You are on page 1of 7

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGOLAHAN LIMBAH KROM UNTUK DAUR ULANG SECARA TIDAK


LANGSUNG

A. TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum pengolahan limbah krom untuk daur ulang secara tidak
langsung ini adalah agar praktikan dapat mengetahui prinsip pengolahan limbah krom untuk
daur ulang dengan cara tidak langsung dengan baik dan benar serta mampu melakukan
control terhadap dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan.

B. DASAR TEORI
Salah satu limbah yang dihasilkan dari industri penyamakan kulit adalah limbah
tanning yang berupa limbah krom. Pada umumnya industri penyamakan kulit menggunakan
krom sebagai bahan penyamak. Tapi krom yang digunakan sebagai bahan penyamak
merupakan krom trivalen yang sifatnya stabil. Krom trivalen ini apabila teroksidari akan
menjadi krom heksavalen yang bersifat karsinogenik.
Contoh akibat atau b ahaya dari krom adalah kanker kulit, dapat merusak habitat
kehidupan air.
Maka untuk mengatasi hal tersebut limbah yang dibuang dari industri penyamakan
kulit harus kurang dari 2 ppm sesuai dengan baku mutu yang ada . data baku mutu limbah
penyamakan kulit dapat dilihat dari tabel berikut:
Daur ulang krom sangat penting. Karena dengan daur ulang secara atomatis akan
mengurangi kadar krom yang terkandung dalam limbah buangan. Disamping itu dengan daur
ulang juga dapat menguntungkan jika dilihat dari segi ekonomi karena dapat menghemat
biaya poduksi penyamakan kulit.
Untuk mengurangi kadar krom dapat dilakukan hal sebagai berikut:
1. Limbah krom didaur ulang secara tidak langsung
Pada daur ulang ini menggunakan bahan koagulan yang berfungsi menggumpalkan
limbah krom. Koagulan-koagulan yang digunakan adalah : NaOH, MgO, Ca(OH)2,
NaHCO3, Na2CO3, NH4(OH), dan MgCO3. Pada mulanya limbah krom diendapkan dengan
koagulan diatas setelah krom mengendap beningan dan padatan dipisahkan. Beningan inilah
yang akan dibuang industri. Untuk padatan kemudian dipress dengan filter press, kemudian
dilarutkan dengan H2SO4 pekat. Krom yang sudah dilarutkan dengan H2SO4 dianalisa
basisitasnya. Jika basisitas yang ada ternyata dibawah basisitas yang kita inginkan maka
basisitas dapat dinaikkan dengan mengggunakan sada abu (Na2CO3). Tapi jika basisitas yang
kita dapatkan ternyata lebih tinggi dari yang kita harapkan maka basisitas dapat diturunkan
dengan H2SO4.
Dari sekian koagulan yang dapat digunakan sebagi pengendap krom, magnesium
oksida merupakan koagulan paling baik untuk digun akan dalam proses daur ulang limbah
krom karena beningan yang dihasilkan mengandung krom kurang dari 2 ppm.
2. Limbah krom didaur ulang secara langsung
Lombah krom yang telah digunakan untuk proses tanning langsung digunakan
kembali sebagai bahan retenning.
3. Limbah krom dicampur dengan cairan limbah liming
Limbah liming mengandung banyak kapur.limbah liming yang telah mengalami
penyaringan dicampur dengan limbah krom. Tapi pengolahan ini tidak bisa digunakan untuk
mendaur ulang krom. Karena disaat krom yang telah mengendap dilarutkan dengan H2SO4
maka H2SO4 akan bereaksi dengan ion kalisuim membentuk gips yang sulit larut dalam air.

A. ALAT DAN BAHAN


Alat-alat yang digunakan adalah:beker gelass 100 ml, glas ukur 100 ml, gelas beker
100 ml, corong, labu ukur 100 ml, penyaring, pipet ukur 10 ml, pro pipet, timbangan analitik,
gelas arloji, botol semprot dan pengaduk kaca.
Bahan-bahan yang digunkan adalah: larutan NaoH 10 %, larutan MgO 10%, larutan
Na2CO3 10%, larutan Na4OH 10%, limbah krom.

B. CARA KERJA
1. Dibuat larutan NaoH 10 %, larutan MgO 10%, larutan Na2CO3 10%, larutan Na4OH
10%,
2. Disiapkan 4 beker gass 100 ml masing-masing diisi dengan limbah penyamakan krom
600 ml. Limbah I didisi dengan 30 ml larutan NaoH 10 %, limbah 2 ditambahkan ml
larutan MgO 10%,limbah 3 ditambahkan dengan larutan Na2CO3 10%, limbah 4
ditambahkan 30 mllarutan Na4OH 10%,
3. Ke empat limbah di uji jar test, dan dilakuakan pengamatan
4. Setelah uji limbah didiamkan agar terjadi endapan
5. Larutan disaring kemudian diperas
6. Bafian cair diuji kadar kromnya dengan spektrofotometer dan bagian yang padat
(endapan yang telah disaring) ditimbang bertanya kemudian dilarutkan dengan H2SO4
pekat dan dihitung basisitasnya.
7. Pengujian kadar krom denga spektofotometri dilakuan sebagai berikut:
a. Dibuat larutan K2Cr2O7 1000 ppm dengan cara 1,413 K2Cr2O7 diencerkan dalam labu
ukur 250 ml
b. Dibuat larutan K2Cr2O7 100 ppm dengan cara larutan K2Cr2O7 1000 ppm diambil 10
ml kemudian diencerkan menjadi 100 ml
c. Dibuat larutan K2Cr2O7 10 ppm dengan cara larutan K2Cr2O7 100 ppm diambil 10 ml
kemudian diencerkan menjadi 100 ml
d. Dibuat larutan standart K2Cr2O7 2 ppm dengan cara larutan 10 ppm diambil 10 ml
kemudian diencerkan menjadi 50 ml
e. Dibuat larutan standart K2Cr2O7 1 ppm dengan cara larutan 10 ppm diambil 5 ml
kemudian diencerkan menjadi 50 ml
f. Dibuat larutan standart K2Cr2O7 0,2 ppm dengan cara larutan 10 ppm diambil 2,5 ml
kemudian diencerkan menjadi 50 ml
g. Dibuat larutan standart K2Cr2O7 0,1 ppm dengan cara larutan 10 ppm diambil 1 ml
kemudian diencerkan menjadi 50 ml
h. Sampel (limbah beningan ) diambil 1 ml kemudian diencerka menjadi 100 ml,
kemudian disaring dan diambil 50 ml dimasukkan dalm labu ukur 50 ml dan
ditambahkan 3-5 tetes diphenil karbazid dan 3-5 tetes H5PO4.
i. Sampel dan larutan standart siap di ukur kosentrasi kromnya dengan spektrofotometer.

A. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Karakteristik bahan dan pHnya masing-masing
Warna larutan pH
No Koagulant Bentuk zat
koagulant larutan
1 NaOH (natrium hidroksida) Pellet putih Cair, bening 10
2 MgO (magnesium Hidroksida) Kristal putih Cair, putih susu 10
3 Na2CO3 (natrium karbonat) Serbuk Cair bening 12
4 NH4OH (amonium hidroksida) Cair bening Cair bening 11
5 Limbah Krom Cair hijau 4

Tabel 2. Hasil pengamatan pada saat proses koagulasi


Warna
No Koagulant
Pengadukan cepat Pengadukan lambat Sesudah 30 menit
1. MgO 10% Hijau tua ada Hijau ada endapan Biru keruh dan cepat
endapan putih putih mengendap
2. NaOH 10% Biru ada endapan Biru ada endapan Biru pekat keruh
putih putih
3 Na2CO3 10% Biru ada endapan Biru ada endapan Biru keruh
putih putih
4. NH4OH 10% Biru ada endapan Biru ada endapan Biru keruh
putih putih

Tabel 3. Hasil pengamatan kondisi pH limbah sebelum dan sesudah pengadukan


pH limbah
No koagulant
awal akhir
1. MgO 10% 10 10
2. NaOH 10% 14 10
3. Na2CO3 10% 11 10
.4. NH4OH 10% 12 8

Tabel 4. Berat endapan limbah krom yang telah disaring dan banyaknya volum H2SO4 untuk
melarutkan padatan limbah krom
No Koagulant Berat endapan Volum H2SO4
1. MgO 10% 13,630 gr 12 ml
2. NaOH 10% 11,567 gr 21 ml
3. Na2CO3 10% 15,590 gr 6,5 ml
3. NH4OH 10% 16,308 gr 4 ml
Tabel 5. Data Hasil Pengamatan Absorbansi dengan menggunakan Spektrofotometer
Konsentrasi (ppm) Abs 1 Abs 2 Abs 3
Limbah -0,006 0,037 0,020
MgO -0,008 -0,038 -0,005
NaOH 0,016 -0,006 0,034
NH4OH -0,023 -0,006 -0,022
Na2CO3 0,025 0,015 -0,008
2 ppm 0,443 0,452 0,488
1 ppm 0,805 0,777 0,790
0,5 ppm 0,240 0,274 0,259
0,2 ppm 0,217 0,220 0,210

GrafikHasil Absorbansi Spektrofotometer

0,9

0,8

0,7

0,6

0,5
Absorbansi

0,4

0,3

0,2

0,1

0
0,2 ppm

0,5 ppm

1 ppm

2 ppm

MgO
Na2CO3

Limbah
NH4OH

NaOH

-0,1

Konsentrasi Bahan
Absorbansi 1 Absorbansi 2 Abasorbansi 3

B. PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan pada kecepatan pengendapan dari bahan-bahan koagulant yang
digunakan dapat dilihat bahwa koagulant MgO yang paling cepat membentuk endapan
kemudian NaOH, Na2CO3 dan terakhir NH4OH. Limbah krom yang ditambahkan koagulant
MgO pada proses pengadukan cepat telah terbentuk endapan berwarna putih dan terlihat telah
tebentuk 2 fase pada larutan yaitu fase agak jernih dan fase agak pekat pada bagian dasar
wadah, dan pada saat pengadukan lambat fase tersebut makin terlihat jelas dan terlihat
gumpalan molekul melayang dalam larutan dan hal ini menunjukkan bahan koagulant telah
bereaksi dengan molekul krom didalam larutan dan mengikat molekul kecil-kecil sehingga
menjadi molekul besar dan pada akhirnya pada saat didaiamkan molekul-molekul besar
tersebut jatuh kedasar wadah dan menjadi endapan atau yang dikenal dengan proses
sedimentasi dan cairan diahasilakan berwarna biru keruh dan warna biru ini dihasilkan dari
efek terjadinya reaksi asam basa antara MgO yang besifat basa (pH 10) dan limbah krom
bersifat asam (pH 4) dan karena MgO atau basa yang dominan dibandingkan limbah krom
atau asam sehingga campuran larutan menjadi bersifat basa pada pH 10.
Sedangkan koagulant lainnya pengendapannya lebih lambat dibandingkan MgO dan
menghasilkan cairan berwarna biru lebih pekat dibandingkan MgO.dan pH larutan campuran
setelah pengadukan rata mengalami penurunan dari pH sebelum pengadukan dan penurunan
pH inilah yang membuat larutan menjadi berwarna lebih pekat karena terjadi reaksi antara ion
H+ dengan ion OH- sehingga akibat reaksi ini ada sebagian partikel krom yang tidak terikat
oleh koagulant yang ditambahkan dan masih melayang-layang didalam larutan.
Sedangkan dari hasil pengamatan menggunakan alat spetrofotometer yang melihat
panjang gelombag dari masing-masing larutan didapat hasil bahwa larutan limbah dari ketiga
kali percobaan memiliki rata – rata panjang gelombang yang lebih tinggi dari larutan bahan
lainnya (koagulant yang digunakan) dan ini membuktikan bahwa partikel yang terdapat
dalam larutan limbah krom lebih banyak dibandingkan partikel yang ada pada larutan
koagulant lainya karena semakin banyak partikel yang menghalangi sinar maka panjang
gelombangnya akan semakin tinggi dan semakin tinggi gelombangnya berarti larutan tersebut
memiliki konsentrasi yang lebih pekat dibandingkan larutan lainya.
Dalam pengolahan limbah krom untuk daur ulang secara tidak langsung banyak
memiliki kelebihan dibandingkan cara pengolahan limbah krom dengan cara yang lainya,
kelebihan-kelebihan tersebut meliputi cairan yang dihasilkan dari proses pengendapan dapat
langsung dibuang kelingkungan karena memiliki kadar krom sebanyak 2 ppm serta endapan
yang dihasilkan dapat didaur ulang dan dijadikan sebagai krom aktif lagi dan bisa dipakai
untuk penyamakan kulit dengan mereaksikan endapan tersebut dengan H2SO4 dan dengan
begitu dapat menghemat biaya dalam produksi, namun hal ini tidak dapat dilakukan pada
pengendapan yang menggunakan kapur hal ini dikarenakan endapan yang mengandung kapur
apabila direaksikan dengan H2SO4 akan menghasilkan endapan giff berwarna putih sehingga
tidak dapat digunakan sebagai krom aktif. Dan dari volum endapan yang dihasilkan dapat
dilihat bahwa koagulant NH4OH menghasilkan endapan yang paling banyak dan
menggunakan H2SO4 lebih sedikit untuk melarutkan endapan kembali yaitu sebesar 4 ml
kemudian Na2CO3 yang menghasilkan endapan sebanyak 15,9 gram dan membutuhkan
H2SO4 sebanyak 6,5 ml sedangkan MgO dan NaOH menghasilkan endapan masing-masing
sebanyak 13,6 dan 11,5 gram dan menggunakan H2SO4 masing-masing sebesar 12 dan 21 ml.
C. KESIMPULAN
Dari praktikum pengolahan limbah krom untuk daur ulang secara tidak langsung
dapat disimpulkan bahwa untuk mengolah limbah krom bahan koagulant yang dugunakan
adalah koagulant yang bersifat basa dan dapat dijadikan krom aktif kembali dengan cara
ditambahkan atau direaksikan dengan H2SO4.

D. DAFTAR PUSTAKA
Iswahyuni, 2009, “Buku Panduan Praktikum Pengolahan Limbah” Akademi Teknologi
Kulit; Yogyakarta.
www.blogs@wordspress.com Industri Penyamakan Kulit dan Dampak Terhadap
Lingkungan

Yogyakarta, 13 Juli 2009


Mengetahui
Asisten Dosen Praktikan

Eko Nuraini, A.Md Hidayatullah

You might also like