| Pemeliharaan Rutin Bangunan Atas Jembatan UPR.03.1 31_| Pemeliharaan Rutin Bangunan Bawah Jembatan UPR.03.2 32_| Pemelharaan Rutin Bangunan Pelengkap Jembatan UPR.03.3 20 No JUDUL STANDAR/PEDOMAN NOMOR 33_| Perencanaan Telmis Jalan_Kabupaten (013/1/B1/1995 34_{ Petunjuk Teknik untuk Perencanaan Jembatan Kabupaten, 016 /t/BY1995 35 | Pelunuk teknis Perencanaan dan Penyusunan Program SK. No Jalan Kabupaten TAKPTS/Db/1990 Panduan Perhitungan Analisa Blaya dan Harga Satuan 36 | pekerjaan Jalan. O15/T/Bt/1995 37_[ Petunjuk Pelaksanaan Pemelinaraan Jalan Kabupaten. O24 fT 76/1995 ~38_[ Panduan Survey Kekasaran Permukaan Jalan Secara Visual ‘Agustus 1998 FORMULIR SURVEI RCI SECARA VISUAL, FROUNST RUAS JALAN TANS INAWA INawA Nomor: = CT] ower; CO] OO ee eee TDARAAN PENAL PENGEMUDT HiFE 10 Tan HE] Nam WAvA MODEL TAHUN [-4 2 NIP No. POL 3 imkawal CITT CLT? CoP CLlTtt CoP Co oo bmikawr CoP COE Cor CELE) CoP OO > |) PEMBACAAN ROL = | PEMBACAAN ROL PATOK EMC) | ODOMETER () i} 2| 3 pataata ere ODOMETER (") [3s] 2] s[eatarara RCI Roughness Condition Inder (¢) Diambil dari hasil Survei DTR (Data Titik Referens!) DAETAR ISU ory vaowraren wrarne out sage a salen es a we mins st coo re — Tie FERCERAL WOON A Sato tanh mae eae a fccrencoon eh Lorri] "TSA gine an el el lies a 4 fe “1 4 Ta TO a | "RERDSARAN PERMIAN aw plete” pci feemeaci es aces FORM S. CONTOH PENGISIAN ns ISI JALAN KABUPATEN ‘howe Seger) KABUPATEN (-ALABUHAN BATU DISURVAI OLEH B_SYAFRUDDIN _ —FAKTOR we raps TANGOAL 10-10-1993 TIPE KENDARAAN —: TOYOTA KILJANS ODCMETER wo mons a wae urs STE ATES ae se ovo [TE a ar ne “(ANG SUDAN 69 ww CD ow CTI cay rE a =m Jcerrnocon) 5 Leet] eaggraet wn | a 7 pepats [os pape Thats aPtabata [aps APL 75 a[s| 3s s[2]3[2]3[ 3] Tapp papa aTapepapetap oe 72 wp Ay s| 35 A. Rintis 4]2}2]2];a]2pa5 zy2hzt2 [212] 2 aTataqa [slap Tats t [sla] 2 aTapapa pata p a Tete aTatapetala ps 65 als] 35 setts [sf [sf Tipe pay? z]e}z}z[ spa aTetpa] ep Typha] zaps wo [oo fape yas shy sto eons | $a aude > oat eT cermin PS won RETgAcAN pan ffscmer fleece PAE EF RES 24 ey PENENTUAN PROGRAM/KEGIATAN PENANGANAN SUATU RUAS JALAN Propinsi + Kanbupaten + No Ruas Nama Ruas = ‘Awal Km Ruas Akhir Km Ruas [Nilar Kerusakan |__ Program Penanganan %) FR on BE Keterangan r z 3 4 3 é z No No Segmen Suman Nilal Kerusakan (6) “Jumlah Segmen yang ditangani Panjang segmen Hap penanganan (mp Rata-rata Nii Kerusakan per segmen (%) rarget Efektif: CONTOH PENENTU/ N SUATU RUAS JALAN Propins! Kanbupaten : No Russ: 01 Nama Ruas Koto 1 -Kota Kec.2 ‘wal Ken Runs : 21.000 ‘ki Km Ruas.": 23.000, [hist Kervsstan [__—frogrem Penenganan No No Segmen ay _risarem Penengenen | Keterangan z z 3 < 5 © 7 T T a wt a 2 2 6 6 PR 3 3 B 2 PM 4 4 2 2 Ps 5 5 16 16 Pu 6 6 24 ea °K 7 ? Fa 2 PK a 8 is 5 PM. 9 9 2 2 PM, 10 10 2% 24 Pk a rr 2 2 PM RB 2 2 B PM B B 23 2B PM 18 4 23 2B PM 15 5 24 » Pk 16 16 7 7 PR ” 0 2 2 Pa 18 8 rf “4 Pu 19 8 a i PM 20 20 4 4 Pe Jumah Warkervsskan(@e) | | a0] aon [isnaop | TTamlah Seamen yang dtangant Tscas = Panjang seamen Tap penanganan (7) EL ED Tata-rata fai Kerusakan per segmen (2) B50 i769 | 24.00 Program] Kagiatar Pr [Target erekar T7EaNe dar umlah parang Sagiien yang tanga 17.69% x 1300 m 230.00 m ‘catatan: Kolom, 1 :nomor urat 1 2 :Disi odometer sesual dengan hasl survey per 100 meter dari Tabel St + : Dis ial Kerusakan (%) dari kolom Penlaan Tabel $1 44: Oils Mia! Kerusakan dari kolom 3 apabla Nai Prosentase « 11% 5 : Distal Kerusakan dari Kolom 3 apabla Nila Prosentase 11-23% 6 : Dis Hial Kerusakan dari kolom 3 apabla Nii Prosentase >23 9% Baris: = "Jumiah los Kerusakan” adalah total Jumiah Nia Kerusakan pada kolom program pananganan (kotom 4, 5, dan 6) ~"umlah Segmen yang éitangani* adalah jumieh seamen pada kolom program penanganan {koiom 4, 5, dan 6) "Panjang Segmen penanganan’ adalah jumiah segmen kal panjang segmen yang ctangani kolom program penanganan (kolom 4,5, dan 6) Rata-rata Wiel Kerusakan per segmen” adalah Jumlah Niat Kerusaken dibagi Jumish Segmen ‘mesingrmasing program penanganan, contoh (pada kolom 5) : 230/13 = 17.69% Ditetapkan di Jakarta Salinan sesuq{ dengan aslinya pada tanggal, 18 Desember 2007 MENTERI PEKERJAAN UMUM, ttd DJOKO KIRMANTO 26 LAMPIRAN 2 ; PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 42/PRT/MI2007 TANGGAL: 18 Desember 2007 PETUNJUK TEKNIS SUBBIDANG IRIGASI/RAWA I. PENDAHULUAN LL 12. Latar Belakang Petunjuk Teknis Subbidang Irigasi (termasuk reklamasi rawa) sebagai lampiran Peraturan Menteri PU tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur disusun dan diterbitkan dalam rangka pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan Umum, yang pada pasal 59 (1) menyatakan bahwa Menteri Teknis Menyusun Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Undang Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air mengatur kewenangan dan tanggungjawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam pengembangan sistem irigasi. Pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder dengan luas 1.000 - 3.000 Ha dan sistem irigasi dengan luas < 1.000 Ha yang lintas kebupaten menjadi tanggungjawab dan kewenangan pemerintah _provinsi. Pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder dengan luas < 1.000 Ha dan yang utuh dalam kabupaten/kota menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan, Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi, pemerintah provinsi berwenang dan bertanggungjawab melaksanakan pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya 1.000 - 3.000 Ha atau daerah irigasi yang bersifat lintas kabupaten/kota. Pemerintah kabupaten/kota berwenang dan bertanggungjawab melaksanakan pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya kurang dari 1.000 Ha. Dari lebih kurang 7,5 juta Ha daerah irigasi Indonesia yang terdata pada tahun 2006, lebih kurang 3,2 juta Ha yang terdapat dalam 31.860 daerah irigasi, merupakan kewenangan dan tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota serta lebih kurang 1,27 juta Ha (1.115 daerah irigasi) yang menjadi kewenangan dan tanggungjawab pemerintah provinsi. Jaringan rawa yang menjadi kewenangan dan tanggung jawab _pemerintah kabupaten/kota seluas Kurang lebih 226,305 hektar yang terdiri dari 815 daerah rawa, dan yang menjadi kewenangan dan tanggung jawab pemerintah provinsi adalah Kurang lebih 432.197 hektar yang terdiri dari 344 daerah rawa. Pemerintah menyediakan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur untuk membantu pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota mendanai pengelolaan jaringan iriges! yang menjadi tanggungjawab daerah untuk mendukung program ketahanan pangan nasional. Maksud Penyusunan Petunjuk Teknis ini dimaksudkan agar dapat digunakan sebagai acuan dan petunjuk dalam penyusunan perencanaan, pemograman, perencanaan teknis dan pelaksanaan kegiatan pemelinaraan, rehabilitasi. dan peningkatan serta untuk 27 13. pemantauan dan evaluasi penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur Subbidang Irigasi. Tujuan Tujuan penyusunan Petunjuk Teknis ini agar semua pihak yang terlibat dalam proses perencanaan, penyusunan program, pelaksanaan serta pemantauan dan evaluasi penggunanaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur Subbidang Irigasi dapat lebih mudah dalam melaksanakan tugasnya sehingga penggunean dana dapat menghesilkan infrastruktur jaringan irigasi yang dioperasikan, dipelinara dan atau direhabilitasi dengan kualitas dan umur rencana sesuai yang diharapkan, 1.4, Ruang Lingkup LS. Petunjuk Teknis ini mencakup: * Pendahuluan + Perencanaan dan Pemrograman + Kebijakan Pemberian Dana Perimbangan (DAK) - * Penyusunan Program Penanganan + Penyusunan Rencana Kegiatan (RK) * Perencanaan Teknik dan Pelaksanaan Konstruksi © Umum * Perencanaan Teknik * Pelaksanaan Konstruksi + Pemantauan, Evaluasi, Pelaporan dan Penilaian kinerja © Pemantauan dan Evaluasi : * Pelaporan + Penilaian Kinerja Pengertian Irigasi adaich usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irig menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tana, irigasi pompa dan irigasi tambak. Daerah Irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat alr dari satu jaringan irigasl. Jaringan Irigasi adalah saluran, bangunan dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu Kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan air irigasi.. Jaringan Irigasi Primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terditi dari bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi- sadap, bangunan sadap dan bangunen pelengkapnya. Jaringan Irigasi Sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap dan bangunan pelengkapnya. Pengelolaan Jaringan Irigasi adalah kegiatan yang meliputi operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan irigasi di daerah irigasi. Pemeliharaan Jaringan Trigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya, Rehabilitasi Jaringan Irigasi adalah kegiatan perbaikan jaringan irigasi_ guna mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula, Peningkatan Jaringan Irigasi kegiatan DAK ialah kegiatan meningkatkan fungsi dan kondisi jaringan, 28 Jaringan Reklamasi Rawa adalah saluran, bangunan dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan fungsi yang diperlukan untuk pengelolaan air di daerah reklamasi rawa. Daerah Rawa adalah areal rawa yang dibatasi garis sempadan rawa Reklamasi Rawa adalah upaya meningkatkan fungsi dan manfeat rawa melalui teknologi hidraulik dalam bentuk jaringan reklamasi rawa. Jaringan Reklamasi Rawa adalah saluran, bangunan dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperiukan untuk pengelolaan air. Daerah Reklamasi Rawa adalah kesatuan lahan yang dilengkapi dengan jaringan reklamasi rawa berdasarkan tahapan akhir pengembangan. Pengembangan Jaringan Reklamasi Rawa meliputi kegiatan pembangunan jaringan baru dan peningkatan jaringan reklamasi rawa. Pengelolaan Jaringan Reklamasi Rawa meliputi kegiatan operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan reklamasi rawa. Operasi Jaringan Reklamasi Rawa adalah upaya pengaturan air termasuk membuka- menutup pintu bangunan air, menyusun pola tanam dan rencana tata tanam, menyusun system golongan, menyusun rencana Kegiatan operasi, mengumpulkan data, memantau dan mengevaluasi, yang ditujukan untuk mengoptimalkan fungsi dan manfaat jaringan teklamasi rawa. Pemeliharaan Jaringan Reklamasi Rawa adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan reklamasi rawa agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar operasi dan mempertahankan kelestariannya Rehabilitasi Jaringan Reklamasi Rawa adalah upaya _memperbaiki jaringan reklamasi rawa untuk mengembalikan fungsi dan kinerjanya seperti yang direncanakan, Saluran Tersier adalah saluran yang berhubungan langsung dalam pelayanan alr dengan lahan pertanian, Saluran Utama adalah saluran yang menghubungkan saluran tersier dengan sungai, yang terdiri antara lain saluran sekunder dan saluran primer. Sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam pemanfaatan DAK, maka kegiatan-kegiatan Subbidang Irigasi yang dapat didanai dengan DAK adalah kegiatan fisik yang masuk kategori Rehabilitasi, Pemeliharaan, dan Peningkatan Jaringan Irigasi yang menjadi kewenangan pemerintah daerah. II, PERENCANAAN DAN PEMROGRAMAN 1.1. Kebijakan Pemberian Dana Perimbangan (DAK) Mengacu pada kebijakan prioritas nasional, alokasi DAK untuk Subbidang_Irigasi ditujukan untuk mempertahankan tingkat’ layanan_ irigasi_ dan mengoptimaikan infrastruktur_ sistem irigasi guna mendukung program ketahanan pangan. Untuk mencapai tujuan Alokasi DAK Subbidang Irigasi tersebut, maka alokasi DAK Subbidang Irigasi arah pemanfaatannya adalah sebagai berikut: 1. Rehabilitasi; 2. Pemeliharaan; 3. Peningkatan, dimana peningkatan jaringan irigasi/reklamasi rawa untuk kegiatan DAK adalah hanya untuk meningkatkan fungsi dan kondisi jaringan irigasi yang sudah ada. Alokasi DAK Subbidang Irigasi tersebut kemudian dialokasikan kepada provinsi dan kabupaten/kota, untuk kemudian digunakan dalam penanganan _(rehabilitasi, pereliharean, dan peningkatan) jaringan irigasi (termasuk jaringan reklamasi rawa) 29 sesuai_ dengan kewenangannya masing-masing. Adapun kewenangan_pengelolaan Jaringan irigasi berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2005 tentang Irigasi adalah ‘sebagai berik 1. Daerah Irigasi (DI) dengan luas <1000 Ha menjadi wewenang dan tanggung jawab kab/kota dalam pengelolaannya; 2. Daerah Irigasi (DI) dengan luas 1000 Ha sampai dengan 3000 Ha menjadi wewenang dan tanggung jawab Provinsi dalam pengelolaannya, Jika Kabupaten mengusulkan pemanfaatan DAK Subbidang Irigasi untuk menangani Kegiatan di daerah irigasi yang bukan kewenangannya, maka (i) jika daerah irigasi tersebut Kewenangan provinsi maka kabupaten tersebut harus mendapat persetujuan dari Dinas PU/PSDA Provinsi, (ii) jika daerah irigasi tersebut kewenangan pusat maka Kabupaten tersebut harus mendapat persetujuan dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan mengkoordinasikan usulan tersebut dengan Balai Wilayah Sungai Terkait. Jika Provinsi mengusulkan pemanfaatan DAK Subbidang Irigasi untuk menangani Kegiatan di daerah irigasi yang bukan kewenangannya, maka (i) jika daerah irigas! tersebut kewenangan Kabupaten maka provinsi tersebut harus mendapat persetujuan dari Dinas PU/PSDA Kabupaten, (ii) jika daerah irigasi tersebut kewenangan pusat maka provinsi tersebut harus mendapat persetujuan dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan mengkoordinasikan usulan tersebut dengan Balai Wilayah Sungai Terkait. 11.2, Penyusunan Program Penanganan 11.2.1. Penyusunanan Daftar Jarinan Irigasi (Termasuk Jaringan Reklamasi Rawa) Kegiatan penyusunan program penanganan diawali dengan kegiatan inventarisasi Jaringan irigasi. Ini dilakukan untuk mendapatkan data jumlah, lokasi, luas, dan areal pelayanan pada setiap daerah irigasi, Inventarisasi jaringan irigasi dilaksanakan setiap tahun. Penyusunan data dasar ini mengacu pada form data dasar prasarana jaringan irigasi (termasuk jaringan reklamasi rawa). 11.2.2. Penyusunan Usulan Jaringan Irigasi (Termasuk Jaringan Reklamasi Rawa) Prioritas Berdasarkan hasil inventarisasi dilakukan survey identifikasi permasalahan dan kebutuhan rehabilitasi/pemeliharaan/peningkatan secara partisipatif, dan cibuat suatu rangkaian rencana aksi yang tersusun dengan skala prioritas. Dalam menentukan kriteria penanganan (rehabilitasi/pemeliharaan/peningkatan) ditihat dari kondisi kerusakan fisik jaringan irigasi. Untuk menilai kondisi kerusakan fisik, dilakukan dengan menentukan indeks kondisi jaringan irigasi. Indeks kondisi jtingan irigasi merupakan indikator kondisi fisik jaringan irigasi yang dinyatakan dengan suatu angka dari 0 hingga 100. Kriteria__penanganan berdasarkan indeks kondisi jaringan irigasi ini adalah sebagai berikut: + Apabila indeks kondisi suatu sub jaringan di atas 60 atau sama dengan 60 maka sub jaringan tersebut diarahkan untuk pemelinaraan; * Apabila indeks kondisi suatu sub jaringan di bawah 60 maka sub jaringan tersebut diarahkan untuk rehabilitasi. Formulir indeks kondisi jaringan irigasi dapat dilihat pada Tabel 2.3. Adapun kegiatan-kegiatan yang bethubungan dengan penanganan jaringan irigasi (termasuk jaringan irigasi rawa) yang dapat diusulkan menjadi usulan program prioritas diantaranya adalah sebagai berikut: 12, Kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Meskipun telah dilakukan Operasi dan Pemeliharaan yang sebaik- baiknya, secara alami jaringan irigasi cenderung mengalami penurunan tingkat layanan akibat waktu (umur prasarana dan sarana) sampai pada tahapan kritis tingkat layanan menurun tajam dari rencana semula yang 30 1.2.2.2. berakibat pada penurunan kinerja, Untuk menangulangi hal tersebut, dalam jangka waktu tertentu perlu dilakukan upaya-upaya rehabilitasi guna mengembalikan kemampuan layanan jaringan irigasi sesuai dengan desain rencana. Rehabilitasi adalah suatu proses perbaikan sistem jaringan yang meliputi perbaikan fisik atau non-fisik untuk mengembalikan tingkat pelayanan sesuai desain semula, maksimum yang perah dicapai atau sesuai dengan kondisi lapangan. Sesuai_ dengan kebijakan Pemerintah dana DAK untuk kegiatan rehabilitasi sistem irigasi yang menjadi kewenangan dan tangung jawab pemerintah daerah hanya dikhususkan untuk kegiatan fisik. Kegiatan rehabilitasi sistem irigasi secara umum dilakukan antara lain untuk jenis-jenis bangunan: + Benduingan/waduk/reservoir/embung/situ dan tampungan air lainnya untuk keperluan air irigasi; + Bangunan utama (bendung/intake,dil); + Saluran (induk, primer, sekunder, tersier, pembuang/drainase, suplesi, dl; + Bangunan pelengkap lainnya (bangunan bagi/sadap, pintu air, gorong-gorong, talang, siphon, pintu bilas, jembatan & jalan inspeksi, got, saluran drainase DI, Kantong lumpur, dll). Kegiatan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan Jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperiancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestarlannya melalui kegiatan perawatan, perbaikan, pencegahan dan pengamanan yang harus dilakukan secara terus menerus. Jenis pemeliharaan jaringan irigasi terdiri dari: A, Pengamanan jaringan irigasi Merupakan upaya untuk mencegah dan menanggulangi_terjadinya kerusakan jaringan irigasi yang disebabkan oleh daya rusak air, hewan, atau oleh manusia guna mempertahankan fungsi jaringan irigasi. Kegiatan ini dilakukan secara terus menerus oleh dinas yang membidangi irigasi, anggota/pengurus P3A/GP3A/IP3A, dan seluruh kelompok masyarakat tani. Setiap kegiatan yang dapat membahayakan atau merusak jatingan irigasi dilakukan tindakan pencegahan berupa pemasangan papan larangan, papan peringatan atau perangkat pengamanan lainnya. f ‘Adapun tindakan pengamanan dapat dilakukan antara lain sebagai berikut: 1. Tindakan Pencegahan + Melarang pengambilan batu, pasir dan tanah pada lokasi + 500 m sebelah hulu dan + 1.000 m sebelah hilir bendung irigasi atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku; + Melarang memandikan hewan selain di tempat yang telah ditentukan dengan memasang papan larangan; © Menetapkan gatis sempadan saluran sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku; + Memasang papan larangan tentang penggarapan tanah dan mendirikan bangunan di dalam garis sempadan saluran; + Petugas pengelola irigasi harus mengontrol patok-patok batas tanah pengairan supaya tidak dipindahkan oleh masyarakat; 31 + Memasang papan larangan untuk kendaraan yang melintas jalan inspeksi yang melebihi kelas jalan; + Melarang mandi di sekitar bangunan/lokasi-iokasi_ yang berbahaya; + Melarang mendirikan bangunan dan atau menanam pohon di tanggul saluran irigasi; * Mengadekan penyuluhan/sosialisasi kepada masyarakat dan instansi terkait tentang pengamanen fungsi Jaringan Irigasi. 2. Tindakan Pengamanan * Membuat bangunan pengamanan di tempat-tempat tertentu, misalnya: di sekitar bangunan utama, siphon, ruas saluran yang tebingnya curam, daerah padat penduduk dan lain sebagainya; + Penyediaan tempat mandi hewan dan tangga cui; + Pemasangan penghalang di jalan inspeksi dan tanggul-tanggul saluran berupa portal, patok. B. Pemeliharaan rutin Pemeliharaan Rutin merupakan kegiatan perawatan dalam rangka mempertahankan kondisi Jaringan Irigasi yang dilaksanakan secara terus menerus tanpa ada bagian konstruksi yang diubah atau diganti. Kegiatan pemeliharaan rutin meliputi: 1. Yang bersifat Perawatan ‘+ Memberikan minyak pelumas pada bagian pintuy; + Membersinkan saluran dan bangunan dari tanaman liar dan semak-semak; + Membersinkan saluran dan bangunan dari sampah dan kotoran; + Pembuangan endapan lumpur di bangunan ukur; + Memelihara tanaman lindung di sekitar bangunan dan di tepi luar tanggul saluran. 2. Yang bersifat Perbaikan Ringan + Menutup lubang-lubang bocoran kecil di saluran/bangunan; + Perbaikan kecil pada pasangan, misalnya siaran/plesteran yang retak atau beberapa batu muka yang lepas. C. Pemeliharaan berkala Pemeliharaan berkala merupakan kegiatan perawatan dan perbaikan yang dilaksanakan secara berkala yang direncanakan dan dilaksanakan oleh dinas yang membidangi Irigasi dan dapat bekerja sama dengan P3A GP3A/IP3A secara swakelola berdasarkan kemampuan lembaga tersebut dan dapat pula dilaksanekan secara_kontraktual. Pelaksanaan pemeliharean berkala dilaksanakan secara periodik sesuai kondisi Jaringan irigasinya. Setiap jenis kegiatan pemeliharaan berkala dapat berbeda-beda periodenya, misalnya setiap tahun, 2 tahun, 3 tahun dan pelaksanaannya disesuaikan dengan jadwal musim tanam serta waktu pengeringan. Pemeliharaan berkala dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pemeliharean yang bersifat perawatan, pemeliharaan yang bersifat perbaikan dan pemeliharaan yang bersifat penggantian. Pekerjaan pemeliharaan berkala meliputi: 1. Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Perawatan * Pengecatan pintu; + Pembuangan lumpur di bangunan dan saluran. 32 2, Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Perbaikan ‘* Perbaikan bendung, bangunan pengambilan dan bangunan pengatur; + Perbaikan bangunan ukur dan kelengkapannya; + Perbaikan saluran; + Perbaikan pintu-pintu dan skot balk; + Perbaikan jalan inspeksi; * Perbaikan fasilitas pendukung seperti kantor, rumah dinas, rumah PPA dan PPB, kendaraan dan peralatan. 3. Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Penggantian « Penggantian pintu; + Penggantian alat ukur; * Penggantian peil schell. D. Penanggulangan/Perbaikan darurat Penanggulangan/Perbaikan darurat dilakukan akibat bencana alam dan atau kerusakan berat akibat terjadinya kejadian luar biasa (spt. pengrusakan/penjebolan tanggul, longsoran tebing yang menutup jaringan, tanggul putus dll.), dan penanggulangan segera dengan konstruksi tidak permanen, agar jaringan irigasi tetap berfungsi. Kejadian Luar Biasa/Bencana Alam harus segera dilaporkan oleh juru kepada pengamat dan kepala dinas secara berjenjang dan selanjutnya oleh kepala dinas dilaporkan kepada Bupati. Perbaikan darurat ini dapat dilakukan secara gotong-royong, swakelola atau Kontraktual, dengan menggunakan bahan yang tersedia di dinas/pengelola irigas! atau yang disediakan masyarakat seperti (bronjong, karung plastik, batu, pasir, bambu, batang kelapa, dan lain-lain), Selanjutnya perbaikan darurat ini disempurnakan dengan konstruksi yang permanen dan dianggerkan secepatnya melalui program rehabilitasi. E. Kegiatan Pemeliharaan Jaringan Reklamasi Rawa 1. Pemeliharaan Rutin i Pemeliharaan rutin adalah upaya menjaga dan _mengamankan Jaringan tata air rawa agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar operasi dan mempertahankan kelestarian fungsi dan manfaat prasarana tata air rawa yang dilakukan secara terus menerus. Pemeliharaan rutin antara lain: * Pembersihan sampah di muka bangunan air pada seluran primer, sekunder, dan tersier; *Pemotongan rumput di tanggul/berm pada tanggul pengaman, saluran primer, sekunder, dan tersier; *Pembersihan ‘saluran (tumbuhan air) pada saluran primer, sekunder, dan tersier; * Pemeliharaan tanggul pada tanggul pengaman, saluran primer, sekunder, dan tersier; *Pemeliharaan bangunan air (pembersihan, pelumasan, dan pengecatan) pada saluran primer, sekunder, dan tersier; + Pemeliharaan jembatan dan dermaga (pengecatan dan perbaikan ringan); * Pemeliharaan jembatan dan dermaga (pengecatan dan perbaikan ringan); 33 + Pemeliharaan kantor dan rumah dinas (termasuk perbaikan ringan); * Kalibrasi alat ukur, Untuk lebih jelasnya interval dan frekuensi Pemeliharaan Rutin dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1 Pemeliharaan Rutin Kegiatan Tokasi Interval | Frekuenst Keterangan (buian) | (hali7tahuny eribarsnan Saripah ai maka Bangura Salaran peer i a air ‘Saran eekander 2 w Tergantng Kona ninggwan ‘Saloran terse 2 co Panergantang rmingguan keondsi Pemotongan ramp di tanggul / berm "Tanggul pengaman 6 z Saluran primer 6 2 Tergantung Konda ‘Sauren sander e Z Tergantung Kandi ‘Saran tesier a 3 Tergantung Kondist Pemibersinan saluran (umbuban a) Saloran primar e z Tergantung Kondis ‘Saran selander = z Tergantung Konda Saluran terser 7 3 Terganting kendis “Pemelharaan Tanggul Tanggulpengaman [12 T Saluran primer [1a i Tergantong Kondlst T ameifaraan bangunan ar (pemiberaan, ‘Saran primer Tergantung Kondish pelumasan dan pengecatan) Sauran sekander Tergantung Kondii Saluran terior ‘ergantung Kondis | Pemeifiarzan jembatan dan dermaga | ~_Saluran navigasi Tergantung kondisi (pengecatan dan perbaikan ringan) ‘Saiuran primer Tergantung Kondist ‘Seluran sekunder fergiantung Kondist ‘Saran tear Tergantung Konda Pemelinarsan jaan “alan repels Tergantung Kondish alan usaha tani Tergantong Kondis amelnaraan Wantar da roman Gnas (termasuk perbatan ringan) Tergantung Kondis bras at OG Tergantung Kondish 2. Pemeliharaan Berkala Pemeliharaan berkala adalah upaya menjaga dan mengamankan Jaringan tata air rawa agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar operasi dan mempertahankan kelestarian fungsi dan manfaat prasarana tata air rawa yang dilakukan tiap tahun atau lima tahunan atau juga tergantung pada kondisi bangunan dan saluran: * Pengangkatan lumpur pada saluran primer, sekunder dan tersier; * Perbaikan tanggul (longsor dan eros!) pada saluran primer, sekunder, tersier dan tanggul pengaman; * Perbaikan bangunan air (penggantian yang rusak) pada saluran primer, sekunder, dan tersier; 34 * Pebaikan jembatan dan dermaga (penggantian yang rusak) pada saluran navigasi, primer, sekunder, dan tersier; * Perbaikan jalan pada inspeksi dan jalan tani; * Perbaikan kantor dan rumah dinas (rehabilitasi); *Pengamanan jaringan berupa pemasangan patok batas jelur hijau dan sempadan, papan larangan, nomenklatur bangunan, portal, dan patok km. Untuk jelasnya interval dan frekuensi Pemeliharaan Berkala dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.2 Pemeliharaan Berkala abel Kegiatan Tokasi Taterval Kecepatan wet pengendapan (m3 /m/tahun) Gahun) @ @ @ al ot ~aluran primer 5 12 Pengangkatan lumpur ~saluran sekundér 5 o4-7 ~saluran terse 2 02-04 Ferbakan tanggulfongsor | -tanggul pengaman Pada seat di : dian kerusakan akbat eros, laksanakan pembentulan Kembali tebing pengerukan saluran orien ~salaran primer Pada seat di : laksanakan pengerukan saluran faluran sekander Pada saat di : laksanakan pengerukan saluran ~ salaran fersier Pada sect di - laxsanakan pengerukan saluran Penggantian (bagian-bagian) ‘yang rusak dari bangunan air dan gedung “Tbangunan pengaturair = gedung Pebaikan jembatan dan ‘dermaga (penggantian yang rusak) ~ seluran navigasi + saluran primer ~ saluran sekunder = saluran tersier Perbaikan jalan jalan inspeksi > - jalan usaha tani : Perbaikan Kantor dan rumah Dervariast inas (rehabiltas!) Pengamanan jaringan ~ patok batas jalur hijau bewariast : dan_sempadan_ _ 7 papa larangan iervariasi = nomenklatur bangunan bervariasi = portal bervaria patok km, ervariasi Catatan : angka yang tertera pada kolom (@) tergantung pada Kondisi masing-masing jaringan atau berdasarkan hasil survel di lapangan 1.2.2.3. Kegiatan Peningkatan Jaringan Irigasi Pelaksanaan Keglatan Peningkatan jaringan Irigasi hanya dilaksanakan pada Daerah Irigasi, sedangkan pada Daera Rawa tidak ada kegiatan Peningkatan jaringan irigasi. Perencanaan peningkatan _jaringan dilaksanakan oleh Dinas/Pengelola Irigasi bersama perkumpulan petani pemakai air (P3A.) berdasarkan rencana prioritas hasil inventarisasi Jaringan irigasi dengan katagori rusak berat. Tujuan pekerjaan peningkatan Daerah Irigasi_ untuk mengurangi kehilangan air pada saluran, sehingga diharuskan untuk dibuat saluran 35, irigasi pada Daerah Irigasi pasangan batu, atau di bendung yang mercunya terbuat dari bronjong dilakukan_peningkatan mercunya menjadi pasangan batu sehingga menambah debit air (memaksimalkan) yang tersedia atau yang tadinya Irigasi Sederhana menjadi irigasi Semi Teknis. Dalam rencana Pelaksanaan Peningkatan jaringan irigasi_terdapat pembagian tugas, antara P3A dengan pemerintah diantaranya bagian mana bisa ditangani P3A dan bagian mana yang ditangani pemerintah melalui Nota Kesepakatan kerjasama O&P. Penyusunan rencana peningkatan jaringan irigasi meliputi: 1, Inspeksi Rutin z Dalam melaksanakan tugasnya juru pengairan harus selalu mengadakan inspeksi/pemeriksaan secara rutin di wilayah kerjanya setiap 10 hari atau 15 hari sekali, untuk memastikan bahwa jaringan irigasi dapat berfungsi dengan balk dan air dapat dibagi/dielirkan sesuai dengan ketentuan, Kerusakan ringan yang dijumpai dalam inspeksi rutin harus segera dilaksanakan perbaikannya sebagai pemeliharaan rutin, dicatat dan dikirim ke pengamat setiap akhir bulan, Selanjutnya Pengamat akan menghimpun semua berkas usulan dan menyampaikannya ke dinas pada awal bulan berikutnya, 2, Penelusuran Jaringan Irigasi Berdasarkan usulan kerusakan yang dikirim oleh juru secara rutin, dilakukan penelusuran jaringan untuk mengetahul tingkat Kerusakan dalam rangka pembuatan usulan pekerjaan pemeliharaan tahun depan. Penelusuran — dilaksanakan setahun dua kali yaitu pada saat Pengeringan, untuk mengetahui endapan dan mengetahui tingkat kerusakan yang terjadi di bawah air normal, dan pada saat air normal (saat Pengolahan Tanah) untuk mengetahui besarnya rembesan dan bocoran jaringan. Penelusuran dilakukan bersama secara__ pattisipatif antara Pengamat/UPT/Ranting, Juru/Mantri, dan GP3A/IP3A. 3, Pengukuran dan Perbuatan Detail Desain Perbaikan Jaringan Irigasi a). Survey dan Pengukuran Perbaikan Jaringan Irigasi Survey dan pengukuran untuk pemeliharaan jaringan irigasi dapat dilaksanakan secara_sederhana_ oleh _petugas. dinas/pengelola irigasi_ bersamasama _perkumpulan — petani pemakai air dengan menggunakan roll meter, alat bantu ukur, selang air, atau tali. Hasil survai dituangkan dalam gambar skets atau diatas gambar as built drawing. Sedangkan untuk pekerjaan perbaikan, perbaikan berat maupun penggantian _harus menggunakan alat ukur waterpass atau theodolit untuk mendapatkan elevasi yang akurat, Hasil survey dan pengukuran ini selanjutnya digunakan oleh petugas Dinas/pengelola irigasi dalam penyusunan detail desain, b). Pembuatan Detail Decian Berdasarkan hasil survey dan pengukuran disusun rancangan detail desain dan penggambaran, Hasil rancangan detail desain ini didiskusikan kembali dengan perkumpulan petani periakai air sebagai dasar pembuatan desain akhir yang dituangkan dalam berita acara. - 36 IL3. 11.2.3. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya Setelah mengetahui program-program penanganan apa saja yang akan dilakukan, selanjutnya dilakukan perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB). RAB dihitung berdasarkan perhitungan volume dan harga satuan yang sesuai dengan standar yang berlaku di wilayah setempat. 11.2.4, Penentuan Program Penanganan Penentuan program penanganan dilakukan dengan memperhatikan prioritas penanganan (berdasarkan indeks kondisi jaringan irigasi) dan juga Rencana Anggaran Biaya. Program dengan prioritas tertinggi dan dengan Rencana Anggaran Biaya yang realistis tentunya akan mendapat prioritas utama, Hasil penentuan program penanganan ini kemudian disusun dalam bentuk Rencana Kegiatan (RK). Penyusunan Rencana Kegiatan Rencana Kegiatan (RK) sekurang-kurangnya mencakup informasi-informasi sebagai berikut: 1. Kelompok Kegiatan; Kelompok Kegiatan dapat berupa: pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, Bengernanen feringan, perbakan dere, rehabitas, dan peningkatan feringan. Kegiatan/Paket Pekerjaan; 5 kegiatan/paket pekerjaan merupakan uraian dari kelompok kegiatan, dengan mencantumkan bagian dari jaringan yang dipelihara/ direhab/ditingkatkan. Bagian dari jaringan tersebut dapat berupa: saluran primer/sekunder, saluran pembuang, bendung, kantong lumpur, pintu penguras, bangunan pengatur (bagi/sadap/bagi- sadap), bangunan terjun, talang, dan lain-lain. 3, Volume Kegiatan; Berisi volume dari tiap-tiap jenis kegiatan/paket pekerjaan. 4. Satuan; Merupakan satuan ukur dari volume kegiatan. 5, Nama Daerah Irigasi; 6. Biaya; Diisi berapa alokasi biaya dari Dana Alokasi Khusus dan Dana Pendamping DAK serta total biaya yang diperlukan untuk tiap-tiap jenis kegiatan/paket pekerjaan, Contoh format Rencana Kegiatan dapat dilihat pada Tabel 2.4. 37 TIL, PERENCANAAN TEKNIK DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI m4. 12. MIL3. Umum Setelah teralokasinya dana untuk penanganan jaringan irigasi (termasuk jaringan reklamasi rawa) baik itu pemeliharaan maupun peningkatan (rehabilitasi), maka proses berikutnya adalah melakukan kegiatan perencanaan teknik Kegiatan rehabilitasi, pemeliharaan dan peningkatan. Berdasarkan dokumen _hasil perencanaan teknik ini, kemudian dilakukan pelaksanaan konstruksi untuk mencapai tujuan yang diharapkan, Perencanaan Teknik Perencanaan teknis Jaringan irigasi (termasuk jaringan reklamasi rawa) provinsi dan kabupaten/kota didasarkan pada standar dan pedoman yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum. : Pelaksanaan Konstruksi I1L.3.1, Metoda Pelaksanaan 1113.11, Kegiatan Rehabilitasi Untuk kegiatan rehabilitasi suatu jaringan irigasi_ dapat dilakukan secara kontraktual atau secara swakelola sebaiknya melibatkan masyarakat petani di wilayah jaringan irigasi bersangkutan serta sebanyak mungkin memanfaatkan bahan dan material dari lokasi setempat. 111.3.1.2. — Kegiatan Pemeliharaan Adapun metoda pelaksanaan kegiatan pemeliharaan adalah sebagai berikut: ‘a. Pekerjaan pemeliharaan jaringan irigasi_ (termasuk Jaringan reklamasi rawa) yang dilaksanakan secara swakelola. Pekerjaan yang dapat dilaksanakan dengan cara swakelola antara lain adalah berupa pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala yang bersifat perawatan, dan penanggulangan. 1. Pemeltharaan Rut + Pekerjean pemeliharaan rutin dilaksanakan secere terus menerus sesuai_ dengan kebutuhan/hasil inspeksi rutin juru; + Pelaksanaan oleh Dinas/Pengelola Irigasi atau oleh perkumpulan petani pemakai air secara gotong royong dengan —bimbingan teknis— dari Dinas/Pengelola Irigasi. 2. Pemeliharaan Berkala : *Pekerjaan — dilaksanakan —secara_periodtk disesuaikan dengan tersedianya anggaran; + Pelaksanaan —-secara.~—swakelola_— oleh Dinas/Pengelola Irigasi atau dapat melibatkan perkumpulan petani pemakai air; « Pekerjaan berupa perawatan. 38 11.3.2. 3. Penanggulangan « Pekerjaan bersifat darurat agar bangunan/ saluran segera berfungsi; . *Pelaksanaan —oleh._~—s~Dinas_-—_obersama masyarakat/perkumpulan petani pemakai air dengan cara gotong royong. b. Pekerjaan yang dapat dikontrakkan 1. Pekerjaan bersifat perbaikan, perbaikan berat, dan penggantian; 2. Pelaksanaan melalui pihak kedua (kontraktor).. 1113.13, Kegiatan Peningkatan Untuk kegiatan peningkatan suatu jaringan irigasi (termasuk reklamasi rawa) dapat dilakukan secara kontraktual atau secara swakelola sebaiknya melibatkan masyarakat petani di wilayah jaringan irigasi (termasuk rekiamasi rawa) bersangkutan serta sebanyak mungkin memanfeatkan bahan dan material dari iokasi setempat. Pelaksanaan Rehabilitasi Setelah melalui tahapan penyusunan prioritas dan rencana Kegiatan dan selesal proses perencaaan teknis, maka selanjutnya adalah kegiatan pelaksanaan. Pada prinsipnya pelaksanaan pekerjaan rehabilitasi suatu Jaringan irigasi secara umum tidak berbeda dengan pembangunan baru, namun dalam proses pelaksanaan apabila dijumpai permasatahan maka harus dicarlkan pemecahan permasalahannya. TL,3,2.1, Persiapan Pelaksanaan Rehabilitasi Sebelum kegiatan rehabilitasi dilaksanakan perlu dilakukan sosialisasi kepada petani pemakai air sebagai anggota P3A/GPSA/IP3A, tentang waktu, jenis kegiatan, jumlah tenaga, bahan, peralatan yang akan digunakan, sifat rehabilitasi dan tingkat kesulitannya, a). Pekerjaan rehabilitasi yang akan dilaksanakan secara swakelola harus —melibatkan _P3A/GP3A/IP3A/petani setempat, sesuai kemampuannya. b). Pekerjaan yang akan dilaksanakan secara_kontraktual. Disusun dalam paket paket pekerjaan yang menggambarkan lokasi, jenis pekerjaan, rencena biaya dan waktu pelaksanaannya, Dalam perjanfian kontrak antara Dinas/PengelolaIrigasi_ dengan kontraktor—_perlu dicantumkan ketentuan yang mengikat antara lain : * Kontraktor harus melibatkan P3A/GP3A/IP3A sesuai kemampuannya; + Kontraktor harus menggunakan tenaga kerja setempat kecuali tenaga kerja tersebut tidak tersedia; + adanya kesepakatan bersama antara_ kontraktor dengan P3A/GP3A/IP3A mengenal jam kerja, upah kerja dan hal-hal lainnya. 11L.3.2.2, Pelaksanaan Rehabilitasi + Pelaksana swakelola dan kontraktor serta P3A/GP3A/IPSA dalam —melaksanakan pekerjaan rehabilitasi_wajib 39 11.3.3. memahami dan menerapkan persyaratan teknis yang telah ditetapkan oleh Dinas/Pengelota Irigasi; - pelaksanaan rehabilitasi tidak mengganggu_ kelancaran pembagian air untuk tanaman, artinya pelaksanaannya disesuaikan dengan jadwal pengeringan dan giliran air; - Dinas/Pengelola Iirigasi wajib _menyampeiken kepada masyarakat_pemakai air mengenai rencana pengeringan paling fambat tiga puluh hari sebelum pelaksanaan pengeringan; - Untuk pekerjaaan yang dilaksanakan secara swakelola yang melibatkan P3A/GP3A/IP3A sesual dengan kuantitas dan kualitas yang dipersyaratkan, perlu. adanya_bimbingan teknis; - Untuk pekerjaan yang dilaksanakan kontraktor, sebagai kontrol sosial P3A dapat berperan secara swadaya mengawasi pekerjaan; - Setelah pekerjaan rehabilitasi selesai dikerjakan_harus dibuat berita acara bahwa pekerjaan rehabilitasi telah selesai dilaksanakan dan berfungsi batk. Pelaksanaan Pemeliharaan Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan berdasarkan hasil detail desain dan rencana kerja yang telah disusun oleh Dinas/Pengelola Iirigasi berdasarkan kesepakatan perkumpulan petani pemakai alr. Adapun waktu pelaksanaannya menyesuaikan dengan jadwal pengaturan air dan masa pengeringan yang telah disepakati bersama dan ditetapkan oleh Bupati/Walikota/Gubernur —sesuai_-—kewenangannya. —_-Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut 111.3.3.1. _ Persiapan Pelaksanaan Pemeliharaan Sebelum kegiatan pemeliharaan dilaksanakan periu dilakukan sosialisasi kepada petani pemakai air sebagai anggota P3A/GP3A/IP3A, tentang waktu, jenis kegiatan, jumlah tenaga, bahan, peralatan yang akan digunakan, sifat pemeltharaan dan tingkat kesulitannya. a) Pekerjaan pemelinaraan yang akan dilaksanakan secara swakelola harus —melibatkan — P3A/GP3A/IP3A/petani setempat, sesual kemampuannya; b) Pekerjaan yang akan dilaksanakan secara_kontraktual. Disusun dalam paket paket ~—pekerjaan yang menggambarkan lokasi, jenis pekerjaan, rencana biaya dan waktu pelaksanaannya. Dalam perjanjian kontrak antara Dinas/Pengelola Irigasi_ dengan —_kontraktor_—_perlu dicantumkan ketentuan yang mengikat antara lain: + Kontraktor harus melibatkan P3A/GP3A/IP3A sesuai kemampuannya; * Kontraktor harus —menggunakan tenaga__kerja setempat kecuall tenaga kerja tersebut tidak tersedia; + adanya kesepakatan bersama antara_ kontraktor dengan P3A/GP3A/IP3A mengenai jam kerja, upah kerja dan hal-hal lainnya. 40 111.3.3.2, Pelaksanaan Pemeliharaan = Pelaksana swakelola dan kontraktor serta P3A/GP3A/IP3A dalam melaksanakan pekerjaan__pemeliharaan__wajib memahami dan menerapkan persyaratan teknis yang telah ditetapkan oleh Dinas/Pengelola Irigasi; - pelaksanaan pemeliharaan tidak mengganggu kelancaran pembagian air untuk tanaman, artinya pelaksanaannya disesuaikan dengan jadwal pengeringan dan glliran air; Dinas/Pengelola Irigasi wajib menyampaikan kepada masyarakat pemakai air mengenai rencana pengeringan paling lambat tiga puluh hari sebelum pelaksanaan pengeringan; ~ Untuk pekerjaaan yang dilaksanakan secara swakelota yang melibatkan P3A/GP3A/IP3A sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang dipersyaratkan, perlu adanya bimbingan teknis; + Untuk pekerjaan yang dilaksanakan kontraktor, sebagai kontrol sosial P3A dapat berperan secara swadaya mengawasi pekerjean; + Setelah pekerjaan perbaikan selesai dikerjakan harus dibuat berita acara bahwa pekerjaan perbaikan telah selesai dilaksanakan dan berfungsi baik. 111.34, Pelaksanaan Peningkatan Setelah melalui tahapan penyusunan prioritas dan rencana Kegiatan dan selesai proses perenceaan teknis, maka selanjutnya adalah kegiatan pelaksanaan. Pada prinsipnya pelaksanaan pekerjaan peningkatan suatu Jaringan ‘rigas! (termasuk reklamasi rawa) secara umum tidak berbeda dengan pembangunan baru, namun dalam proses pelaksanaan apabila dijumpai permasalahan maka harus dicarikan pemecahan permasalahannya. 111.3.4.1. Persiapan Pelaksanaan Peningkatan Sebelum kegiatan peningkatan dilaksanakan perlu dilakukan kepada petani pemakai air sebagai anggota P3A/GP3A/IP3A, tentang waktu, jenis kegiatan, jumlah tenage, bahan, peralatan yang akan digunakan, sifat peningkatan dan tingkat kesulitannya, a). Pekerjaan peningkatan yang akan dilaksanakan secara swakelola harus melibatkan P3A/GP3A/IP3A/petani setempat, sesuai kemampuannya; b). Pekerjaan yang akan dilaksanakan secara_kontraktual. Disusun dalam paket paket —pekerjaan yang menggambarkan lokasi, jenis pekerjaan, rencana biaya dan waktu pelaksanaannya. Dalam perjanjian kontrak antara Dinas/Pengelola Irigas! dengan kontraktor perlu dicantumkan ketentuan yang mengikat antara lain : + Kontraktor harus melibatkan P3A/GP3A/IP3A sesuai kemampuannya; + Kontraktor harus menggunakan tenaga _ kerja setempat kecuali tenaga kerja tersebut tidak tersedia; + adanya kesepakatan bersama antara_kontraktor dengan P3A/GP3A/IP3A mengenai jam kerja, upah kerja dan hal-hal lainnya. 41 111.3.4,2. _Pelaksanaan Peningkatan > Pelaksana swakelola dan kontraktor serta P3A/GP3A/IP3A dalam —melaksanakan _pekerjaan__peningkatan waji memahami dan menerapkan persyaratan teknis yang telah ditetapkan oleh Dinas/Pengelola Irigasi; ~ pelaksanaan peningkatan tidak mengganggu_kelancaran pembagian air untuk tanaman, artinya pelaksanaannya disesuaikan dengan jadwal pengeringan dan giliran air; + Dinas/Pengeloia Irigasi_ wajib menyampaikan kepada masyarakat_pemakai air mengenai rencana pengeringan paling lambat tiga puluh hari sebelum pelaksanaan pengeringan; Untuk pekerjaaan yang ditaksanakan secara swakelola yang melibatkan P3A/GP3A/IP3A sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang dipersyaratkan, perlu adanya bimbingan teknis; + Untuk pekerjaan yang dilaksanakan kontrektor, sebagai kontrol sosial P3A dapat berperan secara swadaya mengawasi pekerjaan; Setelah pekerjaan peningkatan selesai dikerjakan harus dibuat berita acara bahwa pekerjaan peningkatan telah selesai dilaksanakan dan berfungsi balk. IV. PEMANTAUAN, EVALUAST, PELAPORAN DAN PENILAIAN KINERJA Lingkup pemantauan dan evaluasi pelaksanean kegiatan Subbidang Irigasi/Rawa mengikuti Peraturan Menteri Pekerjaan Umum ini sebagaimana tercantum dalam Lampiran 4. Begitu juga dengan pelaporan, mengikuti tata cara dan format-format yang diatur Peraturan Menteri Pekerjaan Umum ini sebagaimana tercantum pada Lampiran 5. Evaluasi dan penilaian kinerja dilakukan oleh Menteri Pekerjaen Umum selaku Menteri Teknis yang membidangi irigasi, cq Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, untuk selanjutnya cilakukan penilaian kinerja sebagal evaluasi pemanfaatan DAK Subbidang Irigasi/Rawa. Penilaian kinerja dilakukan berdasarkan kinerja pelaksanaan dan pelaporan yang diklafikasikan menjadi 4 (empat) kriteria. Tiap kriteria diuraikan lebih mendalam berdasarkan aspek-aspek yang tercanturn dalam Petunjuk teknis Pemanfaatan DAK Bidang Infrastruktur. Keempat kriteria tersebut adalah: 1. Kedisiplinan pengiriman laporan triwulanan oleh Kabupaten/Kota; 2. Kelengkapan pengisian form-form berdasarkan aspek-aspek pemantauan teknis; 3. Progres plaksanaan fisik dan keuangan pada akhir tahun anggaran; 4, kesesuaian program antara rencana dan realisasi. 42 i se -ueyserado 1p aedep snd | Sucqrey 1616 epoy wy seindued mud | seta] € TewSIEG UeFoD ndturry BUOWE | Ss [yee BUONIEy UEURBUEG who | Walz |_ oot ehuseunGuad mug @ andy Guowwey “eT Teyquebueg ug —"e CHE TERSEISTOD Tap 1B epOT TAZ oF ep BunpLSE MURA “TT I ———=XE&i—a&=ieE oo iebag ae6eg $ If FES 6 anduun oF Beiedo weded 3 Buoqey S waReqUEr pe EPH a amarad aya = (Z#) nb 6ue andwin} @ Banpuea > Suoquey epe Eee — —|_. ERESSRREeecneneeenees 1 Rees — yg = (T#) [st CeReS Hs | [92 Tors e aye | a [oor bunpisa “TT Fee TENE SS_ | wun veunbueE —T ‘or HYMN, IST VNVEVSVd ‘Gorkeez) Wor PS ORIG o o “Se G ce @ w % % % % ueGuesiey | wnuisyew | epe sue, | uebuerovey | vetbea veisea vueresn (SPOON SPOUT | te yoqea eH eH yeueBuag/Suquey eLiay YeAeIIM eWeN qewebuag/Buquey efi yedelim sen] unBueqa) 1seBu| yeraeg serq ise6uy yeiaeq ewen, ISVDIUI NVDNIUVE ISIGNOM SHIGNI €°% TaaVL by Sce0 oor He eynui epuey uep Jayejeys lamAN JENS) SCT oor Taepes 7 depes 1Beq /15e8) anjebued veunbueq uerleqied g e TESTIS WEIS) URE EMS FE UeReUTS Ipetiay Yepa wreip-sson ‘Guerey ‘uerequiaf ‘6u0106-6u0106 ‘voudAs ueunbueg eped _“¢ OF oot PUES luep -npur weanyes eped °e “GeySUEL UES \sGunpeq deyBuejog ueundueg “¢'e Or “TDIsIB) depes deijes weg "> {depes | depes 1Beg 716g) ameGued ueunGueq den eped q oor "SHR DUNG Ueyqurebuag ueunbueg epeg “e TO uaseredobued evesusr vebEp luexnyeup yedep 2aep ueIMNBved TE 00r "aIsiBy depes dees eped a oor OPUPDIES uuep 3nput Uemnjes nysad ame6ued uueunbueg denas uep yees dens “e OF BoonpOG Wep coyuaT (dens TE Jsepes 16eg / i6ea) smebued ueunbues wean aS ‘emequied ueinjes eped weunbieg “= OF TESSTSS CesT MENTS UeHaRisd ens “EZ oot "WRSETSAOCUSC BORE Tes epulubuow ymun drojna in6Buer GSU ZZ OF Tae ueouoy /ueymngay yqap eMequiEUL mun diojno vesnjes den seysedex TZ cd Teme aS winequisd ueinies —~Z 0) @) 9} wt w ueBue1a3y % wnwsyeH % pe Bue, [BUOY SHSDUT uebuesai3y % uei6eq aogoa ein sb an : aN 2 eweN 2 ewen alan /ewebuag/unuey BION/AeD/NO1d 680 15 + yato zengia nua cone “rn ‘Epa WeBUSp TeCEDIP ITE BIR UTED 1 0 6uek uesnjes uep ueunveg denes “£°S ae PRCLSGIp Ye UEITIES GueTUECES Al 1 oor yedeyes vere uep isiedsur veer 7's HET PLOY TIRED z cor eweyn ueun6ued ay MseW UEC “T's o Tae TAS | ‘Hredsur /ynsew weeE"S | "TBUEUEDBUSII r oor | Sued utfueg yejesew epe yepll ‘Z'b "sounpeq ep Dj}eqz0Cip Yea eyes UeeLeY j youd seyep werep wrquE3ia, | P unBueqlp Yee) ekuueUN6LEG £ oor tuep Guenquiad uesnjes enwas “Te oF TAT HS 1 ‘ekuueunbueg wep Buenquieg wens —y SEO oor | ee 50 : oor seibao uedeg > D 7 @ w. ) Peper cece ere Cee 2 % % % ue6uemey | wnwisyew | eve dur | uebueiewy | veibe veeg verein (SILO SHUT ren ogee oF OLNYWD! O0rG pu “WNW NVWRIEAd THALNSW 2007 saquieseq gt ‘\e66uey eped eyeyer ip uexdearg efuyse ueBuap fensas ueuyes Pyo1/de4 ueyeqied nied - ISUIAOLd PERSE eee ee eee eee eee UE Bqoy/uayedngey/IsuAosd fensas - ueefiayag ‘deg yesaeg ejeday, Isepuswioyay yeied | je66ue] | veyeqer/ewen ‘sebnqed £007 oH ISVWUTANON UvaWaT | z z Z T OF 6 8 Zz Ore ees v & z T (D) SNIdWGNad | va | c+ NVLVISaX ~ 1 NvLvIDaX \wne!| (da) viva neva 3WMON NYeVSVS / NYC ISWIOT sand SHE on NVLVIDSy VNVONSY LVWUO pz T3EVL LAMPIRAN 3.a. : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM. NOMOR 2 42/PRTIM/2007 TANGGAL : 18 Desember 2007 PETUNJUK TEKNIS SUB BIDANG AIR MINUM I, PENDAHULUAN Lh. 12. 13. Latar Belakang Kewajiban Pemerintah dalam pemenuhan hak-hak dasar manusia, seperti air minum, memotivasi Pemerintah untuk memfasiitasi pembangunan dan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) khususnya bagi masyarakat perdesaan yang notabene merupakan masyarakat dengan tingkat pelayanan SPAM terendah. Sesuai dengan data BPS, cakupan pelayanan SPAM di perdesaan hanya 8%. Selain itu, Pemerintah juga terpacu untuk mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) Tahun 2015, yaitu menurunkan separuh proporsi penduduk yang belum terlayani fasilitas air minum, Penyediaan air minum untuk kawasan kumuh perkotaan, permukiman nelayan dan perdesaan dapat dilakukan melalui sistem penyediaan air minum dengan teknologi sedethana (untuk selanjutnya disingkat Air Minum Sederhana). Hal _tersebut mempertimbangkan agar prasarana air minum yang dibangun dapat dikelola oleh masyarakat pengguna itu sendiri dalam skala komunal, bersifat mudah dan ekonomis dalam pembangunan, operasional dan pemeliharaan serta pengelolaannya, Memperhatikan bahwa prioritas lokasi-lokasi yang akan menjadi lingkup pelaksanaan adalah dese/kelurahan yang belum pernah mendapat pelayanan air minum secara formal (pelayanan oleh perusahaan daerah air minum setempat), maka perlu diberikan acuan petunjuk bagi para pelaksana program, baik untuk aparat pemerintah terkait maupun untuk masyarakat sebagai aktor utama pelaksanaan program, dengan demikian akan diperoleh arah, pengertian dan pengetahuan yang sama dalam menciptakan pembangunan yang berkelanjutan. Maksud Sesuai Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan bahwa: «DAK dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan bagian dari program yang menjadi prioritas nasional; * Besaran alokasi DAK ditentukan berdasarkan kriteria umum, khusus, serta teknis. Menteri teknis menyampaikan Kriteria Teknis yang dirumuskan melalui indeks teknis; + Berdasarkan Penetapan alokasi DAK, Menteri Teknis menyusun Petunjuk Teknis Penggunaan DAK. Petunjuk teknis ini dimaksudkan untuk memberikan acuan kepada para pelaksana dan pihak terkait lainnya dalam penyelenggaraan perencanaan prasarana air minum sederhana, Tujuan Petunjuk teknis ini bertujuan untuk menjamin kesesuaian, ketertiban, dan ketepatan dalam pembangunan prasarana air minum sederhana sehingga prasarana yang dibangun dapat dimanfaatkan secara andal dan berkelanjutan, 47 14, Ruang Lingkup Dalam melakukan pemilihan kegiatan DAK subbidang air minum, terlebih dahulu melakukan review atau kajian terhadap sistem eksisting atau sistem yang sudah ada. Petunjuk teknis ini menjelaskan kriteria, perhitungan, data dan tahapan yang diperlukan dalam perencanaan prasarana air minum sedethana, meliputi pembangunan baru dan perluasan jaringan pelayanan. Pembangunan infrastuktur baru meliputi perencanaan bangunan pengambilan air baku, unit pengolahan, perpipaan, perpompaan, dan unit pemanfaatan sesuai lingkup program. Secara rine! petunjuk teknis air minum sederhana ini agar menggunakan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengembangan SPAM Perpipean Sederhana yang antara lain terdiri cari: — Petunjuk Teknis Pembangunan Penangkap Mata Air (PMA); Petunjuk Teknis Pembangunan Sumur Dalam (SATD) komunal; ~Petunjuk Teknis Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Sederhana (IPAS); — Petunjuk Teknis Pembangunan Bangunan Pengambilan Air Baku; ~ Petunjuk Teknis Pembangunan Hidran Umum; —_ Petunjuk Teknis Pemasangan Perpipaan; —_Petunjuk Teknis Pembangunan Pompa Hidran; — Petunjuk Teknis Operasional dan Pemeliharaan. 15. Pengertian 1. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum; 2. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif; 3. Sistem penyediaan air minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum; 4, Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas danjatau meningkatkan sistem fisik(teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik; 5, Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, emantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum. IL, PERENCANAAN DAN PEMROGRAMAN 1.1. Kebijakan Pemberian Dana Perimbangan (DAK) Merujuk pada Pasal 162 ayat 1 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa DAK dialokasikan dari APBN kepada daerah tertentu dalam rangka pendanaan pelaksanaan desentralisasi untuk (a) mendanai kegiatan khusus yang ditentuken pemerintah atas dasar prioritas nasional, (b) mendanai kegiatan khusus yang diusulkan daerah tertentu. Berdasarkan pernyataan di atas, syarat kegiatan yang dapat didanai DAK adalah kegiatan yang sesual dengan prioritas nasional. Kegiatan penyediaan air minum merupakan kegiatan pada Bidang Infrastruktur yang telah ditetapkan pemerintah sebagai salah satu prioritas nasional, Oleh karenanya kegiatan pada Subbidang Air Minum merupakan salah satu kegiatan yang berhak mendapatkan alokasi dana DAK dari APBN. Adapun besaran alokasi 48 112. dana DAK ini ditetapkan oleh Departemen Keuangan, setelah berkoordinasi dengan Departemen teknis terkait. Ketentuan lainnya mengenai kegiatan yang dapat didanai DAK adalah kegiatan tersebut harus diusulkan daerah yang berhak mendapatkan alokasi DAK. Oleh karena itu Pemerintah daerah harus mengajukan usulan kegiatan yang akan didanai oleh DAK kepada Pemerintah Pusat. Adapun langkah-langkah pengajuan usulan dijelaskan di bawah ini. Penyusunan Program Penanganan M21. 11.2.2. Penyusunan Daftar Fasilitas SPAM Dalam mempersiapkan program, perlu dillhat apakah sudah ada pengembangan SPAM atau belum. Perlu dilakukan inventarisasi/penyusunan daftar fasilitas pengembangan SPAM yang ada. Adapun fasiltas-fasilitas yang perlu didentifkasi diantaranya adalah jenis prasarana sistem penyediaan alr minum berdasarkan jenis sumber air baku, Prasarana tersebut adalah sebagai berikut: a. Mata air: Perlindungan Mata air (PMA) b. Air tanah i, Sumur Dalam (SATD). c. Air permukaan i. Paket Instalasi Pengolahan Air (IPA); ii, Pompa Hidran; .. Reverse Osmosis (RO) untuk air asin; iv. Sistem Pengolahan Air Gambut; v. Saringan Pipa Resapan (SPR). d. Air hujan Selain unit produksi sebagaimana hal tersebut di atas, beberapa prasarana sebagai kelengkapan dari SPAM yang perlu diidentifikasi berupa: a. Unit Distribusi Perpipaan; b. Perpompaan untuk sistem dengan topografi dimana wilayah pelayanan lebih tinggi dari unit produksi; c. Unit pelayanan yang terdiri dari: i. Hidran Umum; i, Sambungan Rumah Murah, Selain inventarisasi fasilitas SPAM yang ada, perlu dilakukan juga inventarisasi daerah-daereh yang belum memiliki fasilitas SPAM. Daerah-daerah yang belum memiliki fasilitas SPAM ini akan mendapat prioritas untuk pembangunan fasiltas baru. Penyusunan Usulan Program Prioritas Setelah melakukan penyusunan daftar fasilitas yang ada saat ini dan identifikasi daerah-daerah yang belum memiliki fasilitas SPAM, dilakuken identifikasi usulan program prioritas. Program-program Subbidang Air Minum yang dapat diusulkan untuk dibiayai DAK Bidang Infrastruktur pada saat ini, terbatas hanya untuk program-program pembangunan fasilitas SPAM baru pada daerah-daerah yang memenuhi kriteria, Usulan program pembangunan fasilitas SPAM baru, hendaknya memperhatikan kriteria-kriteria berikut ini: > Daerah rawan air; - Daerah rawan penyakit; ~ Daerah rawan sanitasi; 49 ~ Daerah miskin; - Aksessibilitas; ~ Daerah terpencil; ~ Jarak dengan sumber air, Jenis prasarana yang tepat untuk suatu wilayah rencana pelayanan ditentukan dengan mempertimbangkan parameter-parameter sebagai berikut: + Jenis sumber air baku, termasuk kualitas dan kuantitasnya; = Kondisi topografi. 11.2.3. Penentuan Program Penanganan Penentuan program (pembangunan baru) tersebut di atas didasarkan pada pertimbangan bahwa teknologi yang diterapkan sesuai dengan karakteristik. dan sumber daya yang ada di daerah perencanaan tanpa mengurangi kualitas dan kuantitas pelayanan air minum yang direncanakan. Proses seleksi program pengembangan air minum, dilakukan sesuai diagram alir pada Gambar 3.a.1, 11.3. Penyusunan Rencana Kegiatan Usulan program pengembangan SPAM Sederhana kemudian disusun dalam bentuk Rencana Kegiatan (RK) yang mencakup informasi sebagai berik ga aeNe Jenis kegiatan; Nama paket kegiatan; Nama lokasi; Tujuan dan sasaran; Volume kegiatan; Perkiraan alokasi DAK dan dana pendamping. Untuk menyusun Rencana Deinitif ini dapat digunakan form Rencana Kegiatan. IIT. PERENCANAAN TEKNIK DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI mL. ML2. Umum Setelah alokasi dana ditetapkan serta pemilihan program sudah dilaksenakan, langkah selanjutnya adalah memilih prasarana SPAM sebagai solusi teknis yang sesuai dengan kondisi setempat. Perencanaan teknik prasarana SPAM harus mengacu pada pedoman yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum diantaranya adalah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan SPAM dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Prasarana Air Minum Perpipaan Sederhana yang diterbitkan oleh Ditjen Cipta Karya. Perencanaan Teknik 1. Penentuan Kebutuhan Air Kebutuhan air minum yang diperlukan untuk suatu daerah pelayanan ditentukan berdasarkan 2 (dua) parameter, yaitu: ~ Jumiah penduduk; ~ Tingkat konsumsi air; Perencanaan dan pelaksanaan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum selanjutnya dapat dilihat pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan SPAM dan pada Petunjuk Teknis Pelaksanaan Prasarana Air Minum Perpipaan Sederhana yang diterbitkan oleh Ditjen Cipta Karya. 2. Pengukuran Debit Air Baku ‘Sumber air yang dapat digunakan sebagal sumber air baku meliputi: A. Mata air; B, Air tanah; C. Air permukaan; D. Air hujan. Pengukuran debit air baku dilakukan untuk menghitung potensi sumber air yang akan digunakan, Tata cara pengukuran debit air baku dapat dilihat pada pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan SPAM Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengembangan SPAM Perpipaan Sederhana yang diterbitkan oleh Ditjen Cipta Karya. - 51 ‘veesop.ad was undhew W¥Cd UEEunqWES EBL WASH en UUW e Heald WARS» Sava urWHOpg WHUHY ANY IMPYRsISEApUT MENA UEP UELEHSOY ISHAIAS SHOE THE LUAUIED 3. Pemeriksaan Kualitas Air Baku Pemeriksaan kualitas air baku dilakukan terhadap kualitas fisik, kimiawi, dan mikrobiologis. Hasil yang akurat dari kualitas air baku dapat diperoleh melalui pemeriksaan sampel air baku di laboratorium yang telah ditunjuk sebagai laboratorium rujukan. Standar kualitas air di perairan umum yang digunakan sebagai sumber air baku sesual Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, sedangkan untuk persyaratan kualitas air minum sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002. Untuk pemeriksaan di lapangan, kualitas dapat ditinjau dari parameter-parameter berikut: * Bau; + Rasa; + Kekeruhan; + Warna. 4. Perencanaan Teknis Penyusunan perencanaan teknis dari alternatif solusi teknis disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut: * Unit produksi yang meliputi_ bangunan pengambilan air baku dan unit pengolahan fisik/kimia (jika diperlukan); = Unit Distribusi Perpipaan; + Perpompaan; = Unit pelayanan. Perencanaan teknis masing-masing modul secara umum terdiri dari: a. Komponen prasarana dan sarana b. Perhitungan dimensi c. Spesifikasi teknis + Persyaratan umum; = Bahan; + Peralatan. d, Cara pengerjaan = Pekerjaan persiapan; + Pekerjaan konstruksi. e, Operas dan pemeliharaan + Operasi; + Pemeliharaan; + Perbaikan/rehabilitasi; + Pelaporan. 111.3. Pelaksanaan Konstruksi m™. Metoda Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dengan DAK Bidang Infrastruktur dapat dilaksanakan dengan cara swakelola atau kontraktual. Pelaksanaan kegiatan tersebut harus mengacu pada: a. Peraturan Pemerintah RI Nomor 29 Tahun 2000; b. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan perubahannya; 53 c. Keputusan Presiden RI Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; d, Keputusan Menteri Kimpraswil Nomor 257 Tahun 2004 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi. e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 Tehun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan SPAM. 1113.2. Pelaksanaan Konstruksi Perencanaan dan pelaksanaan pengembangan Sister Penyediaan Air Minum selengkapnya dapat dilihat pada Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengembangan ‘SPAM Perpipaan Sederhana yang diterbitkan oleh Ditjen Cipta Karya. IV. PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM TERBANGUN Untuk menjaga agar SPAM sederhana ini berkelanjutan, maka perlu dibentuk lembaga di tingkat masyarakat sebagal penyelenggara SPAM. Lembaga ini selain berupa lembaga legisiatif juga lembaga pengelola dan pemelihara SPAM. Untuk dapat menciptakan mekanisme pengelolaan yang bertumpu pada masyarakat, Khususnya sektor air minum, penyelenggaan pengelolaan prasarana air minum terbangun dilaksanakan oleh Organisasi Masyarakat Setempat-Air Minum (OMS-AM), Koperasi Air Minum, dan Kelompok Pengguna dan Pemanfaat (KP2) Air Minum sebagaimana diuraikan pada bagian berikut. IVA. Kelembagaan Le Organisasi Masyarakat Setempat-Air Minum (OMS-AM) Organisasi Masyarakat Setempat-Air Minum (OMS-AM) adalah lembaga legislatif dari suatu wilayah pelayanan air minum dan merupakan nama generik dati lembaga di tingkat masyarakat, yang merupakan forum demokrasi dan wadah proses pengaambilan keputusan tertinggi yang mencerminkan aspirasi masyarakat pengguna air minum. Pembentukan, keanggotaan, pengurus, mekanisme pemilihan, tugas kewenangan dan pengaturan lainnya berkenaan dengan OMS-AM ini diuraikan lebih lanjut dalam Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengembangan SPAM Sederhana. Koperasi Air Minum Koperasi Air Minum merupakan bentuk lain dari OMS-AM, namun bentuk perkoperasian ini diatur oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1995. Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Keanggotaan dan susunan pengurus, Kewajiban dan hak, serta ketentuan lain berkenaan koperasi air minum ini diuraikan lebih lanjut dalam Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengembangan SPAM Sederhana. Kelompok Pengguna dan Pemanfaat Air Minum (KP2-AM) Kelompok Pengguna dan Pemanfaat Air Minum (KP2-AM) adalah badan pelaksana dan pengelola pelayanan air minum yang anggotanya ditunjuk oleh OMS-AM atau Koperasi Air Minum, yang terdiri dari orang-orang yang mempunyai keahlian yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan air minum. Keanggotaan, susunan pengurus, mekanisme pemilihan anggota, tugas, dan kewenangan, serta ketentuan lain berkenaan dengan KP2-AM diuraikan lebih rinci dalam Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengembangan SPAM Sederhana, 54 1V.2. Prinsip Dasar dan Aspek Pengelolaan Berbasis Masyarakat Dalam upaya pemanfaatan prasarana dan sarana air minum yang berkelanjutan, perlu dicciptakan mekanisme pengelolaan yang berbasis masyarakat, yaitu pengelolaan yang dilaksanakan oleh masyarakat pengguna itu sendiri. Oleh karena itu perlu dipahami prinsip- prinsip dasar pengelolaan, aspek pengelolaennya, aspek hukum dan hal-hal lainnya divraikan dalam Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengembangan SPAM Perpipaan Sederhana. 1V.3. Penetapan Besaran Iuran Penggunaan Air Lembaga pengelola mengadakan rembug warga untuk menentukan besarnya harga air minum per-m3 atau per-jerigen 20 liter dan 10 liter yang harus dibayar oleh masyarakat untuk keperluan antara lai a. Membayar harga air minum; b. Insentif kepada petugas pengelola prasarana sesuai Kesepakatan; . Insentif kepada pemilik tanah (bila diperlukan); 4d, Biaya operasi dan pemelinaraan prasarana; e. Kontribusi untuk RT (bila diperluken), Besarnya harga air minum tersebut harus lebih murah dari harga air yang harus dibayar oleh masyarakat sebelum dilaksanakannya pengembangan sistem penyediaan air minum tersebut. Uraian lebih tanjut tentang pengeloiaan SPAM diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan SPAM. PEMANTAUAN, EVALUASI, PELAPORAN DAN PENILAIAN KINERJA Lingkup pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Subbidang Air Minum mengikuti Peraturan Menteri Pekerjaan Umum int sebagaimana tercantum dalam Lampiran 4. Begitu juga dengan pelaporan, mengikuti tata cara dan format-format yang diatur Peraturan Menteri Pekerjaan Umum ini sebagaimana tercantum pada Lampiran 5. Evaluasi dan penilaian Kinerja dilakukan oleh Menteri Pekerjaan Umum selaku Menteri Teknis yang membidangi air minum, cq Direktorat Jenderal Cipta Karya, untuk selanjutnya dilakukan penilaian kinerja sebagai evaluasi pemanfaatan DAK Subbidang Air Minum, Lingkup evaiuasi dan kriteria penilaian sebagaimena dijelaskan ai bawah ini: 55 Tabel 3.2.1 Kriteria Penilaian NILAT No KRITERIA PENILATAN aa 7 (%) ANGKA | HURUF | 1. (A) Kesesuaian rencana kegiatan dalam 28 | Bak | Rencana Kegiatan (RK) dengan petunjuk 30 68 | Cukup | teknis penggunaan DAK <6 | Kurang 2. | (B) Kesesuaian hasil_pelaksanaan fisik 28 | Bak dengan spesifikasi teknil/dokumen tender | 29 68 | cukup <6_| Kurang 3. |(Q) Pencapaian tujuan, sasaran, dan >8 | Bak rmanfaat kegiatan yang dilaksanakan 30 68 | cukup <6_| Kurang 4, |(D) Ketaatan dan ketertiban dalam 28 | Bak pelaporan 20 6-8 | Cukup a <6 | Kurang | ToTAL 100 Ketentuan pemberian nilai: Baik apabila kesesuaian dengan kriteria > 80% ‘Cukup apabila kesesuaian dengan kriteria antara 60%-80% Kurang apabila kesesuaian dengan kriteria < 60% Nilai total= 0,30 (A) + 0,20 (B) + 0,30 (C) + 0,20 (D) Klasifikasi nilai:Nilai > 8 > Baik Nilai antara 6-8 > Cukup Nilai <6 > Kurang Ditetapkan di Jakarta alinan sesugi dengan aslinya pada tanggal, 18 Desember 2007 Kepala Biro Phukum, MENTERI PEKERJAAN UMUM, wt, — td {ue Fe W., S.H., MH. NIP: 140017228 DJOKO KIRMANTO L LAMPIRAN 3.b. : PERATURAN MENTER| PEKERJAAN UMUM NOMOR : 42/PRT/M/2007 TANGGAL : 18 Desember 2007 PETUNJUK TEKNIS SUB BIDANG SANITASI LINGKUNGAN PENDAHULUAN LL 12. 13, 14, Latar Belakang Petunjuk Teknis Subbidang Sanitasi Lingkungan sebagai Lampiran Peraturan Menteri PU tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur, dikeluarkan dalam rangka pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, pada pasal 59 ayat (1) menyatakan bahwa Menteri Teknis menyusun Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum beserta lampirannya tersebut dapat digunakan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap pemanfaatan dan teknis pelaksanaan DAK. Agar pelaksanaan penanganan infrastruktur bidang sanitasi lingkungan dapat menghasilkan kualitas yang diharapkan periu ditindaklanjuti. dengan penyusunan petunjuk teknis sesuai dengan bidang masing-masing, untuk itu maka petunjuk teknis bidang sanitasi lingkungan ini disusun, Sesuai dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air pada Pasal 21 ayat (1) bahwa perlindungan dan pelestarian sumber air ditujukan untuk melindungi dan melestarikan sumber air beserta lingkungan keberadaannya terhadap kerusakan atau gangguan yang disebabkan oleh daya alam, termasuk kekeringan dan yang disebabkan oleh tindakan manusia; serta ayat (2) bahwa Perlindungan dan pelestarian sumber air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui: (d) pengaturan prasarana dan sarana sanitasi, Berdasarkan PP No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Air Minum pada Pasal 14 ayat (1) bahwa perlindungan air baku dilakukan melalui keterpaduan pengaturan pengembangan SPAM dan PS Sanitasi; serta ayat (2) bahwa PS Sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi PS Air Limbah dan PS Persampahan. Maksud Maksud dari penyusunan Petunjuk Teknis (Juknis) ini adalah sebagai acuan dan pegangan dalam menyelenggarakan prasarana-sarana sanitasi sederhana yang dialokasikan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan konstruksi hingga tahap pengelolaan (operasi dan pemeliharaan), dalam rangka meningkatkan kondisi sanitasi fingkungan permukiman kuriuh perkotaan dan permukiman nelayan yang dapat dikelola oleh masyarakat itu sendiri. Tujuan Tyjuan penyusunan tata cara ini adalah agar masyarakat lebih mudah dalam melaksanakan pembangunan prasarana-sarana sanitasi sederhana yang terbangun sesuai dengan kaidah serta ketentuan teknis yang telah ada, Ruang Lingkup Tata cara ini memuat pengertian, persyaratan-persyaratan dan cara penyelenggaraan prasarana sarana sanitasi lingkungan yang efektif, dan berkelanjutan secara tepat untuk kawasan kumuh perkotaan dan permukiman nelayan dan skala komunal, 37 15. Melengkapi informasi pada petunjuk teknis ini, dibuat modul-modul sebagai referensi, yaitu teriditi dari: 1. Modul penyelenggaraan Drainase dengan On Site Storm Water Detention System (OSD) 2. Modul penyelenggaraan persampaha 3R (Reduction-Reuse-Recycling) 3. Modul penyelenggaraan sanimas-DAK (SanDAK) Pengertian Pengertian-pengertian yang berkaitan dengan sanimas: 1. Kegiatan SanDAK, adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk memfasilitasi masyarakat miskin perkotaan dalam merencanakan, melaksanakan dan merawat sistem sanitasi yang mereka pilih; 2. SanDAK adalah penyelenggaraan sanitasi berbasis masyarakat yang dibiayai oleh DAK dan dana lain bertujuan untuk meningkatkan kondisi sanitasi lingkungan pada masyarakat miskin perkotaan/perdesaan berdasarkan kebutuhan dan kesesuaian masyarakat itu sendiri; 3. SanDAK pada prinsipnya membantu masyarakat dan pemerintah daerah dalam menyediakan prasarana dan sarana sanitasi melalui kegiatan Sanitasi oleh dan untuk Masyarakat sebagai pilinan yang dapat dijalankan oleh masyarakat miskin perkotaan/perdesaan; 4, Pemilihan Teknologi SANIMAS didasarkan pada prinsip: keterjangkauan harga, efisiensi, mengutamakan prinsip pengeoperasian dan perawatan yang mudah, tidak memerlukan input energi atau bila diperlukan menggunakan energi seminimal mungkin serta mampu mengolah air limbah permukiman sesuai dengan persyaratan kesehatan dan lingkungan yang telah ditetapkan. Pengertian-pengertian yang berkaitan dengan drainase dengan pola OSD: 1. Drainase adalah prasarana yang berfungs! mengalirkan air hujan atau genangan ke badan air dan atau ke bangunan resapan buatan. 2. Drainase Kota adalah drainase di wilayah kota yang berfungsi_ mengendalikan kelebihan air hujen, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan kesehatan lingkungan. 3. Drainase berwawasan lingkungan adalah pengelotaan drainase yang tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi lingkungan. Terdapat 2 pola yang dipakai: + Pola detensi (menampung air sementara), misainya dengan membuat kolam penampungan sementara. + Pola retensi (meresapkan), antara lain dengan membuat sumur resapan atau bidang resapan (lahan resapan). 4, Pengendall banjir adalah bangunan untuk mengendalikan tinggi muka air agar tidak terjadi limpasan dan atau genangan yang menimbulkan kerugian/gangguan. 5. Badan penerima air adalah sungei, danau, bozem, laut atau yang sejenisnya yang menerima aliran dari sistem drainase. Pengertian-pengertian yang berkaitan dengan pengelotaan sampah: 1. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat. ‘ 2. Sampah Organik atau Sampah Basah atau Sampah Hayati adalah sampah bersifat organik dan biasanya mudah mumbusuk, seperti sampah sisa kegiatan di dapur, daun-daunan, sayur-sayuran, buah-buahan dan sebagainya. 3. Sampah Anorganik atau Sampah Kering atau Sampah Non-hayati adelah sampah yang bersifat anorgantk yang biasanya sulit atau tidak dapat membusuk, separti logam, kaleng, plastik, kaca, dan sebagainya. 58 4, Pengelolaan Sampah adalah kegiatan penanganan sampah yang sistematis dan berkesinambungan yang meliputi__pengurangan pemanfaatan _kembali, pendaurulangan, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, pemindahan, penyimpanan sementara, pengolahan, dan pemrosesan akhir. F 5. Pengelolaan 3R adalah upaya yang meliputi kegiatan mengurangi (RI = reduce), mengguna-ulang (R2. = reuse) dan mendaur-ulang sampah (R3 = recycle). 6. Kegiatan Mengurangi Sampah (Ri) adalah upaya meminimalkan produk sampah. 7. Kegiatan Mengguna-ulang Sampah (R2) adalah upaya untuk menggunakan kembali sampah secara langsung. 8. Kegiatan Mendaur-ulang Sampah (R3) adalah upaya untuk memanfaatkan kembali sampah setelah melalui proses. 9. Pengelolaan Sistem Pelayanan Persampahan adalah upaya pelayanan yang meliputi kegiatan pemilahan, pewadahan, pengumpulan, _pemindahan, Pengangkutan, pengolahan dan pemerosesan akhir sampah. 10.Pewadahan, adalah kegiatan penempatan sampah sementara di sumbernya ke dalam suatu wadah, dapat berupa bin, tong plastik, dan sejenisnya untuk selanjutnya siap dipilah. 11, Pemilahan Sampah adalah kegiatan mengelompokkan dan memisahkan sampah sesuai dengan jenis, jumlah dan/atau sifat sampah. 12.Pengumpulan Sampah adalah kegiatan pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penyimpanan sementara; 13.Pengangkutan Sampah adalzh kegiatan membawa sampah dari tempat penyimpanan sementara dan/atau pemindahan menuju ke tempat daur ulang, pengolahan atau pemerosesan akhir. 14.Tempat Penyimpanan Sementara, adalah penyimpanan sampah sementara (dapat berupa TPS maupun Transfer Depo) sebagai terminal antara pengangkutan menuju ke pengolahan sampah maupun ke tempat pemrosesan akhir. 15. Pengolahan Sampah adalah kegiatan untuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah agar dapat diproses lebih lanjut, dimanfaatkan atau dikembalikan ke media lingkungan secara aman, 16.Pemerosesan Akhir adalah kegiatan untuk mengembalikan sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman. 17.Penghasil Sampah adalah setiap orang, usaha dan/atau kegiatan yang menghasilkan timbulan sampah. II, PERENCANAAN DAN PEMROGRAMAN ILL. Kebijakan Pemberian Dana Perimbangan (DAK) Mengacu pada kebijakan Departemen Keuangan bahwa kebijakan bantuan DAK adalah mendorong penyediaan lapangan kerja, mengurangi jumlah penduduk miskin, serta mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penciptaan sel-sel pertumbuhan di daerah. Mengalihkan kegiatan yang didanai dari dekonsentrasi dan tugas perbentuan yang telah menjadi urusan daerah seacara bertahap ke DAK. Berdasarkan ketentuan yang disebutkan di atas bahwa untuk kegiatan yang dibiayal DAK ‘akan dititikberatkan pada pembangunan baru. 59 Program Pemeliharaan merupakan prioritas utama yang harus dilaksanakan “oleh pemerintah daerah, sehingga sumber pendanaan pemeliharaan dibebankan pada APBD murni, 11.2. Penyusunan Program Penanganan 12.4. 11.2.2. Penyusunan Data Dasar Prasarana Sanitasi Dalam mempersiapkan program, perlu dilthat apakah di suatu daerah sudah ada pengembangan fasilitasi sanitast lingkungan (air limbah permukiman, persampahan dan drainasenya) atau belum. Perlu dilakukan inventarisasi/penyusunan data dasar mengenai daerah-daerah yang sudah maupun yang belum mengembangkan fasilitas sanitasi lingkungan. Adapun fasilitas-fasilitas sanitasi yang perlu diidentifikasi diantaranya adalah: 1. Fasilitas sanimas; 2. Fasilitas drainase dengan sistem kolam tunggu setempat; 3. Fasilitas persampahan 3R. Penyusunan Usulan Kegiatan Prioritas Setelah melakukan penyusunan data dasar yang ada saat ini, dilakukan identifikasi usulan prioritas program. Karena alokasi DAK ini diperuntukkan untuk pembangunan fasilitas sanitasi, maka yang menjadi usulan adalah lokasi-lokasi yang akan menjadi tempat pembangunen fasilitas sanitasi. Untuk menyusun usulan kegiatan prioritas, perlu diperhatixan persyaratan- persyaratan yang herus dipenuhi dalam pengelolaan sanitasi, diantaranya yaitu persyaratan perencanaan sanimas, drainase dengan sistem Kola tunggu setempat, den persyaratan perencanaan persampahan 3R. 1.2.2.1. Persyaratan Perencanaan Sanimas Penyelenggaraan SANIMAS harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Kawasan permukiman padat perkotaan dengan kondisi kumuh dan miskin; 2. Tidak mencemari sumber air bersih yang ada di daerah sekitarnya baik sumber air baku di permukaan maupun sumber air baku di bawah permukaan; 3. Konstruksi dibuat secara sederhana dengan bahan setempat yang mudah didapat dan murah; 4. Pemilihan teknologi (modul) harus dilakukan oleh masyarakat sendiri yang disesuaikan dengan kebutuhan setempat. 11.2.2.2. Persyaratan Perencanaan Drainase Dengan Sistem Kolam Tunggu Setempat a Penyelenggaraan Sistem Drainase dengan Kolam Tunggu Setempat/On Site Storm Water Detention System (OSD) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Pembangunan OSD peru memperhatikan fungsi drainase sebagai prasarana kota yang dilandaskan pada konsep berwawasan lingkungan. Konsep ini antara lain berkaitan dengan usaha konservasi sumber daya air, yang pada prinsipnya adalah mengendalikan air hujan supaya lebih banyak meresap ke dalam tanah yang dan fidak banyak terbuang sebagai aliran permukaan, 2. Kapasitas sistem harus mencukupi, baik untuk melayani air hujan yang akan dialirkan ke badan penerima air (laut, sungai) atau diresapkan ke dalam tanah. Bilamana kapasitas tidak mencukupi, maka sistem akan 60 menemui kegagalan dan terjadilah banjir atau genangan. Untuk mencapai kapasitas sistem yang memadei, dilakukan berdasarkan prinsip hidralogi dan hidrolike. Tata letak sistem memenuhi kriteria perkotaan dan memiliki kesempatan untuk perluasan sistem. Dalam pelaksanaannya_harus diperhatikan segi hidraulik dan tata letak dalam kaitannya dengan prasarana lain, Stebilitas sistem harus terjamin, baik dari segi struktural, keawetan sistem dan kemudahan dalam operasi dan pemeliharaannya. Dalam pelaksanaannya diperlukan prinsip-prinsip struktural yang harus dipenuhi, termasuk bentuk struktur yang ‘memudahkan operasi dan pemeliharaan, Sistem Drainase dengan Kolam Tunggu Setempat/On Site Storm Water Detention System (OSD) adalah merupakan tampungan sementara dengan ketentuan operasional: a) Menampung air hujan atau aliran dari saluran untuk sementara waktu, sebelum dialirkan ke jaringan saluran drainase atau badan air penerima; b) Penampungan sementara dapat dilakukan_ berkaitan dengan pengaruh naiknya muka air di jaringan saluran atau badan air penerima, akibat banjir atau pasang surut; ©) Untuk lebih mengoptimalkan fungsi kolam tandon, dalam pelaksanaan operasionalnya dapat dikombinasikan dengan sistim pompa atau pintu air, disarankan dapat beroperasi secara grafitasi dan hanya dalam keadaan terpaksa dan secara_finansial memungkinkan menggunakan pompa 11,2.2.3. Persyaratan Perencanaan Persampahan 3R L Kegiatan daur ulang dan resource recovery dapat mengurangi beban pengumpulan dan pembuangan akhir, Gambar 1 adalah algoritma metode pemilihan pengelolaan sampah pemukiman menurut SNI Pengelolaan Sampah Pemukiman; ‘Ge * Tas * wore eam Gambar 3.b.1. Algoritma Pemilihan Metoda Pengelolaan Persampahan 61 1.2. 2, Secara teknik operasional, pengelolaen sampah kota mulai dari sumber sempah sampai pemerosesan akhir adalah seperti terlihat dalam Gambar 3.b.2 di bawah ini; ‘Sumber Sampo [(R1, R2) serene “Timbulan Samal armani Pewadahan /” (R2, R3) — Rn) (R2, RO) (FS) (R2, F3) ‘Gambar 3.b.2 Pola Pengelolaan Sampah Kota 3, Kegiatan 3R dimulai dari sumber sampah dan dilakukan secara sistematis dalam alur perjalanan sampah dari sumber sampah menuju ke TPA; 4, Reduksi (R1) sampah merupakan upaya yang dilakukan. baik ‘oleh produsen maupun Konsumen, dengan tujuan utama agar terbentuknya sampah semaksimal mungkin dihindari atau diminimalkan; 5. Kegiatan R2 dan R3 dilakukan pada setiap level dalam perjelanan sampah menuju pemerosesan akhir. Penentuan Program Penanganan Usulan-usulan program penanganan sanitasi lingkungan, kemudian dipilih berdasarkan prioritas. Pemilihan program harus memperhatikan kriteria-kriteria diantaranya adalah: + Daerah padat dan kumuh; + Daerah rawan sanitasi; + Daerah miskin, Pemillhan lokasi ini dilakukan secara bottom up, usulan dari masyarakat dan diseleksi di tingkat kab./kota. " Pemilihan lokasi tempat kegiatan program penanganan juga harus memperhatikan persyaratan-persyaratan lokasi, diantaranya: 1. Penyelenggaraan Sistem Drainase dengan Kolam Tunggu Setempat/On Site Storm Water Detention System (OSD) diprioritaskan untuk lokasi-lokasi sebagai berikut : + Prioritas pengamanan pada daerah/kawasan yang secara_nasional, regional, dan lokal mempunyai nilai strategis, daerah tersebut, kumuh/ less poor, dan secara georafis terpengaruh pengempangan (back water) dari laut/sungal; 2 * OSD dilaksanakan dengan tetap memperhatikan konsep pembangunan berwawasan lingkungan dalam rangka konservasi sumber daya air; + OSD dibangun terintegrasi dengan sistem pengendalian banjir, jalan kota, persampahan dan mendukung keseimbangan tata alr; + Pengembangan OSD terintegrasi dengan Master Plan atau Outline Plan Drainase (bila ada), bila belum ada Master Plan tau Outline Plan, perlu dibuat peta sistem pematusan kota secara sederhana sesuai dengan kondisi eksisting. + Luas area pelayanan harus lebih dari 10 ha, diutamakan drainase ufama (makro) di kawasan strategis, pusat kegiatan ekonomi, kumuh/pro poor. 2. Syarat lokasi untuk kegiatan Sanimas-DAK: © Terdaftar dalam administrasi pemerintahan Kabupaten/Kota (permukiman adalah legal dan sesuai peruntukannya dalam RUTRK); + Memiliki permasalahan sanitas! yang mendesak untuk segera ditangani; * Tersedia lahan yang cukup, seluas 100 m2 untuk 1 (satu) unit bangunan Pengolah Air LimbahyIPAL bagi 100-200 KK (Modul 1) atau 150 m2 untuk 1 (satu) MCK plus bagi 100-200 KK (Modul 3), atau lokasi untuk Tangki- tangki septik komunal yang masing-masing untuk 5 ~ 10 KK. + Tersedia sumber air (PDAM/sumur/mata air/air tanah); * Adanya saluran/sungai/badan air untuk menampung efluen IPAL; + Masyarakat yang bersangkutan benar-benar membutuhkan dan mampu berperan aktif termasuk memberikan Kontribusinya, baik dalam bentuk uang, barang maupun tenaga. 11.3. Penyusunan Rencana Kegiatan Program penanganan sanitasi lingkungan terpilih kemudian dirancang dan diusulkan oleh kelompok masyarakat (cifasilitasi oleh tenaga fasilitator yang dibiayai oleh PemkabjKota yang bersangkutan) dalam bentuk rencana Kegiatan yang mencakup informasi-informasi antara lain: 1. Jenis kegiatan; 2. Nama paket kegiatan; Nama lokasi pelaksanaan; Tujuan dan sasaran; Volume kegiatan; Perkiraan alokasi DAK dan dana pendamping fisik dan dana pemberdayaan masyarakat (fasilitator) termasuk dana masyarakat (bila ada). oaaw ITT. PERENCANAAN TEKNIK DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI TL. Umum Setelah teralokasinya dana untuk pembangunan prasarana sarana sanitasi lingkungan, maka proses berikutnya adalah melakukan kegiatan perencanaan teknik dan pelaksanaan konstruksi. 11,2. Perencanaan Teknik Masyarakat (PokMas) menyusun Rencana Kerja Masyarakat (RKM) setelah proses pemilinan teknologi disepakati, calon penerima manfaat, pembentukan forum pengguna, pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), DED & RAB, jadwal konstruksi, rencana kontribusi, rencana pelatihan serta rencana pengoperasian dan 63 pemeliharaan fasilitas sanitas! lingkungan yang dibangun. Dokumen Perencanaan Sanitasi Lingkungan diusulkan dan disahkan dalam forum musyawarah di kelurahan tempat/lokasi pelaksanaan Sanitasi Lingkugan, Secara umum, pelaksanaan pembangunan prasarana sarana Penyehatan Lingkungan Permukiman (sanitasi) harus memperhatikan dan mempertimbangkan aspek berikut ini: 1. Lokasi Dengan peran aktif masyarakat maka mudah diperoleh lokasi fasiitas bersama dan akan memudahkan dalam pekerjaan pembangunan. Serta diperoleh akses jalan menuju lokasi kegiatan sehingga dapat dicapai dengan mudah. 2. Bahan Pekerjaan pembangunan akan dipermudah apabila bahan-bahan yang direncanakan menggunakan bahan-bahan iokal apalagi bila berasal dari kontribusi masyarakat setempat 3. Tenaga Kerja Tenaga kerja diupayakan semaksimal_mungkin menggunakan tenaga kerja setempatsehingga dapat mengurangi biaya pembangunan teruatama biaya upah buruh, Buruh fokal biasanya akan membantu percepatan penyelesalan program pembangunan. 4, Biaya Pembangunan Pembangunan yang dibantu oleh masyarakat biasanya akan mengurangi biaya pembangunan yang harus disediakan oleh institusi yang berwenang. 5, Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha Peran dunia usaha dalam pembangunan fasiltas sanitasi lingkungan dilakukan oleh pemerintah dalam hal perencanaan, pembangunan dan pengolahannya atau dapat pula hanya sebagai penyandang dana. Peran dunia usaha yang akan mempermudah pekerjaan pembangunan fasilitas sanitasi diantaranya adalah: + Penyediaan Lokasi Masyarakat dan atau pihak swasta dapat ikut berperan aktif dengan memberikan lahan yang dimilikinya untuk fasilitas sanitasi lingkungannya (bila dunia usaha sebagai pengembang atau pemilik tanah) atau dapat pula berupa bantuan dana untuk memperoleh lokasi yang dibutuhkan. + Penyediaan Bahan Pekerjaan pembangunan akan dipermudah apablla_ bahan-bahan yang direncanakan dapat disediakan oleh pihak swasta sehingga mengurangi biaya pembelian bahan kerja atau dapat beberapa alat kerja yang dibutuhkan untuk Pembangunan pengolahan dan pengelolaan air limbah disediakan oleh pihak swasta, + Biaya Pembangunan Peran dunia usaha dalam pembangunan pengolahan fasilitas sanitasi dapat berupa pemberian bantuan biaya untuk melakukan pembangunan sanitasi yang kemudian diserahkan kepada lembaga pengelola atau masyarakat pengelola. IIL3. Pelaksanaan Konstruksi IIL3.1.1. Metoda Pelaksanaan Tahapan pelaksanaan konstruksi_dilakukan oleh masyarakat calon pengguna dengan didampingi oleh Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) dan 64 Pengawas Teknis atau Konsultan. Konstruksi dilakukan setelah RKM selesai disusun dan disahkan oleh para wakil stakeholder. Kegiatan konstruksi dapat dilakukan oleh pihak ketiga jika ada kesepakatan bersama masyaraket. 13.1.2, Pelaksanaan Sanimas-DAK (San-DAK) 1, Persiapan ‘a. Material: pengadaan dan penyimpanan; b. Penyesuaian jadwal konstruksi (dipengaruhi oleh ketersediaan dana & tenaga kerja); c. Pengukuran. 2. Komponen toilet a. Komunal: dilaksanakan oleh pengguna; b. MCK/konstruksi MCK diatas Konstruksi IPAL, dilaksanakan setelah pekerjaan yang lain selesai, 3. Komponen pemipaan a. Fasilitas perpipaan komunal (shalow sewer, tangki septik komunal, dan lain-lain) sambungan dari rumah dapat dilaksanakan oleh pengguna, pemasangan pipa utama dapat dilaksanakan oleh tim konstruksi; b. MCK: pipa dari jamban ke bio-digester, pipa dari Kamar mandi & tempat cuci ke bak sedimentasi. 4. Komponen Pengolahan a. Pekerjaan tanah: penggalian, urugan pasir, lantai Kerja; b. Pekerjaan struktur: plat lantai, kolom, plat penutup > beton bertulang 1pe:2ps:3kr; c. Pekerjaan pasangan: batu bata 1 pc: 4 ps, plesteran dalam Ipe:3ps, plesteran luar pe: 4ps, plesteran__bio-digester pc:2,5ps; d. Penutup manhole, plat baja; e. Pipa PVC kualitas D; Filter batu vulkano. 5. Komponen Pembuangan & Pemanfaatan Ulang a. Komunal: dibuang ke saluran & sungal, pengurasan dengan truk tinja; a b. MCK: dibuang ke saluran/sungai, pengurasan dengan truk tinja, pemanfaatan biogas untuk 3 rumah tangga. 11.3.2, Pelaksanaan Drainase dengan Sistem Kolam Tunggu Setempat 1. Persiapan a. Materi : pengadaan dan penyimpanan b. Penyesuaian jadwal Konstruksi (dipengaruhi oleh ketersediaan dana & tenaga kerja) c. Pengukuran: + Pengukuran harus dapat memberikan gambaran yang jelas tentang keadaan yang akan direncanakan; + Pengukuran meliputi: profil melintang, profil memanjang; «Profil melintang dilaksanakan pd, jalur lurus setiap 50 m dan kurang dari 50 m jalur belokan atau derah padat tergantung kondisi lapangan; « Toleransi kesalahan leveling maks. 7 d (mm), d adalah jarak yang diukur dalam km; 65 # Toleransi kesalahan penutup sudut poligon maks. 10 n (detik) dengan n adalah jumlah titik poligon; * Menggunakan satu titik acuan ketinggian dan koordinat tertentu yang terikat dengan titik triangulasi telah ditetapkan. d, Penggambaran: Peta sistem drainase, tata guna lahan dan topografi (kontour setiap 0,5 m sampai 2 m) dibuat dgn. Skala 1:5.000 s/d 1:10.00; * Gambar potongan memanjang bangunan, horizontal 1:1.000 dan Vertikal 1: 1.00; * Gambar potongan melintang bangunan, horizontal dan vertikal dengan skala 1:1.00; + Gambar detail bangunan, skala 1:10 sampai 1:1.00. e. Penyelidikan Tanah: + Pengambilan sampel dipilih tempat yang akan memikul konstiuksi dan bangunan pelengkap; + Minimal diambil 2 sampel utk derah yang labil guna menentukan jenis konstruksinya; « Jenis penyeldikan tergantung dari jenis konstruksinya . Pelaksanaan Konstruksi a. Pelaksanaan pekerjean tanah: pelaksanaan_penggalian -dan pengurugan (cut and fil); b. Pelaksanaan Pembangunan Struktur Bangunan Utama: struktur kolam, saluran dan bangunan pelengkap lainnya; c. Pelaksanaan Pembangunan Sistem Mekanikal dan Elektrikal: sistem perpompaan, perpipaan dan elektrikal kelistrikan, . Pembuatan Waduk/Kolam Retensi/Detensi Jenis waduk di berbagal kota terdapat berbagai ukuran baik luas maupun kedalamannya. Bila dilihat dari luasnya, maka: = ukuran luas sekali sampal ratusan hektar, diberi nama waduk; ukuran lebih kecil dinamakan situ; ukuran lebih kecil dari situ dinamakan kolam retensi. Penentuan peil muka air di waduk dilakukan dengan melihat dari paras muka tanah terendah di areal polder, dengan kemiringan rencana ditarik sampai ke lokasi waduk. Akan tetapi perlu diperhitungkan juga tinggi muka air tanh di lokasi tersebut. Pembangunan waduk/kolam penampungan sementara dibangun dengan pertimbangan apabila saluran drainase utama harus bermuara pada lokasi yang sulit seperti: - laut, Karena laut biasanya memiliki tingkat air pasang yang cukup tinggi; sungai, apabila muka air tinggi sungai tersebut lebih tinggi-dari saluran drainase; debit sungal yang terjadi cukup besar, sehingga perlu penampungan sementara dengan kombinasi pemompaan. 66 4, Pemasangan Pompa Pompa dalam penanganan drainase skala perkotaan dipakai dalam sistem polder untuk penanganan drainase daerah yang relatif lebih rendah dari muka air laut atau sungei. Fungsi pompa di sistem drainase perkotean untuk mengalirkan aliran air pada saluran atau waduk ke badan air yang tidak mungkin secara gravitasi. ¢ KRITERIA TEKNIS ‘Terdapat 2 jenis pompa yang biasa dipakai, yaitu : + Archemidian Screw (Screw Pump) - dipakai bila kapasitas alirannya tertentu, tidak berubah secara drastis (kurang lebih tetap); kapasitas 0,5 - 6,0 m3/datik; saluran banyak membawa sampah; = perlu lahan lebih besar; = _ tinggi perompaan tidak terlalu tinggi 2 - 4,0 m; = tingkat kesulitan operasi dan pemeliharaan sedang. + Rotadynamic Pump Pompa Axial = kapasitas debit pemompaan besar; - tinggi pemompaan tinggi > 6 m; = rawan terhadap sampah plastik yang membelit ke propeler; = pemeliharaan sulit. Pompa Centrifugal - _ kapasitas pemompaan kecil/sedan - operasi dan pemeliharaan relatif sult. Dithat dari segi tempat penggunaan pompa, ada pompa submersible, dimana: ~ kapasitas pompa besar; ~ _ harga relatif lebih mahal; = operasi dan pemeliharaan mudah; = tinggi pemompaan > 6 m. 5. Pembuatan Bangunan Pelengkap (Pintu Air) Pintu air merupakan bangunan pelengkap dari kolam retensi. Umumnya pada drainase perkotaan bangunan pintu air dipasang pada inlet dan outlet waduk (kolam retensi) dan di ujung saluran yang berhubungan dengan badan air. Jenis pintu air dibagi menjadi: i. Tempat pintu sorong dan saringan sampah, dipasang di: - di waduk pada saluran masuk (inlet) dan keluar waduk (outlet) ~ di ujung saluran primer dimana muka air sungai atau badan air lebih tinggi dari muka air di saluran pada waktu sungal banjir dipasang pintu klep. ii, Jenis-jenis pintu air Pintu air angkat (sorong), dapat dibuat dari bahan kayu atau besi (plat). Apabila dibuat dari besi plat biasanya kurang tahan terhadap Korosi air, tetapi ringan dalam pengoperasiannya. Sedangkan bahan dari kayu lebih tahan lama terutama apabila terendam air, hanya pengoperasiannya relatif lebih berat. 67 - Pintu otomatis/pintu klep (radial), digunakan apabila ada beda tinggi air di hulu dan hilir relatif besar. Pintu air jenis ini disarankan dipakai di daerah— yang jarang penduduk (untuk mengoperasikannya), dan bahan sebalknya dari besi yang tahan karat (stainless steel) iil, Pemilinan pintu air menggunakan tenaga_manusia atau mesin tergantung pada ukuran berat pintu, tersedianya tenaga istrik, dan pertimbangan ekonomis. Pintu air juga dilengkapi oleh saringan sampah yang dipasang pada bagian 1) Hulu (up stream) pintu air sorong; 2) Di ujung saluran primer dimana muka air sungai atau badan air lebih tinggi dari muka air di saluran pada waktu sungai banjir. II1.3.3, Pelaksanaan Persampahan 3R Pelaksanaan konstruksi persampahan 3R meliputi kegiatan-kegiatan kosntruksi: © Sarana Perlengkapan * Pewadahan Individual, diperuntukkan bagi daerah__pemukiman berpenghasilan tinggi dan daerah komersial; * Pewadahan Komunal, diperuntukkan bagi daerah_—_permukiman sedang/kumuh, taman kota, jalan dan pasar. © Sarana Pemrosesan = Komposter Individual; + Alat pengomposan sesuai ketentuan berlaku; * Insinerator yang diposisikan hanya untuk membakar residu hasil pengomposan yang tidak sesuai dengan kualitas kompos; * Bangunan dan peralatan Unit Produksi Kompos dan Daur Ulang (UPKDU); * _Wadah penampung sementara sampah B3 rumah tangga; + Peralatan daur ulang lain. IV. PEMANTAUAN, EVALUASI, PELAPORAN DAN PENILAIAN KINERJA Lingkup pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Subbidang Air Minum_mengikuti Peraturan Menteri Pekerjaan Umum ini sebagaimana tercantum dalam Lampiran 4. Begitu juga dengan pelaporan, mengikuti tata cara dan format-format yang diatur Peraturan Menteri Pekerjaan Umum ini sebagaimana tercantum pada Lampiran 5. Evaluasi dan penilaian kinerja dilakukan oleh Menteri Pekerjaan Umum selaku Menteri Teknis yang membidangi sanitasi, cq Direktorat Jenderal Cipta Karya, untuk selanjutnya dilakukan Penilaian kinerja sebagai evaluasi pemanfaatan DAK Subbidang Sanitasi. Penilaian kinerja dilakukan berdasarkan kinerja pelaksanaan dan pelaporan yang diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kriteria. Tiap kriteria diuraikan lebih mendalam berdasarkan aspek-aspek yang tercantum dalam Petunjuk Teknis Pemanfaatan DAK Bidang Infrastruktur, Keempat kriteria tersebut adalah: Kedisiplinan pengiriman laporan triwulanan oleh Kabupaten/Kota; Kelengkapan pengisian form-form berdasarkkan aspek-aspek pemantauan teknis; Progres pelaksanaan fisik dan Keuangan pada akhir tahun anggaran; kesesuaian program antara rencana dan realisasi, seer Ditetapkan di Jakarta pada tanggal, 18 Desember 2007 MENTERI PEKERJAAN UMUM, ~ td (ralffarma W., S.H., M.H. 110017228 68 DJOKO KIRMANTO LAMPIRAN 4: PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 42/PRT/MI2007 TANGGAL; 18 Desember 2007 PEMANTAUAN DAN EVALUASI a. Lingkup Pemantauan Pemantauan teknis dan evaluasi pelaksanaan kegiatan yang dibiayai oleh DAK Bidang Infrastruktur meliputi: 1) kesesuaian rencana kegiatan dalam Rencana Kegiatan (RK) dengan program prioritas nasional bidang PU; 2) kesesualan pelaksanaan dengan Rencana Kegiatan (RK); 3) kesesuaian pelaksanaan fisik kegiatan dengan NSPM; 4) pencapaian sasaran kegiatan yang dilaksanakan; serta 5) dampak dan manfaat pelaksanaan kegiatan. - b. Pelaksana Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan pemantauan dati segi teknis oleh Departemen Pekerjaan Umum terhadap kegiatan yang dibiayai dengan DAK Bidang Infrastruktur dilakukan oleh tim Pelaksana Pemantauan (selanjutnya disebut Tim Pemantau) sebagai berikut: 1. Tim Pemantau Departemen, yang terdiri dari Tim Koordinasi Departemen dan Tim Teknis Eselon-1 di masing-masing Direktorat Jenderal, berkoordinasi dengan Tim Pemantau Provinsi. 2. Tim Pemantau Provinsi, terdiri dari Tim Koordinasi Provinsi dan Satuan Kerja Pusat yang ada ci daerah dari masing-masing subbidang yaitu: a) Untuk Subbidang Jalan adalah Setuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan (P23); b) Untuk Subbidang Irigasi adalah Balai Wilayah Sungai; ©) Untuk Subbidang Air Minum dan Sanitasi adalah Satuan Kerja Pengembangan Pengelolaan Air Minum, dan Satuan Kerja Pengembangan Pengelolaan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 3. Tim Pemantau Kabupaten/Kota, terdiri dari Tim Koordinasi Kabupaten/Kota. ‘Tim Pemantau Departemen berkoordinasi dengan Tim Pemantau Provinsi dan Tim Pemantau Kabupaten/Kota melakukan pemantauan ke provinsi dan kabupaten/kota untuk meningkatkan cefektivitas penggunaan DAK Bidang Infrastruktur. Pelaksanaan evaluasi_pemanfaatan DAK Bidang Infrastruktur dilkukan oleh Sekretariat Jenderal Departemen Pekerjaan Umum melalui Tim Koordinasi Departemen dengan dibantu oleh: 1. Tim Teknis Direktorat Jenderal Bina Marga, untuk prasarana jalan kabupaten/kota; 2. Tim Teknis Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, untuk prasarana irigasi kabupaten; 3. Tim Teknis Direktorat Jenderal Cipta Karya, untuk prasarana air minum dan sanitasi. c. Mekanisme Pemantauan dan Evaluasi Pemantauan dilakukan oleh Tim Pemantau di setiap provinsi dan kabupaten/kota, berkoordinasi dengan Tim Koordinasi provinsi dan kabupaten/kota. Tim Koordinasi Provinsi/Kabupaten/Kota dan instansi pelaksana kegiatan/SKPD DAK di daerah berkoordinasi dalam pembuatan laporan dan pengisian form pemantauan teknis sebagai bahan data penyusunan.Laporan Triwulanan. 69 Untuk mengoptimalan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi oleh Pelaksana Pemantauan, maka Tim Pemantau Kabupaten/Kota menyampaikan tembusan Laporan Triwulanan kepada ‘Tim Pemantau di masing-masing provinsi sesuai dengan bidang prasarananya. Tim Pemantau Provinsi menyampaiken laporan evaluasi triwulanan berdasarkan laporan triwutanan dari provinsi/kabupaten/kota, dengan status per akhir bulan Maret, Juni, September, dan Desember tahun benjalan kepada Tim Pemantau Departemen (Tim Koordinas! Departemen dan Tim Teknis Eselon-1), Evaluasi pelaksanaan pemanfaatan DAK Bidang Infrastruktur tahun berjalan dilaksanakan oleh Koordinator Pelaksana Pemantauan dan dilakukan pada akhir bulan Juli tahun berfalan dan bulan Januari tahun berikutnya berdasarkan Laporan triwulanan yang disampaikan Tim Pemantau Provinsi. : Tim Koordinasi Departemen Pekerjaan Umum merumuskan hasil evaluasi Laporan Semester dan Laporan Akhir Tahun selambat-lambatnya pada akhir bulan Agustus tahun berjalan dan bulan Februari tahun berikutnya dan selanjutnya dijadikan laporan Menteri Pekerjaan Umum kepada Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Tim Koordinasi Departemen Pekerjaan Umum bersama-sama Tim Koordinasi Pusat lintas Departemen melakukan evaluasi atas jalannya pelaksanaan pemantauan dan pemanfaatan DAK tahun berjalan. Hasil evaluasi pelaksanaan pemanfaatan DAK tahun berjalan, akan digunakan sebagai salah satu masukan dalam penyusunan kriteria teknis sektor/keglatan dan rekorendasi Pengalokasian dana yang dapat dibiayai dari DAK pada tahun berikutnya. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal, 18 Desember 2007 Salinan seguai dengan aslinya Kepaa Biro yukum, MENTERI PEKERJAAN UMUM, at td Tiindral Parma W., S.H., MH. 110017228 DJOKO KIRMANTO 70 LAMPIRAN 5 : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 42/PRT/M/2007 TANGGAL: 18 Desember 2007 MEKANISME PELAPORAN 1. Waktu Pelaporan Gubemur, Bupati, atau Walikota yang menerima DAK Bidang Infrastruktur_menyampaikan Laporan Triwulanan pada akhir bulan Maret, Juni, September, dan Desember tahun berjelan, yang berisikan laporan tentang pelaksanaan DAK Bidang Infrastruktur yang disampaikan selambat-lambatnya pada minggu kedua bulan April, Juli, dan Oktober tahun berjalan, serta bulan Januari tahun berikutnya. Gubernur, Bupati, atau Walikota yang menerima DAK Bidang Infrastruktur_ menyampaikan laporan-laporan berdasarkan waktu pelaporan sebagai berikut: a. Laporan Triwulan ke-I yaitu laporan yang hanya disampaiken pada triwulan I, selambat- lambatnya pada minggu kedua bulan April; b. Laporan Triwulanan yaitu status Kemajuan pekerjaan (progress) pada akhir bulan Maret, Juni, September, dan Desember tahun berjalan, yang berisikan laporan tentang pelaksanaan DAK Bidang Infrastruktur yang disampaikan selambat-lambatnya pada minggu kedua bulan April, Juli, dan Oktober tahun berjalan, serta bulan Januari tahun berikutnya; 2. Isi Laporan Materi Laporan adalah sebagai berikut: |. Form Data Umum, berisi tentang data-data umum tentang daerah penerima DAK (Form DU-1); 2. Form Data Sumber Pendanaan, berisi tentang data-data sumber pendanaan kegiatan Bidang Infrastruktur (FormDU-2); 3. Form Data Dasar, berisi tentang data-data dasar dan kondisi dari tiap Subbidang (Jalan, Irigasi, Air Minum dan Sanitasi) (Form DD); 4, Form Peta, berisi tentang peta yang menggambarkan lokasi dari pelaksanaan kegiatan yang dibiayai DAK per bidang dan per subbidang; 5. Form Rencana Kegiatan, berisi tentang kegiatan-kegiatan yang akan didanai dengan DAK (Form RK); 6. Form Pemantauan Kesesuaian Program, berisi tentang pemantauan kesesuaian antara kegiatan yang tertera dalam Rencana Kegiatan (RK) dengan arah kebijakan pemanfaatan DAK, dan pemantauan kesesuaian antara pelaksanaan kegiatan dengan Rencana Kegiatan (RK); 7. Form Pemantauan Pelaksanaan Kegiatan, berisi tentang data kemajuan pelaksanaan kegiatan; 8. Form Peningkatan Kinerja Bidang Infrastruktur, berisi tentang penilaian kinerja sarana prasarana setelah dibiayai DAK; 9. Form Laporan Akhir, berisi tentang kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan spesifikasi pekerjaan dan manfaat dari adanya kegiatan tersebut. Rangkuman Laporan Triwulanan yang disampaikan oleh Tim Pemantau berisikan rangkuman dan evaluasi Laporan Triwulanan dari provinsi/kabupaten/kota disertai uraian permasalahan dan kendala pemanfaatan DAK Bidang Infrastruktur beserta tindak lanjut yang telah dan akan dilakukan. 1 4. Laporan Semester yang disampaikan Koordinator Pelaksana Pemantauan berisikan rangkuman dan evaluasi Laporan Triwulanan dari seluruh provinsi sesuai jenis prasarana masing-masing disertai uraian permasalahan dan kendala pemanfaatan DAK Bidang Infrastruktur beserta tindak Janjut yang telah dilakukan, Laporan Semester dan Akhir Tahun Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur berisikan rangkuman dan evaluasi Laporan Semester seluruh bidang/prasarana/provinsi. Mekanisme Pelaporan Mekanisme koordinasi dan pelaporan mengacu pada Gambar 5.1. Penyampaian Laporan Triwulanan Laporan dari Gubernur, Bupati, dan Walikota disampaikan kepada Menteri Pekerjaan Umum, cq. Sekretaris Jenderal Departemen Pekerjaan Umum Ji, Pattimura No. 20 — Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110 Dengan tembusan kepada : : « Direktur Jenderal Sumber Daya Air; + Direktur Jenderal Bina Marga; + Direktur Jenderal Cipta Karya. Gambar 5.1 Mekanisme Koordinasi dan Pelaporan MENTERI PU _-------bne, ‘Tim Koordinasi Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur Departemen PU Tin Tae Tim Teknis | Tim Toknis SubBidona | Sub Bidang | SH,e'¢ana ‘Air Minum Trigasi satan | on Sana GUBERNUR 1 1 ‘Tim Koordinasi Penyelenggaraan 1 DAK Bidang Infrastuktur Provinsi 1 I 1 Balai/ Satker Satker | ,Satker | Sather rapa | P2 | “pap Provinsi | BUPATI/ subbideng || I I = I ‘SKPDDAK |, I WALIKOTA I ‘Tim Koordinasi Penyelenggaraan | DAK Bidang infrastruktur Kabupaten’Kota | ‘SKPD DAK Kabupatenkote sub bidang B DUA Form Data Umum Provinsi / Kabupaten / Kota Provinsi Kabupaten / Kota Kecamatan Tahun Catatan: Diisi hanya sekali saja, kecuali ada perubahan Keterangan: 1= No, urut nama kecamatan 3 = diisi luas wilayah kecamatan jumlah penduduk kecamatan kontour tanah yang dominan di kecamatan (pantai, pegunungan, dataran) iisi potensi daerah kecamatan (perkebunan, pertanian, pertambangan) 4 DATA SUMBER PENDANAAN Provinsi Kabupaten / Kota Tahun) “Sektor (pusab (ep) lOperasional dan Pemelinaraan, [Operasional dan Pemeliharaan Bangunan Prasarana Perbaikan saluran irigasi Wn Bangunan Prasrana: Pernbangunan sistem per ‘Caiatan = 4 = diisi alokasi DAK untuk tiap sub bidang 'S = diisi alokasi deri Pemerintah Pusat (sektor) untuk tiap sub bidang 15 Data Dasar Prasarana Jalan Provinsi, Kabupaten / Kota Provinsi Kabupaten / Kote Tahun vere, : Eh cere : _| Baik |sedang { Total | 1 Catatan: Dilsi hanya sekall saja pada triwulan J, kecuall ada perubahan Keterangan: 1=No, urut jisi no ruas jalan provins, Kabupaten / kota ybs (berdasarkan SK Gubernur untuk Jalan Provins| dan SK Bupati/ Walikota Untuk Jalan Kabupater/Kota) isi nama ruas jalan provinsi, Kabupaten / kota ybs 4 = disi nama-nama kecamatan yang dala ruas jalan tersebut isi panjang ruas jalan tersebut dalam klometer, contoh 23.50 isi lebar perkeresan jalan tersebut dalam meter, contoh 4.50 7-9 = disi persentase tiap jens permukaan dalam ruas ybs, 10 - 13 = dis prosentase jalan untuk masing-masing kondisi pada ruas jalan tersebut dalam persen 14 = is jumlah Lalurtintas harian rerate yamg lewat pada ruas tersebut, contoh 550 kendaraan 45 = Status jalan yang diakses oleh jalan tersebut, contoh Nasional, Provinsi, Kabupaten 16 Data Dasar Prasarana Jembatan Provinsi, Kabupaten / Kota Provinsi Kabupaten / Kota Tahun : _ = Dimensi_ Ptebar. | Tipe /-Kondisi in Bawah|___ Fondasi_ “Tipe. (my Catatan: Diisi hanya sekali saja pada triwulan I, kecuali ada perubahan Keterangan: No. Urut 2 = diisi kode jembatan diisi nama jembatan isi nama ruas jalan dimana jembatan berada si panjang bentang jembatan dalam meter, contoh 24.50 diisi lebar jembatan dalam meter, contoh 5.50 diisi jumiah bentang jembatan tipe bangunan atas jembatan, contoh rangke baja, cable stayed ditsi Kondisi bangunan atas jembatan, contoh baik, rusak ringan 10 = diisi tipe bangunan bawah jembatan, contoh abutment, pilar beton 11 = difsi kondis! bangunan bawah jembatan, contoh baik, rusak ringan 12 = diisi tipe pondasi, contoh pondasi tieng pancang, pondasi sumuran 13 = dilsi kondisi pondasi, contoh scouring 14 = dilsi tipe lantai, contoh plat beton 15 = dis! kondisi lantai, contoh: retak, terkelupas 7 Data Dasar Prasarana Irigasi Provinsi, Kabupaten / Kota Provinsi Kabupaten / Kota Tahun 1 CCatatan: Dis hanya sekali saja pada triwolan I Keterangan: (. urut list kode daerah irigasi isi nama Daerah Irigasi ybs Jas Daerah Irigas ybs (dalam Ha) isi luas areal Tanam ys (dalam Ha) lis rencana luas panen (dalam Ha) i indeks pertanaman (IP) ybs si dengan data produksi padi dari DI ybs 9-11 = dis kondisi umum Daerah Irigasiybs 12-14 = disi panjang & jumlah jaringan dalam Daerah Irlgasi ys 15-16 = disi data bangunan pelengkap lainnya, contoh : pintu air dan perlengkapannya, bangunan terjun, pelimpah 1B Data Dasar Prasarana Air Minum & Sanitasi Provinsi, Kabupaten / Kota Provinsi Kabupaten / Kota Kecamatan Tahun Catatan: Diisi hanya sekali saja pada triwulan 1, kecuali ada perubahan Keterangan : 1 = No. Urut 2 = dilsi kode air minum dan sanitasi isi nama desa / kelurahan ybs isi jumlah penduduk di desa / kelurahan ybs isi jumlah penduduk miskin di desa / kelurahan yes isi cakupan layanan PDAM (%) i cakupan layanan sanitasi (%) Nooaw 79 PEMANTAUAN DAK BIDANG INFRASTRUKTUR TAHUN: ROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA. PEMANTAUAN DA BIDANG INFRASTRUKTUR TAHUN 81 Rencana Kegiatan Sub Bidang: (Jalan / Jembatan / Irigasi / Air Minum & Sanitasi*) Provinsi + Kabupaten / Kota Telah Dikonfirmasi Kanwil Perbendaharaan | Tim Pembina Provinsi yernur/Bupati/Welikota Ctatan: * Coret yang tidak perlu + Hanya untuk subbidang Air Minum dan Sanitasi Pemantauan Kesesuaian Program Provinsi: Kabupaten / Kota Nama Paket | Catatan : # Data diisi secara lengkap sekali saja (triwulan 1) dengan mengacu pada paket sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Kegiatan (RK) = No. urut lis nama paket/nama pekerjaan yang ditangani isi nama Kecamatan, Kelurahan/desa lokasiiproyek isi Kesesuaian program dengan program priortas nasional si Kesesuaian RK dengan Juknis isi alasan terhadap ketidaksesuaian yang ada isi Kelengkapan dokumen yang ada isi hal-hal yang perlu ditambabkan Byouaune Lokasi, tanggal 2008 Kepala Dinas... 83 PEMANTAUAN PELAKSANAAN KEGIATAN Sub Bidang: Provinsi: Triwulan: Kabupaten / Kota: Catatan : # Data diisi secara lengkap dan dilaporkan secara Triwulanan = disi nama paket pekerjaan 3-4 = diisi volume kegiatan, misalkan 3 km untuk subbideng jalan atau 4 Ha untuk subbidang irigasi jaya Kegiatan (alokasi DAK + pendamping) 6 = diisi dengan cara pengadaan: Swakelola (S) / Kontrak (K) 7. B= disi rencana Fisik dan Keuangan Paket ybs Lokasi, tanggal nn 2008 9 - 10 = dist realisasi Fisik dan Keuagnan Paket ybs Kepala Dinas: 11 = diisi dengan petmasalahan yang timbul dalam pelaksanaan 32 = dilsi dengan upaya pemecahan masalah 13 = informasi yang perlu ditambahkan 84 FORM PENINGKATAN KINERJA BIDANG INFRASTRUKTUR Provinst Kabupaten / Kota Catatan : # Data disi secara lengkap dan dilaporkan pada triwulan ke - IV 1 = No. Urut rama paket kegiatan yang dibiayai DAK 3~4 = diisl volume kegiatan, misalkan 3 km untuk subbidang jalan atau 4 Ha untuk subbidang irigasi 5 ~8 = diisi kondis! prasarana pada akhir tahun (%) 9 = keterangan Lokasi, t2nggal one 2008 Kepala Dinas 85 FORM LAPORAN AKHIR Provinsi Kabupaten / Kota Catatan : # Data isi secara lengkap dan dllaporkan pada trivulan ke - IV 1 = No, Urut nama paket pekerjaan 3 = diisitingkat kesesulen pelaksanaen fisik dengan spesifikasi teknis (6) 4 = dist tingkat pencapaian tujuan/sasaran 5 = diisi manfaat ditanganinya program 6 = keterangan Lokasi, tanggal... Kepala Dinas + 2008 dengan aslinya Ditetapkan di Jakarta i . pada tanggal, 18 Desember 2007 MENTERI PEKERJAAN UMUM, Tiindra (Parma W.., S. ted NIP. 110017228 86 DJOKO KIRMANTO

You might also like