POC M Ts ea aa re
DAN
(SESUAI AASHTO, 1986)
Bagian Perkerasen Lentur Sagian Perkerasan Kaku
Saar i2-Caple pondast bahu jalan
eal 45. Kernirinqan tajur feluclintas
14. Tariak:dasai/-timbunan basa
45; Tarai keras
46, Strukiur-perkerasan
A7-Kemiringas babu jelan
36 Lajuraias
15; Bahu jalan
etkerasan pel 20; Sadarjalan
Sepa 21. Alas jalan
-Li-Kemiringan pemotongar-Untut sslursn-Daftar Isi
Kata Sambutan .
Pengantar Penerbit
Prakata Penulis v
Daftar isi Vii
Daftar gambar xi
Daftar tabel ...... xvi
Daftar simbol ... xviii
Daftar singkatan . xxiii
Daftar istilah . x
Konversi satuan XXX
Bab! Pendahuluan .. 1-24
1.1. Latar belakang ..... 1
1.2. Jenis perkerasan 2
1.2.1. Perkerasan lentur (flexible pavement) .. 4
1.2.2. Perkerasan kaku (rigid pavement) .. ey
1.2.3, Bahu jalan (shoulders) 14
13. Variabel Perancangan . B
Faktor lingkungan . 6
Sistem saluran ... 3B
Kinerja Perkerasan 20
Lalu-lintas .. 22,
1.3.5. Tanah Dasar 22
Bab. II. Tanah Dasar (Subgrade) . 25-56
2.1, Kondisi Tanah Dasar ... B
Jenis Tanah Dasar ..... 29
CBR (California Bearing Ratio) 31
2.4. Modulus Resilien, M, (Elastisitas tanah dasar) 40
2.5. Modulus Reaksi Tanah Dasar, Faktor-k ..... 44
2.6. | Perbaikan Tanah Dasar 46
2.7. Pemadatan Tanah Dasar 53
2.8. Kriteria Keruntuhan Tanah Dasar 55:
Bab III. Lalu-lintas ........ 55-97
3.1. Prosedur Perancangan 57
Ekivalen Beban Roda Tunggal
(Equivalent Single Wheel Load, ESWL) .. 58
vii33:
Faktor Ekivalen beban Sumbu Tunggal
(Equivalent Single Axle Load, EALF) . 63
3.3.1, EALF pada perkerasan lentur ...... 66
3.3.2, EALF pada perkerasan kaku az
3.4. Analisa lalu-lintas ..... 73)
3.4.1, Lalu-lintas Truk Harian Rata rata (LTHR) 1S:
3.4.2, Faktor Truk 76
3.4.3. Faktor Pertumbuhan . 76
3.4.4. Faktor penyebaran arah .. 7
3.4.5. Faktor Lajur Penyebaran .. ae
3.5. Jenis Beban ..... 83
3.5.1. Beban Roda ... 83
3.5.2. Konfigurasi sumbu dan Roda 84
3.5.3. Jumlah lintasan beban Roda . 90
3.6. Penerapan Hukum pangkat empat .. 90
3.7. Load Spektra ... 92
Bab IV, Pengaruh Faktor Lingkungan.. 99-111
4.1. Pengaruh kadar air pada musim hujan . 100
4.2, _ Aksi desakan tanah dasar ke permukaan perkerasan (VR) 105
4.3. Pengaruh Temperatur ........00 108
Bab. V. Kriteria Perancangan Perkerasan ... ss 413-162
5.1. Kinerja Tingkat Pelayanan ..... 113
$2 Kriteria Keruntuhan pada Perkerasan lentur 116
5.3. Kinerja Material untuk Perancangan Konstruksi Perkerasan 123
5.3.1. Modulus resilien efektif untuk tanah dasar (MR) 123
5.3.2. Modulus reaksi efektif tanah dasar (faktor-k) .. 126
5.3.3. Karakteristik material lapis perkerasan .... 126
5.3.4. Modulus belah (rupture) perkerasan beton semen 129
5.3.5. Koefisien lapis perkerasan ........ 133
5.4 Karakteristik Struktur Perkerasan 144
5.4.1. Kondisi saluran 144
5.4.2. Penerus/ Penyalur beban . 153
5.4.3. Kehilangan Daya Dukung 155
5.5. Variabel Penulangan ... 155
5.5.1. Perkerasan Beton Bertulangan dengan sambungan 156
5.5.2. Perkerasan Beton Bertulangan menerus (CRCP) .. 158
Bab. VI. Reliabilitas/ keandalan .... 163-170
6.1. Definisi ... 163
viii6.1.1. Definisi umum ....
6.1.2. Definisi terhadap bagian perancangan perkerasan ...
Bab VII. Perancangan Perkerasan Lentur (Flexible Pavement Design
Umum oie.
Menentukan kebutuhan Indeks Tebal Perkerasan .
Konstruksi Bertahap .... 174
Kembang susut tanah dasar . 182
Penentuan tebal lapis perkerasan . 185
Analisis Perancangan lapis perkerasan .. 188
Contoh Perhitungan ...........0008 190
Kebutuhan Variabel Perancangan 191
Perancangan Pembangunan Tahap Awal .. 197
Penentuan ketebalan masing-masing lapis perkerasan 198
. Penentuan Perancangan pelapisan (Overlay) ..... 199
Bab. VIII. Perancangan Perkerasan kaku (Rigid Pavement Design) ...... 207-272
8.1. Penentuan modulus reaksi tanah dasar efektif (faktor-k) . 207
Penentuan tebal pelat beton ...... 209
Perancangan sambungan untuk perkerasan kaku .. 213
Jenis sambungan .. 213
Geometri sambungan .. 216
Ukuran bahan pengisi sambungan (joint sealent) ... 218
Perancangan penulangan pada perkerasan kaku ... 221
Penulangan perkerasan beton bersambungan 222
Penulangan perkerasan beton menerus ...... 222
. Penulangan arah melintang .. 241
Perkerasan beton prategang 246
. Subbase .... 247
Panjang pelat beton .. 247
Beban prategang 248
Jarak tendon 248
Lelah 249
Perancangan Struktur 249
Contoh Perhitungan 252
. Variabel perancangan .. 252
. Penentuan tahap awal perancangan perkerasan 258
. Perancangan tulangan .... 261
. Perancangan tebal pelapisan . 263
. Ringkasan hasil Perancangan ..... 274Daftar acuan ..
273
LAMPIRAN A (Daftar Tabel EALF, AASHTO, 1986 274-294
LAMPIRAN B (Macam-macan kendaraan berat)..... .. 295-306
LAMPIRAN C (Contoh Perancangan Tebal Perkerasan Jalan) ... .. 307-309
LAMPIRAN D (Bagan Alir Perancangan Tebal Perkerasan Jalan ) ........... 341-344
LAMPIRAN E (Metode perancangan tebal pelapisan (overlay) perkerasan
jenis lentur sesuai AASHTO 1993) .... .. 345-366
LAMPIRAN F (Metode perancangan tebal pelapisan (overlay) perkerasan
jenis kaku sesuai AASHTO 1993) . 367-392
LAMPIRAN G (Panduan Penggunaan Parameter AASHTO yang sesuai
untuk Iklim di Indonesia (Masukan dari Direktorat Bina Teknik
Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum
393-394
Daftar Riwayat Hidup Penulis 395Daftar Gambar
Gambar 1.1.
Gambar 1.2.
Gambar 1.3.
Gambar 1.4,
Gambar 1.5.
Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
Gambar 2.3.
Gambar 2.4.
Gambar 2.4a.
Gambar 2.4b.
Gambar 2.5.
Gambar 2.6.
Gambar 2.7.
Gambar 2.8.
Gambar 2.9.
Gambar 2.10.
Gambar 2.11.
Gambar 2.12.
Potongan melintang jenis konstruksi perkerasan ... 3
Susunan lapis perkerasan lentur
(Flexible pavement) . 5
Hubungan nilai DDT dengan CBR, Re Value, Group
Indek dan Modutus Resilient... 6
Perubahan bentuk pelat beton akibat perbedaan
temperatur siang dan malam hari. 17
Grafik indek pelayanan terhadap akumulasi
jumlah lalu-lintas as
Contoh perancangan standar konstruksi perkerasan
di atas tanah Lunak, (kedalaman tanah
bagus > 10 meter) rawa, sungai 31
Benda uji CBR . 32
R-Value Stabilometer .. 34
Hubungan nilai CBR dengan DCP 37
Cara ploting data CBR dan menentukan nilai CBR .. 39
Cara ploting data CBR dan menentukan nilai CBR . 40
Hubungan tegangan dan regangan yang menunjukkan
Batasan elastisitas bahan .. 42
Regangan yang terjadi akibat beban berulang
(V.H. Huang, 1993) ..... 43
Modulus reaksi tanah dasar (k) .... 44
Hubungan beban, lendutan, dan modulus reaksi
tanah dasar, k 45
Grafik untuk memperkirakan rekasi tanah dasar, k
dengan asumsi letak kedalaman tanah bagus lebih
dari 10 feet di bawah permukaan tanah dasar ......... 48
Grafik modifikasi modulus reaksi tanah dasar untuk
memperkirakan pengaruh kedalaman tanah bagus
terhadap permukaan (kedalaman di dalam 10 feet) ..... 49
Grafik untuk memperkirakan kerusakan relatif
perkerasan beton berdasarkan ketebalan beton dan
lapis pendukungnya 50
Koreksi modulus reaksi tanah dasar efektif atas potensi
kehilangan daya dukung lapis sub-pondasi
(subbase) ...cccee. 51
xiGambar 2.13
Gambar 3.1
Gambar 3.2.
Gambar 3.3.
Gambar 3.4.
Gambar 3.5.
Gambar 3.6.
Gambar 3.7.
Gambar 3.8.
Gambar 4.1
Gambar 4.2.
Gambar 4.3.
Gambar 4.4,
Gambar 4.5.
Gambar 4.6.
Gambar 5.1.
Gambar 5.2.
Gambar 5.3.
Gambar 5.4,
Gambar 5.5.
Gambar 5.6.
Gambar 5.7.
Menentukan kadar air optimum pada
kepadatan maksimum
Sistem pembebanan dan ee een
Grafik lendutan vertikal akibat beban lingkaran
(Foster dan Ahlfin, 1954)...
Lokasi tegangan vertical maksimum atau lendutan
di atas tanah dasar ..
Grafik menentukan ESWL, (Hang H. ice 1968) .
Contoh macam —macam sumbu gandar ...
Layout lintasan kendaraan uji
(AASHO Road Test, 1960) ....
Berat dan distribusi beban kendaraan u,
(AASHO Road Test, 1960)...
Kerusslaniakioat peningkatan nial ESAL.
Hubungan penurunan indek pe venater dap
factor lingkungan .
Perkiraan penurunan indek pelayanan akibat
factor pengembangan ....
Grafik untuk memperkirakan konstanta kecepatan
56
59)
61
64
102
pengembangan 105
Grafik untuk memperkirakan potensi
desakan vertikal ........ 107
Gradasi lapis perkerasan yang tahan,
terhadap deformasi ... 11
Repetisi beban roda kendaraan
(kecenderungan) . See it
Kriteria batas regangan tarik untuk retak eadal
campuran aspal ....... 117
Kriteria batasan keruntuhan subgrade
untuk rutting .. 118
Contoh diagram perancangan perkerasan
(LPA = 150 mm )... 121
Contoh diagram perancangan perkerasan
(LPA = 250 mm ) 122
Contoh diagram perancangan perkerasan
(LPA = 350 mm ) 122
Hubungan modulus resilien efektif dengan
kerusakan relatif, ur .......... 125
Pengujian tegangan belah dengan sistem beban tigatitik.. 129Gambar 5.8.
Gambar 5.9.
Gambar 5.10.
Gambar 5.11.
Gambar 5.12.
Gambar 5.13.
Gambar 5.14,
Gambar 5.15.
Gambar 5.16.
Gambar 5.17.
Gambar 5.18.
Gambar 5.19.
Gambar 6.1.
Gambar 6.2.
Gambar 7.1.
Gambar 7.2.
Gambar 7.3.
Gambar 7.4.
Gambar 7.5.
Gambar 7.6.
Pengujian tegangan belah dengan system
beban titik terpusat 130
Foto of Compression Test 130
Diagram pengujian pemisahan beton.. 131
Grafik untuk menentukan nilai koefisien relative lapis
perkerasan aspal (a,).... pee 135
Grafik hubungan tegangan lapis pondasi dengan
koefisienrélatifnya'(a,) "sone 138
Grafik hubungan tegangan lapis sub- pordas!
dengan koefisien relatifnya (a,) . 141
Grafik hubungan tegangan lapis pondasi (stabilisasi
dgn semen, Cement Treated Base, CTB)
dengan koefisien relatifnya a. 142
Grafik hubungan tegangan lapis pondasi (stabilisasi
dgn aspal, Bitument Treated Base, BTB) dengan
koefisien relatifnya, a, 43
Kondisi susunan tebal lapis perkerasan
dan nilai ITP... es 146
Variasi lendutan | Reon feeds
modulus pondasi agregat ..... 149
Rekomendasi nilaim sebagai fungsi kondisi saluran
dan kecepatan pelepasan air hingga kondisijenuh..... 150
Pengaruh koefisien saluran terhadap pengurangan
atau penambahan tebal pelat beton.. 152
Realibility berdasarkan perancangan jumlah ESAL 167
Hubungan reliability dan biaya penyelenggaraan
perkerasan jalan ...... 170
Grafik penentuan tebal ITP berdasarkan data
rata-rata variabel perancangan yang ada ... 175
Strategi perancangan pelapisan ulang
(AASHTO, 1986) .. 176
Grafik penurunan nila pelayanan (lingkungan) feerhiadat faktor
pengembangan tanah dasar... 179
Perkiraan umur sisa berdasarkan nilai pelayanan dan ITP dan
Tebal pelat beton, D .... 180
Grafik hubungan sisa umur existing dan
factor sisa umur 181
181
xiiiGambar 7.7.
Gambar 7.8.
Gambar 7.9.
Gambar 7.10.
Gambar 7.11.
Gambar 7.12.
Gambar 7.13.
Gambar 7.14.
Gambar 8.1.
Gambar 8.1.
Gambar 8.2.
Gambar 8.3.
Gambar 8.4.
Gambar 8.5.
Gambar 8.6.
Gambar 8.7.
Gambar 8.8.
Gambar 8.9.
Gambar 8.10.
Gambar 8.11.
Gambar 8.12.
Gambar 8.13.
Gambar 8.14.
xiv
Hubungan antara jumlah beban 18-kip ESAL
dengan waktu (thn) ... “eer + BS.
Prosedur untuk menentukan tebal perkerasan enecn
pendekatan analisa komponen lapis perkerasan........_ 189
Hubungan jumlah ESAL dan waktu (tahun) .... 192
Perkiraan nilai modulus resilien efektif tanah dasar....._ 196
Ploting penurunan nilai pelayanan (lingkungan) terhadap faktor
pengembangan tanah dasar ... 202
Ploting data perkiraan umur sisa berdasarkan nilai
pelayanan dan ITP dan Tebal pelat beton, D . 204
Ploting hubungan sisa umur existing dan
factor sisa umur_ .. 205
Ploting perkiraan nilai faktor kondisi perkerasan. 205
Grafik diagram penentuan tebal perkerasan kaku
(beton) dengan data masukan masing-masing
variabel rata-rata yang ada (segmen 1) 211
Grafik diagram penentuan tebal perkerasan kaku ‘(beton)
dengan data masukan masing-masing variabel
rata-rata yang ada (segmen 2) . 212
Sambungan konstruksi.. 214
Sambungan Kontraksi (pengendalian retak) 215,
Sambungan Pemuaian / pemisah / pemuaian 215
Sambungan menyudut ... 218
Grafik perancangan tulangan pada perkerasan kaku jenis
sambungan bertulangan ...... 224
Beet CnUk mempetrabal eeanern
tarik beban roda.. 226
Prosen penulangan sarah memanjang untuk memenuhi jarak
retak yang tepat ... sa 230
Minimum prosentase penulangan arah memanjang untuk
memenuhi kriteria lebar retak .. hh
Minimum prosentase penulangan arah memanjang untuk
memenuhi kriteria tegangan baja .... Yo) alee
Kontrol balik jarak retak terhadap luas yang tersedia.. 237
Kontrol balik lebar retak terhadap luas yang tersedia.. 238
Kontrol balik tegangan baja yang terjadi terhadap
luas yang tersedia . 239
Rekomendasi jarak maksimum tie-bar, diamater % inch, baja
grade 40 dan faktor gesek tanah dasar = 1.5 ..... 244Gambar 8.15.
Gambar 8.16.
Gambar 8.17.
Gambar 8.18.
Gambar 8.19.
Gambar 8.19a.
Gambar 8.20,
Rekomendasi jarak maksimum tie-bar, diamater 58 inch,
baja Grade 40 dan faktor gesek tanah dasar=1.5....... 245
Ploting kurva pengurangan nilai pelayanan akibat faktor
pengembangan tanah dasar . 256
Plot. Jumlah 18-kip ESAL terhadap waktu (tahun)
dengan kondisi yang dipilih 264
Tampak 3 lajur yang menunjukkan posisi sambungan
arah memanjang yang berkaitan dengan jarak
terdekat ke bagian tepi perkerasan.
Ploting perancangan tebal overlay ..
Ploting perancangan tebal overlay ...... 270
Hasil perancangan perkerasan beton
tulangan bersambungan .... 272
xvDaftar Konversi satuan
Linch (in) = 2.54 centimeter (cm)
1 foot (ft) = 12 inch = 30.48 cm
1 pound (Ibs) = 0.4538 kg ; 1 kg = 2.2036 Ibs
1 pef = 16.0258 kg/m?
1 pci = 0.0277 kg/cm*
1kip = 1000 pounds ; 2 kip = 2000 Ibs = 1 tonne (English)
1 psi = 0.07 kg/cm?
1N = 0.102 kg
1kg =9,81N
1 ton (metric) = 1.1018 tonne (English)
1 tonne (English) = 0.9076 ton (Metric)
8.16 ton (Metric)‘ = 9,0 tonne (English)
1Lkg/em2 = 14,2168 psi =98.1kpa
1 psi = 0.0703 kg/cm? = 6.90 kpa
1kpa = LKilo Pascal=1 kN/m?= 1000N/m?=0.1019ton/m?
= 0.0102 kg/ cr’
1 tsf = 1 tonne (English) per square feet
907.6 kg (Metric)
aaa = 0.977 kg/cm?
(30.48)? cm?
1 mile (darat) = 1609.34 m = 5280ft = 1760 yards = 1 statute mile
1 mile (laut & udara) = 1 nautical mile =1852 m =6076 ft=1.15 statute mile
1 knot = 1 nautical mile per hour
1 yard = 0.9144 m = 3 feet = 3 ft
dacre = 4074 m? = 0,405 hm? = 0.405 ha
1 sq. mile = 1 mile? = 2.59 km? (khusus untuk di darat)
XXXdeka
hecto
kilo
mega
giga
tera
deci
centi
milli
micro
nano
pico
femto
atto
=x 10 (da)
=x 10°(h)
=x 10°(k)
=x 10°(M)
=x 10°(G)
=x 10%(T)
=x 10“(d)
=x 10%(c)
=x 10%(m)
x 10°)
=x 10%n)
=x 10"(p)
=x 10% (f)
=x 10%(a)
"
XxxiBAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Perubahan secara bertahap terhadap perancangan tebal perkerasan
jalan, baik jenis lentur maupun jenis kaku belum sepenuhnya diketahui
oleh sebagian para pelaksana di lapangan, mungkin sebagian perencana
juga. Sebagai contoh, bahwa buku perancangan AASTHO,1972 (interim
guide) masih menggunakan skala daya dukung tanah (soil support)
sebagai salah satu data input untuk menentukan ITP, sedangkan pada
AASHTO 1986, sudah berganti dengan Modulus Resilien (M,). Oleh
karenanya, buku ini diharapkan dapat digunakan sebagai penyegaran,
atau warna bagi para perencana, dan pelaksana di lapangan, juga bagi
mahasiswa. Dan yang lebih penting lagi, bahwa buku ini diharapkan
akan dapat menjadi inspirasi bagi pemerhati jalan, untuk selalu
berinovasi tentang perancangan perkerasan jalan, sesuai perubahan
kondisi pada masing-masing daerah, sehingga didapatkan sistem
perancangan yang tepat dan akurat.
Sebenarnya di Indonesia dengan berbagai macam kondisi tanah dasar,
sumber daya manusia, dan faktor-faktor lainnya yang cukup potensial
untuk dikembangkan, sehingga proses perancangan dapat sesuai dengan
kondisi lapangan atau mendekati. Namun hal ini cukup sulit
dilaksanakan, karena beberapa keterbatasan, baik sumber dana maupun
penerapannya. Padahal sesungguhnya kondisi lapangan sangat
membutuhkan adanya penyesuaian variabel-variabel yang belum
terakomodasi pada perancangan. Sebagai gambaran bahwa dengan
perkembangan sistim angkutan barang (jumlah berat beban dan
konfigurasi sumbu), sementara sistem perancangan masih mengacu
berat dan sistem sumbu lama, sehingga masih ditemukan beberapa
perkerasan jalan yang tidak awet, bahkan agak jauh dari usia perkerasan
jalan yang direncanakan. Hal inilah yang menjadi pokok pemikiran sistem
perancangan ke depan.
Beban berlebih, adalah salah satu faktor penyebab utama kerusakan
perkerasan jalan, juga jumlah lintasan beban berat (truk bermuatan)
yang tidak terdeteksi secara tepat dalam perhitungan lalu-lintas, yang
PINARDI KOESTALAM & SUTOYO |1.PERANCANGAN TEBAL PERKERASAN JENISLENTUR (FLEXIBLE PAVEMENT) DAN JENIS KAKU (RIGID PAVEMENT)
mana hal tersebut merupakan salah satu data masukan utama pada
sistem perancangan. Sehingga yang terjadi di lapangan agak berbeda
dengan yang direncanakan. Oleh karena itu, dalam buku ini akan
diuraikan agak lebih detail, knususnya penyertaan prosentase jumlah
truk dalam proses analisis perhitungan lalu-lintas. Faktor dasar
pembentuk lapisan perkerasan, mulai dari lapis sub-pondasi (subbase),
lapis pondasi agregat (base), sampai pada lapis permukaan (surface),
juga menjadi materi bahasan dalam buku ini. Pada umumnya mulai dari
pemilihan jenis material, komposisi susunan material sampai pada pola
pemadatan di lapangan, dimana hal ini sangat berpengaruh terhadap
kinerja perkerasan secara menyeluruh.
Dalam buku perancangan ini sebagian besar disadur dari AASHTO,
1986, termasuk beberapa contoh perhitungannya. Beberapa
pengalaman di lapangan yang dilaksanakan dalam berbagai jenis
kegiatan (proyek), mulai dari pemeliharaan berkala pada ruas jalan propinsi,
dengan beban kendaraan sedang, sampai kepada kegiatan pembangunan
di atas tanah lunak (dengan kondisi tanah baik lebih dari 12 meter dari
permukaan tanah dasar), dengan beban lalu-lintas sangat tinggi.
Dalam buku ini dilengkapi beberapa contoh perhitungan dan gambar,
dalam upaya memperjelas uraian tentang komponen atau variabel
perancangan perkerasan jalan yang mungkin dibutuhkan para pemakai
buku ini. Perlu diperhatikan oleh pengguna buku ini bahwa ada kaitan
yang erat antara bab satu sampai bab delapan, sehingga ada beberapa
variabel, gambar, atau tabel yang digunakan oleh lebih dari satu bab. Hal
ini diharapkan semakin lebih mudah dipahami oleh pembaca.
1.2. Jenis Perkerasan
Pada prinsipnya ada dua jenis perkerasan jalan, masing-masing memiliki
kelebihan dan kelemahan atau kekurangannya, yaitu perkerasan lentur
(flexible pavement) dan perkerasan kaku (rigid pavement). Perkerasan
lentur memiliki tingkat kenyamanan (ridding comfort) yang relatif bagus
dibanding dengan perkerasan kaku. Sedangkan perkerasan kaku lebih
awet dan sedikit sekali, bahkan tidak memerlukan biaya perawatan
2 | PINARDI KOESTALAM & SUTOYO.BAB. I- PENDAHULUAN
selama periode pelayanan. Perkerasan kaku lebih tahan terhadap
serangan air, sementara perkerasan lentur sangat rawan terhadap
serangan air, terutama pada daerah dimana muka air tanah cukup tinggi,
sehingga perkerasan lentur akan mengalami perlemahan cukup
significan. Gambar 1.1 menunjukkan potongan melintang perkerasan
secara utuh untuk kedua jenis perkerasan tersebut.
(986T‘OLHSWv) uesesaysad 1synsasuoy s}uaf BuequIjauI UeZUO}Og
uepel sey 1z
upjel uepeg “oz
uejefnyeg 61
sewiEniel infey “4
vere nueq uebu wey “21
Ueseexued npnis ob
seuey YEUEL SL
281g ubUNquA ese Yeu, “pL
Se}UIN Ie] snfe; UeBUUIWEY ‘EL
uueref nyeq sepuod side ‘21
yey ueselayeg UEbeg
ones wnueney pias
“TT 4eques
Leinjes ymiUn URBUGOWad UBLLMEy “|,
uesnpes ueBuNUey “OL
uojeq yejed UEsEIayeg
ueeynuued sideq
yeBaiBe 1sepuog side
sepuod-qng sideq
upp nyeq veesUag
veylid ueunquin jeLareW,
In6Bve | Bue wed
Ise eur) UeeynWIEg
eung ui, ueBuNLoy
Imus] uesesoyseg uabog
loyag wowaned oeeis
PINARDI KOESTALAM & SUTOYO |3PERANCANGAN TEBAL PERKERASAN JENISLENTUR (FLEXIBLE PAVEMENT) DAN JENIS KAKU (RIGID PAVEMENT)
Dalam hal perhitungan lalu-lintas, terdapat perbedaan faktor ekivalen
beban sumbu tunggal antara perkerasan jalan lentur dengan perkerasan
kaku, meskipun relatif kecil. Oleh karenanya beberapa contoh faktor
ekivalen beban sumbu tunggal, sumbu rangkap dua dan rangkap tiga
akan ditampilkan dalam lampiran buku ini.
Variabel material tanah dasar (subgrade) untuk perkerasan jenis lentur
menggunakan modulus resilien, M,, sedangkan untuk perkerasan jenis
kaku menggunakan reaksi tanah dasar (subgrade reaction atau faktor
“«”), dan ada korelasi antara modulus resilien dengan factor-k dalam
pemasukan data perancangan. Beberapa tabel dan grafik pada bab Il,
tanah dasar, mencantumkan korelasi antara beberapa faktor tanah dasar,
baik untuk perkerasan lentur maupun perkerasan kaku, sebagai data
masukan perancangan.
1.2.1. Perkerasan Lentur (Flexible pavement)
Perkerasan jenis lentur adalah susunan lapis perkerasan mulai dari tanah
dasar (subgrade), lapis sub-pondasi agregat (subbase), lapis pondasi
agregat dengan atau tanpa bahan pengikat atau perkuatan (base), dan
lapis permukaan (surface course) yang pada umumnya adalah campuran
agregat dan aspal. (Gambar 1.2. Susunan lapis perkerasan jenis lentur,
Flexible pavement), (SN| 03-1732-1989 dan SNI 03-6388-2000).
Yang termasuk lapis agregat berbutir tanpa bahan pengikat antara lain
- Urugan pilih (selected material) atau sub-pondasi dengan CBR
6-30%,
- Lapis pondasi klas B dengan CBR 35-60%
- Lapis pondasi klas A dengan CBR 80-100%.
Sedangkan lapis agregat berbutir dengan bahan pengikat antara lain :
- Lapis sub-pondasi agregat dengan semen, (Cement Treated
Subbase, CTSB)
- Lapis pondasi agregat dengan semen, (Cement Treaded Base, CTB)
- Lapis pondasi agregat dengan aspal, (Bitument Treated Base, BTB)
4 | PINARDI KOESTALAM & SUTOYOBAB. |-PENDAHULUAN
Lapis penutup
Perekat (Tack coat)
Lapis antaral pengikat
Perekat (Tack coat)
Lapis pondasi
Pengikat ( Prime coat)
Lapis permukaan
Lapis pondasi agregat
(agg.klas A, CTB dan BTB)
Lapis sub-pondasi (agg.klas B,
CTSB)
Tanah dasar (tanah asil atau
tanah timbunan)
Gambar 1.2. Susunan lapis perkerasan lentur (Flexible pavement)
Tanah dasar (subgrade)
Tanah dasar adalah tanah asli, atau tanah timbunan biasa sebagai lapis
paling bawah dari susunan lapis perkerasan. Pada umumnya tanah dasar
memiliki nilai CBR 2%-6% saja. Pada tanah dasar yang selalu terendam
air (CBR <2%), antara lain tanah rawa, atau tanah gambut, perlu ada
perbaikan lebih dahulu, bisa dikupas atau ditambah dengan bahan kimia,
semen atau kapur sesuai porsi yang disyaratkan, cerucuk (dolken) atau
bahkan dengan aspal jenis tertentu. Teknologi masa kini yang lebih efektif
dan efesien dengan menggunakan geo-sintetic, kolom-kolom pasir, dan
teknologi lainnya yang berfungsi untuk meningkatkan nilai daya dukung.
Perancangan yang mengacu pada AASHO, 1972, (Interim-Guide), terdapat
variabel daya dukung tanah (soil support) DDT, yang diperoleh dengan
mengkorelasikan antara nilai CBR dan R-Value dengan skala tertentu
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.3. (Korelasi nilai CBR, R-Value
dan DDT). Namun sekarang sudah digunakan modulus resilien atau
modulus elastisitas dari bahan (material) yang terpasang. Oleh karena
itu, pada bab II Tanah dasar akan dibahas agak detail, termasuk
bagaimana cara memperolehnya, dan korelasi antara masing-masing
PINARDI KOESTALAM & SUTOYO [5PERANCANGAN TEBAL PERKERASAN JENIS LENTUR (FLEXIBLE PAVEMENT) DANJENIS KAKU (RIGID PAVEMENT)
variabel yang dibutuhkan dalam perancangan perkerasan, baik jenis
lentur maupun jenis kaku.
4
BEN crs
5 3
6 *
R Value (Washington)
‘
Gambar 1.3. Hubungan nilai DDT dengan CBR, R-Value, Group Indek dan Modulus
Resilien (Van Til, C.J. dkk, Evaluation of AASHO, Interim Guide, NCHRP
Report 128, HRB, 1972)
6 | PINARDI KOESTALAM & SUTOYO