You are on page 1of 6

Siklus APBN[sunting | sunting sumber]

Siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rangkaian kegiatan dalam proses penganggaran
yang dimulai pada saat anggaran negara mulai disusun sampai dengan perhitungan anggaran disahkan dengan
undang-undang[1]. Ada 5 tahapan pokok dalam satu siklus APBN di Indonesia. Dari kelima tahapan itu, tahapan ke-2
(kedua) dan ke-5 (kelima) dilaksanakan bukan oleh pemerintah, yaitu masing-masing tahap kedua
penetapan/persetujuan APBN dilaksanakan oleh DPR (lembaga legislatif), dan tahap kelima pemeriksaan dan
pertanggungjawaban dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Sedangkan tahapan lainnya
dilaksanakan oleh pemerintah.
Tahapan kegiatan dalam siklus APBN adalah sebagai berikut:

Perencanaan dan penganggaran APBN


Tahapan ini dilakukan pada tahun sebelum anggaran tersebut dilaksanakan (APBN t-1) misal untuk APBN 2014
dilakukan pada tahun 2013 yang meliputi dua kegiatan yaitu, perencanaan dan penganggaran. Tahap perencanaan
dimulai dari:

penyusunan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional

Kementerian Negara/Lembaga (K/L) melakukan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun
berjalan, menyusun rencana inisiatif baru dan indikasi kebutuhan anggaran

Kementerian Perencanaan dan Kementerian Keuangan mengevaluasi pelaksanaan program dan kegiatan
yang sedang berjalan dan mengkaji usulan inisiatif baru berdasarkan prioritas pembangunan serta analisa
pemenuhan kelayakan dan efisiensi indikasi

kebutuhan dananya

Pagu indikatif dan rancangan awal Rencana Kerja Pemerintah ditetapkan;

K/L menyusun rencana kerja (Renja);

Pertemuan tiga pihak (trilateral meeting) dilaksanakan antara K/L, Kementerian Perencanaan, dan
Kementerian Keuangan;

Rancangan awal RKP disempurnakan;

RKP dibahas dalam pembicaraan pendahuluan antara Pemerintah dengan DPR; (9) RKP ditetapkan.

Tahap penganggaran dimulai dari:

penyusunan kapasitas fiskal yang menjadi bahan penetapan pagu indikatif;

penetapan pagu indikatif (3) penetapan pagu anggaran K/L;

penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran K/L (RKA-K/L);

penelaahan RKA-K/L sebagai bahan penyusunan nota keuangan dan rancangan undang-undang tentang
APBN;

penyampaian Nota Keuangan, Rancangan APBN, dan Rancangan UU tentang APBN kepada DPR.

Penetapan/Persetujuan APBN[sunting | sunting sumber]


Kegiatan penetapan/persetujuan ini dilakukan pada APBN t-1, sekitar bulan Oktober-Desember. Kegiatan dalam
tahap ini berupa pembahasan Rancangan APBN dan Rancangan Undang-undang APBN serta penetapannya
oleh DPR. Selanjutnya berdasarkan persetujuan DPR, Rancangan UU APBN ditetapkan menjadi UU APBN.
Penetapan UU APBN ini diikuti dengan penetapan Keppres mengenai rincian APBN sebagai lampiran UU APBN
dimaksud.

Pelaksanaan APBN[sunting | sunting sumber]


Jika tahapan kegiatan ke-1 dan ke-2 dilaksanakan pada APBN t-1, kegiatan pelaksanaan APBN dilaksanakan mulai
1 Januari - 31 Desember pada tahun berjalan (APBN t). Dengan kata lain, pelaksanaan tahun anggaran 2014 akan
dilaksanakan mulai 1 Januari 2014 - 31 Desember 2014.Kegiatan pelaksanaan APBN dilakukan oleh pemerintah
dalam hal ini kementerian/lembaga (K/L). K/L mengusulkan konsep Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
berdasarkan Keppres mengenai rincian APBN dan menyampaikannya ke Kementerian Keuangan untuk disahkan.
DIPA adalah alat untuk melaksanakan APBN. Berdasarkan DIPA inilah para pengelola anggaran K/L (Pengguna
Anggaran, Kuasa Pengguna Anggaran, dan Pembantu Pengguna Anggaran) melaksanakan berbagai macam kegiatan
sesuai tugas dan fungsi instansinya.

Pelaporan dan Pencatatan APBN[sunting | sunting sumber]


Tahap pelaporan dan pencatatan APBN dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan APBN, 1 Januari-31
Desember. Laporan keuangan pemerintah dihasilkan melalui proses akuntansi, dan disajikan sesuai dengan standar
akuntansi keuangan pemerintah yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, dan Laporan Arus
Kas, serta catatan atas laporan keuangan.

Pemeriksaan dan Pertanggungjawaban APBN[sunting | sunting sumber]


Tahap terakhir siklus APBN adalah tahap pemeriksanaan dan pertanggungjawaban yang dilaksanakan setelah tahap
pelaksanaan berakhir (APBN t+1), sekitar bulan Januari - Juli. Contoh, jika APBN dilaksanakan tahun 2013, tahap

pemeriksaan dan pertanggungjawabannya dilakukan pada tahun 2014. Pemeriksaan ini dilakukan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK).
Untuk pertanggungjawaban pengelolaan dan pelaksanaan APBN secara keseluruhan selama satu tahun anggaran,
Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR
berupa laporan keuangan yang telah diperiksa BPK, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran
berakhir.

SIKLUS APBD
A. Perencanaan & Penyusunan APBD
Perencanaan anggaran daerah secara keseluruhan mencakup penyusunan Kebijakan Umum APBD sampai dengan
disusunnya Rancangan APBD terdiri dari beberapa tahapan proses perencanaan anggaran daerah (5).Berdasarkan
Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 serta Undang-Undang No. 32 dan 33 Tahun 2004, tahapan tersebut adalah
sebagai berikut :
1)

Pemerintah daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran berikutnya sebagai landasan
penyusunan rancangan APBD paling lambat pada pertengahan bulan Juni tahun berjalan. Kebijakan umum
APBD tersebut berpedoman pada RKPD. Proses penyusunan RKPD tersebut dilakukan antara lain dengan
melaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) yang selain diikuti oleh unsur-unsur
pemerintahan juga mengikutsertakan dan/atau menyerap aspirasi masyarakat terkait, antara lain asosiasi
profesi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat (LSM), pemuka adat, pemuka agama, dan kalangan
dunia usaha.

2)

DPRD kemudian membahas kebijakan umum APBD yang disampaikan oleh pemerintah daerah dalam
pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya.

3)

Berdasarkan Kebijakan Umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD, pemerintah daerah bersama
DPRD membahas prioritas dan plafon anggaran sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap SKPD.

4)

Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun RKA-SKPD tahun berikutnya dengan mengacu pada
prioritas dan plafon anggaran sementara yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah bersama DPRD.

5)

RKA-SKPD tersebut kemudian disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan
RAPBD.

6)

Hasil pembahasan RKA-SKPD disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan daerah sebagai bahan
penyusunan rancangan perda tentang APBD tahun berikutnya.

7)

Pemerintah daerah mengajukan rancangan perda tentang APBD disertai dengan penjelasan dan dokumendokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu pertama bulan Oktober tahun sebelumnya.

8)

Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai rancangan perda tentang APBD dilakukan selambat-lambatnya
satu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.

B. Pelaksanaan APBD
Pelaksanaan APBD meliputi pelaksanaan anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
Pelaksanaan Anggaran oleh Kepala SKPD dilaksanakan setelah Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPASKPD) ditetapkan oleh PPKD dengan persetujuan Sekretaris Daerah.
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah
Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima pendapatan daerah wajib
melaksanakan pemungutan dan/atau penerimaan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan. Penerimaan SKPD dilarang digunakan langsung untuk membiayai
pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan. Penerimaan SKPD berupa
uang atau cek harus disetor ke rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja oleh
Bendahara Penerimaan dengan didukung oleh bukti yang lengkap.
Semua penerimaan daerah dilakukan melalui rekening kas umum daerah. SKPD dilarang melakukan
pungutan selain dari yang ditetapkan dalam peraturan daerah. SKPD yang mempunyai tugas memungut
dan/atau menerima dan/atau kegiatannya berdampak pada penerimaan daerah wajib mengintensifkan
pemungutan dan penerimaan tersebut.
Komisi, rabat, potongan atau penerimaan lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dapat
dinilai dengan uang, baik secara langsung sebagai akibat dari penjualan, tukar-menukar, hibah, asuransi
dan/atau pengadaan barang dan jasa termasuk penerimaan bunga, jasa giro atau penerimaan lain sebagai
akibat penyimpanan dana anggaran pada bank serta penerimaan dari hasil pemanfaatan barang daerah
atas kegiatan lainnya merupakan pendapatan daerah.
Semua penerimaan daerah apabila berbentuk uang harus segera disetor ke kas umum daerah dan
berbentuk barang menjadi milik/aset daerah yang dicatat sebagai inventaris daerah.
Pengembalian atas kelebihan pajak, retribusi, pengembalian tuntutan ganti rugi dan sejenisnya
dilakukan dengan membebankan pada rekening penerimaan yang bersangkutan untuk pengembalian
penerimaan yang terjadi dalam tahun yang sama. Untuk pengembalian kelebihan penerimaan yang
terjadi pada tahun-tahun sebelumnya dibebankan pada rekening belanja tidak terduga.

Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah


jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggi untuk setiap pengeluaran
belanja. Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja jika untuk pengeluaran tersebut.
tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam APBD. Setiap SKPD dilarang melakukan pengeluaran
atas beban anggaran daerah untuk tujuan lain dari yang telah ditetapkan dalam APBD. Pengeluaran
belanja daerah menggunakan prinsip hemat, tidak mewah, efektif, efisien dan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Setiap pengeluaran harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh
pihak yang menagih.
Pembayaran atas beban APBD dapat dilakukan berdasarkan Surat Penyediaan Dana (SPD), atau
Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA-SKPD), atau dokumen lain yang dipersamakan dengan
SPD.
Khusus untuk biaya pegawai diatur bahwa gaji pegawai negeri sipil daerah dibebankan dalam APBD.

Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah


1.

2.

Penerimaan Pembiayaan
Untuk pencairan dana cadangan, pemindahbukuan dari rekening dana cadangan ke Rekening Kas
Umum Daerah dilakukan berdasarkan rencana pelaksanaan kegiatan, setelah jumlah dana
cadangan yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan
yang berkenaan mencukupi.
Pengeluaran Pembiayaan

Pelaksanaan pengeluaran pembiayaan penyertaan modal pemerintah daerah, pembayaran pokok


utang dan pemberian pinjaman daerah tersebut dilakukan berdasarkan SPM yang diterbitkan oleh
PPKD.
Dalam rangka pelaksanaan pengeluaran pembiayaan, kuasa BUD berkewajiban untuk:
a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran/pemindah bukuan yang diterbitkan oleh PPKD;
b. menguji kebenaran perhitungan pengeluaran pembiayaan yang tercantum dalam perintah
pembayaran;
c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;
d. menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran atas pengeluaran pembiayaan tidak
memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

C. Penatausahaan APBD
Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, bendahara penerimaan, bendahara pengeluaran dan orang
atau badan yang menerima atau menguasai uang/barang/kekayaan daerah wajib menyelenggarakan
penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Penerimaan daerah disetor ke rekening kas umum daerah pada bank pemerintah yang ditunjuk dan
dianggap sah setelah kuasa BUD menerima nota kredit.
Bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap seluruh penerimaan dan
penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggung jawabnya. Bendahara penerimaan pada SKPD wajib
mempertanggungjawabkan secara administratif atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya
dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Disamping pertanggungjawaban
secara administratif, Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggung jawabkan secara fungsional
atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban
penerimaan kepada PPKD selaku BUD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

D. Pertanggungjawaban keuangan daerah


1. Pertanggungjawaban penggunaan data
Bendahara pengeluaran secara administratif wajib mempertanggung jawabkan penggunaan uang
persediaan/ganti uang persediaan/tambah uang persediaan kepada kepala SKPD melalui PPK-SKPD
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Hal ini dilaksanakan dengan menutup Buku Kas Umum setiap
bulan dengan sepengetahuan dan persetujuan pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran.

2.

Disamping pertanggungjawaban secara administratif, Bendahara Pengeluaran pada SKPD juga wajib
mempertanggungjawabkan secara fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya
dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengeluaran kepada PPKD selaku BUD paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Penyampaian pertanggungjawaban tersebut dilaksanakan setelah
diterbitkan surat pengesahan pertanggungjawaban pengeluaran oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran.
Penetapan raperda pertanggungjawaban pelaksanaan apbd
Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD kepada DPRD paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Rancangan

peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD memuat laporan keuangan yang
meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, serta
dilampiri dengan laporan kinerja yang telah diperiksa BPK
3.

evaluasi Raperda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD dan Peraturan Kepala


Daerah tentang Penjabaran Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD
Rancangan peraturan daerah provinsi tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang telah
disetujui bersama DPRD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD sebelum ditetapkan oleh gubernur paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan terlebih
dahulu kepada Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi. Hasil evaluasi disampaikan oleh Menteri Dalam
Negeri kepada Gubernur paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan
dimaksud.
Apabila Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi, gubernur menetapkan rancangan peraturan daerah dan rancangan
peraturan gubernur menjadi peraturan daerah dan peraturan gubernur.

E. Pemeriksaan APBD
Kedua auditor internal dan eksternal pemerintahan, yaitu BPK dan BPKP bertanggungjawab terhadap
pemerintah pusat, maka peran kedua badan tersebut cukup disoroti oleh masyarakat. Dalam hal ini BPK dan
BPKP dalam pelaksanaan tugas tidak berjalan sendiri sendiri. Seperti layaknya auditor eksternal dan internal,
BPKP merupakan partner bagi BPK. BPKP melakukan proses audit terhadap pemerintah pusat, kemudian dari
hasil tersebut diberikan presiden. Dan dari presiden akan diserah kan laporan audit tersebut ke BPK untuk
diperiksa. Maka, hasil audit BPKP menjadi second opinion bagi BPK dalam melakukan proses audit.

You might also like