You are on page 1of 17

BAB I

LAPORAN KASUS PANJANG


1. IDENTITAS
1.1. Identitas Penderita
Nama penderita
Umur
Jenis kelamin
No. CM
Bangsal
Tanggal Masuk
Tanggal keluar
Alamat
1.2.

: An.
: 11 Tahun
: Laki-laki
: 479924
: Dahlia / III5
: 2/09/15
: 5/09/15
: Turunrejo 01/02 Brangsong Kendal

Identitas Orang Tua Penderita

Nama Ayah
Umur
Pekerjaan
Agama
Alamat
Nama Ibu
Umur
Pekerjaan
Agama
Alamat

: Tn. M
: 39 tahun
: Tani
: Islam
: Turunrejo 01/02 Brangsong Kendal
: Ny. S
: 35 tahun
: Ibu rumah tangga
: Islam
: Turunrejo 01/02 Brangsong Kendal

2. DATA DASAR
2. 1.

Anamnesis ( Alloanamnesis )
Autoanamnesis dan aloanamnesis dengan pasien dan ibu pasien dilakukan

pada tanggal 3 September 2015 pukul 13.15 WIB di ruang Dahlia dan didukung
dengan catatan medis.
Keluhan utama : Nafas sesak.
2.2.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke IGD RSUD dr. H soewondo Kendal tanggal 2 September
2015 pukul : 13 30 dengan keluhan sesak napas. Tiga hari SMRS, pasien memiliki
banyak aktivitas fisik di luar rumah. Pasien memiliki aktivitas bermain lebih dari
biasanya.

Satu hari SMRS Pasien juga mengeluhkan tidak enak badan sejak semalam.
Pasien juga mengalami batuk berdahak. Ketika dahak dikeluarkan berwarna
kuning.
Hari ketika pasien masuk rumah sakit, pasien mengalami sesak secara tiba
tiba setelah pasien berlatih taekwondo. Sesak bertambah ketika pasien kelelahan
dan pada malam hari. Pasien juga mengalami muntah demam, dengan muntahan
berupa lendir. Ibu pasien telah memberikan minyak angin pada badan pasien, serta
kaki dan tangan tetapi tidak ada perubahan.
Sehari setelah masuk rumah sakit pasien masih merasa agak sesak. Pasien
sudah merasa tidak demam lagi, akan tetapi pasien masih mengeluhkan batukbatuknya.
Saat ini pasien tidak ada riwayat berak encer. Riwayat nyeri kencing tidak ada
dan riwayat kencing darah tidak ada. Pasien belum BAB sejak 1 hari lalu, tetapi
tidak ada keluhan diare encer. Riwayat kejang tidak ada, riwayat batuk lama dan
dahak dengan darah disangkal.
2.3.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Sebelumnya pasien mengakui pernah menderita penyakit serupa sekitar 8
tahun yang lalu dan terus berlanjut hingga pasien berusia 10 tahun. Keluhan
serupa terjadi hilang timbul. Keluhan dapat terjadi 2 kali dalam setahun. Riwayat
batuk pilek diakui penderita. Pasien mengaku bila setelah bepergian ke tempat
yang dingin, sesak akan kambuh. Sesak yang dirasakan pasien juga timbul ketika
kelelahan atau minum es.

2.4.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada keluarga yang mengalami hal seperti ini.

2.5.

Riwayat Sosial ekonomi :


Pasien adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Pasien tinggal bersama bapak
dan ibu. Pembayaran ditanggung dengan jamkesmas.
Kesan Sosial Ekonomi : kurang.

2.6.

Riwayat Persalinan dan Kehamilan :


Anak ketiga dari ibu G2P2A0 hamil aterm, riwayat ketuban pecah dini
disangkal, riwayat perdarahan pervaginam disangkal,

lahir secara spontan

ditolong oleh bidan, anak lahir langsung menangis, berat badan lahir 2970 gram,
panjang badan 50 cm.
2.7.

Riwayat Pemeliharaan Prenatal :


Ibu pasien periksa kandungan secara teratur ke bidan terdekat. Mulai saat
mengetahui kehamilan hingga usia kehamilan 8 bulan pemeriksaan dilakukan
1x / bulan. Riwayat perdarahan saat hamil disangkal. Riwayat trauma saat hamil
disangkal. Riwayat minum obat tanpa resep dokter ataupun minum jamu
disangkal. Obat obat yang diminum selama kehamilan adalah vitamin dan
tablet tambah darah.

2.8.

Riwayat Pemeliharaan Postnatal :


Pemeliharaan postnatal dilakukan di bidan dan anak dalam keadaan sehat

2.9.

Riwayat Imunisasi :
BCG

: 1x umur 1 bulan

DPT

: 3 x ( 2,4,6) bulan

Polio

: 5 x (0,2,4,6,18) bulan

Hepatitis B

: 3x umur (0,1,5) bulan

Campak

: 2x umur 9 bulan dan 6 tahun

DT

: 1x umur 6 tahun

TT

: 2x umur 7 dan 8 tahun

Kesan : Imunisasi dasar lengkap tepat bulan


2.10.

BMI
Usia

: 12 tahun

Berat badan

: 36,5 kg

Tinggi badan : 145 cm

: BB/TB2

BMI

: 36.5/(1,45x1,45)
: 17,36
Kesan : normoweight
WAZ

=0,31(normal)
( BBU )=36,5 39,6
10,0

HAZ

=0,61( normal)
( TBU )=145 149,7
7,60

WHZ

36,9
=36,5
=0,5(normal)
( BB
)
TB
0,8
Kesan: gizi baik, perawakan normal
2.11. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak
Pertumbuhan :
Berat badan lahir 2700 gram , panjang badan lahir 50 cm, berat badan
sekarang 36,5 kg, panjang badan sekarang 145 cm.
Perkembangan :
o 3 bulan

: tertawa

o 4 bulan

: tengkurap dan miring

o 7 bulan

: duduk dengan dibantu

o 9 bulan

: merangkak

o 1 tahun

: berdiri dan berjalan, bicara dalam kata-kata pendek

o 18-24 bulan

: menyusun 2 kata, bersosialisasi, belajar makan

minum sendiri
o 2-3 tahun

: belajar meloncat, memanjat, dan menyusun kalimat.

o 4 tahun

: masuk tk.

o 6 tahun

: masuk SD.

o 12 tahun

: masuk SMP.

Pasien tidak pernah tinggal kelas dan dapat menerima pelajaran dengan
baik.
Kesan : Pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan umurnya.

3. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 3 September 2015 jam 13.150 WIB di bangsal Dahlia / Kelas III RSUD Dr.
H. Soewondo Kendal.
Status Present
Jenis Kelamin
Usia
Berat Badan
Tinggi Badan

: Laki-laki
: 12 tahun
: 36,5 kg
: 145 cm

Tanda Vital
Nadi

: 96 x / menit, irama regular, isi cukup, equalitas sama pada

Tekanan Darah
Suhu
Frekuensi Nafas

keempat ekstremitas.
: 110/80 mmHg
: 36,1 C (aksila)
: 24 x / menit

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran
Kepala
Rambut
Mata

: Lemah, tampak sakit.


: Kompos Mentis
: Mesocephal
: Hitam, tidak mudah dicabut.
: Palpebra simetris, cekung (-/-), konjungtiva anemis
(-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor 3mm,
reflek cahaya pupil (N). Mata cowong (-), air mata (-), edema

palpebra (+).
Telinga
: Serumen (-/-), tidak nyeri, tidak bengkak.
Hidung
: Simetris, sekret (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
Mulut
: Lidah kotor (-), tonsil bengkak (-), bibir kering
(-), sianosis (-), caries (-), gusi tidak mengalami perdarahan
Leher
: Simetris, pembesaran kelenjar (-/-)
Tenggorokan
: Tonsil hiperemis (-), faring hiperemis (-)
Thorax
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Simetris, dalam keadaan statis dan dinamis, ada retraksi.


: Stem fremitus kanan dan kiri sama.
: Sonor seluruh lapangan paru
: Suara dasar : vesikuler

Suara tambahan : wheezing (+/+), ronkhi (+/+)

Jantung
Inspeksi
Palpasi

: Iktus kordis tidak tampak


: Iktus kordis teraba di sela iga ke V, linea midclavicularis
sinistra, tidak kuat angkat, tidak melebar.
: Redup
Batas atas : ICS II linea parasternalis kiri
Pinggang
: ICS III linea parasternalis kiri
Batas kiri
: ICS V linea midclavicularis kiri
Batas kanan : ICS IV linea sternalis kanan

Perkusi

Auskultasi

: Reguler, Suara jantung murni, gallop (-), bising (-)

Abdomen

Inspeksi
Palpasi

: Datar
: Nyeri tekan (-) , turgor normal, massa (-), hepar dan lien tidak

Perkusi
Auskultasi

teraba.
: Pekak, pekak sisi (-), pekak alih (-)
: Peristaltic (+) normal

Genitalia

Ekstremitas

: laki-laki, normal

Pemeriksaan
Akral dingin
Reflek fisiologis
Reflek patologis
Sianosis
Oedem
Capillary refill

Superior
-/+/+ N
-/-/-/<2

4. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG


Darah Rutin (tanggal 02/09/15)
Hb
: 13,0 gr/dl
Leukosit
: 12,0 / L
Trombosit
: 246.000 / L
Ht
: 39,5
Kimia klinik (tanggal 02/09/15)
Natrium
: 141,1 mmol/dl

Inferior
-/+/+ N
-/-/-/<2

Kalium
Calcium

: 4,48 mmol/dl
: 1,12 mg/dl

Serologi (tanggal 02/09/15)


Widal
:
o S. Typhi O
: 1/160
o S. Typhi H
: 1/160
o S. Paratyphi A H : Negatif

Foto rontgen (tanggal 03/09/15)

Cor
o
o
Pulmo
o
o
Kesan
o

: CTR < 50%


Bentuk dan letak normal
Retrocardiac dan retrosternal space tidak menyempit
: Corakan vaskular tampak meningkat
Tak tampak bercak pada kedua lapang paru
Tak tampak penebalan hillus
: cor tak tampak membesar
Gambaran bronchitis

5. DIAGNOSIS BANDING
o Asma bronchiale
o TB paru
o Bronkitis
o Bronkopneumoni
o GER
6. DIAGNOSIS SEMENTARA
Asma bronchiale

7. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
o Menghindari faktor pencetus
o Fisioterapi dada
Medikamentosa
o O2 2L/m,
o Inf. 2A 15tpm,
o Inj.Cefotaxim 3x1 g IV,
o dexamethason 3 x 5 mg
o p.o pct 250 (k/p)
o nebulizer ventolin 2x1 amp,
8. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium darah
Pemeriksaan spirometri
X-foto thorak PA
Px sputum

9. PROGNOSIS
Qua ad vitam
Qua ad sanam
Qua ad fungsional

= ad bonam
= ad bonam
= ad bonam

10. PERJALANAN PENYAKIT

Keluhan

Hari ke 1
Hari ke 2
Hari ke 3
Hari ke 4
(26/05/12)
(27/05/12)
(28/05/12)
(29/05/12)
Panas (+), sesak (+), Panas (-), sesak (+), Panas (-), sesak (-), Panas (-), sesak (-)
batuk (+), dahak (+), batuk (+), dahak (+), batuk (+), dahak (+), batuk (+), dahak (+),
pilek (+), ma/mi (+/ pilek(+), ma/mi (+/ pilek (+), ma/mi (+/ pilek (+), ma/mi (+/
+),

KU
Vital
sign
Px.Fisik

BAK (-) BAB +), BAK (-) BAB (-)

(-)
Sadar,lemah,

+), BAK (+) BAB +), BAK (+) BAB

(-)
(-)
status Sadar, lemah, status Sadar, aktif, status Sadar, aktif, status

gizi baik
HR = 100 x/mnt
RR = 28 x/mnt
T = 37,3 C

gizi baik
HR = 108 x/mnt
RR = 23 x/mnt
t = 36,1 C

Kepala : Mesocephal
Mata : CA (-/-), SI

Kepala mesocephal
Mata : CA (-/-), SI

(-/-)
Hidung : sekret (+/

(-/-)
Hidung : sekret (+/

gizi baik
HR = 92 x/mnt
RR = 24 x/mnt
t = 36,3 C

gizi baik
HR = 110 x/mnt
RR = 25 x/mnt

Kepala : mesocephal

t = 36,5 C
Kepala : mesocephal

Mata

Mata : CA (-/-), SI

: CA (-/-), SI

(-/-)

(-/-)

Hidung : sekret (+/

Hidung : sekret (+/

+), NCH (-/-)


Telinga : serumen

+), NCH (-/-)


Telinga : serumen

(-/-), bengkak (-/-),

(-/-), bengkak (-/-),

nyeri (-/-)
Mulut : sianosis (-),

nyeri (-/-)
Mulut : sianosis (-),

Leher

Leher

: simetris,

: simetris,

pembesaran kel.

pembesaran

limfe (-)
Thorax
Pulmo :

kel.limfe (-)
Thorax
Pulmo :

vesiculer, R

vesiculer, R

(+/+), W (+/

(+/+), W (+/

+)
Cor

+)
Cor

reguler,

bising (-)
Abd :

bising (-)
Abd :

datar, supel,

datar, supel,

peristaltik (+)

peristaltik (+)

normal, nyeri

normal, nyeri

tekan (-)
Ekst :

tekan (-)
Ekst
:

akral dingin

akral dingin

(-), nadi
kaki (+)

(-), nadi kaki


kuat (+)

kuat.
Assesem Asma Bronchiale
ent

+), NCH (-/-)

Telinga : serumen

Telinga : serumen

(-/-), bengkak (-/-),

(-/-), bengkak (-/-),

nyeri (-/-)

nyeri (-/-)

Mulut : sianosis (-),

Mulut : sianosis (-),

Leher

Leher

Asma Bronchiale

: simetris,

: simetris,

pembesaran kel.

pembesaran kel.

limfe (-)

limfe (-)

Thorax

Thorax

reguler,

+), NCH (-/-)

Pulmo :

vesiculer, R

vesiculer, R

(+/+), W (+/

(-/-), W (-/-)
Cor
:

+)
Cor

reguler,

reguler,

bising (-)
Abd :

bising (-)
Abd : datar,
supel,

datar, supel,

peristaltik (+)

peristaltik (+)

normal, nyeri

normal, nyeri

Pulmo :

tekan (-)
Ekst
:
akral dingin

(-), nadi
kaki kuat (+).
Asma Bronchiale

tekan (-)
Ekst :
akral dingin
(-), nadi kaki
kuat. (+)

Asma Bronchiale

Terapi

O2 2L/m,

Inf.RL 16 tpm,

Inj.
Cefotaxim

O2 2L/m,
Inf. 2A 15tpm,
Inj.Cefotaxim

3x750 mg IV,
dexa 3 x 1 mg
p.o pct 250 (k/p)

3x1 g IV,
dexa 3 x 5 mg

ranitidin 3 x

3x500 mg IV,
dexa 3 x 5 mg

ranitidin 3 x

3x500 mg IV,
dexa 3 x 5 mg
ranitidin 3 x

amp
p.o pct 250 (k/p)
nebulizer
ventolin

amp
p.o pamol 250

amp
p.o pamol 250

2x1 amp,
flexolide 2 x 1
amp,

O2 2L/m,
Inf. 2A 15tpm,
Inj.Cefotaxim

(k/p)
nebulizer

O2 2L/m,
Inf. 2A 15tpm,
Inj.Cefotaxim

(k/p)
ventolin nebulizer

ventolin

2x1 amp,
2x1 amp,
flexolide 2 x 1 amp flexolide 2 x 1
+ NACL 0,9 cc

amp + NACL 0,9


cc

Prognosi Quo ad vitam : ad

Quo ad vitam : ad

Quo ad vitam : ad

Quo ad vitam : ad

bonam
Quo ad sanam: ad

bonam
Quo ad sanam: ad

bonam
Quo ad sanam: ad

bonam

bonam
Quo ad fungsional :

bonam
Quo ad fungsional :

bonam
Quo ad fungsional :

ad bonam

ad bonam

ad bonam

Quo ad sanam: ad
bonam
Quo ad fungsional :
ad bonam

BAB II
PEMBAHASAN

ASMA BRONCHIALE

Definisi
Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) menggunakan batasan operasional asma yaitu
mengi berulang dan/atau batuk persisten dengan karakteristik sebagai berikut: timbul secara
episodik, cenderung pada malam hari/dini hari (nokturnal), musiman, adanya faktor pencetus
diantaranya aktivitas fisik, dan bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan
pengobatan, serta adanya riwayat asma atau atopi lain pada pasien/keluarganya.

Epidemiologi
Prevalensi total asma di dunia diperkirakan 7,2% (6% pada dewasa dan 10% pada
anak). Prevalensi pada anak menderita asma meningkat 8-10 kali di negara berkembang
dibanding negara maju. Prevalensi tersebut sangat bervariasi. Di Indonesia, prevalensi asma
pada anak berusia 6-7 tahun sebesar 3% dan untuk usia 13-14 tahun sebesar 5,2%.

Patofisiologi
Inflamasi saluran napas yang ditemukan pada pasien asma diyakini merupakan hal
yang mendasari gangguan fungsi. Respon terhadap inflamasi pada mukosa saluran napas
pasien asma ini menyebabkan hiperreaktifitas bronkus yang merupakan tanda utama asma.
Pada saat terjadi hiperreaktivitas saluran napas sejumlah pemicu dapat memulai gejala asma.
Pemicu ini meliputi respon hipersensitivitas tipe 1 (dimediasi IgE) terhadap alergen debu
rumah dan serbuk sari yang tersensitisasi, iritan seperti udara dingin, polutan atau asap rokok,
infeksi virus, dan aktivitas fisik/olahraga. Hiperreaktivitas saluran napas akan menyebabkan
obstruksi saluran napas menyebabkan hambatan aliran udara yang dapat kembali secara
spontan atau setelah pengobatan. Proses patologis utama yang mendukung obstruksi saluran
napas adalah edema mukosa, kontraksi otot polos dan produksi mukus. Obstruksi terjadi
selama ekspirasi ketika saluran napas mengalami volume penutupan dan menyebabkan gas di
saluran napas terperangkap. Bahkan, pada asma yang berat dapat mengurangi aliran udara
selama inspirasi. Sejumlah karakteristik anatomi dan fisiologi memberi kecenderungan bayi
dan anak kecil terhadap peningkatan risiko obstruksi saluran napas antara lain ukuran saluran
napas yang lebih kecil, recoil elastic paru yang lebih lemah, kurangnya bantuan otot polos
saluran napas kecil, hiperplasia kelenjar mukosa relatif.

Manifestasi Klinis dan Diagnosis


Batuk berulang dan mengi adalah gejala utama asma pada anak. Pada anak yang lebih
besar dan dewasa, gejala juga dapat berupa sesak napas dada terasa berat gejala biasanya
akan memburuk pada malam hari yang dipicu dengan infeksi pernapasan dan inhalasi
alergen. Gejala lainnya dapat tersembunyi dan tidak spesifik seperti keterbatasan aktivitas
dan cepat lelah. Riwayat penggunaan bronkodilator dan atopi pada pasien atau keluarganya
dapat menunjang penegakan diagnosis.
GINA, konsensus Internasional dan PNAA menekankan diagnosis asma didahului
batuk dan atau mengi. Gejala awal tersebut ditelusuri dengan algoritme kemungkinan
diagnosis asma. Pada algoritme tampak bahwa batuk dan/atau mengi yang berulang
(episodik), nokturnal, musiman, setelah melakukan aktivitas, dan adanya riwayat atopi pada
penderita maupun keluarganya merupakan gejala atau tanda yang patut diduga suatu asma.

Sehubungan dengan kesulitan mendiagnosis asma pada anak kecil, khususnya anak di
bawah 3 tahun, respons yang baik terhadap obat bronkodilator dan steroid sistemik (5 hari)
dan dengan penyingkiran penyakit lain diagnosis asma menjadi lebih definitif. Untuk anak
yang sudah besar (>6 tahun) pemeriksaan faal paru sebaiknya dilakukan. Uji fungsi paru yang
sederhana dengan peak flow meter, atau yang lebih lengkap dengan spirometer. Uji provokasi
bronkus dengan histamin, metakolin, latihan (exercise), udara kering dan dingin atau dengan
NaCl hipertonis, sangat menunjang diagnosis.

Klasifikasi
Klasifkasi asma sangat diperlukan karena berhubungan dengan tatalaksana lanjutan
(jangka panjang). GINA membagi asma berdasarkan gejala dan tanda klinis, uji fungsi paru,
dan pemeriksaan laboratorium.menjadi 4 klasifikasi yaitu asma intermiten, asma persisten,
ringan, asma persisten sedang, dan asma persisten berat.

Selain pembagian berdasarkan GINA, PNAA membagi asma menjadi 3 yaitu asma
episodik jarang, asma episodik sering dan asma persisten. Berikut ini tabel klasifikasi asma
berdasarkan PNAA:

Penatalaksanaan
Tatalaksana serangan asma dilakukan dengan tujuan untuk meredakan penyempitan
jalan nafas secepat mungkin, mengurangi hipoksemia, mengembalikan fungsi paru ke
keadaan normal secepatnya, dan merenacanakan tatalaksana mencegah kekambuhan.

Tatalaksana Serangan
1. Tatalaksana di rumah
Untuk serangan ringan dapat digunakan obat oral golongan beta 2 agonis atau teofilin.
Bila tersedia, lebih baik digunakan obat inhalasi karena onsetnya lebih cepat dan efek
samping sistemiknya minimal. Obat golongan beta 2 agonis inhalasi yang dapat
digunakan yaitu MDI dengan atau tanpa spacer atau nebulizer.

Bila dalam waktu 30 menit setelah inhalasi tidak ada perbaikan atau bahkan terjadi
perburukan harus segera dibawa ke rumah sakit.
2. Tatalaksana di ruang emergency
Penderita yang datang dalam keadaan serangan langsung dinilai derajat serangannya.
Tatalaksana awal adalah pemberian beta agonis secara nebulisasi. Garam fisiologis dapat
ditambahkan dalam cairan nebulisasi. Nebulisasi serupa dapat diulang dengan selang 20
menit. Pada pemberian ketiga dapat ditambahkan obat antikolinergik. Tatalaksana awal
ini sekaligus berfungsi sebagai penapis yaitu untuk penentuan derajat serangan, karena
penilaian derajat secara klinis tidak selalu dapat dilakukan dengan cepat dan jelas.
Berikut ini pentalaksanaan serangan asma sesuai derajat serangan:
1. Serangan Asma ringan
Pada serangan asma ringan dengan sekali nebulisasi pasien dapat menunjukkan respon
yang baik. Pasien dengan derajat serangan asma ringan diobservasi 1-2 jam, jika
respon tersebut bertahan pasien dapat dipulangkan dan jika setelah observasi selama 2
jam gejala timbul kembali, pasien diperlakukan sebagai serangan asma derajat sedang.
Sebelum pulang pasien dibekali obat 2-agonis (hirupan atau oral) yang harus
diberikan tiap 4-6 jam dan jika pencetus serangannya adalah infeksi virus, dapat
ditambahkan steroid oral jangka pendek selama 3-5 hari. Pasien juga dianjurkan
kontrol ulang ke klinik rawat jalan dalam waktu 24-48 jam untuk evaluasi ulang
tatalaksana dan jika sebelum serangan pasien sudah mendapat obat pengendali, obat
tersebut diteruskan hingga evaluasi ulang yang dilakukan di klinik rawat jalan.
2. Serangan Asma sedang
Pada serangan asma sedang dengan pemberian nebulisasi dua atau tiga kali pasien
hanya menunjukkan respon parsial (incomplete response) dan pasien perlu diobservasi
di ruang rawat sehari (One day care) dan walaupun belum tentu diperlukan, untuk
persiapan keadaan darurat, pasien yanga akan diobservasi di ruang rawat sehari
langsung dipasang jalur parenteral sejak di unit gawat darurat (UGD).
Pada serangan asma sedang diberikan kortikosteroid sistemik oral metilprednisolon
dengan dosis 0,5-1 mg/kgbb/hari selama 3-5 hari.
3. Serangan Asma berat
Pada serangan asma berat dengan 3 kali nebulisasi berturut-turut pasien tidak
menunjukkan respon yait gejala dan tanda serangan masih ada. Pada keadaan ini
pasien harus dirawat inap dan jika pasien menunjukkan gejala dan ancaman henti

napas pasien harus langsung dirawat diruang intensif. Pasien diberikan oksigen 2-4
L/menit sejak awal termasuk saat dilakukan nebulisasi, dipasang jalur parenteral dan
dilakukan foto toraks. Jika ada dehidrasi dan asidosis, diatasi dengan pemberian
cairan intravena dan koreksi terhadap asidosis dan pada pasien dengan serangan berat
dan ancaman henti napas, foto toraks harus langsung dibuat untuk mendeteksi
kemungkinan pneumotoraks dan pneumomediastinum. Pada ancaman henti napas
hipoksemia tetap terjadi walaupun sudah diberi oksigen (kadar PaO2<60 mmHg dan
atau PaCO2>45 mmHg). Pada ancaman henti napas diperlukan ventilsi mekanik.
Nebulisasi dengan - agonis+antikolinergik dengan oksigen dilanjutkan tiap 1-2 jam,
jika dengan 4-6 kali pemberian mulai terjadi perbaikan klinis jarak pemberian dapat
diperlebar menjadi 4-6 jam.
Pasien juga diberikan kortikosteroid intravena 0,5-1 mg/kg/BB/hari per bolus setiap 68 jam dan aminofilin intravena dengan beberapa ketentuan sebagai berikut:
Jika pasien belum mendapat minofilin sebelumnya, diberikan aminofilin dosis awal
sebesr 6-8 mg/kgBB dilarutkan dlam dekstros 5% atau gram fisiologis sebanyak 20
ml diberikan dalm 20-30 menit.
Jika pasien telah mendapat aminofilin sebelumnya (kurang dari 4 jam), dosis yng
diberikan adalah setengah dari dosis inisial.
Sebaiknya kadar aminofilin dalam darah diukur dan dipertahankan sebesar 10-20/ml.
Selanjutnya, aminofilin dosis rumatan diberikan sebesar 0,5-1 mg/kgBB/jam.
Jika terjadi perbaikan klinis nebulisasi diteruskan tiap 6 jam hingga 24 jam dan
pemberian aminofilin dan kortikosteroid diganti oral, jika dalam 24 jam stabil pasien
dapat dipulangkan dengan dibekali 2-agonis (hirupan atau oral) yang diberikan tiap
4-6 jam selama 1-2 hari. Selain itu, steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke
klinik rawat jalan dalam 1-2 hari untuk evalasi ulang tatalaksana.

You might also like