You are on page 1of 69

CASE REPORT

Kejang Demam Sederhana ec. Diare Akut Dehidrasi


Ringan Sedang

Oleh :Andre Nicholas Tobing

DATA SUBJEKTIF
Nama
: An. R
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 6 Bln
Alamat
: Jl. Bojong rawa jelawe
Tanggal Masuk
: 28/8/2015
Keluhan Utama : Kejang Demam
Keluhan tambahan : BAB cair

ANAMNESA
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Pasien datang dengan keluhan kejang didahului demam,kejang
terjadi pada saat 30 menit sebelum datang ke rumah sakit. Kejang
berlangsung selama 10 menit, selama kejang pasien sadar ,saat
kejang tangan dan kaki pasien kaku ,mata mendelik keatas,kejang
berhenti spontan dan setelah kejang pasien langsung sadar dan
menangis.
Pasien Juga mengeluh demam sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit,demam 40C , demam yang dirasakan Sepanjang
hari,demam naik secara perlahan ,demam tidak pernah turun
sampai 36.7C .pasien sudah diberikan paracetamol syrup namun
demam tidak Turun.
Pasien juga mengeluh BAB cair, BAB cair >10x dalam sehari,
keluhan dirasakan secara Tiba tiba,setiap kali BAB Jumlah tinja
setiap kali mencret + 1/2 pampers (+1/2 gelas aqua), Konsistensi
cair, Lendir(-) ,Darah (-), warna kuning , berbau busuk,tidak
menyemprot,Ampas(+). Selama mencret pasien masih mau minum
ASI, namun pasien lebih terlihat haus dan terlihat lebih diam

ANAMNESA
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien tidak pernah mengalami kejang demam
sebelumnya
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Kakak pasien pernah mengalami kejang demam
pada usia 4 bulan

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
(lemas, rewel, kejang -)
Kesadaran : Composmentis (kontak
mata
+)
Nadi
: 140x/menit (reguler, kuat
angkat)
Frekuensi pernafasan : 58 x/menit (Reguler,
adekuat)
Suhu
: 40 oC (axilla)

PEMERIKSAAN FISIK
Status Antropometri
Berat badan : 6,9 kg
Tinggi badan : 57 cm
Lingkar kepala : 41 cm
Lingkar lengan atas : 15 cm

BB/BBP50 : 11/12.4 x 100% = 88%


TB/U : 82/87 x 100% = 94%
BB/TB: 11/11.4 x 100% = 96%
kesan : Gizi Cukup

PEMERIKSAAN FISIK
Status Regional
Kepala : Mesosefali, Lingkar kepala 41cm
Mata : Konjungtiva anemis +/+, Sklera ikterik -/Telinga : Bentuk telinga normal/normal, liang
telinga lapang/lapang, sekret -/-, membran timpani
intak/intak
Hidung : Bentuk simetris, Cavum nasi lapang/
lapang, defiasi septum (-), konka inferior tidak
membesar
Mulut :
Faring
tidak hiperemis, Tonsil T1/T1
criptae -/Leher : KGB tidak teraba membesar

PEMERIKSAAN FISIK
Thoraks :
Par-paru
Ins
: Pergerakkan dinding dada simetris, ictus cordis tidak
terlihat
Pal : Vocal Fremitus kanan = kiri
Per : Sonor simetris
Aus : Bunyi nafas dasar vesikuler, Ronkhi -/-, Wheezing -/-

Jantung
Ins : Ictus cordis tidak terlihat
Pal
: Ictus cordis teraba di ICS 4 2 cm ke arah medial garis
axilaris
anterior sinistra
Per : Batas jantung kanan di ICS V garis parsternal dextra
Batas jantung kiri di ICS IV garis midclavicula sinistra
Aus : Bunyi jantung I & II reguller, gallop (-), murmur (-)

PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen
Ins
: Perut tampak buncit
Aus : Bising usus + 8x/menit
Pal
: Supel, hati dan lien tidak teraba
membesar,
nyeri tekan (-), turgor baik
Per
: Timpani, nyeri ketok Ekstremitas : Akral hangat, Capilary Refill Time
<2detik,
edema (-/-) pada ekstremitas bawah
Integumen : Turgor kulit kembali lambat

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi

Eri, LED )
aboratorium 28/8/2015Darah Perifer lengkap ( H2TL,
Hasil
Jenis pemeriksaan

29 juli

Satuan

Nilai rujukan

Keterangan

Laju Endap Darah

14

mm/jam

< 10

Hemoglobin

*9,9

g/dl

14 16

Leukosit

7,3

ribu/ul

5 10

Eritrosit

3,99

juta/ml

4,5 5,5

Hematokrit

*29

40 48

Trombosit

*417

ribu/uL

150 400

MCV

*73

/fl

82 92

MCH

*24,8

Pg

27- 31

MCHC

34.0

32 37

Hitung jenis
Basofil

01

Eosinofil

*0

03

Netrofil batang

*0

25

Netrofil segmen

*53

50 70

Kimia lengkap

Natrium (Na darah)

139

mEq/L

135-147

Kalium (K) darah

3.6

mEq/L

3,5 -5,0

mEq/L

8,8 10,0

Kalsium (Ca)

8.5

Faeces Lengkap

Makroskopik

Warna

Coklat

Coklat/Kuning

Konsistensi

Lembek

Lembek

Lender

Negative

Negative

Darah

Negative

negative

Mikroskopik
amuba

Tidak ditemukan

Kista

Tidak ditemukan

Leukosit

/LPB

01

Eritrosit

/LPB

02

Cacing

Negative

Telur cacing

Negative

negatif

Sisa makanan
amilum

Negative

Negative

Lemak (fat)

Negative

Negative

Kristal lemak

Negative

Negative

Sisa sayuran

Negative

Negative

Serabut otot

Negative

Negative

DIAGNOSA
Kejang Demam Sederhana
Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang

DIAGNOSA BANDING
Intoleransi laktosa

PEMERIKSAAN
ANJURAN PEMERIKSAAN
LENGKAP
DPL, Na/K/Ca
Feses lengkap
Kultur Feses
GDS

PENATALAKSANAAN

Pro rawat inap


Diet /puasa 6 jam
O2 2L/menit
CIV/ Kaen 3B 30 tpm (Mikro)

MM/
o
o
o
o
o
o

Paracetamol syr 4x3cc (po)


Zinc tab 1x20mg (mg)
Liprolac 2x1 sach (po)
Sibital 50mg (IM) setelah 2 jam
Luminal 2x60mg (PO) 2hari selanjutnya 2x30 mg (PO)
Stesolid Supp 5mg (K/P)

FOLLOW UP I
29/8/2015

S/

Kejang -, demam +, diare +

O/

Keadaan umum
: tampak sakit sedang
Kesadaran
: composmentis (GCS: E4 V5 M6)
Frekuensi nadi
: 140 x/menit ( reguler, kuat angkat, isi cukup)
Frekuensi napas
: 58 x/menit
0
Suhu
: 37.7 C
Berat badan masuk
: 6.9 kg
Berat badan sekarang : 6.9 kg
Kepala
: bulat, mesosefali , lingkar kepala 41
Rambut dan kulit kepala
: tidak ada kelainan
Mata
:konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/-, mata cekung +/+
Hidung
: cavum nasi lapang/lapang, sekret +/+
Telinga
: liang Telinga Lapang/lapang, serumen +/+
Mulut
:mukosa bibir kering, sianosis sirkum oral (-)
Leher
: kelenjar getah bening tidak teraba membesar

Thoraks
Paru
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, retraksi iga (-)
Palpasi
: stem fremitus simetris kiri dan kanan
Auskultasi
: bunyi napas dasar vesikular, ronki -/-, wheezing-/
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi
: ictus cordis tidak teraba
Auskultasi: bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeks: perut tampak mendatar
Auskultasi: bising usus6x/menit
Palpasi: supel, turgor cukup, nyeri tekan (-)
Perkusi
: timpani
Anus dan rektum
: dalam batas normal, eritematum (-)
Genitalia
: tidak ada kelainan
Anggota gerak
: akral hangat, sianosis (-), capillary refill < 2 detik
Tulang belakang
: tidak ada kelainan
Kulit : turgor Kembali lambat
Rangsang meningeal
: kaku kuduk (-), brudzinski I (-), brudzinski II (-), kernig (-)
Refleks fisiologis
: biseps ++/++ triseps ++/++ KPR ++/++ APR ++/++
Rangsang meningen
: Kaku kuduk - ,Brudzinski I -/Refleks patologis
: babinski +/+, Klonus kaki -/- , klonus lutut -/-

A/
kejang demam Kompleks
DADRS

P/ diet : lunak
CIV : Kaen 3B 16 tetes/menit
MM/
Paracetamol syr 4x3cc (po)
Zinc tab 1x20mg (mg)
Liprolac 2x1 sach (po)
Sibital 50mg (IM) setelah 2 jam
Luminal 2x60mg (PO) 2hari selanjutnya 2x30 mg (PO)
Stesolid Supp 5 (K/P)

FOLLOW UP II

30/8/2015

S/
Kejang - , demam -, diare +
O/
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Composmentis (GCS: E4 V5 M6)
Frekuensi nadi
: 152 x/menit ( reguler, kuat angkat, isi cukup)
Frekuensi napas : 58 x/menit
Suhu
: 37.50C
Berat badan masuk : 6.9 kg
Berat badan sekarang
: 6.9 kg
Kepala : Bulat, mesosefali , lingkar kepala 41
Rambut dan kulit kepala : Tidak ada kelainan
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, mata cekung-/Hidung : Cavum nasi lapang/lapang, sekret +/+
Telinga : Liang Telinga Lapang/lapang, serumen +/+
Mulut
:
Mukosa bibir lembab, sianosis sirkum oral (-)
Leher
: Kelenjar getah bening tidak teraba membesar

Thoraks
Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi iga (-)
Palpasi
: Stem fremitus simetris kiri dan kanan
Auskultasi
: Bunyi napas dasar vesikular, ronki -/-, wheezing-/
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi
: Ictus cordis tidak teraba
Auskultasi: bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeks: Perut tampak mendatar
Auskultasi: Bising usus6x/menit
Palpasi: supel, turgor cukup, nyeri tekan (-)
Perkusi
: Timpani
Anus dan rektum
: Dalam batas normal, eritematum (-)
Genitalia
: Tidak ada kelainan
Anggota gerak
: Akral hangat, sianosis (-), capillary refill < 2 detik
Tulang belakang
: Tidak ada kelainan
Kulit : Turgor cukup
Rangsang meningeal
: Kaku kuduk (-), brudzinski I (-), brudzinski II (-), kernig (-)
Refleks fisiologis
: Biseps ++/++ triseps ++/++ KPR ++/++ APR ++/++
Rangsang meningen
: Kaku kuduk - ,Brudzinski I -/Refleks patologis
: Babinski +/+, Klonus kaki -/- , klonus lutut -/-

A/
kejang demam Kompleks
DADRS

P/ diet : lunak
CIV : Kaen RL 30 tetes/menit
MM/
Paracetamol syr 4x3cc (po)
Zinc tab 1x20mg (mg)
Liprolac 2x1 sach (po)
Sibital 50mg (IM) setelah 2 jam
Luminal 2x60mg (PO) 2hari selanjutnya 2x30 mg (PO)
Stesolid Supp 5 (K/P)

FOLLOW UP III

S/
Kejang - , demam -, diare O/
Keadaan umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Composmentis (GCS: E4 V5 M6)
Frekuensi nadi
: 148 x/menit ( reguler, kuat angkat, isi cukup)
Frekuensi napas
: 50 x/menit
Suhu
: 36.80C (Axilla)
Berat badan masuk : 6.9 kg
Berat badan sekarang
: 6.9 kg
Kepala
: Bulat, mesosefali , lingkar kepala 41
Rambut dan kulit kepala : Tidak ada kelainan
Mata
: Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, mata cekung-/Hidung
: Cavum nasi lapang/lapang, sekret +/+
Telinga
: Liang Telinga Lapang/lapang, serumen +/+
Mulut
:Mukosa bibir lembab, sianosis sirkum oral (-)
Leher
: Kelenjar getah bening tidak teraba membesar

Thoraks
Paru
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi

: Pergerakan dinding dada simetris, retraksi iga (-)


: Stem fremitus simetris kiri dan kanan
: Bunyi napas dasar vesikular, ronki -/-, wheezing-/-

Jantung
Inspeksi
:
Palpasi
:
Auskultasi
:
Abdomen
Inspeksi
:
Auskultasi
:
Palpasi
Perkusi
Anus dan rektum
Genitalia
Anggota gerak
Tulang belakang
Kulit : Turgor cukup
Rangsang meningeal
Refleks fisiologis
Rangsang meningen
Refleks patologis

Ictus cordis tidak terlihat


Ictus cordis tidak teraba
bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Perut tampak mendatar
Bising usus6x/menit
: supel, turgor cukup, nyeri tekan (-)
: Timpani
: Dalam batas normal, eritematum (-)
: Tidak ada kelainan
: Akral hangat, sianosis (-), capillary refill < 2 detik
: Tidak ada kelainan
: Kaku kuduk (-), brudzinski I (-), brudzinski II (-), kernig (-)
: Biseps ++/++ triseps ++/++ KPR ++/++ APR ++/++
: Kaku kuduk - ,Brudzinski I -/: Babinski +/+, Klonus kaki -/- , klonus lutut -/-

A/
Obs.demam

P/ diet : LLM
CIV : RL 40 tetes/menit
MM/
Paracetamol syr 4x3cc (po)
Zinc tab 1x20mg (mg)
Liprolac 2x1 sach (po)
Luminal 2x30 mg (PO)

FOLLOW UP IV

S/

Kejang - , demam -, diare O/

Keadaan umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Composmentis (GCS: E4 V5 M6)
Frekuensi nadi
: 152 x/menit ( reguler, kuat angkat, isi cukup)
Frekuensi napas
: 58 x/menit
0
Suhu
: 37.5 C
Berat badan masuk
: 6.9 kg
Berat badan sekarang
: 6.9 kg
Kepala
: Bulat, mesosefali , lingkar kepala 41
Rambut dan kulit kepala : Tidak ada kelainan
Mata
: Konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/-, mata cekung +/+
Hidung
: Cavum nasi lapang/lapang, sekret +/+
Telinga
: Liang Telinga Lapang/lapang, serumen +/+
Mulut
:Mukosa bibir kering, sianosis sirkum oral (-)
Leher
: Kelenjar getah bening tidak teraba membesar

Thoraks :
Paru
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi

: Pergerakan dinding dada simetris, retraksi iga (-)


: Stem fremitus simetris kiri dan kanan
: Bunyi napas dasar vesikular, ronki -/-, wheezing-/-

Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi
: Ictus cordis tidak teraba
Auskultasi: bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeks
: Perut tampak mendatar
Auskultasi
: Bising usus6x/menit
Palpasi
: supel, turgor cukup, nyeri tekan (-)
Perkusi
: Timpani
Anus dan rektum
: Dalam batas normal, eritematum (-)
Genitalia
: Tidak ada kelainan
Anggota gerak
: Akral hangat, sianosis (-), capillary refill < 2 detik
Tulang belakang
: Tidak ada kelainan
Kulit
: Turgor cukup
Rangsang meningeal
: Kaku kuduk (-), brudzinski I (-), brudzinski II (-), kernig (-)
Refleks fisiologis
: Biseps ++/++ triseps ++/++ KPR ++/++ APR ++/++
Rangsang meningen
: Kaku kuduk - ,Brudzinski I -/Refleks patologis
: Babinski +/+, Klonus kaki -/- , klonus lutut -/-

A/
kejang demam Kompleks
DATD

P/ diet : LLM

CIV : MM/
Paracetamol syr 4x3cc (po)
Zinc tab 1x20mg (mg)
Liprolac 2x1 sach (po)
Luminal 2x30 mg (po)

BOLEH PULANG

TINJAUAN PUSTAKA

Kejang Demam

PENDAHULUAN
KEJANG

BUKAN PENYAKIT
TETAPI MANIFESTASI DARI
SUATU PENYAKIT

BERBAGAI PENYAKIT DAPAT MENYEBABKAN TERJADINYA


BANGKITAN KEJANG MISALNYA:

Kelainan genetik dan faktor kelahiran, demam, infeksi otak,


toksin, trauma, gangguan peredaran darah, gangguan
metabolisme dan nutrisi,
tumor, kelainan degeneratif, faktor psikogenik dan penyebab
yang tidak diketahui dengan jelas.

DEFINISI
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 380
C)
yang
disebabkan
oleh
suatu
proses
ekstrakranium.

Ismael S, KPPIK-XI, 1983; Soetomenggolo T. Buku Ajar Neurologi a

Karakteristik Kejang Demam


Biasanya terjadi anak umur 6 bulan-5 tahun
Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam,
kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam
kejang demam
Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1
bulan tidak termasuk dalam kejang demam
Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5
tahun, mengalami kejang didahului demam, pikirkan
kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, epilepsi yang terjadi
bersama demam.

AAP, Provisional Comitte on Quality Improvement. Pediatrics 1996; 9


ILAE, Commision on Epidemiology and Prognosis. Epilepsia 1993; 34

ETIOLOGI
Disebabkan oleh suatu
proseekstrakranium, seperti :
Tonsilofaringitis
Infeksi saluran pernafasan akut
Otitis Media Akut
Gastroenteritis terutama disebabkan
oleh shigella, camphylobacter
Pasca imunisasi
Bronkopneumonia

KLASIFIKASI
Secara umum KD dibagi berdasarkan :
1. Kejang demam sederhana (Simple febrile
seizure)
2. Kejang demam kompleks (Complex febrile
seizure)

ILAE, Commision on Epidemiology and Prognosis. Epilepsia 1993;


34;592-6

KEJANG DEMAM SEDERHANA


Kejang demam yang terjadi :
1. Berlangsung singkat
2. Kurang dari 15 menit
3. Bersifat tonik-klonik
4. Serangan akan berhenti dengan sendirinya
5. Tanpa disertai dengan gerakan fokal
6. Tidak berulang dalam waktu 24 jam

Stafstorm CE, THE incidence and prevalence of febrile seizure, Dala


ILAE, Commision on Epidemiology and Prognosis. Epilepsia 1993; 34
Shinnar S, eds, febrile seizures, San Diego : Academic Press 2002; p

KEJANG DEMAM KOMPLEKS


Kejang demam yang terjadi :
1.Berlangsung > 15 menit
2.Kejang Fokal atau Parsial satu sisi, atau
kejang umum yang didahului kejang
parsial
3.Terjadi berulang atau lebih dari 1 kali
dalam 24 jam

Stafstorm CE, THE incidence and prevalence of febrile seizure, Dala


ILAE, Commision on Epidemiology and Prognosis. Epilepsia 1993; 34
Shinnar S, eds, febrile seizures, San Diego : Academic Press 2002; p

PATOFISIOLOGI
mempertahankan kelangsungan
hidup
sel
diperlukan suatu
energi
yang didapat dari
metabolisme
glukosa

oksidasi

Ion K+
Ion Na+

Ketidakseimbangan kadar ionik


membran sel otak
Terjadi loncatan arus listrik yang
berlebih
Behrman, Kliegman, Arvinka. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Vol
3. Edisi 5. EGC. Jakarta: 1999;

Dalam keadaan normal membran sel ion dapat dilalui dengan mudah
oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui ion Natrium (Na + )
dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (C1-). Akibatnya konsentrasi K+
dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah dibaningkan di lua
sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Terjadi difusi lonjatan listrik

KLAIFIKASI LAIN KEJANG DEMAM


Umumnya kejang demam diklasifikasikan
menjadi 2 golongan yaitu kejang demam
sederhana.Selain Kriteria penggolongan tersebut
kriteria lain juga dikemukan oleh beberapa pakar.
Dalam hal ini terdapat beberapa perbedaan kecil
dalam penggolongan tersebut, menyangkut jenis
kejang, tingginya demam, usia penderita,
lamanya
kejang
berlangsung,
gambaran rekam
1.Prichard
dan Mc
Greal
otak
dan lainnya
2.Fukuyama
3.Livingston
4.Sub Bagian Saraf Anak FKUI-RSCM
Pusponegoro D. hadiono, Konsensus Penanganan Kejang
Demam, unit kerja koosdinasi neurologi Ikatan Dokter Anak
Indonesia, Jakarta 2005 : 01-14.

KLAIFIKASI Sub Bagian Saraf Anak FKUI


Klasifikasi Sub Bagian Saraf Anak Bagian IKA FKUI RSCM
Jakarta, menggunakan kriteria Livingston yang telah dimodifikasi
sebagai pedoman untuak membuat diagnosis kejang demam
sederhana, yaitu:
1.Umur anak ketika kejang antara 6 bulan 6 tahun
2.Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15
menit
3.Kejang bersifat umum
4.Kejang timbul 16 jam pertama setelah timbulnya demam
5.Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
6.Pemeriksaan EEG yang dibuat setidaknya 1 minggu sesudah
suhu normal tidak menunjukkan kelainan
7.Frekuensi bangkitan kejang dalam satu tahun tidak melebihi 4
kali
KD yang tidak memenuhi kriteria diatas digolongkan
sebagai epilepsi yang diprovokasi oleh demam. Kejang

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain yang
memiliki gejala klinis yang hampir mirip dengan
kejang demam :
1. LABORATORIUM (darah perifer lengkap,
elektrolit, gula darah)
2. PUNGSI LUMBAL
3. ELEKTROENSEFALOGRAFI (EEG)
4. RADIOLOGI (CT-SCAN, MRI)

AAP, Provisional Comitte on Quality Improvement. Pediatrics


1996; 97-769-74
ILAE, Commision on Epidemiology and Prognosis. Epilepsia 1993;
34;592-6
Millichap JG. Management of febrile seizure: current conceptand
recommendations . Clin EEG 1991

PENATALAKSANAAN

Pada dasarnya penatalaksanaan kejang demam ada


mennghentikan etiologinya berupa demam dan mengontrol
simptompnya berupa kejang dengan memberikan obat-obatan
antipiretik dan antikonvulsan

ANTI PIRETIK :
PARASETAMOL 10-15 MG/KGBB/KALI
IBUPFOFEN 10 MG/KGBB/KALI, DIBERI 3KALI

ANTI KONVULSAN
Pemakaian Diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada
saat demam menuunkan resiko berulangnya kejang,
emergency -- rektal 0,5-0,75 mg/kg
fenobarbital, karbamazepin, fenitoin tidak berguna untuk
mencegah kejang demam bila diberi secara intermitten

Uhari dkk. Effect of acetaminophen and low intermittent doses of


diazepam on prevention of recurences of febrile seizures. J
Pediatrics adolesc 1995
Van Wsch A, dkk. Antypyretics efficacy of ibuprofen and
acetaminophen in children with febrile seizurres. Arch pediatr

ALGORITMA PENANGANAN KEJANG DEMAM


SEGERA DIBERIKAN DIAZEPAM INTRAVENA
ATAU DIAZEPAM REKTAL
DOSIS RATA-RATA 0,3-0,5MG/KGBB1
DOSIS <10 KG: 5 MG REKTIOL
>10 KG : 10 MG REKTIOL

KEJANG BERHENTI
BILA KEJANG TIDAK BERHENTI TUNGGU I5 MENIT
4-6 JAM KEMUDIAN
DAPAT DIULANG DENGAN INTERVAL 3-5 MNT
FENOBARBITAL 8-10 MG/KGBB/HR
DALAM 2 DOSIS(PO/IM)
SELAMA 2 HARI

KEJANG (+)
ULANG CARA 2

KEJANG (+) ------ FENITOIN 10-20 MG/KGBB


(IV,BOLUS)
KEJANG (-)
FENOBARBITAL
KEJANG (+)
KEJANG (-)
4-5 MG/KGBB/HR
DALAM 2 DOSIS(PO)
RAWAT ICU
FENITOIN RUMATAN
DIAZEPAM DRIP
4-8 MG/KGBB/HARI
6-10 MG/KGBB/HR
(DLM 3 DOSIS)

PENGOBATAN PROFILAKSIS

SEBELUM KEJANG DEMAM YANG PERTAMA SUDAH ADA


KELAINAN NEUROLOGIS/PERKEMBANGAN

ADA RIWAYAT KEJANG TANPA DEMAM PADA ORANG TUA


ATAU SAUDARA KANDUNG

KEJANG DEMAM LEBIH DARI 15 MENIT, FOKAL, ATAU DIIKUTI


KELAINAN NEUROLOGIS SEMENTARA ATAU MENETAP

KEJANG DEMAM PADA BAYI BERUMUR KURANG DARI 12


BULAN, ATAU TERJADI KEJANG DEMAM MULTIPLE (2X/LBH)
DALAM 1 EPISODE DEMAM
Dosis asam Valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis,
fenobarbital3-4 mg/kg dalam 1-2 dosis

Mamelle dkk. Prevention of recurrent febrile convulsion a


randomized therapeutic assay
Sodium valproat, phenobarbital and placebo, Neuropediatrics
1984
Farwell dkk, phenobarbital for febrilse seizure-effects on
intellegence and on seizure recurrence. NEJM 1990

PENGOBATAN PROFILAKSIS

PEMBERIAN OBAT FENOBARBITAL ATAU ASAM VALPROAT SETIAP


HARI EFEKTIF DALAM MENURUNKAN RESIKO BERULANGNYA
KEJANG (LEVEL I)

HANYA DIBERIKAN BILA KEJANG DEMAM MENUNJUKKAN CIRI :


1. KEJANG LAMA > 15MENIT
2. ANAK MENGALAMI KELAINAN NEUROLOGIS YANG NYATA
SEBELUM ATAU SESUDAH KEJANG. MISALNYA HEMIPARESIS,
PARESIS TODD, CEREBRAL PALSY, RETARDASI MENTAL,
HIDROSEFALUS.
3. KEJANG FOKAL
4. KEJANG BERULANG DUA KALI ATAU LEBIH DALAM 24 JAM.
5. KEJANG DEMAM TERJADI PADA BAYI KURANG DARI 12 BULAN:
PENGOBATAN RUMAT DIPERTIMBANGKAN.
Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang,
kemudian dihentikan bertahap selama 1-2 bulan

PROGNOSIS
Kejadian kecacatan sebagai
komplikasi kejang demam tidak
pernah dilaporkan

Ellenberg amd Nelson. Febrile seizures and later intellectual


performance. Arch Neurol 1978;35: 17-21
Maytal ana Shinna. Febrile status epilepticus. Pediatr 1990;86: 611-21
Knudsen dkk. Longterm outcome of prophylaxis for febrile convulsions.
Arch Dis Child 1996;74: 13-8

Dan
Kematian karena kejang demam
tidak pernah dilaporkan

National Institutes of Health. Febrile seizures: consensus


development conference
Summary. Vol3. no2 Bethesda. Md: National Institute of Health 1980

Harus dipikirkan juga faktor resiko penderita kejang demam


yang terjadi saat kejang demam sebelum, sedang dan setelah
berlangsung

FAKTOR RESIKO
FAKTOR RISIKO BERULANGNYA KEJANG DEMAM ADALAH:
1
2
3
4

RIWAYAT KEJANG DEMAM DALAM KELUARGA


USIA KURANG DARI 14 BULAN
TINGGINYA SUHU BADAN SEBELUM KEJANG
LAMANYA DEMAM

FAKTOR RISIKO LAIN ADALAH TERJADINYA EPILEPSI DI


KEMUDIAN HARI. FAKTOR RISIKO MENJADI EPILEPSI
ADALAH:
1
2
3.
4

PERKEMBANGAN SARAF TERGANGGU


KEJANG DEMAM KOMPLEKS
RIWAYAT EPILEPSI DALAM KELUARGA
LAMANYA DEMAM

DIARE PERSISTEN

50

Definisi
Diare persisten : diare
menetap selama > 2
minggu disertai
penurunan berat badan
atau tanpa penambahan
berat badan.

51

Etiologi
Intoleransi laktosa
Intoleransi/alergi protein susu
sapi/kedelai
Menetapnya patogen penyebab
Sindrom usus halus terkontaminasi
(Contaminated Small Bowel Syndrome; CSBS)
Malnutrisi

52

Patofisiologi
Intoleransi laktosa

Intoleransi/alergi protein
susu sapi,protein kedelai.

Gastroenteritis
akut
kerusakan mukosa
usus
aktifitas enzim
laktase
Intoleransi
laktosa
malabsorp
si

Gastroenteritis
akut (IgA)
kerusakan mukosa
usus
Sensitif thd protein
asing
malabsorp
si

DIARE

Faktor predisposisi
1. Malnutrisi
2. Kerusakan mukosa usus yang
berkepanjangan
3. Pemberian makanan tambahan
yang dini dan tidak tepat

54

Manifestasi klinik
Diare yang melanjut 2 minggu atau lebih
Gagal tumbuh malnutrisi
Diare bersifat cair, berlemak atau
berdarah

55

Pengobatan Berdasarkan
Etiologi(2)

Intoleransi Laktosa

Menghentikan asupan susu yang


mengandung banyak laktosa dan diganti
dengan makanan lain yang tidak/sedikit
mengandung laktosa

Intoleransi/Alergi Protein Susu Sapi/Kedelai


Memberikan formula protein hidrolisat
yang hipoalergenik
40% alergi protein susu sapi juga alergi
protein susu kedelai
Formula susu diencerkan - kali utk
mengatasi diarenya (desensitisasi).
56

Diare kronik, gangguan elektrolit,


dan komplikasinya

diare

hipokalemi

Perut kembung

Hipokalemiaakan mengganggu kontraksi otot


karena proses depolarisasinya terganggu.Kontraksi
otot yang mengganggu akan menyebabkan
terjadinya stasis zat-zatmakanan dalam usus.

Bising usus
menurun

Foto abdomen
Distended
abdomen

ILEUS PARALITIK

Ileus
Ileus merupakan gangguan motilitas usus namun
tidak ditemukan kelainan organik yang nyata. Pada
anak ileus sering dikaitkan dengan pascabedah atau
infeksi (pneumonia, peritonitis, gastroenteritis).
Pada ileus sering ditemukan keadaan sebagai
berikut: uremia, hipokalemia, asidosis, atau adanya
penggunaan obat-obatan tertentu seperti loperamid
(obat bersifat antimotilitas yang digunakan pada
gastroenteritis). Ileus paralitik, disebut juga pseudoobstruksi, merupakan penyebab utama obstruksi
saluran cerna pada bayi dan balita.

Penyebab ileus paralitik antara lain:


Kimia, elektrolit, atau gangguan mineral
(seperti turunnya kadar potassium)
Komplikasi bedah intraabdominal
Cedera/penurunan suplai darah ke daerah
abdominal
Infeksi intra abdominal
Penyakit ginjal dan paru
Penggunaan obat-obat tertentu, seperti
narkotik

Pada anak, ileus paralitik mungkin terkait


dengan bakteri, virus, atau keracunan
makanan (gastroenteritis) yang sebagian
diasosiasikan dengan peritonitis/apendisitis.
Ileus dapat ditandai dengan adanya distensi
abdomen disertai nyeri perut, bising usus
pada onset dan gambaran air-fluid levels
pada radiologi. Penatalaksanaan ileus dapat
berupa dekompresi nasogastrik atau
penggunaan agen prokinetik seperti cisapride
atau erytrhomicin

KLASIFIKASI
Klasifikasi ileus ada bermacam-macam. Berdasarkan
sumbatannya ileusdibagi menjaditotaldanparsial;menurut
klinisnyaakut,subakutdankronis;menurut sebabnya ileus
obstruksi dan ileus fungsional (paralitik) dan ileus
karenagangguan vaskularisasi.
Ileus obstruksi parsial terjadi apabila lumen usus
menyempit tapi masih dapatsebagian isi usus masih dapat
lewat ke arah distal. Ileus obstruksi total terjadi akibatlumen
usus tersumbat total sehingga tidak ada isi usus yang dapat
lewat ke arahdistal. Ileus obstruksi total menyebabkan
peningkatan risiko gangguan vaskular ataustrangulasi dan
bila ini terjadi maka membutuhkan penanganan operatif
segera.

Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik (dengan melihat tanda dan
gejala) serta pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
penunjang dapat pemeriksaan radiologis atau
pemeriksaan lain seperti penanda tumor dll. Pada
pemeriksaan radiologi untuk melihat adanya
obstruksi adalah pencitraan dengan modalitas:
Abdominal CT-SCAN
Abdominal X-ray
Barium enema

Tatalaksana
Tatalaksana bergantung kepada jenis obstruksi dan derajat
keparahannya. Apabila obstruksi bersifat parsial, maka
akan diberikan cairan intravena sambil memantau apakah
obstruksi tersebut sudah hilang dengan sendirinya. Apabila
tidak, maka dilakukan tindakan bedah.
Selain itu penggunaanNasogastric Tubeuntuk
mengevakuasi cairan dan gas di saluran cerna, dengan
demikian menghilangkan distensi dan muntah. Pada
intususepsi dapat dilakukan enema (udara, barium atau
gastrografin) untuk menghilangkan obstruksi. Pemasangan
stent dapat dilakukan untuk membantu pengeluaran isi
saluran cerna yang terganggu oleh obstruksi.

Tindakan bedah diperlukan apabila


penggunaan tube tidak menghilangkan
simptom, atau ditemukan adanya tandatanda kematian jaringan. Misalnya pada
obstruksi akibat divertikulitis, penyakit Crohn,
volvulus atau keganasan. Tindakan bedah
dapat dilakukan dengan metode laparoskopi.
Setelah pembedahan mungkin dilakukan
pemasangan kolostomi/ileostomi untuk
jangka waktu sementara maupun permanen.

a. Konservatif
Penderita dirawat di rumah sakit.
Penderita dipuasakan Kontrol status
airway, breathingand sirkulasi
Dekompresi dengan nasogastric tube
Intravenous fluids and electrolyte
Dipasang kateter urin untuk
menghitung balance cairan.

b. Farmakologis
Antibiotik broadspectrum untuk bakteri
anaerob dan aerob.
Analgesik apabila nyeri.
Prokinetik: Metaklopromide, cisapride
Parasimpatis stimulasi: bethanecol,
neostigmin
Simpatis blokade: alpha 2 adrenergik
antagonis

c. Operatif
Ileus paralitik tidak dilakukan intervensi bedah kecuali
disertai denganperitonitis.
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi
nasogastric untukmencegah sepsissekunder atau
rupture usus.
Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul
dengan teknik bedahyang disesuaikandengan hasil
explorasi melalui laparotomi.
Pintas usus : ileostomi, kolostomi.
Reseksi usus dengan anastomosis
Diversi stoma dengan atau tanpa reseksi

Kepustakaan

Hassan, Rusepno, et al (ed). Buku Kuliah Ilmu


Kesehatan Anak Jilid 1. Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FK UI. Jakarta. 1985.
Markum, AH (ed). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid
I. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta. 1991.
Suharyono, et al. Gastroenterologi Anak Praktis. Balai
Penerbit FK UI. Jakarta. 1988.
Suharyono. Esensial Gastroenterologi Anak Edisi 1.
Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 1992.
World Health Organization. Penatalaksaan dan
Pencegahan Diare Edisi 3. Penerbit EGC. Jakarta.
1999.

69

You might also like