You are on page 1of 17

STATUS PASIEN ANAK RSUD H.

MOCH ANSARI SALEH


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis kelamin
Masuk RS
No RM
Nama Ayah
Usia
Pendidikan
Pekerjaan
Nama Ibu
Usia
Pendidikan
Pekerjaan

: by. A N A
: 6 bulan
: Perempuan
: 24 Agustus 2015
: 272251
: Tn. S
: 31 tahun
: SMA
: Buruh Pabrik
: Ny. T
: 31 tahun
: SMA
: Ibu rumah tangga

II. ANAMNESIS (Alloanamnesis dengan Ibu Pasien)


Keluhan utama
: BAB cair sejak 1 hari SMRS
Keluhan tambahan : Muntah, Demam, Kejang
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD H.Moch.Ansari Saleh dibawa ibunya dengan keluhan
BAB cair sejak 1 hari SMRS dengan frekuensi lebih dari 10 kali. BAB cair berwarna
kuning, berlendir dan tidak disertai darah. Keluhan juga disertai muntah sejak 1 hari
SMRS sebanyak kurang lebih 10 kali.
Pasien sempat kejang sebanyak 1x di perjalanan menuju RS dan 3x selama di IGD,
lama kejang 10 menit. Saat kejang menurut keluarga, pasien tidak sadar, seluruh tubuh
pasien kaku dan kedua mata mendelik keatas, mulut tidak mengeluarkan busa. Setelah
kejang pasien nangis, sebelum kejang pasien mengalami demam tinggi sejak 1 hari. Ibu
pasien mengatakan demam naik turun siang dan malam sepanjang hari. Panas turun
dengan pemberian obat penurun panas namun setelah 2 hingga 3 jam, kembali panas.
Menurut ibu pasien sempat dibawa ke IGD ketika awal keluhan dirasakan. Namun
karena tidak ada tanda-tanda dehidrasi, pasien dipulangkan dengan diberi obat penurun
panas, obat muntah serta larutan oralit untuk menangani keluhan pasien.
Ibu pasien mengatakan, pasien tidak sedang batuk, pilek atau sakit telinga. BAK
sedikit. Ibu pasien mengaku selalu mencuci bersih peralatan minum susu dan makan
anaknya.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal serupa seperti pasien
Riwayat Kehamilan :
Ibu P3A0 usia 31 tahun, kontrol kehamilan setiap bulan selama kehamilan ke bidan.
Riwayat muntah-muntah diawal kehamilan, perdarahan, bengkak anggota gerak selama
kehamilan disangkal. Riwayat DM dan hipertensi disangkal. Obat-obat yang diminum
adalah vitamin dan tablet.
Riwayat Persalinan :
Ibu melahirkan di bidan, cukup bulan (9 bulan), lahir spontan, BBL 3400 gram,panjang
badan 52 cm, begitu lahir langsung menangis dan tidak ada riwayat bayi kuning atau biru,
ibu sehat.tidak terdapat kelainan kongenital.
Riwayat Pasca Persalinan :
Ibu mengaku rutin membawa anaknya ke posyandu untuk ditimbang dan mengaku telah
diimunisasi secara lengkap.
Kesimpulan : Riwayat kehamilan baik
Riwayat persalinan baik
Riwayat pasca persalinan baik
Riwayat Makanan
Lahir Saat ini
: ASI
4 bulan
: ASI + Susu formula
5,5 bulan
: ASI + Susu formula + Bubur bayi
Riwayat Imunisasi
BCG
: 1 kali (usia 2 bulan)
DPT/Hib
: 2 kali (usia 2 bulan, 4 bulan)
Polio
: 3 kali (Saat lahir, usia 2 bulan, 4 bulan)
Hepatitis B
: 2 kali (Saat lahir dan usia 1 bulan)
Imunisasi lain
: tidak dilakukan
Kesimpulan : Belum dilakukan imunisasi pada bulan ke 6 karena anak sedang sakit.
Riwayat Tumbuh Kembang
Motorik Kasar
: Tengkurap dan terlentang sendiri
Motorik Halus
: Menggenggam mainan
Komunikasi
: Menoleh bila ada suara
Sosial dan Kemandirian : Memasukkan makanan ke mulut
Kesimpulan : Tumbuh kembang baik sesuai usia
III. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran Umum
: Tampak sakit berat
Kesadaran
: Letargi
2

Tanda-tanda vital
:
Tekanan darah: Tidak dilakukan pemeriksaan
Nadi
: 206 x/menit
Pernapasan : 44 x/menit
Suhu
: 39,80C
Berat badan : 8 kg
Tinggi Badan : 65 cm
Status Gizi : Gizi baik
(Kurva z-score WHO)
Kepala
: Normocephal, rambut hitam distribusi merata, wajah simetris,
UUB
: Cekung
Wajah
: Pipi kanan/kiri tidak bengkak
Mata
: Kelopak mata cekung, Konjungtiva anemis -/- Sklera ikterik -/Hidung
: Deformitas (-), Deviasi septum (-), Sekret -/-, Pernapasan cuping
hidung (-)
Mulut
: Sianosis (-), Faring hiperemis (-), Lidah kotor (-), Lidah basah, Bibir
Kering
Telinga
: Membran tympani intak +/+, serumen -/-, sekret -/Leher
: Pembesaran KGB (-), Trachea di tengah, Kaku kuduk (-)
Thoraks
Inspeksi : Dinding dada simetris kanan dan kiri
Jantung
Paru
Inspeksi
Ictus cordis tidak terlihat
Kedua hemithorax simetris dalam keadaan
statis dan dinamis, retaksi sela iga (-)
Palpasi
Ictus cordis teraba di ICS V Fremitus taktil simetris
Perkusi
Redup
Sonor
Auskultasi Bunyi jantung I-II regular, Suara napas vesikuler +/+, ronkhi -/- ,
murmur (-)
wheezing -/Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
: Dinding dada sejajar dengan dinding perut, tidak ada massa
Auskultasi
: Bising usus (+) meningkat
Perkusi
: Timpani pada seluruh lapang abdomen
Palpasi
: Turgor kulit cepat, tidak teraba masa, hepar dan lien tidak
teraba
Genital
: Perempuan, tidak ada kelainan
Ekstremitas : Akral hangat dan Edema (-)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Pemeriksaan Darah
24 Agustus 2015
27 Agustus 2015
WBC
9100/uL
8300/uL
- Lym% 23,8%
14,4% (L)
- Gra% 70,4% (H)
80,6% (H)
- Lym#
2200/uL
1200/uL

Nilai Rujukan
4000-12000/uL
20-60%
50-70%
800-7000/uL
3

- Gra#
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT
MPV

6400/uL
4520000/uL
11,7 g/dL (L)
33,8 % (L)
74,9 fL (L)
25,8 pq (L)
34,6 g/dL
490.000/uL (H)
7,3 fL

6700/uL
4460000/uL
11,4 g/dL (L)
32,9 % (L)
73,8 fL (L)
25,5 pq (L)
34,6 g/dL
139.000/uL
8,7 fL

2000-8000/uL
3500000-5200000/uL
12-16 g/dL
35-49 %
80-100 fL
27-34 pq
31-37 g/dL
100.000-300.000/uL
6,5-12 fL

Pemeriksaan Glukosa (24 Agustus 2015)


GDS : 283 mg/dL
Analisa Elektrolit (24 Agustus 2015)
Kalium
: 3,5 mmol/L (3,5-5 mmol/L)
Natrium
: 150 mmol/L (135-145 mmol/L)
Chlorida
: 121 mmol/L (96-106 mmol/L)
V. DIAGNOSIS BANDING
BAB Cair
Diare Akut dengan Dehidrasi Berat
Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan Sedang
Diare Akut tanpa Dehidrasi
Kejang
Status epileptikus
Gangguan elektrolit
Ensefalitis
Kejang demam komplek
Syok
Syok sepsis
Syok hipovelemik
VI. DIAGNOSIS KERJA
Diare Akut dengan Dehidrasi Berat + Syok Sepsis + Status Epileptikus
VII. TATALAKSANA
O2 1-2 lpm
IVFD RL guyur 20 cc/KgBB dlm 15 menit bisa diulang 2 kali. Lanjut IVFD RL
guyur 10 cc/KgBB dalam 10 menit. Lanjutkan IVFD RL 400 cc dalam 5 jam.
IV Cefotaxime 3x300mg
IV Antrain 3x80mg
Tatlaksana kejang : Stesolit 5 mg perektal (14.45)
4

Diazepam 2,5 mg iv pelan (15.30)


Diazepam 2,5 mg iv pelan (16.10)
VIII. PROGNOSIS
a. Quo ad vitam
: dubia ad bonam
b. Quo ad functionam : dubia ad bonam
c. Quo ad sanationam : dubia ad bonam

FOLLOW UP
Tanggal
25 Agustus 2015
Subjektif
BAB cair (+)
Demam (+)
Muntah (+)
BAK(+)
Kejang (-)
Objektif
Ku : Lemah
Kes : Compos Mentis
TTV : N : 120x/mnt
RR : 35 x/mnt
T : 38,4 oC
SpO2 : 96%
UUB : Cekung
Abd : BU(+), Turgor kembali cepat
Ekstremitas : akral hangat
Assesment Diare akut dengan dehidrasi berat
Obs. Konvulsi ec KDK dd
Encephalitis
Terapi
IVFD KAEN 3B 30cc/kgBB dlm
1 jam (60tpm) dilanjutkan
70cc/KgBB dlm 5 jam (28tpm)
Cefotaxim 3x300mg i.v
Antrain 3x30mg i.v
PCT 3x100mg i.v
Observasi tanda2 dehidrasi berat
Tanggal
Subjektif

Objektif

16.30
Demam (+)
BAK (+)
Kejang (-)
Ku: Lemah
Cairan NGT : Kuning

26 Agustus 2015 (10.00)


Demam (+)
BAK (+)
Kejang (-)

Ku: Lemah
GCS : E3M4V2
TTV : T : 37,4 oC
UUB : Cekung
Abd : Cembung, BU(+), Turgor
kembali cepat
Ekstremitas : Akral dingin

Diare akut dengan dehidrasi berat


Obs. Konvulsi ec KDK dd Encephalitis

IVFD KAEN 3B 10tpm


Fenobarbital 2x10mg i.v
Lasix 1x10mg i.v
Dexametason 3x2mg i.v
Cefotaxime 3x300mg i.v
Pasang NGT, puasakan
Cek Darah rutin

26 Agustus 2015
18.15
Demam (+)
BAK (+)
Kejang (-)
Ku: Lemah
TTV : N : 150x/mnt

20.30
BAK (+)

Ku: Lemah
TTV : N : 140x/mnt
5

kehijauan, berlendir,
bercampur darah,
3cc

Assesment

Terapi

Tanggal
Subjektif

Objektif

Assesment

Terapi

Diare akut dengan


dehidrasi berat
Obs. Konvulsi ec syok
hipovolemik dd
Encephalitis
IVFD KAEN 3B
10tpm
Fenobarbital
2x10mg i.v
Lasix 1x10mg i.v
Dexametason
3x2mg i.v
Metronidazole 3x
125mg iv

RR : 52 x/mnt
T : 37,4 oC
SpO2 : 88%
UUB : Cekung
Abd : BU(+), Turgor
kembali cepat
Ekstremitas : Akral
dingin
Diare akut dengan
dehidrasi berat
Obs. Konvulsi ec syok
hipovolemik dd
Encephalitis
O2 sungkup 8 lpm
Bolus RL 20cc/kgBB
(160cc) selama
jam dilanjutkan
IVFD RL 10tpm
Ganti antibiotik :
Meropenem
3x250mg i.v
Obs TTV tiap jam

27 Agustus 2015
10.30
17.30
Demam
BAK (+)
BAK (+) Sedikit
Kejang (-)
Ku: Lemah
Ku: Lemah
GCS: E4M4V2
TTV : N : 124x/mnt,
o
TTV : T: 36,3 C
lemah
Abd : Cembung,
Ekstremitas : Akral
Lembut, BU(+)
dingin
Cairan NGT : hijau
Diare akut dengan
dehidrasi berat
Syok Sepsis
Status Epileptikus
IVFD D5 NS
30cc/Jam (8 tpm
makro)

Diare akut dengan


dehidrasi berat
Syok Sepsis

Loading RL 160 cc
dlm 30 menit
Titrasi dopamine naik

RR : 40 x/mnt
T : 36,3 oC
SpO2 : 96%
(NRM 6 lpm)
Ekstremitas : Akral dingin

Diare akut dengan


dehidrasi berat
Obs. Konvulsi ec syok
hipovolemik dd
Encephalitis
O2 sungkup 6 lpm
Bolus fimahes
20cc/KgBB (160cc)
lanjutkan RL 10tpm
Dopamin 10meq,
titrasi naik 1 meq per
jam (max 15 meq)

28 Agustus 2015
(07.00)
Merintih
BAK (+)
Infus tidak terpasang
Ku: Lemah
Kes : Somnolen
TTV : N : 130x/mnt,
lemah
RR : 40 x/mnt
T : 38,2 oC
Ekstremitas : Akral dingin
Diare akut dengan
dehidrasi berat
Syok Sepsis

Venaseksi
Bolus RL 10cc/kgBB,
lanjutkan IVFD RL 8
6

Tanggal
Subjektif

Objektif

Fenobarbital
1x10mg i.v
Dopamin 10
mg/kgBB/mnt
Ranitidin 3x10 mg
i.v
Dexametason
3x2mg i.v
Meropenem
3x250mg i.v
Antrain selang
seling PCT (k/p)

28 Agustus 2015
(11.40)
Demam (-)
Kejang (-)
BAK >>
BAB (+) hitam
Ku: Lemah
GCS: E4M4V2
Abd : Datar, Lembut
Ekstremitas : Edema
(+)

Assesment Syok Sepsis (Gut


Failure)
Diare akut
Terapi
IVFD D5 NS 8
tpm makro
Dopamin 10
mg/kgBB/mnt,
dalam 4-5 jam
stabil Stop
Fenobarbital
1x10mg i.v
Dexametason
3x2mg i.v
Ranitidin 3x10 mg
i.v
Meropenem

12-15 meq
Lain2 teruskan

tpm

29 Agustus 2015

30 Agustus 2015

Demam
Menangis
Gerak Spontan
BAK >>
Abd : Datar, Lembut
Ekstremitas : Akral
dingin, Edema (+)

Demam (+)
BAB hitam coklat

Syok Sepsis (Gut


Failure) (perbaikan)
Diare akut (perbaikan)
O2 1-2 lpm
IVFD D5 NS 8
tpm makro
Lasix 1 x 10 mg i.v
Ranitidin 3x10 mg i.v
Dexametason 3x2mg
i.v

Syok Sepsis (Gut Failure)


(perbaikan)
Diare akut (perbaikan)
O2 1-2 lpm
IVFD D5 NS 8 tpm
makro
Ranitidin 3x10 mg i.v
Dexametason 3x2mg
i.v

Meropenem
3x250mg i.v
Antrain 3x30mg i.v
selang seling PCT
3x100mg i.v

Ku: Lemah
T : 38oC

Meropenem 3x250mg
i.v
Amikasin 1x125 mg
i.v
Antrain 3x30mg i.v
selang seling PCT
7

3x250mg i.v

Tanggal
Subjektif

Antrain 3x30mg i.v


selang seling PCT
3x100mg i.v
Bilas luka dengan
NaCl 20-30cc/6Jam

Fenobarbital Stop
Dopamin Stop

31 Agustus 2015

Demam (-)
BAB lunak
BAK (+)
Objektif
Ku: Lemah
GCS: E4M6V4
Abd : Datar, Lembut
Ekstremitas : Edema (+)
Assesment Sepsis Berat (Perbaikan)
Terapi
IVFD D5 NS 8 tpm makro
Ranitidin 3x10 mg i.v
Dexametason 3x2mg i.v

Tanggal

Meropenem 3x250mg i.v


Amikasin 1x125 mg i.v
Antrain 3x30mg i.v selang seling
PCT 3x100mg i.v
O2 Stop

2 September 2015
Demam (-)
BAB lunak
Subjektif
BAK (+)
Nyeri bekas venaseksi
KU: baik
Kes: Composmentis
Objektif T: 36,4 oC
Abdomen : datar, lemas, BU (+)
Ekstremitas : Akral hangat, Edema (-)
Assesment Sepsis Berat (Perbaikan)
Terapi
Antrain 3x10mg i.v

3x100mg i.v

1 September 2015
Demam (-)
BAB lunak
BAK (+)
Ku: Baik
Kes: Composmentis
Abd : Datar, Lembut
Ekstremitas : Akral hangat, Edema (-)
Sepsis Berat (Perbaikan)
Meropenem 3x250mg i.v
Amikasin 1x125 mg i.v
Antrain 3x30mg i.v (k/p)
Infus Stop
Ranitidin stop
Dexametason stop

3 September 2015
Demam (-)
BAB lunak
BAK (+)
KU: baik
Kes: Composmentis
Abdomen : datar, lemas, BU (+)
Ekstremitas : Akral hangat, Edema (-)
Sepsis Berat (Perbaikan)
Pasien boleh pulang

TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Diare akut pada anak adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung
kurang dari 14 hari (kebanyakan kurang dari 7 hari) pada bayi atau anak yang sebelumnya
sehat. Ada juga yang memberi batasan diare akut pada anak yaitu buang air besar lebih
dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu
(IDAI, 2010).
B. EPIDEMIOLOGI
Diare akut merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas anakanak di berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia. Terdapat 60 juta episode
diare akut setiap tahunnya di Indonesia dimana 1-5 % daripadanya akan menjadi diare
kronik dan bila sampai terjadi dehidrasi berat yang tidak segera ditolong, 50-60%
diantaranya dapat meninggal dunia.
Berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain :
Faktor lingkungan
Gizi
Kependudukan
Pendidikan
Keadaan sosial ekonomi
Perilaku masyarakat
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kebersihan lingkungan dan perorangan
seperti kebersihan puting susu, kebersihan botol dan dot susu, maupun kebersihan air
yang digunakan untuk mengolah susu dan makanan. Faktor gizi misalnya adalah tidak
diberikannya makanan tambahan meskipun anak telah berusia 4-6 bulan. Faktor
pendidikan yang utama adalah pengetahuan ibu tentang masalah kesehatan. Faktor
kependudukan menunjukkan bahwa insiden diare lebih tinggi pada penduduk perkotaan
yang padat dan miskin atau kumuh. Sedangkan faktor perilaku orangtua dan masyarakat
misalnya adalah kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan,
setelah buang air besar atau membuang tinja anak. Faktor-faktor di atas terkait erat
dengan faktor ekonomi masing-masing keluarga (Irwanto, dkk, 2002).
C. ETIOLOGI
Penyebab diare akut antara lain yaitu virus, bakteri, parasit, alergi susu sapi, laktose
defisiensi primer dan obat-obatan tertentu . Penyebab utama oleh virus adalah Rotavirus
(40-60%) sedangkan virus lainnya yaitu virus Norwalk, Astrovirus, Calcivirus,
Coronavirus, Minirotavirus dan virus bulat kecil.
Bakter-bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophyla,
Escherichia coli enteroaggregatife, E. coli enteroinvansife, E. coli halemortagik,
Plesiomonas shigelloides, Vibrio cholerae non-01, V. Parahemolyticus, Yersina
enterocolotica.

Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Giardia lamblia, Entamoeba


histolytica, Isospora belli, Balantidium coli, Cryptosporodium, Capillaria philipinensis,
Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides strecoralis, dan Trichuris
trichiura (Irwanto, dkk, 2002).
D. PATOGENESIS
Virus
Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili usus halus,
menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya sel-sel vili yang
secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan penggantian sementara oleh sel epitel
berbentuk kripta yang belum matang, menyebabkan usus mensekresi air dan elekrolit.
Kerusakan vili dapat juga dihubungkan dengan hilangnya enzim disakaridase
terutama laktase. Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel
vilinya menjadi matang.
Bakteri
Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus pertamatama harus menempel mukosa untuk menghindarkan diri dari penyapuan. Penempelan
terjadi melalui antigen yang menyerupai rambut getar, disebut pili atau fimbria yang
melekat pada reseptor di permukaan usus. Hal ini terjadi misalnya pada E. coli
enterotoksigenik dan V. Cholera. Pada beberapa keadaan, penempelan di mukosa
dihubungkan dengan perubahan epitel usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas
penyerapan atau menyebabkan sekresi cairan.
Toksin yang menyebabkan sekresi. E. coli enterotoksigenik, V. cholerae dan beberapa
bakteri lain mengeluarkan toksin yang menghambat fungsi sel epitel. Toksin ini
mengurangi absorbsi natrium melalui vili dan mungkin meningkatkan sekresi chlorida
dari kripta, yang menyebabkan sekresi air dan elektrolit. Penyembuhan terjadi bila sel
yang sakit diganti dengan sel yang sehat setelah 2-4 hari.
Invasi mukosa. Shigella, C. Jejuni, E. coli enteroinvasife dan Salmonella dapat
menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan perusakan sel epitel mukosa. Ini
terjadi sebagian besar di colon dan bagian distal ileum. Invasi mungkin diikuti dengan
pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial yang menyebabkan adanya sel darah
merah dan sel darah putih atau terlihat adanya darah dalam tinja. Toksin yang
dihasilkan oleh kuman ini menyebabkan kerusakan jaringan dan kemungkinan juga
sekresi air dan elektrolit dari mukosa.
Parasit

Penempelan mukosa. G. Lamblia dan Cryptosporodium menempel pada epitel


usus halus dan menyebabkan pemendekan vili yang kemungkinan menyebabkan
diare.

Invasi mukosa. E. histolytica menyebabkan diare dengan cara menginvasi epitel


mukosa di kolon atau ileum yang menyebabkan mikroabses dan ulkus. Namun hal ini
baru terjadi bila strainnya sangat ganas.
10

Obat-obatan

Beberapa macam obat terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare.
Antibiotika agaknya membunuh flora normal usus sehigga organisme yang tidak biasa
atau yang kebal terhadap antibiotik itu sendiri akan berkembang bebas. Disamping itu
sifat farmakokinetika dari antibiotika itu sendiri juga memegang peran penting.
Sebagai contoh ampisilin dan klindamisin adalah antibiotik yang dikeluarkan di dalam
empedu yang merubah flora tinja secara intesif walaupun diberikan secara parental.
Antibiotik juga bisa menyebabkan malabsorbsi, misalnya tetrasiklin, kanamisin,
polmiksin, dan neomisin (Irwanto, dkk, 2002).
E. PATOFISIOLOGI
Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare yaitu sekretorik dan osmotik.
Diare sekretorik
Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus. Hal
ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi chlorida di sel epitel
berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya adalah sekresi cairan yang menebabkan
kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai tinja cair yang dapat menyebabkan
dehidrasi. Pada diare infeksi perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada
mukosa usus oleh toksin bakteri seperti toksin E.coli dan V. cholerae atau virus
(Rotavirus).
Diare osmotik
Diare osmotik terjadi bila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan sulit diserap.
Jika bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air dan bahan yang larut di dalamnya
akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila substansi berupa larutan
hipotonik, air dan beberapa elektrolit akan pindah dari cairan ekstraseluler ke dalam
lumen usus sampai osmolaritas dari isi usus sama dengan cairan ekstraseluler dan darah.
Hal ini meningkatkan volume tinja dan menyebabkan dehidrasi karena kehilangan cairan
tubuh (Ditjen PPM & PLP, 1999).
Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan keseimbangan asam
basa (asidosis metabolik), yang secara klinis berupa pernafasan kusmaull, hipoglikemia,
gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi (Aswitha, dkk, 2000).
F. MANIFESTASI KLINIS
Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum
dan atau sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah
dehidrasi. Berat badan turun. Pada bayi, ubun-ubun besar cekung. Tonus dan turgor kulit
berkurang. Selaput lendir bibir dan mulut kering (Aswitha, dkk, 2000).
Cara praktis penatalaksanaan diare yaitu berdasarkan tipe klinis diare itu sendiri.
Terdapat 4 macam tipe klinis diare, dimana tiap macam menggambarkan kelainan yang
mendasari dan perubahan fisiologi yang berbeda-beda :

11

Diare cair akut (termasuk kolera) yang berlangsung beberapa jam sampai dengan
beberapa hari. Pada diare ini perlu diwaspadai bahaya terjadinya dehidrasi, juga
dapat terjadi penurunan berat badan apabila intake makanan kurang.
Diare akut dengan pendarahan (disentri) , dimana pada diare ini bahaya utamanya
adalah kerusakan usus, sepsis, dan malnutrisi serta dehidrasi.
Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih), dimana bahaya utamanya
adalah malnutrisi dan infeksi non intestinal berat serta dehidrasi.
Diare dengan malnutisi berat (marasmus atau kwashiorkor) dengan bahaya
utamanya antara lain infeksi sistemik berat, dehidrasi, gagal jantung, dan
defisiensi mineral dan vitamin (WHO, 2004).

G. PENCEGAHAN
Diare dapat dicegah dengan memperbaiki usaha multisektoral antara lain sebagai
berikut :
- Meningkatkan sarana air besih dan sanitasi umum
- Promosi pendidikan higiene
- Pemberian ASI eksklusif
- Meningkatkan ketrampilan mengasuh anak
- Imunisasi pada anak : khususnya untuk membasmi campak
- Menggunakan jamban /wc
- Menjaga kebersihan makanan dan minuman
- Mencuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh makanan
- Mencuci peralatan makan (WHO, 2004).
H. DIAGNOSIS
Anamnesis
a Riwayat diare sekarang :
Sudah berapa lama diare berlangsung
- Total diare dalam 24 jam, diperkirakan dari frekuensi diare dan jumlah tinja
- Keadaan klinis tinja (warna, konsistensi, ada lendir atau darah tidak)
Muntah (frekuensi dan jumlah)
Demam
Buang air kecil terakhir
Anak lemah, rewel, rasa haus, kesadaran menurun
Jumlah cairan yang masuk selama diare
- Tindakan yang telah diambil (diberi cairan, ASI, makanan, obat, oralit)
Apakah ada yang menderita diare di sekitarnya
- Riwayat bepergian ke daerah yang sedang terkena wabah diare
- Kontak dengan orang yang sakit
- Penggunaan antibiotik
b Riwayat diare sebelumnya : kapan, berapa lama
c Riwayat penyakit penyerta saat ini
d Riwayat imunisasi : lengkap atau tidak.
12

Riwayat makanan sebelum diare : ASI, susu formula, makan makanan yang tidak
biasa (Subagyo, 2004).

2.

Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama yaitu, kesadaran, rasa
haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda tambahan, yaitu ubun-ubun besar
cekung atau tidak, mata cekung atau tidak, ada atau tidaknya air mata, kering atau
tidaknya mukosa mulut, bibir dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan.
Perhatikan pula ada tidaknya pernafasan cuping hidung, retraksi interkostal, akral
dingin, perfusi jaringan serta derajat dehidrasinya.
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :
Tanpa dehidrasi (kehilangan caiaran < 5% berat badan)
Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
Keadaan umum baik baik dan sadar
- Tanda vital dalam batas normal
- Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa
mulut dan bibir basah
- Turgor abdomen baik, bising usus normal
- Akral hangat
Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak mau
minum, muntah terus menerus, diare yang frekuen).
Dehidarasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)
- Apabila di dapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda tambahan
- Keadaan umum gelisah dan cengeng
- Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang,
mukosa mulut dan bibir sedikit kering
- Turgor kurang
- Akral hangat
- Pasien harus rawat inap
Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)
- Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda tambahan
- Keadaan umum lemah, letargi tau koma
- Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada,
mukosa mulut dan bibir sangat kering
- Turgor buruk
- Akral dingin
- Pasien harus rawat inap (IDAI, 2010).

Penilaian dehidrasi menurut MTBS


13

Terdapat 2 atau lebih dari tanda-tanda


berikut ini :
Letargis atau tidak sadar
Mata cekung
Tidak bisa minum atau malas
minum
Cubitan kulit perut kembalinya
sangat lambat

Dehidrasi berat

Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda


berikut ini:
Gelisah, rewel
Mata cekung
Haus, minum dengan lahap
Cubitan kulit perut kembalinya
lambat

Dehidrasi ringan/sedang

Tidak cukup tanda-tanda untuk


diklasifikasikan dehidrasi berat atau
ringan/sedang

Tanpa dehidrasi

1 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaaan tinja
Makroskopis : bau, warna, lendir, darah , konsistensi
Mikroskopis: eritrosit, lekosit, bakteri, parasit
Kimia : PH, elektrolit (Na, K, HCO3)
Biakan dan uji sensitivitas
b Pemeriksaan darah : Darah lengkap, analisis gas darah dan
elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang
disertai kejang), kadar uerum dan kreatinin darah.
Pemeriksaan urin
: urin rutin (Aswitha, dkk, 2001)

I. PENATALAKSANAAN
Atasi dehidrasi
Tanpa dehidrasi
Cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit diberikan sesuai
usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis:
< 1 tahun: 50-100 cc
1-5 tahun : 100-200 cc
14

6
-

5 tahun : semaunya.
Dehidrasi ringan sedang
Rehidrasi dengan oralit 75 cc/kgBB dalam 3 jam pertama dilanjutkan
pemberian kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai umur seperti
di atas setiap kali buang air besar.
Dehidrasi berat
Rehidrasi parenteral dengan cairan ringer laktat atau ringer asetat 100
cc/kgBB. Cara pemberian :
- < 1 tahun 30cc/kgBB dalam 1 jam pertama dilanjutkan 70 cc/kgBB
dalam 5 jam berikutnya.
- 1 tahun : 30 cc/kgBB dalam jam pertama dilanjutkan 70 cc/kgBB
dalam 2 jam berikutnya.
Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB selama proses
rehidrasi.
Pemakaian antibiotik
Bila ada indikasi seperti pada Shigella dan Cholera. Antibiotik sesuai dengan hasil
pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan adalah kotrimoksazol, amoksisilin dan atau
sesuai hasil uji sensitivitas.
Diet
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering, rendah
serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.
Jangan mengunakan spasmolitika
5 Koreksi elektrolit : koreksi bila terjadi hipernatremia, hiponatremia, hiperkalemia atau
hipokalemia.
Vitamin A
6 bulan 1 tahun : 100.000 IU
- >1 tahun : 200.000 IU
7 Pendidikan orangtua : penyuluhan tentang penanganan diare dan cara-cara
pencegahan diare (IDAI, 2004).
Indikasi rawat inap :
Diare akut dengan dehidrasi berat
Diare akut dehidrasi ringan sedang dengan komplikasi
Usia < 6 bulan (usia yang mempunyai resiko tinggi mengalami dehidrasi), buang
air besar cair > dari 8 kali dalam 24 jam dan muntah > dari 4 kali sehari (Armon,
2001).
J. PEMANTAUAN
1 Terapi
Setelah pemberian caiaran rehidrasi harus dinilai ulang derajat dehidrasi, berat badan,
gejala dan tanda dehidrasi. Jika masuh dehidrasi maka dilakukan rehidrasi ulang
sesuai dengan derajat dehidrasinya.Jika setelah 3 hari pemberian antibiotik klinis dan

15

2
3

laboratorium tidak ada perubahan maka dipikirkan penggantian antibiotik sesuai hasil
uji sensitivitas.
Tumbuh kembang
Timbang berat badan sebelum dan sesudah rehidrasi, 2 minggu setelah sembuh dan
seterusnya secara periodik sesuai umur. Jika anak mengalami gizi buruk maka
dikelola sesuai dengan SPM gizi buruk

Penderita dapat dipulangkan bila penderita tidak dehidrasi, keadaaan umum dan tanda
vital baik, sudah bisa makan dan minum (IDAI, 2010).

DAFTAR PUSTAKA

Armon, 2001. An evidence and consensus based guideline for acute diarrhoea
management.

Aswitha, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran; Gastroenterologi Anak. Media


Aesculapius. Jakarta, hal : 470 471.

Ditjen PPM & PLP, 1999. Buku Ajar Diare. Jakarta, hal : 8-10.

IDAI, 2010. Pedoman Pelayanan Medis. Badan Penerbit IDAI. Jakarta, hal : 58-62.

Irwanto, 2002. Ilmu Penyalit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba Medika.
Jakarta, hal : 73 79.

Subagyo, 2004. Standar Pelayanan Medis Kelompok Staf Medis Fungsional Anak RSUD
Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta, hal : 58-63.
16

WHO, 2004. Diarrhoea : Water, Sanitation and Hygiene Links to Health.

17

You might also like