Professional Documents
Culture Documents
A. Pasien Safety
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu
penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu :
1. keselamatan pasien (patient safety),
2. keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
3. keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien
dan petugas,
4. keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan
5. keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit.
Ke lima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap rumah
sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila ada pasien. Karena itu
keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu
mutu dan citra perumahsakitan.
1. Pengertian
a. Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
b.
seharusnya diambil.
Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap kejadian yang tidak
disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah
pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera
terpapar ke pasien.
Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien,
lokasi pasien.
Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis.
Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.
Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada semua situasi dan
lokasi.
b. Peningkatan komunikasi yang efektif;
Standar SKP II
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi antar para
pemberi layanan.
Maksud dan Tujuan Sasaran II
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh pasien, akan
mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat
berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi
pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon. Komunikasi yang mudah terjadi
kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil
laboratorium klinik cito melalui telepon ke unit pelayanan.
Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk perintah
lisan dan telepon termasuk: mencatat (atau memasukkan ke komputer) perintah yang lengkap atau
hasil pemeriksaan oleh penerima perintah; kemudian penerima perintah membacakan kembali (read
back) perintah atau hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan
dibaca ulang adalah akurat. Kebijakan dan/atau prosedur pengidentifikasian juga menjelaskan bahwa
diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read back) bila tidak memungkinkan seperti di
kamar operasi dan situasi gawat darurat di IGD atau ICU.
Elemen Penilaian Sasaran II
1) Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan dituliskan secara
2)
3)
penerima perintah.
Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang menyampaikan hasil
pemeriksaan
4) Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau
melalui telepon secara konsisten.
c.
mengeliminasi kejadian tersebut adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu
diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi.
Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk membuat
daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada di rumah sakit. Kebijakan dan/atau
prosedur juga mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan elektrolit konsentrat, seperti di IGD
atau kamar operasi, serta pemberian label secara benar pada elektrolit dan bagaimana penyimpanannya
di area tersebut, sehingga membatasi akses, untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja/kurang
hati-hati.
Elemen Penilaian Sasaran III
1) Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi, menetapkan lokasi,
pemberian label, dan penyimpanan elektrolit konsentrat.
2) Implementasi kebijakan dan prosedur.
3) Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan secara klinis dan
tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan.
4) Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan pasien harus diberi label yang jelas, dan
disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted).
d. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi;
Standar SKP IV
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepatlokasi, tepat-prosedur, dan
tepat- pasien.
Maksud dan Tujuan Sasaran IV
Salah lokasi, salah-prosedur, pasien-salah pada operasi, adalah sesuatu yang menkhawatirkan dan tidak
jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang
tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang/tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi
(site marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi. Di samping itu, asesmen pasien
yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung
komunikasi terbuka antar anggota tim bedah, permasalahan yang berhubungan dengan tulisan tangan
yang tidak terbaca (illegible handwritting) dan pemakaian singkatan adalah faktor-faktor kontribusi
yang sering terjadi.
Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur yang
efektif di dalam mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan ini. Digunakan juga praktek berbasis
bukti, seperti yang digambarkan di Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety (2009), juga di
The Joint Commissions Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong
Person Surgery.
Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan atas satu pada tanda yang dapat
dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten di rumah sakit dan harus dibuat oleh
operator/orang yang akan melakukan tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika
memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat. Penandaan lokasi operasi dilakukan pada
semua kasus termasuk sisi (laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi) atau multipel level
(tulang belakang).
Maksud proses verifikasi praoperatif adalah untuk:
1) memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar;
2) memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi
label dengan baik, dan dipampang; dan
3) melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau implant2 yang dibutuhkan.
Tahap Sebelum insisi (Time out) memungkinkan semua pertanyaan atau kekeliruan
diselesaikan. Time out dilakukan di tempat, dimana tindakan akan dilakukan, tepat sebelum tindakan
dimulai, dan melibatkan seluruh tim operasi. Rumah sakit menetapkan bagaimana proses itu
didokumentasikan secara ringkas, misalnya menggunakan checklist.
Elemen Penilaian Sasaran IV
1) Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk identifikasi lokasi operasi dan
melibatkan pasien di dalam proses penandaan.
2) Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk memverifikasi saat preoperasi tepat
lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia,
tepat, dan fungsional.
3) Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur sebelum insisi/time-out tepat sebelum
4)
e.
1)
Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang diterbitkan dan
3.
a.
b.
c.
d.
(PERATURAN
MENTERI
KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR
1691/MENKES/PER/VIII/2011 TENTANG KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT DENGAN,
2011)
Tujuan :
Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
Meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak
diharapkan.
4. Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :
a. Standar I. Hak pasien
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan
hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.
Kriteria :
1) Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
2) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
3)
Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada
pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien
Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk, pemeriksaan,
diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari rumah
sakit.
2) Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya
secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat
3)
d.
Standar IV. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
Rumah sakit harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif Kejadian Tidak
Diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
Kriteria :
1) Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, mengacu pada visi, misi,
dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik
bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
2) Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait dengan :
3)
Diharapkan, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
4) Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk menentukan
perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.
e. Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
1) Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara terintegrasi
2)
dalam organisasi melalui penerapan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit .
Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan pasien
keperluan analisis.
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden termasuk penyediaan
informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar Masalah (RCA) Kejadian Nyaris Cedera (Near
miss) dan Kejadian Sentinel pada saat program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
6)
Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya menangani Kejadian
Sentinel (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko, termasuk mekanisme
Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup
2)
1) Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru yang
memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing.
2) Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice
training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
3) Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
g. Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan pasien
1) Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien untuk
memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
2) Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria :
1) Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk memperoleh
data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi manajemen
informasi yang ada
5. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah sebagai berikut :
a. BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KESELAMATAN PASIEN
Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
Langkah penerapan:
1) Bagi Rumah Sakit :
a)
Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang mejabarkan apa yang harus dilakukan staf segera
setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan
b)
c)
d)
2)
a)
yang tepat.
PIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA
Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan Pasien di rumah sakit anda.
Langkah penerapan:
Untuk Rumah Sakit :
Pastikan ada anggota Direksi atau Pimpinan yang bertanggung jawab atas Keselamatan Pasien
Identifikasi di tiap bagian rumah sakit, orang-orang yang dapat diandalkan untuk menjadi penggerak
c)
Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan akseptabilitas setiap risiko, dan
insiden
c) Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka kepada pasien
dan keluarganya.
2) Untuk Unit/Tim :
a) Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan keluarganya bila telah terjadi
b)
c)
f.
insiden
Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana terjadi insiden, dan segera berikan
kepada mereka informasi yang jelas dan benar secara tepat
Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada pasien dan keluarganya.
BELAJAR DAN BERBAGI PENGALAMAN TENTANG KESELAMATAN PASIEN
Dorong staf anda untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
2) Untuk Unit/Tim :
a) Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisis insiden
b) Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di masa depan dan bagilah
pengalaman tersebut secara lebih luas.
g. CEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM KESELAMATAN
1) PASIEN
Gunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk melakukan perubahan pada sistem
pelayanan.
Langkah penerapan:
a) Untuk Rumah Sakit :
i.
Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan,
asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis, untuk menentukan solusi setempat
ii.
Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem (struktur dan proses),
penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis, termasuk penggunaan instrumen yang menjamin
keselamatan pasien.
iii.
Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan
iv.
Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS PERSI
v.
Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas insiden
yang dilaporkan
b) Untuk Unit/Tim :
i.
Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara untuk membuat asuhan
Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang
3)
Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Indonesia.
Menyusun panduan nasional tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Melakukan sosialisasi dan advokasi program keselamatan pasien ke Dinas Kesehatan
4)
7.
a.
1)
Propinsi/Kabupaten/Kota, PERSI Daerah dan rumah sakit pendidikan dengan jejaring pendidikan
Mengembangkan laboratorium uji coba program keselamatan pasien.
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Di Rumah Sakit
Setiap unit kerja di rumah sakit mencatat semua kejadian terkait dengan keselamatan pasien (Kejadian
Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) pada formulir yang sudah
2)
3)
Pasien Rumah Sakit pada formulir yang sudah disediakan oleh rumah sakit.
Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit menganalisis akar penyebab masalah semua kejadian yang
3)
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan analisis laporan insiden.bekerja sama dengan
rumah sakit pendidikan dan rumah sakit yang ditunjuk sebagai laboratorium uji coba keselamatan
4)
Dinas Kesehatan Propinsi dan PERSI Daerah, rumah sakit terkait dan rumah sakit lainnya.
8. MONITORING DAN EVALUASI
a. Di Rumah Sakit
Pimpinan rumah sakit melakukan monitoring dan evaluasi pada unit kerja-unit kerja di rumah
sakit, terkait dengan pelaksanaan keselamatan pasien di unit kerja
b. Di Propinsi
Dnas Kesehatan Propinsi dan PERSI Daerah melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
Program Keselamatan Pasien Rumah Sakit di wilayah kerjanya.
c. Di Pusat
1)
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
1. Identifikasi Risiko
Adalah proses menemukan, mengenal dan mendiskripsikan risiko ( ISO 31000:2009. Hal pertama
yang perlu dilakukan untuk manajemen risiko adalah mengidentifikasinya. Identifikasi risiko ini
terbagi menjadi dua, yaitu:
a.
Identifikasi risiko proaktif adalah kegiatan identifikasi yang dilakukan dengan proaktif mencari risiko
yang berpotensi mengahalangi rumah sakit mencapai tujuannya. Metode yang dapat dilakukan
diantaranya: audit, inspeksi, brainstorming, pendapat ahli, belajar dari pengalaman rumah sakit lain,
b.
pelaporan insiden.
2. Analisis Risiko
Analisa risiko adalah proses untuk memahami sifat risiko dan menentukan peringkat risiko ( ISO
31000:2009). Setelah diidentifikasi, risiko dianalisa. Analisa risiko dilakukan dengan cara menilai
seberapa sering peluang risiko muncul, serta berat ringannya dampak yang ditimbulkan.
3. Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko adalah proses membandingkan antara hasil analisa risiko dengan kriteria risiko untuk
menentukan apakah risiko dan atau besarnya dapat diterima atau ditoleransi. Dengan evaluasi risiko
ini, setiap risiko dikelola oleh orang yang bertanggung jawab sesuai dengan peringkatnya. Dengan
demikian tidak ada risiko yang terlewatkan dan terjadi pendelgasian tugas yang jelas sesuai dengan
berat-ringannya risiko.
4. Penanganan Risiko
Penanganan risiko adalah proses untuk memodifikasi risiko. Bentuk-bentuk penanganan risiko
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
5.
diantaranya:
Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak memulai atau melanjtkan aktifitas yang
menimbulkan risiko.
Mengambil atau meningkatkan risiko untuk mendapat peluang (lebih baik, lebih menguntungkan)
Menghilangkan sumber risiko
Mengubah kemungkinan
Mengubah konsekuensi
Berbagi risiko dengan pihak lain ( termasuk kontrak dan pembiayaan risiko)
Mempertahankan risiko dengan informasi pilihan.
Pengawasan(monitor) dan Tinjauan (review)
Pengawasan dan tinjauan memang merupakan kegiatan yang umum dilakukan oleh organisasi
manapun. Namun, untuk manajemen risiko ini perlu dibahas, karena ada alat bantu yang sangat
berguna. Alat bantu itu adalah risk register (daftar risiko). Risk register adalah:
a. Pusat dari proses manajemen risiko organisasi (NHS)
b. Alat manajemen yang memungkinkan suatu organisasi memahami profil risiko secara menyeluruh. Ini
merupakan sebuah tempat penyimpanan untuk semua informasi resiko (Risk Register Working Group
c.
2002).
Catatan segala jenis resiko yang mengancam
(Santoso 2012)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dalam hal keselamatan pasien dirumah sakit, setiap tenaga kesehatan harus selalu menjaga
pasiennya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Menolong pasien tanpa membeda-bedakan
baik itu status sosial maupun agama. Islam juga memerintahkan umatnya untuk saling tolong
menolong dalam hal kebajikan dan takwa.
dan bertolong-tolonglah kamu atas kebajikan dan taqwa dan janganlah tolong menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu pada Allah. Sesungguhnya Allah amat berat
siksanya (QS. Al-Maidah:2)
(Hasan, 2006)
Selain itu tenaga medis haruslah memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
Penyantun
Peramah
Sabar
Tenang
Teliti
Tegas
Etika kedokteran islam terkumpul dalam kode etik kedokteran islam yang bernama Thibbun
Nabawi. Yang mengatur hubungan dokter dengan orang sakit dan dokter dengan rekannya. Hubngan
antara dokter dengan pasien adalah hubungan antar manusia dan manusia. Dalam hubngan ini mungkin
timbul pertentangan antara dokter dan pasien, karena masing-masing mempunyai nilai yang berbeda.
Untuk melaksanakan tugasnya dengan baik, tidak jarang dokter harus berjuang lebih dulu melawan
tradisi yang tertanam dengan kuat. Dalam hal ini, seorang dokter muslim tidak mungkin memaksakan
kebudayaan profesinya. Sifat-sifat penting lain yang harus dimiliki oleh seorang dokter muslim dalam
hal penanganan pasien gawat darurat ialah:
Adanya belas kasihan dan cinta kasih terhadap sesama manusia
Seorang dokter muslim dilarang mebeda-bedakan pasien
Sebagian besar waktunya harus dicurahkan ke pasien
Seorang dokter muslim harus lebih banyak mendengar dari pada bicara
Seorang dokter muslim tidak boleh berkecil hati dan harus merasa bangga akan profesinya karena
semua agama menghormati profesi dokter
Seorang dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali
bila ia yakin ada orang lain yang bersedia dan mampu untuk memberikannya.
Skala
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Peralatan khusus
Tongkat / Walker
Kursi roda
Ya
Nilai
25
0
15
0
30
15
0
20
Tidak
Terganggu
Lemah
Normal
Keterbatasan daya ingat
Normal
Cara Berjalan
Kondisi Mental
0
20
10
0
15
0
................
TOTAL SCORE
> 45
25 44
0 24
Area Risiko
Tingg
i
Sedan
g
Renda
h
Riwaya
t
Jatuh
Kelemaha
n Otot
Masalah
Mobilita
s
Pasien
denga
n obat
banyak
Depres
i
Gunakan matras
Bel / Alarm pada
tempat tidur / kursi
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan R.I. (2006). PANDUAN NASIONAL KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
(Patient Safety).
Hasan, A. B. P. (2006). Psikologi Perkembangan Islam. jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
1691/MENKES/PER/VIII/2011 TENTANG KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT DENGAN.
(2011).
Zata
Ismah.2011.
Pandangan
islam
Tentang
Etika
Pelayanan
Kesehatan.
Z.ismah.blogspot.com/2012/pandangan-islam-tentang-etika-pelayanan.html.
Santoso, Taufik.2012. Risk Manajemen/manajemen risiko rumah sakit.blogspot.com
dr. Arlina Dewi, M.Kes, AAK.2014. Kuliah Pakar.Manajemen Risiko.S2 Kebidanan Stikes Aisyiyah
Yogyakarta.