Professional Documents
Culture Documents
HEMOROID
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior
SMF Ilmu Bedah di RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai
Disusun Oleh :
SRI WAHYUNI
NPM. 09101057
Pembimbing :
dr. David I Tambun, Sp.B
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................
BAB I : PENDAHULUAN...............................................................
I.1. Latar Belakang ..........................................................................
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ...................................................
II.1. Defenisi hemoroid....................................................................
II.2. Anatomi fisiologi ....................................................................
II.3 Etiologi .....................................................................................
II.4. Patofisiologi ............................................................................
II.5. Klasifikasi hemoroid................................................................
II.6. Manifestasi klinis......................................................................
II.7. Pemeriksaan Diagnostik .........................................................
II.8. Penatalaksanaan .....................................................................
II.9. Pencegahan ............................................................................
II.10.Komplikasi ..............................................................................
BAB III : PENUTUP......................................................................
III.1. Kesimpulan ................................................................
III.2. Saran ..........................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................
DAFTAR ISI
3
Halaman
Gambar 2.1 Letak Hemoroid............................................................
Gambar 2.2 Bentuk Hemoroid ........................................................
BAB I
4
PENDAHULUAN
masyarakat umum dan terutama yang berusia lebih dari 25 tahun, dan jarang
terjadi di bawah usia 20 tahun kecuali wanita hamil.
Hemoroid atau wasir merupakan vena varikosa pada kanalis dan
dibagi menjadi 2 jenis yaitu, hemorroid interna dan eksterna. Kedua jenis
hemoroid ini sangat sering dijumpai dan terjadi sekitar 35% penduduk
berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa,
namun dapat menimbulkan perasaan yang tidak nyaman. Hemoroid atau
wasir memang menjadi momok bagi sebagian orang yang menderitanya.
Benjolan didalam anus sangat membuat rasa tidak nyaman, baik untuk
posisi duduk maupun berdiri. Apalagi kalau hendak buang hajat (BAB),
seseorang sering meringis kesakitan.
Kebanyakan penderita haemorroid adalah perempuan dari pada lakilaki dengan perbandingan 2:1. Hal ini memperlihatkan bahwa masih banyak
masyarakat yang menderita haemorroid tapi kurang terdeteksi dini.
Dimungkingkan karena faktor ketidaktahuan masyarakat tentang diagnosis
haemorroid, bila tidak segera ditangani sesuai tingkatan derajatnya beserta
pencegahannya, maka akan mengakibatkan perdarahan hebat, abses, fistula,
para anal dan inkarserasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior melalui vena mesentrika
superior dan inferior dan vena hemoroidalis superior, yaitu bagian dari
sistem portal yang mengalirkan darah ke hati. Vena hemoroidalis media dan
inferior mengalirkan darah ke vena iliaka dan merupakan bagian dari
sirkulasi sistematik. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis
superior, media dan inferior, sehingga peningkatan tekanan portal dapat
mengakibatkan aliran darah balik ke dalam vena-vena ini.
Terdapat dua jenis peristaltik propulsif : (1) kontraksi lamban dan
tidak teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan,
menyumbat beberapa haustra; (2) peristaltik massa, merupakan kontraksi
yang melibatkan segmen kolon. Gerakan peristaltik ini menggerakkan
massa feses ke depan, akhirnya merangsang defekasi.
Kejadian ini timbul dua sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh refleks
gastrokolik setelah makan, khususnya setelah makanan pertama masuk pada
hari itu Propulasi feses ke rektum mengakibatkan distensi dinding rektum
dan merangsang refleks defekasi. Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani
eksterna dan interna. Sfingter interna dikendalikan oleh sistem saraf
otonom, dan sfingter eksterna berada di bawah kontrol voluntar. Refleks
defekasi terintegrasi pada segmen sakralis kedua dan keempat dari medula
spinalis. Serabut-serabut parasimpatis mencapai rektum melalui saraf
splangnikus panggul dan bertanggung jawab atas kontraksi rektum dan
8
II.3. Etiologi
Yang menjadi etiologi pada penyakit hemoroid adalah mengejan pada waktu
defekasi , kontipasi menahun ,batuk kronik , makanan (pedas , diet rendah
serat ), sembelit kronis, terlalu lama berdiri atau duduk, dan angkat berat.
Kehamilan
diketahui
mengawali
atau
memperberat
adanya
hemoroid.
II.4. Patofisiologi
tempat
10
11
12
13
b. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi,
karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang
menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
II.8. Penatalaksanaan
A. Terapi non bedah
A. Terapi obat-obatan (medikamentosa) / diet
14
B. Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya
5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa dalam
jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid interna dengan tujuan
menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotik dan
meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis
mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anoskop. Apabila
penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat maka tidak ada nyeri.
Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk dalam
prostat, dan reaksi hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikan.Terapi
suntikan bahan sklerotik bersama nasehat tentang makanan merupakan
terapi yang efektif untuk hemoroid interna derajat I dan II, tidak tepat untuk
hemoroid yang lebih parah atau prolaps.
15
Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat ditangani dengan
ligasi gelang karet menurut Barron. Dengan bantuan anoskop, mukosa di
atas hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap ke tabung
ligator khusus. Gelang karet didorong dari ligator dan ditempatkan secara
rapat di sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut. Pada satu kali
terapi hanya diikat satu kompleks hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya
dilakukan dalam jarak waktu 2 4 minggu.
Penyulit utama dari ligasi ini adalah timbulnya nyeri karena terkenanya
garis mukokutan. Untuk menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan
cukup jauh dari garis mukokutan. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan
infeksi. Perdarahan dapat terjadi waktu hemoroid mengalami nekrosis,
biasanya setelah 7 10 hari.
16
sinar
infra
merah
yang
dihasilkan
oleh
alat
yang
G. Generator galvanis
Jaringan hemoroid dirusak dengan arus listrik searah yang berasal dari
baterai kimia. Cara ini paling efektif digunakan pada hemoroid interna.
Terapi bedah
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan
pada penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat
dilakukan dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak dapat sembuh
dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat
17
Bedah konvensional
Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan yaitu :
1. Teknik Milligan Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Teknik ini
dikembangkan di Inggris oleh Milligan dan Morgan pada tahun 1973. Basis
massa hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan
diretraksi dari rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut
proksimal terhadap pleksus hemoroidalis. Penting untuk mencegah
pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi
elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus
hemoroidalis internus dan eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang
mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai
jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena dibawah kulit dieksisi.
18
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu
dengan mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari
submukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu.
Lalu mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
3. Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem.
Lakukan jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0.
Kemudian eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan
jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena
caranya mudah dan tidak mengandung resiko pembentukan jaringan parut
sekunder yang biasa menimbulkan stenosis.
Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional,
hanya alat pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong,
pembuluh jaringan terpatri sehingga tidak banyak mengeluarkan darah,
tidak banyak luka dan dengan nyeri yang minimal.
19
Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena syaraf rasa nyeri ikut
terpatri. Di anus, terdapat banyak syaraf. Pada bedah konvensional, saat post
operasi akan terasa nyeri sekali karena pada saat memotong jaringan,
serabut syaraf terbuka akibat serabut syaraf tidak mengerut sedangkan
selubungnya mengerut.
Sedangkan pada bedah laser, serabut syaraf dan selubung syaraf menempel
jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk
hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 14 watt. Setelah jaringan
diangkat, luka bekas operasi direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 6
minggu, luka akan mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan
rawat jalan.
Bedah Stapler
Teknik
ini
juga
dikenal
dengan
nama Procedure
for
Prolapse
20
II.9. Pencegahan
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hemoroid antara
lain:
10. Komplikasi
Komplikasi penyakit ini adalah perdarahan hebat, abses, fistula para anal,
dan inkarserasi. Hemoroid eksterna, pengobatannya selalu operatif dan
dilakukan eksisi atau insisi trombus serta pengeluaran trombus. Komplikasi
jangka panjang adalah striktur ani karena eksisi yang berlebihan.
a. Terjadi trombosis
Karena hemoroid keluar sehinga lama lama darah akan membeku dan
terjadi trombosis.
b. Peradangan
Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan
meradang
karena
disana
banyak
kotoran.
Terjadinya
perdarahan
Pada derajat satu darah keluar menetes dan memancar. Perdarahan akut pada
umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah
besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi
portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka
21
darah dapat sangat banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis
dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit
yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi
secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita
walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi. Apabila
hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi(inkarserata/ terjepit) akan
mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa
mengakibatkan kematian.
22
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Hemoroid adalah penyakit daerah anus yang cukup banyak ditemukan pada
praktek dokter sehari-hari. Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan
atau inflamasi vena hemoroidhalis. Biasanya masyrakat awam menyebutnya
dengan wasir atau ambeyen. Diagnosa klinis yang mungkin muncul pada
pasien hemoroid adalah nyeri berhubungan dengan insisi bedah, Resiko
terhadap konstipasi berhubungan dengan kegagalan berespon terhadap
isyarat untuk defekasi karena takut nyeri , Resiko terhadap infeksi
berhubungan dengan kontaminasi fekal, Resiko terhadap penatalaksanaan
aturan terapeutik tak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang perawatan luka, pencegahan kekambuhan, kebutuhan nutrisi (diet,
cairan), program latihan dan tanda dan gejala komplikasi.
III.2. Saran
Yang paling baik dalam mencegah hemoroid yaitu dengan mempertahankan
tinja tetap lunak agar mudah keluar, dimana hal ini menurunkan tekanan dan
pengedanan dan mengosongkan usus segera mungkin setelah perasaan mau
ke belakang timbul. Latihan olahraga seperti berjalan, peningkatan
konsumsi serat diet juga membantu mengurangi konstipasi dan mengedan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba,I.B.G.2001.Kapita
Selekta
Penatalaksanaan
Rutin
Anonim,
2002
Sinar
Harapan.
Hemorhoid,
http://www.hemorjoid.net/hemoroid galery.html.
24