You are on page 1of 24

REFERAT

HEMOROID
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior
SMF Ilmu Bedah di RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai

Disusun Oleh :
SRI WAHYUNI
NPM. 09101057
Pembimbing :
dr. David I Tambun, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR SMF ILMU


BEDAH
UNIVERSITAS ABDURRAB PEKANBARU
RSUD DR. RM. DJOELHAM BINJAI
2014
1

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang


telah memberikan taufik dan hidayah-Nya serta nikmat kesehatan kepada
penulis untuk menyelesaikan refarat yang berjudul HEMOROID sebagai
salah satu syarat dalam melaksanakan kepanitraan klinik senior bagian Ilmu
Penyakit Bedah di RSUD DR. R.M Djoelham Binjai.
Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada dokter pembimbing dalam pembuatan refarat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa refarat ini masih jauh dari
sempurna, maka dengan ini penulis mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun guna menyempurnakan kekurangan refarat ini.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga laporan kasus ini
bermanfaat bagi pembaca.

Binjai, Juli 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................
BAB I : PENDAHULUAN...............................................................
I.1. Latar Belakang ..........................................................................
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ...................................................
II.1. Defenisi hemoroid....................................................................
II.2. Anatomi fisiologi ....................................................................
II.3 Etiologi .....................................................................................
II.4. Patofisiologi ............................................................................
II.5. Klasifikasi hemoroid................................................................
II.6. Manifestasi klinis......................................................................
II.7. Pemeriksaan Diagnostik .........................................................
II.8. Penatalaksanaan .....................................................................
II.9. Pencegahan ............................................................................
II.10.Komplikasi ..............................................................................
BAB III : PENUTUP......................................................................
III.1. Kesimpulan ................................................................
III.2. Saran ..........................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................

DAFTAR ISI
3

Halaman
Gambar 2.1 Letak Hemoroid............................................................
Gambar 2.2 Bentuk Hemoroid ........................................................

BAB I
4

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Hemoroid adalah suatu pembengkakan yang tidak wajar di daerah rectal
yang terkadang disertai pendarahan. Hemoroid dikenal di masyarakat
sebagai penyakit wasir atau ambeien merupakan penyakit yang sering
dijumpai dan telah ada sejak jaman dahulu. Namun masih banyak
masyarakat yang belum mengerti bahkan tidak tahu mengenai gejala-gejala
yang timbul dari penyakit ini.
Penelitian menunjukan bahwa ada 1,5 juta resep untuk penyakit
hemoroid setiap tahunnya dan disebutkan pula bahwa dari tahun ke tahun,
jumlah penderita hemoroid yang menjalani rawat inap di rumah sakit
semakin berkurang. Berdasarkan statistik jumlah tindakan hemoroidektomy
menurun. Pada tahun 1974 merupakan puncak dimana hemoroidektomy
dilakukan pada sebanyak 117 per 100.000 orang dan menurun 13 tahun
kemudian (1987) yaitu menjadi per 100.000 orang. Angka kejadiaan
hemoroid yng cukup tinggi di masyarakat didukung oleh beberapa hal
diantaranya adalah kebutuhan makan atau kebutuhan eliminasi (BAB)
masyarakat. Pada umumnya klien hemoroid tidak mengetahui pentingnya
makanan tinggi serat dan kebiasaan BAB yang tidak teratur sering mengejan
saat BAB.
Penyebab hemoroid antara lain kongesti,peningkatan tekanan intra
abdominal misal karena adanya fibroma uteri, konstipasi, kehamilan, tumor
rectum, pekerjaan yang terlalu lama duduk,penyakit hati kronik serta
pengaruh hiprtensi portal yang bisa mengakibatkan terjadinya aliran balik
karena peningkatan vena portal dan sistemik.
Probosuseno tahun 2009 juga menjelaskan, semua orang dapat
terkena wasir. Namun yang paling sering adalah multipara (pernah
melahirkan anak lebih dari sekali). Insidensinya sekitar 5-35 % dari

masyarakat umum dan terutama yang berusia lebih dari 25 tahun, dan jarang
terjadi di bawah usia 20 tahun kecuali wanita hamil.
Hemoroid atau wasir merupakan vena varikosa pada kanalis dan
dibagi menjadi 2 jenis yaitu, hemorroid interna dan eksterna. Kedua jenis
hemoroid ini sangat sering dijumpai dan terjadi sekitar 35% penduduk
berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa,
namun dapat menimbulkan perasaan yang tidak nyaman. Hemoroid atau
wasir memang menjadi momok bagi sebagian orang yang menderitanya.
Benjolan didalam anus sangat membuat rasa tidak nyaman, baik untuk
posisi duduk maupun berdiri. Apalagi kalau hendak buang hajat (BAB),
seseorang sering meringis kesakitan.
Kebanyakan penderita haemorroid adalah perempuan dari pada lakilaki dengan perbandingan 2:1. Hal ini memperlihatkan bahwa masih banyak
masyarakat yang menderita haemorroid tapi kurang terdeteksi dini.
Dimungkingkan karena faktor ketidaktahuan masyarakat tentang diagnosis
haemorroid, bila tidak segera ditangani sesuai tingkatan derajatnya beserta
pencegahannya, maka akan mengakibatkan perdarahan hebat, abses, fistula,
para anal dan inkarserasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Pengertian Hemoroid


Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik. Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah/
flexus vena.

II.2. Anatomi fisiologi


Bagian utama usus besar yang terakhir dinamakan rektum dan terbentang
dari kolon sigmoid sampai anus, kolon sigmoid mulai setinggi krista iliaka
dan berbentuk lekukan huruf S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri
waktu kolon sigmoid bersatu dengan rektum.
Satu inci dari rectum dinamakan kanalis ani dan dilindungi oleh
sfingter eksternus dan internus. Panjang rektum dan kanalis ani sekitar 15
cm. Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kanan dan belahan kiri
sesuai dengan suplai darah yang diterimanya. Arteri mesentrika superior
memperdarahi belahan bagian kanan yaitu sekum, kolon asendens dan dua
pertiga proksimal kolon tranversum, dan arteria mesentrika inferior
memperdarahi belahan kiri yaitu sepertiga distal kolon transversum, kolon
desendens dan sigmoid, dan bagian proksimal rektum. Suplai darah
tambahan untuk rektum adalah melalui arteria sakralis media dan arteria
hemoroidalis inferior dan media yang dicabangkan dari arteria iliaka interna
dan aorta abdominalis.

Gambar 2.1 Letak hemoroid

Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior melalui vena mesentrika
superior dan inferior dan vena hemoroidalis superior, yaitu bagian dari
sistem portal yang mengalirkan darah ke hati. Vena hemoroidalis media dan
inferior mengalirkan darah ke vena iliaka dan merupakan bagian dari
sirkulasi sistematik. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis
superior, media dan inferior, sehingga peningkatan tekanan portal dapat
mengakibatkan aliran darah balik ke dalam vena-vena ini.
Terdapat dua jenis peristaltik propulsif : (1) kontraksi lamban dan
tidak teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan,
menyumbat beberapa haustra; (2) peristaltik massa, merupakan kontraksi
yang melibatkan segmen kolon. Gerakan peristaltik ini menggerakkan
massa feses ke depan, akhirnya merangsang defekasi.
Kejadian ini timbul dua sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh refleks
gastrokolik setelah makan, khususnya setelah makanan pertama masuk pada
hari itu Propulasi feses ke rektum mengakibatkan distensi dinding rektum
dan merangsang refleks defekasi. Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani
eksterna dan interna. Sfingter interna dikendalikan oleh sistem saraf
otonom, dan sfingter eksterna berada di bawah kontrol voluntar. Refleks
defekasi terintegrasi pada segmen sakralis kedua dan keempat dari medula
spinalis. Serabut-serabut parasimpatis mencapai rektum melalui saraf
splangnikus panggul dan bertanggung jawab atas kontraksi rektum dan
8

relaksasi sfingter interna. Pada waktu rektum yang mengalami distensi


berkontraksi, otot levator ani berelaksasi, sehingga menyebabkan sudut dan
anulus anorektal menghilang. Otot-otot sfingter interna dan eksterna
berelaksasi pada waktu anus tertarik atas melebihi tinggi massa feses.
Defekasi dipercepat dengan adanya peningkatan tekanan intra-abdomen
yang terjadi akibat kontraksi voluntar. Otot-otot dada dengan glotis ditutup,
dan kontraksi secara terus menerus dari otot-otot abdomen (manuver atau
peregangan valsava). Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi voluntar otototot sfingter eksterna dan levator ani. Dinding rektum secara bertahap akan
relaks, dan keinginan untuk berdefekasi menghilang.
Gambar 2.2 bentuk hemoroid

II.3. Etiologi
Yang menjadi etiologi pada penyakit hemoroid adalah mengejan pada waktu
defekasi , kontipasi menahun ,batuk kronik , makanan (pedas , diet rendah
serat ), sembelit kronis, terlalu lama berdiri atau duduk, dan angkat berat.
Kehamilan

diketahui

mengawali

atau

memperberat

adanya

hemoroid.

II.4. Patofisiologi

Patofisiologi haemoroid dalah akibat dari kongesti vena yang disebabkan


oleh gangguan venous rectum dan vena haemoroidalis. Ditensi vena
awalnya merupakan struktur yang normal pada daerah anus, karena vena ini
berfungsi sebagai katup yang dapat membantu menahan beban. Namun bila
distensi terus menerus akan terjadi gangguan vena berupa pelebaranpelebaran pembuluh darah vena. Distensi tersebut bisa disebabkan karena
adanya sfingter anal akibat konstipasi, kehamilan, tumor rectum,
pembesaran prostate.
Penyakit hati kronik yang dihubungkan dengan hipertensi portal
sering mengakibatkan haemorroid karena vena haemoroidalis superior
mengalirkan darah kedalam sistem portal. Selain itu portal tidak memiliki
katub sehingga mudah terjadi aliran balik. Fibroma uteri juga bisa
menyebabkan tekanan intra abdominal sehingga tekanan vena portal dan
vena sistemik meningkat kemudian ditransmisi daerah anarektal.
Aliran balik dan peningkatan tekanan vena tersebut di atas yang
berulang-ulang akan mendorong vena terpisah dari otot sekitarnya sehingga
vena prolap dan menjadi haemorroid. Nyeri dan perdarahan adalah dua
gejala utama dari haemorroid. Data yang perlu dikumpulkan meliputi halhal berikut :
1. Nyeri
a. Terjadi : dengan defekasi, duduk atau berjalan.
b. Karakteristik : terus menerus atau berjangka waktu, tajam atau
berdenyut.
2. Perdarahan : ada atau tidak, jumlah warna (merah segar atau merah tua).
3. Kotoran : konsitansi (kerasnya), terdapat goresan darah atau nanah
Perdarahan biasanya

berwarna merah segar karena

tempat

perdarahan yang dekat. Haemorroid internal seringkali berdarah waktu


defekasi, sedangkan haemorroid external jarang berdarah. Perdarahan rektal

10

tidak boleh keliru dengan perdarahan menstruasi pada wanita. Terjadinya


perdarahan sewaktu defekasi mengakibatkan trombosis. Strangulasi
prolapsus terjadi karena adanya bendungan pada vena yang mengakibatkan
suplai darah terhalang. Hal itu dapat menjadi indikasi dilakukannya
Haemorroidektomi. Karena operasinya sering dianggap sebagai operasi
kecil mungkin terdapat kecenderungan untuk meminimalkan pembedahan
anorektal. Pada kenyataannya, pembedahan ini dapat menyebabkan
ketidaknyamanan yang banyak seperti pada banyak pembedahan yang besar.
Rasa nyeri yang merupakan akibat spasme rektal, dapat menghambat buang
air kecil dan defekasi. Pasien menyatakan kekhawatirannya tentang
pengeluaran feses pertama, yang dapat terasa tidak menyenangkan. Rasa
nyeri dapat diminimalkan dengan penggunaan analgetik, sitbath, dan
pelembek feses.
Selama 12 jam pertama setelah pembedahan, perdarahan merupakan
hal yang mungkin terjadi. Darah dapat terkumpul di dalam lubang anal dan
tidak dikeluarkan, untuk itu, tanda-tanda lain dari perdarahan harus
dimonitor (tanda-tanda vital, tidak dapat istirahat, haus). Pada periode ini
sitbath dihindarkan, karena penghangatan akan menambah perdarahan lebih
lanjut dengan melebarkan pembuluh darah.
II.5. Klasifikasi hemoroid
Hemoroid terjadi karena adanya gangguaan aliran balik dari vena
hemoroidalis,apabila pelebaran terjadi diplexus hemoroidalis superior.
Hemoroid digolongkan menjadi hemoroid internal dan eksternal.
Hemoroid interna :
Gejala gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit
karena tidak hanya rasa sakit di daerah ini.
Hemoroid interna dibagi menjadi 4 derajat :
1. Derajat I

11

Timbul pendarahan varises, prolapsi atau tonjolan mukosa tidak melalui


anus dan hanya dapat ditemukan dengan proktoskopi.
2. Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat
defekasi, tapi setelah defekasi selesai tonjolan tersebut dapat masuk dengan
sendirinya.
3. Derajat III
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan
sendirinya tetapi harus di dorong.
4. Derajat IV
Telah terjadi inkarserasi
Hemoroid Eksterna :
Hemoroid eksterna biasanya perluasan hemoroid interna. Tapi hemoroid
eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 :
1. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruaan pada pinggir anus dan
sebenarnya adalah hematom.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah :
a. Sering rasa sakit dan nyeri
b. Rasa gatal pada daerah hemoroid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung-ujung
saraf pada kulit merupakan reseptor sakit.
2. Kronik
Hemoroid eksterna kronik terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit anus
yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.

12

II.6. Manifestasi Klinis


Tanda utama biasanya adalah perdarahan. Darah yang keluar berwarna
merah segar, tidak bercampur dengan feses, dan jumlahnya bervariasi. Bila
hemoroid bertambah besar maka dapat terjadi prolaps. Pada awalnya
biasanya dapat tereduksi spontan. Pada tahap lanjut, pasien harus
memasukkan sendiri setelah defekasi. Dan akhirnya sampai pada suatu
keadaan dimana tidak dapat dimasukkan. Kotoran di pakaian dalam menjadi
tanda hemoroid yang mengalami prolaps permanen. Kulit di daerah perianal
akan mengalami iritasi. Nyeri akan terjadi bila timbul trombosis luas dengan
edema dan peradangan.
Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang,
yang membutuhkan tekanan intraabdominal tinggi ( mengejan ),juga sering
pasien harus duduk berjam-jam di WC, dan dapat disertai rasa nyeri yang
merupakan gejala radang.
Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi, apalagi bila telah
terjadi trombosis. Bila hemoroid interna mengalami prolaps, maka tonjolan
yang ditutupi epitel penghasil musin akan dapat dilihat pada satu atau
beberapa kuadran.
Pada pemeriksaan rectal secara digital mungkin tidak ditemukan
apa-apa bila masih dalam stadium awal. Pemeriksaan anoskopi dilakukan
untuk melihat hemoroid interna yang tidak mengalami penonjolan

II.7. Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur). Pada
pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba
sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak
nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering
prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan
terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk
menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.

13

a. Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi atau rectoscopy.


Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar.
Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam
posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus
sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas
panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol
ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran
hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.
Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam
anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.

b. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi,
karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang
menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.

c. Rontgen (colon inloop) dan/atau kolonoskopi.


Pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan penunjang.

II.8. Penatalaksanaan
A. Terapi non bedah
A. Terapi obat-obatan (medikamentosa) / diet

14

Kebanyakan penderita hemoroid derajat pertama dan derajat kedua dapat


ditolong dengan tindakan lokal sederhana disertai nasehat tentang makan.
Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi seperti sayur dan
buah-buahan. Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak,
sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengejan
berlebihan.
Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna
kecuali efek anestetik dan astringen. Hemoroid interna yang mengalami
prolaps oleh karena udem umumnya dapat dimasukkan kembali secara
perlahan disusul dengan tirah baring dan kompres lokal untuk mengurangi
pembengkakan. Rendam duduk dengan dengan cairan hangat juga dapat
meringankan nyeri.

B. Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya
5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa dalam
jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid interna dengan tujuan
menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotik dan
meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis
mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anoskop. Apabila
penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat maka tidak ada nyeri.
Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk dalam
prostat, dan reaksi hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikan.Terapi
suntikan bahan sklerotik bersama nasehat tentang makanan merupakan
terapi yang efektif untuk hemoroid interna derajat I dan II, tidak tepat untuk
hemoroid yang lebih parah atau prolaps.

C. Ligasi dengan gelang karet

15

Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat ditangani dengan
ligasi gelang karet menurut Barron. Dengan bantuan anoskop, mukosa di
atas hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap ke tabung
ligator khusus. Gelang karet didorong dari ligator dan ditempatkan secara
rapat di sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut. Pada satu kali
terapi hanya diikat satu kompleks hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya
dilakukan dalam jarak waktu 2 4 minggu.
Penyulit utama dari ligasi ini adalah timbulnya nyeri karena terkenanya
garis mukokutan. Untuk menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan
cukup jauh dari garis mukokutan. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan
infeksi. Perdarahan dapat terjadi waktu hemoroid mengalami nekrosis,
biasanya setelah 7 10 hari.

D. Krioterapi / bedah beku


Hemoroid dapat pula dibekukan dengan suhu yang rendah sekali. Jika
digunakan dengan cermat, dan hanya diberikan ke bagian atas hemoroid
pada sambungan anus rektum, maka krioterapi mencapai hasil yang serupa
dengan yang terlihat pada ligasi dengan gelang karet dan tidak ada nyeri.
Dingin diinduksi melalui sonde dari mesin kecil yang dirancang bagi proses
ini. Tindakan ini cepat dan mudah dilakukan dalam tempat praktek atau
klinik. Terapi ini tidak dipakai secara luas karena mukosa yang nekrotik
sukar ditentukan luasnya. Krioterapi ini lebih cocok untuk terapi paliatif
pada karsinoma rektum yang ireponibel.

E. Hemorroidal Arteri Ligation ( HAL )


Pada terapi ini, arteri hemoroidalis diikat sehingga jaringan hemoroid tidak
mendapat aliran darah yang pada akhirnya mengakibatkan jaringan
hemoroid mengempis dan akhirnya nekrosis.

16

F. Infra Red Coagulation ( IRC ) / Koagulasi Infra Merah


Dengan

sinar

infra

merah

yang

dihasilkan

oleh

alat

yang

dinamakan photocuagulation, tonjolan hemoroid dikauter sehingga terjadi


nekrosis pada jaringan dan akhirnya fibrosis. Cara ini baik digunakan pada
hemoroid yang sedang mengalami perdarahan.

G. Generator galvanis
Jaringan hemoroid dirusak dengan arus listrik searah yang berasal dari
baterai kimia. Cara ini paling efektif digunakan pada hemoroid interna.

H. Bipolar Coagulation / Diatermi bipolar


Prinsipnya tetap sama dengan terapi hemoroid lain di atas yaitu
menimbulkan nekrosis jaringan dan akhirnya fibrosis. Namun yang
digunakan sebagai penghancur jaringan yaitu radiasi elektromagnetik
berfrekuensi tinggi. Pada terapi dengan diatermi bipolar, selaput mukosa
sekitar hemoroid dipanasi dengan radiasi elektromagnetik berfrekuensi
tinggi sampai akhirnya timbul kerusakan jaringan. Cara ini efektif untuk
hemoroid interna yang mengalami perdarahan.

Terapi bedah
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan
pada penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat
dilakukan dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak dapat sembuh
dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat

17

IV yang mengalami trombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera


dengan hemoroidektomi.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam hemoroidektomi adalah eksisi yang
hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat
mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak
mengganggu sfingter anus. Eksisi jaringan ini harus digabung dengan
rekonstruksi tunika mukosa karena telah terjadi deformitas kanalis analis
akibat prolapsus mukosa.
Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional
(menggunakan pisau dan gunting), bedah laser (sinar laser sebagai alat
pemotong) dan bedah stapler (menggunakan alat dengan prinsip kerja
stapler).

Bedah konvensional
Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan yaitu :
1. Teknik Milligan Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Teknik ini
dikembangkan di Inggris oleh Milligan dan Morgan pada tahun 1973. Basis
massa hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan
diretraksi dari rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut
proksimal terhadap pleksus hemoroidalis. Penting untuk mencegah
pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi
elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus
hemoroidalis internus dan eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang
mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai
jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena dibawah kulit dieksisi.

18

Setelah mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup


secara longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana.
Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu
waktu. Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika
mukosa rektum yang terlalu banyak. Sehingga lebih baik mengambil terlalu
sedikit daripada mengambil terlalu banyak jaringan.

2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu
dengan mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari
submukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu.
Lalu mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.

3. Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem.
Lakukan jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0.
Kemudian eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan
jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena
caranya mudah dan tidak mengandung resiko pembentukan jaringan parut
sekunder yang biasa menimbulkan stenosis.

Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional,
hanya alat pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong,
pembuluh jaringan terpatri sehingga tidak banyak mengeluarkan darah,
tidak banyak luka dan dengan nyeri yang minimal.

19

Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena syaraf rasa nyeri ikut
terpatri. Di anus, terdapat banyak syaraf. Pada bedah konvensional, saat post
operasi akan terasa nyeri sekali karena pada saat memotong jaringan,
serabut syaraf terbuka akibat serabut syaraf tidak mengerut sedangkan
selubungnya mengerut.
Sedangkan pada bedah laser, serabut syaraf dan selubung syaraf menempel
jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk
hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 14 watt. Setelah jaringan
diangkat, luka bekas operasi direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 6
minggu, luka akan mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan
rawat jalan.

Bedah Stapler
Teknik

ini

juga

dikenal

dengan

nama Procedure

for

Prolapse

Hemorrhoids (PPH) atau Hemoroid Circular Stapler. Teknik ini mulai


diperkenalkan pada tahun 1993 oleh dokter berkebangsaan Italia yang
bernama Longo sehingga teknik ini juga sering disebut teknik Longo. Di
Indonesia sendiri alat ini diperkenalkan pada tahun 1999. Alat yang
digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter,
terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran
anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama
jaringan hemoroid dan m. sfinter ani untuk melebar dan mengerut menjamin
kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini
mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis
mukokutan dan mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya
semula karena jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat
BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua.

20

II.9. Pencegahan
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hemoroid antara
lain:

Jalankan pola hidup sehat


Olah raga secara teratur (ex.: berjalan)
Makan makanan berserat
Hindari terlalu banyak duduk
Jangan merokok, minum minuman keras, narkoba, dll.
Hindari hubungan seks yang tidak wajar
Minum air yang cukup
Jangan menahan buang air kecil dan besar
Duduk berendam pada air hangat
Sebisa meungkin menggunakan wc jongkok

10. Komplikasi
Komplikasi penyakit ini adalah perdarahan hebat, abses, fistula para anal,
dan inkarserasi. Hemoroid eksterna, pengobatannya selalu operatif dan
dilakukan eksisi atau insisi trombus serta pengeluaran trombus. Komplikasi
jangka panjang adalah striktur ani karena eksisi yang berlebihan.
a. Terjadi trombosis
Karena hemoroid keluar sehinga lama lama darah akan membeku dan
terjadi trombosis.
b. Peradangan
Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan
meradang

karena

disana

banyak

kotoran.

Terjadinya

perdarahan

Pada derajat satu darah keluar menetes dan memancar. Perdarahan akut pada
umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah
besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi
portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka

21

darah dapat sangat banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis
dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit
yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi
secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita
walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi. Apabila
hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi(inkarserata/ terjepit) akan
mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa
mengakibatkan kematian.

22

BAB III
PENUTUP

III.1. Kesimpulan
Hemoroid adalah penyakit daerah anus yang cukup banyak ditemukan pada
praktek dokter sehari-hari. Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan
atau inflamasi vena hemoroidhalis. Biasanya masyrakat awam menyebutnya
dengan wasir atau ambeyen. Diagnosa klinis yang mungkin muncul pada
pasien hemoroid adalah nyeri berhubungan dengan insisi bedah, Resiko
terhadap konstipasi berhubungan dengan kegagalan berespon terhadap
isyarat untuk defekasi karena takut nyeri , Resiko terhadap infeksi
berhubungan dengan kontaminasi fekal, Resiko terhadap penatalaksanaan
aturan terapeutik tak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang perawatan luka, pencegahan kekambuhan, kebutuhan nutrisi (diet,
cairan), program latihan dan tanda dan gejala komplikasi.
III.2. Saran
Yang paling baik dalam mencegah hemoroid yaitu dengan mempertahankan
tinja tetap lunak agar mudah keluar, dimana hal ini menurunkan tekanan dan
pengedanan dan mengosongkan usus segera mungkin setelah perasaan mau
ke belakang timbul. Latihan olahraga seperti berjalan, peningkatan
konsumsi serat diet juga membantu mengurangi konstipasi dan mengedan.

23

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba,I.B.G.2001.Kapita

Selekta

Penatalaksanaan

Rutin

Obstetri Ginekologi dan Keluarga Berencana.Jakarta: EGC

Silvia A.P, Lorraine M.W,1995, Patofisiologi, Konsep konsep


Klinis Proses Penyakit, Edisi IV, EGC, Jakarta, pemeriksaan
penunjang: 420 421.

Anonim,

2002

Sinar

Harapan.

Hemorhoid,

http://www.hemorjoid.net/hemoroid galery.html.

Syamsuhidayat R, Jong W.D, Buku Ajar Bedah, EGC,Jakarta,


pemeriksaan penunjang: 910 912.

Werner Kahle ( Helmut Leonhardt,werner platzer ), dr Marjadi


Hardjasudarma ( alih bahasa ), 1998, Berwarna dan teks anatomi
Manusia Alat Alat Dalam : 232

Mansjur A dkk ( editor ), 1999, Kapita selecta Kedokteran, Jilid


II, Edisi III, FK UI, Jakarta,pemeriksaan penunjang: 321 324.

Linchan W.M,1994, Sabiston Buku Ajar Bedah Jilid II,EGC,


Jakarta,hal 56 59.

24

You might also like