You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh
aliran-aliran pemikiran filsafat barat. Kehidupan atau perkembangan peradaban manusia
dan problema yang di hadapinya, pengertian yang bersifat teoritis seperti yang di lahirkan
filsafat Yunani itu kehilangan kemampuan untuk memberi jawaban yang layak tentang
kebenaran peradaban itu telah menyebabkan manusia melakukan loncatan besar dalam
bidang sains, teknologi, kedokteran dan pendidikan.

Ilmu berawal dari bertanya dan mengalami kebingungan. Jika kita mengalami
kebingungan dan berusaha mencari jawaban dengan cara berfikir, berarti kita sedang
dalam taraf menggapai ilmu. Manusia hidup tidak akan pernah bisa menghindar dari
berfikir, karena jika manusia berhenti berfikir, berarti manusia tersebut telah mati. Ilmu
yang menuntut agar seseorang yang mempelajarinya berfikir antara lain adalah filsafat
dan matematika.

Kata "matematika" berasal dari bahasa Yunani Kuno (mthma), yang berarti
pengkajian, pembelajaran, ilmu, yang ruang lingkupnya menyempit, dan arti teknisnya
menjadi "pengkajian matematika", bahkan demikian juga pada zaman kuno. Kata sifatnya
adalah mathmatiks, berkaitan dengan pengkajian, atau tekun belajar, yang lebih
jauhnya berarti matematis. Secara khusus, mathmatik tkhn, di dalam bahasa Latin ars
mathematica, berarti seni matematika.

Ilmu matematika adalah ilmu yang menuntut agar manusia berfikir kritis, kreatif,
mampu melakukan abstraksi, menggunakan logikanya agar manusia tersebut mampu
memecahkan masalah. Dengan melatih kemampuan pemecahan masalah yang ada dalam
matematika, diharapkan manusia tersebut dapat menerapkan matematika untuk
Hakikat dan Sejarah Matematika

memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menyampaikan


matematika, diperlukan suatu metode dalam hal ini pembelajaran kepada para penuntut
ilmu matematika, yaitu para siswa maupun mahasiswa. Pembelajaran adalah bagian dari
dunia pendidikan, dan tidak akan pernah terlepas dari pendidikan.
Obyek kajian yang ada dalam filsafat sangatlah luas, dalam belajar filsafat kita harus
menghargai ruang dan waktu sebab semua hal tergantung pada ruang dan waktunya.
Filsafat terus berkembang salah satunya yaitu muncul filsafat matematika dan dalam
pendidikan juga terdapat cabang ilmu filsafat pendidikan matematika.
B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam pada makalah ini adalah:
1. Apakah peran matematika masa lalu dan sekarang ?
2. Bagaimana membedakan penalaran induktif dan deduktif ?
3.
4.
5.
6.
7.

Apa definisi filsafat ?


Apa saja aliran-aliran filsafat pendidikan ?
Apakah pengertian filsafat matematika ?
Apakah pengertian filsafat pendidikan matematika ?
Apa saja aliran-aliran filsafat pendidikan matematika ?

C. Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui peran matematika masa lalu dan sekarang
2. Untuk membedakan penalaran induktif dan deduktif
3. Untuk mengetahui definisi filsafat
4. Untuk mengetahui aliran-aliran filsafat pendidikan
5. Untuk mengetahui pengertian filsafat matematika
6. Untuk mengetahui pengertian filsafat pendidikan matematika
7. Untuk mengetahui aliran-aliran filsafat pendidikan matematika

Hakikat dan Sejarah Matematika

BAB II
ISI
A. Peran Matematika Masa Lalu dan Sekarang
Manusia tak luput dari pekerjaan sehari-harinya. Kehidupan manusia sangat dekat
sekali dengan matematika. Apabila kita pikirkan hampir sebagian besar kehidupan kita
dengan matematika meskipun yang sangat sederhana. Matematika memerankan peran
yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Misalnya kegiatan jual beli di pasar,
menghitung tingkat perhitungan penduduk, dalam dunia kedokteran matematika berperan
tidak langsung dalam membantu penyembuhan penyakit.
Ilmu matematika sudah ada dan munculnya itu bersamaan dengan diturunkannya
manusia yang pertama ke dunia ini. Pada masa itu matematika muncul namun masih
bersifat matematika sederhana dan terapan yang belum ada teorema-teorema yang
mengaturnya serta belum dapat dituliskan dalam bentuk formula. Mengikuti
perkembangan dan perubahan masa maka matematika pun ikut berkembang mengikuti
perkembangan waktu, matematika terus dan terus mengalami perkembangan sampai
menghasilkan ilmu matematika yang kita kenal sekarang.
Evolusi matematika dapat dipandang sebagai sederetan abstraksi yang selalu
bertambah banyak, atau perkataan lainnya perluasan pokok masalah. Abstraksi mulamula, yang juga berlaku pada banyak binatang, adalah tentang bilangan contohnya
pernyataan bahwa dua apel dan dua jeruk memiliki jumlah yang sama.
Di zaman prasejarah manusia hanya mengenal bangun dan belum mengenal angka
maupun tulisan, namun manusia prasejarah mampu mengenali cara mencacah besaran
abstrak, seperti waktu-hari, musim, tahun. Aritmetika dasar (penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian) mengikuti secara alami.
Dari penemuan penemuan situs purbakala, para ahli arkeologi telah menemukan
penggunaan sistem penjumlahan di Afrika dan diperkirakan telah terwujud sejak 8.500
SM dengan menggunakan tulang sebagai alat perhitungan.

Hakikat dan Sejarah Matematika

Penulisan atau sistem lain untuk mencatatkan bilangan, semisal tali atau dawai
bersimpul yang disebut quipu dipakai oleh bangsa Inca untuk menyimpan data numerik.
Sistem bilangan ada banyak dan bermacam-macam, bilangan tertulis yang pertama
diketahui ada di dalam naskah warisan Mesir Kuno di Kerajaan Tengah Mesir, Lembaran
Matematika Rhind.
Tulisan matematika terkuno yang pernah ditemukan adalah Plimpton 322
(Matematika Babilonia yang berangka tahun 1900 SM), Lembaran Matematika Moskwa
(Matematika Mesir yang berangka tahun 1850 SM), Lembaran Matematika Rhind
(Matematika Mesir yang berangka tahun 1650 SM), dan Shulba Sutra (Matematika India
yang berangka tahun 800 SM).
Pada saat ini hampir seluruh bidang-bidang matematika telah berkembang dengan
pesat baik teori maupun penerapannya dengan wawasan yang luas dan penggunaannya di
berbagai sektor. Sebagian besar pengembangan dilakukan di perguruan tinggi terutama
yang menyangkut aspek teoritis, sedangkan perkembangan matematika terapan banyak
dilakukan di bidang industri. Karena itu Perguruan Tinggi disamping melaksanakan
pendidikan dan pengajaran matematika, juga berperan dalam mengembangkan
matematika baik secara teoritis maupun aplikasinya.
Perkembangan matematika memunculkan peralatan modern seperti komputer.
Matematika identik dengan menghitung, begitu pula dengan komputer. Akan tetapi
memang berbeda jika kita melihat fungsi komputer pada saat ini. Komputer sudah dibuat
sedemikian rupa sehingga tidak hanya untuk menghitung saja akan tetapi masih banyak
kegunaan dari komputer masa kini.
Ilmu matematika digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting di berbagai bidang,
termasuk ilmu pengetahuan alam, rekayasa, medis, dan ilmu pengetahuan sosial seperti
ekonomi, dan psikologi. ilmu matematika juga dimanfaatkan dalam bidang industri,
ekonomi, kesehatan, sosial dan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan
hingga bidang poltik, dan masih banyak digunakan pada bidang-bidang kehidupan yang
lainnya. Bahkan dapat dikatakan tak ada satu bidang kehidupan pun yang tidak
menerapkan dan memanfaatkan ilmu matematika.
Arus globlalisasi dan perkembangan komputerisasi di seluruh penjuru dunia
tampaknya akan terus berjalan sehingga dapat diperkirakan bahwa di masa yang akan
datang dunia ini akan memasuki era baru. Era baru itu ditandai dengan digitalisasi di
Hakikat dan Sejarah Matematika

segala bidang. Sehingga tentu segala sesuatu menggunakan perhitungan yang metematis.
Sehingga matematika kelak aplikasinya menjadi jauh lebih canggih, kompleks, dan rumit
dibandingkan dengan masa sekarang ini. Matematika juga akan terus berkembang
mengikuti perubahan waktu, dan perkembangannya itu tidak dapat dipastikan sampai
kapan, mungkin tidak dapat diperhitungkan sampai kapanpun juga.
B. Penalaran Induktif dan Deduktif
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar
pengetahuan yang dihasilkan melalui penalaran tersebut mempunyai dasar kebenaran
maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan suatu cara dan prosedur tertentu.
Penarikan kesimpulan dari proses berpikir dianggap valid bila proses berpikir tersebut
dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Dalam penalaran ilmiah, sebagai proses untuk
mencapai kebenaran ilmiah dikenal dua jenis cara penarikan kesimpulan yaitu induktif
dan deduktif.
Induktif berkaitan erat dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual
nyata yang sifatnya khusus dan telah diakui kebenarannya secara ilmiah menjadi sebuah
kesimpulan yang bersifat umum.
Sedangkan deduktif adalah penarikan kesimpulan yang diperoleh dari kasus yang
sifatnya umum menjadi sebuah kesimpulan yang ruang lingkupnya lebih bersifat
individual atau khusus. Dalam penalaran deduktif, dilakukan melalui serangkaian
pernyataan yang disebut silogisme dan terdiri atas beberapa unsur yaitu:
1. Dasar pemikiran utama (premis mayor)
2. Dasar pemikiran kedua (premis minor)
3. Kesimpulan
Matematika bukanlah ilmu yang didasari atas percobaan dan pengamatan sehingga
membuatnya dibedakan dengan sains. Sebagai contoh bila dengan percobaan ketika
tembaga bila dipanaskan ternyata memuai, kemudian perak bila dipanaskan memuai,
kemudian timah bila dipanaskan memuai dan seterusnya mengambil contoh logam
lainnya seperti emas, besi dan alumunium dan ternyata selalu memuai ketika dipanaskan.
Maka dapat membuat generalisasi bahwa setiap logam yang dipanaskan akan memuai.
Generalisasi yang dibuat secara induktif itu dibenarkan.
Hakikat dan Sejarah Matematika

Jika dalam matematika, misalkan untuk menunjukkan 3 x (-1) = -3, dapat ditunjukkan
secara induktif melalui pengertian pola perkalian. Telah kita ketahui bahwa pengertian
perkalian diartikan sebagai penjumlahan berulang seperti 2 x 3 = 3 + 3 = 6, 2 x 4 = 4 + 4
= 8, dan seterusnya. Sekarang perhatikan pola perkalian berikut
3 x 3 = 9,
3 x 2 = 6, 6 diperoleh dari 9 3
3 x 1 = 3, 3 diperoleh dari 6 3
3 x 0 = 0, 0 diperoleh dari 3 3
3 x (-1) = .
Dapat ditunjukkan bahwa 3 x (-1) = -3. Namun demikian, dalam matematika bukti
dengan cara seperti ini belum sah. Secara deduktif, hal tersebut dibuktikan dengan
menggunakan sifat distributif atau penyebaran dalam operasi penjumlahan sebagai
berikut:
3 x 0 = 0 + 0 + 0 = 0, tuliskan 0 sebagai 1 + ( 1),
sehingga 3 x [1 + ( 1)] = 3 x 1 + 3 x (-1) = 3 + 3 x (-1) = 0
Jadi, 3 x (-1) = 0 3 = -3.
Deduksi dilihat dari cara penurunannya, kesimpulan yang diambil dalam pembuatan
teorema adalah kesimpulan yang sifatnya pasti. Asalkan didasari dengan aksioma yang
benar, maka teorema-teorema yang diturunkan juga pasti benar. Aksioma adalah suatu
kebenaran yang dapat kita terima begitu saja (tanpa ada pembuktian apapun). Inilah sifat
matematika: pasti. Pengambilan kesimpulan seperti ini disebut dengan metode deduksi.
Aksioma berfungsi sebagai premis mayor dalam pengambilan kesimpulan. Yang
berfungsi sebagai premis minor adalah ruang lingkup yang ingin ditelaah oleh sebuah
teorema. Hasil penarikan kesimpulan dari kedua premis ini adalah teoremanya. Terkadang
suatu teorema tidak harus diturunkan dari aksioma tetapi cukup diturunkan dari teorema
lain yang sudah dibuktikan terlebih dahulu.
Matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif) tetapi
harus berdasarkan pembuktian deduktif. Isi maupun metode mencari kebenaran dalam
matematika berbeda dengan ilmu pengetahuannya umumnya, misalnya sains. Matematika
menggunakan ilmu deduktif sedangkan ilmu pengetahuan umum meggunakan metode
mencari kebenaran dengan induktif atau eksperimen. Namun dalam matematika bisa
Hakikat dan Sejarah Matematika

dimulai dengan cara induktif, tetapi selanjutnya generalisasi yang benar harus bisa
dibuktikan secara deduktif.
C. Mendefinisikan filsafat
Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari
bahasa Yunani yaitu philosophia. Philien yaitu cinta dan sophia artinya kebijaksanaan.
Jadi bisa dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf berarti
adalah pencari kebijaksanaan dan pecinta kebijaksanaan.
Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filsuf merumuskan
pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya.
Seorang Plato ( 428 -348 SM ) mengatakan bahwa : Filsafat tidak lain dari pengetahuan
tentang segala yang ada.. Sedangkan muridnya Aristoteles berpendapat kalau filsafat
adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmuilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
Dalam filsafat terdapat tiga pilar utama yang menjadi unsur dasar kajiannya dalam
kehidupan, yaitu :
Ontologi (hakekat): membahas keberadaan/hakekat sesuatu yang bersifat konkret/ada.
Jadi obyek telaah ontologi adalah yang ada.
Epistimologi (metode): adalah pengetahuan sistematis yang membahas tentang
terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau
cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah).
Aksiologi (untuk apa): membahas tentang nilai etik dan estetika suatu pengetahuan.
Nilai dari sesuatu tergantung ada tujuannya. Maka pembahasan tentang nilai
pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari tujuannya.
Filsafat merupakan efek kreatif akal manusia. Keinginan manusia untuk mencari
kebenaranlah yang menjadi dasar mulanya timbul filsafat. Kebenaran yang didapat
melalui filsafat merupakan kebenaran yang berasal dari kerja akal. Sejalan dengan
perkembangannya filsafat tidak hanya sebagai induk dari ilmu pengetahuan, melainkan
bagian dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Seiring dengan berkembangnya objek kajian
filsafat, maka filsafat sebagai tempat berpijaknya kegiatan keilmuan.

Hakikat dan Sejarah Matematika

D. Pengertian Filsafat Pendidikan


Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat umum, maka filsafat pendidikan
akamn berangkat dari filsafat. Dalam arti, filsafat pendidikan pada dasarnya
menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil dari filsafat, yaitu
berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai. Menurut Jhon
Dewey, filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang
fudamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan
(emosional) menuju tabiat manusia.
Filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat
sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan.
Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedangkan filsafat
beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafat pendidikan pun kita akan temukan
berbagai aliran, sekurang-kurangnya sebanyak aliran filsafat itu sendiri.
Berikut aliran-aliran dalam filsafat pendidikan:
1. Filsafat Pendidikan Idealisme
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi,
bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan
tidak lengkap. Aliran ini memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa
yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari
generasi ke generasi. Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah: Plato, Elea dan Hegel,
Emanuael Kant, David Hume, Al Ghazali.
2. Filsafat Pendidikan Realisme
Realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme
berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani.
Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan
mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia,
yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Beberapa tokoh yang beraliran
realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon,
John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.

Hakikat dan Sejarah Matematika

3. Filsafat Pendidikan Materialisme


Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani,
spiritual atau supernatural. Beberapa tokoh yang beraliran materialisme: Demokritos,
Ludwig Feurbach.
4. Filsafat Pendidikan Pragmatisme
Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya
berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat
mengetahui apa yang manusia alami. Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini
adalah: Charles sandre Peirce, wiliam James, John Dewey, Heracleitos.
5. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
Filsafat ini memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum,
eksistensialisme menekankan pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan
tindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat
manusia atau realitas. Beberapa tokoh dalam aliran ini : Jean Paul Satre, Soren
Kierkegaard, Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul
Tillich.
6. Filsafat Pendidikan Progresivisme
Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri
sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada
tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini
mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak
bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran
ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas,
Frederick C. Neff.
7. Filsafat Pendidikan Esensialisme
Esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya
dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah.
Mereka berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar
intelektual dan moral di antara kaum muda. Beberapa tokoh dalam aliran ini: william
C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.

Hakikat dan Sejarah Matematika

8. Filsafat Pendidikan Perenialisme


Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh.
Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka
menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang
baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan,
ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan
sosio kultural. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan
tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip
umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa
tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert Maynard Hutchins dan ortimer Adler.
9. Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan
ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan
melibatkan

diri

dengan

masalah-masalah

masyarakat

yang

ada

sekarang.

Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun
1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa
tokoh dalam aliran ini: Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg.
E. Pengertian Filsafat Matematika
Filsafat matematika adalah cabang dari filsafat yang mengkaji anggapan-anggapan
filsafat, dasar-dasar, dan dampak-dampak matematika. Tujuan dari filsafat matematika
adalah untuk memberikan rekaman sifat dan metodologi matematika dan untuk
memahami kedudukan matematika di dalam kehidupan manusia.
Tujuan utama dari filsafat matematika adalah menginterpetasi matematika dengan
menjelaskan kedudukan matematika dalam dunia intelektual secara keseluruhan. Filsafat
matematika dilakukan oleh mereka yang peduli tentang matematika dan ingin memahami
peran matematika dalam kancah keilmuan. Matematikawan yang menganut suatu filsafat
matematika hendaknya memperoleh ssuatu orientasi, pemahaman dan peran matematika.
Pendekatan epistemology filsafat matematika adalah dengan mengasumsikan bahwa
pengetahuan dibidang apapun, diwakili oleh satu set proposisi bersama dengan satu
prosedur untuk memverifikasinya atau memberikan pembenaran atas pernyataanHakikat dan Sejarah Matematika

10

pernyataannya. Atas dasar ini, pengetahuan matematika terdiri dari proposisi beserta
pembuktiannya. Karena pembuktian matematika didasarkan pada alasan itu saja, tanpa
bantuan data empiris, pengetahuan matematika dipahami sebagai pengetahuan yang
paling pasti dari semua pengetahuan.
Peranan filsafat matematika adalah memberikan landasan yang sistematis dan mutlak
untuk pengetahuan matematika yaitu kebenaran matematika. Kebenaran matematika
merupakan asumsi yang mendasari pondasi doktrin fungsi filsafat matematika. Pondasi
tersebut terikat pada pandangan absolutis matematika. Dalam hal ini, pembenaran
menjadi pandangan utama filsafat matematika.
F. Pengertian Filsafat Pendidikan Matematika
Salah satu cabang ilmu filsafat pendidikan adalah filsafat pendidikan matematika,
yaitu suatu studi yang menelaah yang ada dan yang mungkin ada dalam dunia pendidikan
dan khususnya pendidikan matematika. Salah satu hal yang terjadi dalam pendidikan
adalah proses belajar mengajar (PBM) di sekolah. Jadi kegiatan belajar mengajar di
sekolah dapat dikaji dan diterjemahkan dari sudut pandang filsafat. Dalam pendidikan
matematika di Indonesia sistem yang mendominasi adalah sistem yang menganut paham
Hilbert. Matematika menurut Hilbert bersifat formal, aksiomatis, dan pure mathematics.
Filsafat pendidikan matematika yang sesuai atau mengarah pada terwujudnya kehidupan
yang maju yakni filsafat yang konservatif yang didukung oleh sebuah idealisme,
rasionalisme (kenyataan). Itu dikarenakan filsafat pendidikan matematika mengarah pada
hasil pemikiran manusia mengenai realitas, pengetahuan, dan nilai.
Tanpa filsafat, pendidikan matematika menjadi lemah. Lemahnya pendidikan
matematika di Indonesia merupakan akibat tidak diajarkannya filsafat atau latar belakang
ilmu matematika. Dampaknya, siswa, bahkan mahasiswa, pandai mengerjakan soal, tetapi
tidak bisa memberikan makna dari soal itu. Matematika hanya diartikan sebagai sebuah
persoalan hitung-hitungan yang siap untuk diselesaikan atau dicari jawabannya.
G. Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan Matematika
1. Aliran Logikalisme atau Logisisme
Dalam Ernes (1991) logika lebih dulu dianggap sebagai bagian dari logika ilmu pasti
matematika. Pendukung utama dari pandangan ini adalah G.Leibniz, G.frege (1893),
Hakikat dan Sejarah Matematika

11

B.Russel (1919), A.N whitehead dan R. Carnap (1931). Ada dua klaim logika menurut
Betrand Russel, yaitu:
semua konsep matematika secara mutlak dapat disederhanakan pada konsep logika
semua kebenaran matematika dapat dibuktikan dari aksioma dan aturan melalui
penarikan kesimpulan secara logika semata
Secara umum, ilmu merupakan pengetahuan berdasarkan analisis dalam menarik
kesimpulan menurut pola pikir tertentu. Matematika, menurut Wittgenstein, merupakan
metode berpikir logis. Berdasarkan perkembangannya, masalah logika makin lama makin
rumit dan membutukan suatu metode yang sempurna. Dalam pandangan inilah, logika
berkembang menjadi matematika. Menurut Russell, bahwa matematika merupakan masa
kedewasaan matematika, sedangkan logika adalah masa kecil matematika.
Menurut Ernest (1991), ada beberapa keberatan terhadap logisisme antara lain:
a. Bahwa pernyataan matematika sebagai impilikasi pernyataan sebelumnya, dengan
demikian kebenaran-kebenaran aksioma sebelumnya memerlukan eksplorasi tanpa
menyatakan benar atau salah. Hal ini mengarah pada kekeliruan karena tidak semua
kebenaran matematika dapat dinyatakan sebagai pernyataan implikasi.
b. Teorema Ketidaksempurnaan Godel menyatakan bahwa bukti deduktif tidak cukup
untuk mendemonstrasikan semua kebenaran matematika. Oleh karena itu reduksi yang
sukses mengenai aksioma matematika melalui logika belum cukup untuk menurunkan
semua kebenaran matematika.
c. Kepastian dan keajegan logika bergantung kepada asumsi-asumsi yang tidak teruji
dan tidak dijustifikasi. Program logisis mengurangi kepastian pengetahuan
matematika dan merupakan kegagalan prinsip dari logisisme. Logika tidak
menyediakan suatu dasar tertentu untuk pengetahuan matematika.
2. Aliran Formalisme
Landasan matematika formalisme dipelopori oleh ahli matematika besar dari Jerman
David Hilbert. Menurut aliran ini sifat alami dari matematika ialah sebagai sistem
lambang yang formal, matematika bersangkut paut dengan sifat sifat struktural dari
simbol simbol dan proses pengolahan terhadap lambang lambang itu. Simbol simbol
dianggap mewakili berbagai sasaran yang menjadi obyek matematika. Bilangan
bilangan misalnya dipandang sebagai sifat sifat struktural yang paling sederhana dari
benda benda.
Hakikat dan Sejarah Matematika

12

Menurut Ernest (1991) formalis memiliki dua tesis, yaitu


Matematika dapat dinyatakan sebagai sistem formal yang tidak dapat ditafsirkan
sembarangan, kebenaran matematika disajikan melalui teorema-teorema formal.
Keamanan dari sistem formal ini dapat didemostrasikan dengan terbebasnya dari
ketidak konsistenan.
Berdasarkan landasan pemikiran itu seorang pendukung aliran formalisme
merumuskan matematika sebagai ilmu tentang sistem sistem formal. Walaupun semua
sistem matematika masih menggunakan sistem aksioma, tetapi menganggap matematika
sebagai konsep formalisme tidak diterima oleh beberapa ahli. Keberatan bermula ketika
Godel membuktikan bahwa tidak mungkin bisa membuat sistem yang lengkap dan
konsisten

dalam

dirinya

sendiri.

Pernyataan

ini

dikenal

dengan

Teorema

Ketidaklengkapan Godel (Godels Incompleteness Theorem).


3. Aliran Intuisionisme
Intuisionisme seperti L.E.J. Brouwer (1882-1966), berpendapat bahwa matematika
suatu kreasi akal budi manusia. Beliau berpendirian bahwa matematika adalah sama
dengan bagian yang eksak dari pemikiran matematika. Ketetapan matematika terletak
dalam akal manusia dan tidak pada simbol simbol di atas kertas. Selanjutnya intuisionis
menyatakan bahwa obyek segala sesuatu termasuk matematika, keberadaannya hanya
terdapat pada pikiran kita, sedangkan secara eksternal dianggap tidak ada.
Dalam pemikiran intuitionisme, matematika berlandaskan suatu dasar mengenai
kemungkinan untuk membangun sebuah seri bilangan yang tak terbatas, pernyataan ini
pada hakikatnya merupakan suatu aktivitas berfikir yang yang tak tergantung pada
pengalaman, bebas dari bahasa serta bersifat obyektif.
Ada berbagai macam keberatan terhadap intusionisme, antara lain; (1) intusionisme
tidak dapat mempertanggung jawabkan bahwa obyek matematika bebas, jika tidak ada
manusia apakah 2 + 2 masih tetap 4; (2) matematisi intusionisme adalah manusi timpang
yang buruk dengan menolak hukum logika p atau bukan p dan mengingkari
ketakhinggaan, bahwa mereka hanya memiliki sedikit pecahan pada matematika masa
kini. Intusionisme, menjawab keberatan tersebut seperti berikut; (1) tidak ada yang
diperbuat untuk manusia untuk mencoba membayangkan suatu dunia tanpa manusia; (2)
Hakikat dan Sejarah Matematika

13

Lebih baik memiliki sejumlah sejumlah kecil matematika yang kokoh dan ajeg dari pada
memiliki sejumlah besar matematika yang kebanyakan omong kosong (Anglin, 1994).
4. Aliran Konstruktivisme
Kontrutivisme dalam filsafat matematika dapat ditelusuri dari tokoh Kant dan
Kronecker (Korner, 1960). Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan diperoleh
melalui proses aktif individu mengkonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman fisik,
dialog, dan lain-lain melalui asimilasi pengalaman baru dengan pengertian yang telah
dimiliki seseorang. Tujuan pendidikannya menghasilkan individu yang memiliki
kemampuan berpikir untuk menyelesaikan persoalan hidupnya.
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa
pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri (Von Glaserfeld). Pengetahuan
bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada.
Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan
membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membentuk
pengetahuan tersebut.
Konstruktivisme menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam,
pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa. Jika seseorang tidak aktif
membangun pengetahuannya, meskipun usianya tua tetap tidak akan berkembang
pengetahuannya. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu berguna untuk
menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomenayang sesuai. Pengetahuan tidak
bisa ditransfer begitu saja, melainkan harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing
orang. Pengetahuan juga bukan sesuatuyang sudah ada, melainkan suatu proses yang
berkembang terus-menerus. Dalam proses itu keaktivan seseorang sangat menentukan
dalam mengembangkan pengetahuannya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hakikat dan Sejarah Matematika

14

Disadari atau tidak, ilmu matematika telah menggiring dan berperan signifikan
dalam membentuk peradaban manusia. Ilmu metematika yang mengedepankan
pemikiran logis senantiasa berjalan searah dengan logika yang dimiliki akal pikiran
manusia. Matematika selalu berkembang sesusai dengan perkembangan akal pikiran
manusia. Dari masa ke masa, ilmu matematika menjadi semakin luas cakupannya.
Konsep-konsep matematika banyak diterapkan dalam ilmu pengetahuan lain, hal
ini sesuai dengan istilah matematika sebagai induknya ilmu pengetahuan. Serta
konsep-konsep matematika banyak diterapkan dalam menyelesaikan masalah-masalah
dalam kehidupan sehari-hari.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penyusun tentunya mengalami
banyak kekeliruan dan kesalahan-kesalahan baik dalam ejaan, pilihan kata,
sistematika penulisan maupun penggunaan bahasa yang kurang di pahami. Untuk itu
saran dan masukan dari para dosen kami harapakan untuk perbaikan-perbaikan
selanjutnya.

Daftar Pustaka
Wahyudin. (2013). Hakikat, Sejarah, dan Filsafat Matematika: Penerbit Mandiri,
Bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer: Jica, Bandung.
Hasibuan,

Nailul.,

2015.,

Aliran-Aliran

Filsafat

Matematika.

http://www.slideshare.net/NailulHimmiJNE/aliranaliran-filsafat-matematika.
Diakses pada 10 September 2015 pukul 21.47.
Hakikat dan Sejarah Matematika

15

Abdurrahman,

Ginanjar.,

2013.,

Filsafat

Pendidikan

Matematika.

http://ginanjarabdurrahman.blogspot.co.id/2013/01/tugas-akhir-makalahfilsafat-pendidikan.html. Diakses pada 10 September 2015 pukul 22.18.

Hakikat dan Sejarah Matematika

16

You might also like