Professional Documents
Culture Documents
: 87 tahun
Pendamping:
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Pasien ke UGD dengan keluhan nyeri tengkuk sejak 1 minggu yang lalu, nyeri kepala
(+)Riwayat HT (+) namun pasien berobat tidak teratur.
Tujuan: : Menegakkan diagnosis Hipertensi, penanganan serta pencegahan terjadinya
komplikasi.
Bahan
Tinjauan
Riset
bahasan:
Cara
pustaka
Diskusi
membahas:
Data Pasien:
Nama klinik
Kasus
Audit
Pos
diskusi
Nama: Tn S
No.Registrasi:
RSUD H. Padjonga Dg Ngalle
Takalar
Data utama untuk bahan diskusi:
Pasien ke UGD dengan keluhan nyeri tengkuk sejak 1 minggu yang lalu.
Demam (-), nyeri kepala (+), pusing (-)
Nyeri menelan (-), batuk (-), sesak(-), nyeri dada (-)
Riwayat HT (+) namun pasien berobat tidak teratur, Riwayat DM (-), Riwayat trauma (-)
Riwayat merokok (-), Riwayat konsumsi alkohol (-)
BAB: Kesan normal
BAK: lancar, kesan normal
1
Daftar Pustaka:
1. Fisher Nomi, Williams Gordon. Hypertensive Vascular Diease. Harrison Tinsley R,
editor. Harrisons Principle of Internal Medicine. 16th edition. United Nations of America:
McGraw-Hill. 2005. P.1463-80
2. Schwartz Gary L. Hypertension. Habermann Thomas, Ghosh K. Amit, editors. Mayo
Clinic Internal Medicine Concise Textbook. USA: Mayo Clinic Scientific Press and
Informa Healthcare USA, INC. 2008. P 429-64
3. Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation
and Treatment of High Blood Pressure. U.S. Department Health and Human Services.
August. 2004
4. Camm AJ, BUnce N. Cardiovascular Disease. Kumar Parveen, Clark Micheal, editors.
Kumar & Klarks Clinicak Medicine. Seventh Edition. UK: Saunders Elsevier. 2005.
p.798-804
5. Kowalak Jenifer, Cardiovascular System. Kowalak Jenifer, Cavallini Mario, editors.
Handbook of Pathopisiology. US: Springhouse Corporation. 2001.p.120-4
6. Hafrialdi. Antihipertensi. Gunawan Gan Sulistia, editor. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5.
Jakarta: Departemen farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Indonesia. 2007.
h.341-60
: 170/100 mmHg
Nadi
Pernafasan
Suhu
: 36,6 C
Status lokalis:
Mata :
Bibir :
Leher :
Sklera Ikterus
: -/-
Sianosis
:-
Nyeri Tekan
:-
Massa tumor
:-
Pembesaran KGB
:-
Thoraks
Inspeksi
: Simetris kiri=kanan
Auskultasi
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Pekak, batas jantung kesan normal ( batas jantung kanan terletak pada linea
sternalis kanan, batas jantung kiri sesuai ictus cordis terletak pada sela iga 5-6 linea
medioklavikularis kiri )
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas
3. Assesment
semakin memberat sejak 3 hari terakhir. Keluhan disertai nyeri kepala. Dari pemeriksaan tanda
vital didapatkan tekanan darah 170/100 mmHg. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisis pasien
dapat didiagnosa hipertensi grade II, dimana pasien memang telah memilki riwayat penyakit
hipertensi sebelumnya namun tidak berobat secara teratur.
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang sering ditemukan pada Negara
berkembang. Secara umum, hipertensi tidak bergejala, mudah dideteksi, biasanya mudah diobati
dan sering menyebabkan komplikasi kematian bila tidak ditangani.
Saat ini untuk orang dewasa, hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah
sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih tinggi dan atau peningkatan tekanan darah diastolik
mencapai 90 mmHg atau lebih tinggi. Hipertensi dibagi menjadi dua tingkatan baik bersadarkan
sistolik maupun diastolik darah (Tabel 1). Tekanan darah sistolik antara 120 dan 139mm Hg atau
tekanan darah diastolik antara 80 dan 89 mm Hg dikategorikan prehipertensi. Orang dengan
prehipertensi memiliki peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan perkembangan hipertensi
dari waktu ke waktu dibandingkan dengan orang dengan tekanan darah normal.
Tekanan darah meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Tekanan darah sistolik
meningkat sepanjang hidup, tetapi tekanan darah diastolik cenderung stabil pada usia dekade
kelima. Dengan demikian, baik insiden dan prevalensi hipertensi meningkat dengan
bertambahnya usia, dan hipertensi sistolik terisolasi menjadi subtipe yang paling umum pada
orang tua. Untuk orang setengah baya dengan tekanan darah normal yang hidup sampai usia 85
tahun, masa residual risiko mengembangkan hipertensi adalah 90%.
Selain usia, faktor-faktor lain yang terkait dengan peningkatan risiko hipertensi yang
tidak dapat diubah (nonreversible) termasuk ras Afrika Amerika atau memiliki riwayat keluarga
hipertensi. Faktor yang dapat diubah (reversible) termasuk memiliki tekanan darah dalam
4
rentang prehipertensi, kelebihan berat badan, memiliki gaya hidup yang kurang gerak, diet
mengkomsumsi tinggi natrium- rendah kalium, asupan alkohol yang berlebih.
Secara umum, hipertensi tidak bergejala. Namun beberapa tanda dan gejala dapat terjadi
pada pasien hipertensi, yaitu:
Peningkatan tekanan darah pada pembacaan setidaknya dua kali berturut-turut setelah
penyaringan awal
Nyeri kepala oksipital (kemungkinan memburuk pada di pagi hari sebagai akibat dari
glomerular
Edema yang disebabkan oleh peningkatan tekanan kapiler.
dan anemia.
Excretory urography dapat mengungkapkan adanya atrofi ginjal yang mengarah ke
penyakit ginjal kronik. Satu ginjal lebih kecil dari ginjal sebelahnya menunjukkan
iskemik jantung.
Foto X-ray dada dapat menunjukkan kardiomegali
Echokardiografi dapat mengungkapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
Pasien dengan tekanan diastolik 90 mmHg atau tekanan sistolik 140 mmHg harus
5
ditangani. Perubahan gaya hidup dapat menurunkan tekanan darah dan harus digalakkan untuk
semua orang dengan prehipertensi. Modifikasi mungkin cukup sebagai terapi awal untuk
beberapa orang dengan hipertensi stadium 1. Perlu terapi tambahan bagi mereka dengan
hipertensi yang lebih parah.
Dalam lebih dari 50% dari orang dengan tahap 1 hipertensi, tekanan darah dapat
dikontrol dengan terapi obat tunggal. Faktor penting untuk pertimbangkan ketika memilih obat
untuk terapi awal adalah khasiat sebagai monoterapi, rute eliminasi, interaksi obat, efek
samping, dan biaya. Pemilihan obat yang tepat adalah penting untuk menjaga kepatuhan jangka
panjang.
Pengobatan monoterapi meliputi diuretik tiazid, beta-bloker, calcium channel blockers
(CCB),ACE-inhibitors (ACEIs) dan Angiotensi Receptor Blockers (ARBs). Kombinasi dosis
rendah juga dapat digunakan untuk terapi awal. Tiazid sebaiknya diberikan sebagai terapi awal
pasien hipertensi tanpa komplikasi yang tidak memiliki pilihan yang jelas untuk jenis lain.
Obat kelas lain dipertimbangan untuk diberikan apabila diuretik tidak efektif atau ada
kontraindikasi atau dengan pengaturan obat lain yang memiki alternative pada kondisi tertentu
(misalnya ACEIs pada pasien hipertensi dengan gagal jantung kongestif). Antagonis alfa yang
bekerja sentral (clonidin, methyldopa, guanabenz dan guanfacine) dan vasodilator (hydralazine
dan mnoxidil) dapat dipertimbangkan dalam kondisi pseudotolasnsi. Pseudotoleransi adalah
stimulasi reflex dari sistem rennin-angiotensin-aldosteron atay sistem saraf simpatis yang
menyebabkan retensi cairan, peningkatan resistensi vascular, atau peningkatan curah jantung
dengan hilangnya kemanjuran dengan penggunaan jangka panjang. Oleh karena itu sejumlah
obat tidak diberikan sendiri. Obat efek sentral (-agonist cocok ketika diberikan dengan diuretic,
vasodilator paling baik diberikan sebagai obat ketiga dalam kombinasi diuretic dan adrenergik
inhibitor. Adapula obat yang lebih baik pada sejumlah umur dan ras tertentu (diuretik dan CCB
lebih efektif pada ras Afro-Amerika dan pasien usia: beta-bloker , ACEI dan ARB lebih efektif
pada pasien kulit putih dan dan pasien yang lebih muda. Dengan terapi kombinasi, memastikan
obat bekerja kombinasi dan dua obat dari kelas yang sama tidak boleh diberikan. Biasanya, salah
satu obat kombinasi adalah diuretik kelemahan dan impotensi. Impotensi merupakan efek
sampiang yang paling berpotensi pada semua obat anti hipertensi.
Dikenal ada 2 kelompok obat lini pertama yang lazim digunakan untuk pengobatan awal
hipertensi yang itu diuretic, beta-bloker, ACE-inhbitor, ARB dan antagonis kalsium. Pada JNCVII, penyekat reseptor alfa adrenergik tidak dimasukkan dalam lini pertama.
Berikut ini pembagian obat lini pertama hipertensi:
6
1. Diuretik
Diuretik bekerja dengan meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida
sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Penelitianpenelitian besar membuktikan bahwa efek proteksi kardiovaskuler diuretic belum
dikalahkan oleh obat lain sehingga diuretic dianjurkan untuk sebagian besar kasus
hipertensi ringan dan sedang. Bahkan bila menggunakan kombinasi dua atau
lebih antihipertensi, maka salah satunya adalah diuretik.
Sampai sekarang diuretik golongan tiazid merupakan obat utama dalam
terapi hipertensi. Sebagian penelitian besar membuktikan bahwa diuretik terbukti
paling efektif dalam menurunkan risiko kardiovaskuler.
Diuretik bekerja dengan menghambat transport bersama Na-Cl di tubulus
distal ginjal, sehingga ekskresi Na+ dan Cl- meningkat.Beberapa obat golongan
diuretic antara lain hidroklorotiazid, bendroflumetiazid, klorotiazid dan diuretik
lain yang memiliki gugus aryl-sulfonamida. Pemberian 1x sehari.
2. Beta bloker
Beta-bloker bekerja dengan (1) menurunkan frekuensi denyut jantung dan
kontraktilitas miokard sehingga menurunkan curah jantung, (2) hambatan sekresi
rennin di sel jungstaglomeruler ginjal dengan akibat penurunan kadar angiotensin
II, (3) efek sentral yang mempengaruhi aktivitas baroreseptor, perubahan aktivitas
neuron adrenergik perifer dan oeningkatan sintesis prostasiklin.
Dari berbagai beta-bloker, atenolol merupakan obat yang sering dipilih.
Dosis lazim 50-100 mg per oral sehari. Metoprolol diberikan dua kali sehari
dengan dosis 50-100 mg. Labetolol diberikan dua kali sehari maksimal 300 mg,
dam karvedilol sekali sehari maksimal 50 mg.
3. Angiotensin Converting Enzym (ACE) inhibitor dan Angiotensin Reseptor
Blocker (ARB)
ACE-inhibitor bekerja dengan menghambat perubahan angiotensin I
menjadi angiotensin II sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi
aldosteron. Pada gagal jantung kongestif, ACEI mengurangi beban jantung dan
akan memperbaiki keadaan pasien.
ACEI dibedakan atas dua kelompok yaitu: 1) yang bekerja langsung,
contohnya Captopril dosis 25-100 mg 2-3x sehari dan lisinopril 10-40 mg 1x
7
Edukasi pada pasien agar mengubah pola hidup dan pola makan begitu pun menu
makanannya.
Edukasi pada pasien agar rutin meminum obat dan memantau tekanan darah agar
tekanan darah pasien senantiasa terkontrol.
Peserta,
Pendamping,