You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Industri merupakan suatu sektor yang sangat penting untuk meningkatan
perekonomian nasional, karena dari industrilah pendapatan perekonomian nasional
Indonesia dapat meningkat, walaupun saat ini peningkatannya belum terlihat begitu
besar. Selain itu, industri dapat menjadikan Indonesia menjadi negara yang tidak
bergantung lagi terhadap hasil produksi luar negeri untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri. Itulah mengapa indutri merupakan salah satu sektor yang sanagat
penting dalam sistem perekonomian Indonesia.
Indonesia merupakan salah satu daerah penghasil tambang batu bara terbesar
di dunia. Salah satu daerah penghasil tambang terbesar di Indonesia adalah
Kalimantan Selatan. Pertumbuhan tambang di Kalimantan Selatan sendiri semakin
pesat karena semakin banyak lahan tambang baru yang ditemukan. Namun
pertumbuhan yang pesat tidak diimbangi dengan pengelolaan yang baik oleh pihakpihak yang bertanggung jawab. Kurangnya sosialisasi tentang pengelolaan tambang
dengan baik, menyebabkan banyak dampak buruk yang dihasilkan. Walaupun
sekarang belum terlalu terasa, namun beberapa tahun lagi dampak pengelolaan
tambang yang salah bisa mengganggu stabilitas ekosistem.
Maka dari itu, perlu adanya usaha-usaha yang dilakukan dari sekarang untuk
mengatasi pengelolaan tambang yang salah. Mulai dari sosialisasi sampai tindakan
nyata. Sehingga diharapkan keseimbangan alam akan selalu terjaga.

1.2.

Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan industri pertambangan batubara?


2. Apa saja dampak yang ditimbulkan industri pertambangan batubara terhadap
lingkungan hidup?
3. Apa saja dampak yang ditimbulkan industri pertambangan batubara dalam hal
sosial kemasyarakatan?
4. Apa saja solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak yang
ditimbulkan?

1.3.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tentang industri pertambangan batubara.


2. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan industri pertambangan batubara
terhadap lingkungan hidup.
3. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan industri pertambangan batubara
dalam hal sosial kemasyarakatan.
4. Untuk mencari solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak yang
ditimbulkan.
1.4.

Manfaat Penelitian

1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang industri pertambangan batubara.


2. Mahasiswa dapat mengetahui dampak yang ditimbulkan industri pertambangan
batubara terhadap lingkungan hidup.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dampak yang ditimbulkan industri pertambangan
batubara dalam hal sosial kemasyarakatan.
4. Mahasiswa dapat membantu mencari solusi yang dapat dilakukan untuk
mengurangi dampak yang ditimbulkan.

BAB II
PEMBAHASAN

3.1.

Batubara
Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil yang merupakan sumber energi
terpenting untuk pembangkitan listrik dan berfungsi sebagai bahan bakar pokok
untuk produksi baja dan semen. Namun demikian, batubara juga memiliki karakter
negatif yaitu disebut sebagai sumber energi yang paling banyak menimbulkan
polusi akibat tingginya kandungan karbon. Sumber energi penting lain, seperti gas
alam, memiliki tingkat polusi yang lebih sedikit namun lebih rentan terhadap
fluktuasi harga di pasar dunia. Dengan demikian, semakin banyak industri di dunia
mulai mengalihkan fokus energi ke batubara. Dengan tingkat produksi saat ini (dan
apabila cadangan baru tidak ditemukan), cadangan batubara global diperkirakan
habis sekitar 112 tahun ke depan. Cadangan batubara terbesar ditemukan di
Amerika Serikat, Russia, Cina dan India.
1. Cina
1840.0 Mt
6. Rusia
165.1 Mt
2. USA
500.5 Mt
7. Afrika Selatan
144.7 Mt
3. Australia
269.1 Mt
8. Kazakhstan
58.4 Mt
4. Indonesia
258.9 Mt
8. Polandia
57.6 Mt
5. India
228.8 Mt
10. Kolombia
55.6 Mt
Sepuluh Besar Produsen Batubara Tahun 2013
Sumber: BP Statistical Review of World Energy 2014
Indonesia adalah salah satu produsen dan eksportir batubara terbesar di dunia.
Sejak tahun 2005, ketika melampaui produksi Australia, Indonesia saat ini adalah
eksportir terdepan batubara thermal. Sebagian besar batubara thermal yang
diekspor terdiri dari jenis kualitas menengah (antara 5100 dan 6100 cal/gram) jenis
kualitas rendah (di bawah 5100 cal/gram) di mana sebagian besar permintaan
berasal dari Cina dan India. Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh
Kementerian Energi Indonesia, cadangan batubara Indonesia diperkirakan habis
sekitar 83 tahun apabila tingkat produksi saat ini diteruskan. Berkaitan dengan
cadangan batubara global, Indonesia saat ini menempati peringkat ke-13 dengan
sekitar 0.6 persen dari total cadangan batubara global terbukti berdasarkan Tinjauan

Statistik BP tentang Energi Dunia. Sekitar 60 persen dari cadangan batubara total
Indonesia terdiri dari batubara kualitas rendah yang lebih murah (sub-bituminous)
yang mengandung kurang dari 6100 cal/gram.
Sejumlah kantung cadangan batubara yang lebih kecil terdapat di pulau Sumatra,
Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua, namun demikian tiga daerah terbesar
sumberdaya batubara Indonesia adalah:
1. Sumatra Selatan
2. Kalimantan Selatan
3. Kalimantan Timur

Industri batubara Indonesia agaknya hanya dikuasai oleh produsen besar dan
banyak pelaku skala kecil yang memiliki tambang batubara kecil dan konsesi
tambang batubara (terutama di Sumatra dan Kalimantan).
Sejak awal tahun 1990an, ketika sektor pertambangan batubara dibuka kembali
untuk investasi luar negeri, Indonesia mengalami peningkatan produksi, ekspor dan
penjualan batubara dalam negeri. Penggunaan batubara dalam negeri secara relatif
masih rendah. Ekspor batubara Indonesia berkisar antara 70 sampai 80 persen dari
produksi batubara total, sisanya dijual di pasar domestik. Produksi, ekspor dan
penjualan dalam negeri diperkirakan meningkat paling sedikit sepuluh persen
setiap tahun selama lima tahun ke depan. Adapun hal hal yang mendorong
peningkatan produksi dan ekspor batubara di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Batubara adalah kekuatan dominan di dalam pembangkitan listrik. Paling
sedikit 27 persen dari output energi total dunia dan lebih dari 39 persen seluruh
listrik dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga batubara karena kelimpahan
batubara, perolehan batubara yang relatif mudah dan murah, termasuk

murahnya kebutuhan infrastruktur dibandingkan dengan sumberdaya energi


lain.
2. Indonesia memiliki cadangan berlimpah untuk batubara kualitas menengah dan
rendah. Jenis batubara ini dijual dengan harga kompetitif di pasar internasional
(sebagian karena upah tenaga kerja Indonesia yang rendah).
3. Indonesia memiliki posisi strategis untuk pasar raksasa China dan Indonesia.
Permintaan batubara kualitas rendah dari kedua negara ini naik tajam karena
kedua negara ini membuka beberapa pembangkit listrik tenaga batubara baru
suplai kebutuhan listrik penduduk yang besar. Permintaan batubara global pada
kenyataannya diperkirakan melampaui produksi batubara untuk lima tahun ke
depan sehingga berimplikasi pada naiknya harga batubara.
4. Konsumsi batubara dalam negeri di Indonesia masih cukup rendah.
Meningkatnya produksi nasional dan permintaan internasional menghasilkan
ekspor yang lebih tinggi.
5. Negara tujuan utama ekspor untuk batubara Indonesia adalah China, India,
Jepang dan Korea. Batubara memiliki peran yang sangat jelas untuk
pendapatan dalam negeri Indonesia karena komoditas ini menghasilkan sekitar
85 persen dari pendapatan sektor pertambangan.

Dampak Positif Industri Pertambangan Batubara


Dampak positif dari batubara itu sendiri, tidak dapat di pungkiri bahwa

3.2.

batubara adalah salah satu bahan tambang yang memiliki nilai ekonomis yang
cukup tinggi. Indonesia adalah salah satu negara penghasil batubara terbesar no.4
setelah Australia hingga tahun 2013. Hal positifnya adalah bertambahnya devisa
negara dari kegiatan penambanganya dan hasil ekspornya. Secara teoritis usaha
pertambangan

ditujukan

untuk

kesejahteraan

masyarakat.

Para

industri

pertambangan selayaknya bekerja sama dengan masyarakat sekitar. Salah satu


bentuknya dengan cara memperkerjakan masyarakat sekitar dalam usaha tambang
sekitar, sehingga membantu kehidupan ekonomi masyarakat sekitar.
3.3.

Dampak Industri Pertambangan Batubara terhadap Lingkungan


Setiap kegiatan penambangan pasti menimbulkan dampak positif dan negatif
bagi lingkungan sekitarnya. Dampak positifnya adalah meningkatnya devisa negara
dan pendapatan asli daerah serta menampung tenaga kerja sedangkan dampak
negatif dari kegiatan penambangan dapat dikelompokan dalam bentuk kerusakan

permukaan bumi, ampas buangan (tailing), kebisingan, polusi udara, menurunnya


permukaan bumi (land subsidence), dan kerusakan karena transportasi alat dan
pengangut berat.
Karena begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan
penambangan maka perlu kesadaran kita terhadap lingkungan sehingga dapat
memenuhi standar lingkungan agar dapat diterima pasar. Sementara itu, harus
diketahui pula bahwa pengelolaan sumber daya alam hasil penambangan adalah
untuk kemakmuran rakyat. Salah satu caranya adalah dengan pengembangan
wilayah. Perusahaan pertambangan wajib ikut mengembangkan wilayah sekitar
lokasi tambang termasuk yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya
manusia. Karena hasil tambang suatu saat akan habis maka pengelolaan kegiatan
penambangan sangat penting dan tidak boleh terjadi kesalahan.
Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, pertambangan
batubara juga telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup
besar, baik itu air, tanah, Udara, dan hutan, Air . Penambangan Batubara secara
langsung menyebabkan pencemaran, antara lain :
1. Pencemaran air
Permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide) berinteraksi
dengan air menghasilkan Asam sulfat yang tinggi sehingga terbunuhnya ikanikan di sungai, tumbuhan, dan biota air yang sensitive terhadap perubahan pH
yang drastis.
Batubara yang mengandung uranium dalam konsentrasi rendah, torium,
dan isotop radioaktif yang terbentuk secara alami yang jika dibuang akan
mengakibatkan kontaminasi radioaktif. Meskipun senyawa-senyawa ini
terkandung dalam konsentrasi rendah, namun akan memberi dampak
signifikan jika dibung ke lingkungan dalam jumlah yang besar. Emisi merkuri
ke lingkungan terkonsentrasi karena terus menerus berpindah melalui rantai
makan dan dikonversi menjadi metilmerkuri, yang merupakan senyawa
berbahaya dan membahayakan manusia. Terutama ketika mengkonsumsi ikan
dari air yang terkontaminasi merkuri.

Gambar 2.1. Air limbah PT. Newmont yang dibuang ke tanah dan langsung
mengalir ke Sungai Tongo Sejorong. Sumber: www.mongabay.co.id

2. Pencemaran udara

Polusi/pencemaran

udara

yang

kronis

sangat

berbahaya

bagi

kesehatan. Menurut logika udara kotor pasti mempengaruhi kerja paru-paru.


Peranan polutan ikut andil dalam merangsang penyakit pernafasan seperti
influensa, bronkhitis dan pneumonia serta penyakit kronis seperti asma dan
bronkhitis kronis. Penambangan batubara juga menghasilkan gas metana, gas
ini mempunyai potensi sebagi gas rumah kaca. Kontribusi gas metana yang
diakibatkan oleh aktivitas manusia, memberikan kontribusi sebesar 10,5%
pada emisi gas rumah kaca.
3. Pencemaran Tanah

Penambangan

batubara

dapat

merusak

vegetasi

yang

ada,

menghancurkan profil tanah genetik, menggantikan profil tanah genetik,


menghancurkan satwa liar dan habitatnya, degradasi kualitas udara, mengubah
pemanfaatan lahan dan hingga pada batas tertentu dapat megubah topografi
umum daerah penambangan secara permanen. Disamping itu, aktivitas
pertambangan batubara juga berdampak terhadap perningkatan laju erosi tanah
dan sedimentasi pada sempadan dan muara muara sungai. Kejadian erosi
merupkan dampak tidak langsung dari aktivitas pertambangan batubara
melainkan dampak dari pembersihan lahan untuk bukaan tambang dan
pembangunan fasilitas tambang lainnya seperti pembangunan sarana dan
prasarana pendukung seperti perkantoran dan permukiman karyawan. Dampak
penurunan kesuburan tanah oleh akltivitas pertambangan batubara terjadi pada
kegiatan pengupasan tanah pucuk (top soil) dan tanah penutup (sub soil /
overburden). Pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup akan merubah sifat

sifat tanah terutama sifat fisik tanah dimana susunan tanah yang terbentuk
secara alamiah dengan lapisan lapisan yang tertata rapi dari lapisan atas ke
lapisan bawah akan terganggu dan terbongkar akibat pengupasan tanah
tersebut.

Gambar 2.2. Bekas galian batubara yang menganga seperti danau di Kalimantan
Tengah. Sumber: Walhi Kalteng

3.4.

Dampak Industri Pertambangan Batubara terhadap Manusia


Dampak pencemaran akibat penambangan batubara terhadap manusia,
munculnya berbagai penyakit. Limbah pencucian batubara zat-zat yang sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi dapat menyebabkan
penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit. Karena limbah tersebut
mengandung logam logam berat, seperti belerang (S), merkuri (Hg), mangan
(Mn),dll. Di samping itu, debu batubara menyebabkan polusi udara di sepanjang
jalan yang dijadikan aktivitas pengangkutan batubara. Hal ini menimbulkan
merebaknya penyakit infeksi saluran pernafasan, yang dapat memberi efek jangka
panjang berupa kanker paru-paru, darah atau lambung. Bahkan disinyalir dapat
menyebabkan kelahiran bayi cacat. Antaranya dampak negatifnya adalah kerusakan
lingkungan dan masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh proses penambangan dan
penggunaannya. Batubara dan produk buangannya, berupa abu ringan, abu berat,
dan kerak sisa pembakaran, mengandung berbagai logam berat : seperti arsenik,
timbal, merkuri, nikel, vanadium, berilium, kadmium, barium, cromium, tembaga,
molibdenum, seng, selenium, dan radium, yang sangat berbahaya jika dibuang di
lingkungan. Seperti halnya aktivitas pertambangan lain di Indonesia, pertambangan
batubara juga telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup

parah, baik itu air, tanah, udara, dan hutan, Air Penambangan batubara secara
langsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari limbah pencucian batubara
tersebut dalam hal memisahkan batubara dengan sulfur. Limbah pencucian tersebut
mencemari air sungai sehingga warna air sungai menjadi keruh, asam, dan
menyebabkan pendangkalan sungai akibat endapan pencucian batubara tersebut.
Limbah pencucian batubara setelah diteliti mengandung zat-zat yang sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi. Limbah tersebut
mengandung logam berat yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia
seperti kanker kulit.
3.5.

Dampak

Industri

Pertambangan

Batubara

dalam

Hal

Sosial

Kemasyarakatan
Dampak yang ditimbulkan dari industri pertambangan batubara bukan hanya
pada lingkungan dan manusia saja, tetapi hal tersebut juga menganggu kehidupan
sosial masyarakat akibat aktivitas pertambangan

yang dilakukan oleh industri

tersebut. Beberapa dampak yang ditimbulkan antara lain :


1. Terganggunya Arus Jalan Umum
Banyaknya lalu lalang kendaraan yang digunakan untuk angkutan batubara
berdampak pada aktivitas pengguna jalan lain. Semakin banyaknya kecelakaan
serta meningkatnya biaya pemeliharaan jembatan dan jalan, adalah sebagian
dari dampak yang ditimbulkan.
2. Konflik lahan hingga pergeseran nilai sosial-budaya di masyarakat
Konflik lahan kerap terjadi antara perusahaan dengan masyarakat lokal yang
lahannya menjadi obyek penggusuran. Kerap perusahaan menunjukkan
kearogansinya dengan menggusur lahan tanpa melewati persetujuan pemilik
atau pengguna lahan. Bahkan tidak jarang mereka memberikan ganti rugi yang
tidak seimbang dengan hasil yang akan mereka dapatkan nantinya. Tidak
hanya konflik lahan, permasalahan yang juga sering terjadi adalah diskriminasi
sosial. Akibat dari pergeseran ini membuat pola kehidupan mereka berubah
menjadi lebih konsumtif. Bahkan kerusakan moralpun dapat terjadi akibat
adanya pola hidup yang berubah.
3.6.

Solusi Terhadap Dampak Industri Pertambangan Batubara


Tidak dapat di pungkiri bahwa pemerintah mempunyai peran yang penting
dalam mencari solusi terhadap dampak dan pengaruh pertambangan

batu bara

yang ada di indonesia. Pemerintah harus menyadari bahwa tugas mereka adalah
9

memastikan bahwa masa depan seharusnya dimotori oleh energi bersih dan
terbarukan. Dengan cara ini, kerusakan pada manusia dan kehidupan sosialnya
serta kerusakan ekologi dan dampak buruk perubahan iklim dapat dihindari.
Sayangnya, Pemerintah Indonesia ingin percaya bahwa batubara jawaban
dari permintaan energi yang menjulang, serta tidak bersedia mengakui potensi luar
biasa dari energi terbarukan yang sumbernya melimpah di negeri ini.
Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang ditimbulkan
oleh penambang batu bara dapat ditempuh dengan beberapa pendekatan, untuk
dilakukan tindakan-tindakan tertentu sebagai berikut :
1. Pendekatan

teknologi,

dengan

orientasi

teknologi

preventif

(control/protective) yaitu pengembangan sarana jalan/jalur khusus untuk


pengangkutan batu bara sehingga akan mengurangi keruwetan masalah
transportasi. Pejalan kaki (pedestrian) akan terhindar dari ruang udara yang
kotor. Menggunakan masker debu (dust masker) agar meminimalkan risiko
terpapar/terekspose oleh debu batu bara (coal dust). Selain itu, dapat pula
digunakan alat curah elektrostatik dan filter kain. Partikel-partikel halus sisa
pembakaran batu bara dapat dikendalikan oleh alat curah elektrostatik (ESP
electrostatic precipitators) dan filter kain. Alat curah elektrostatik dan filter
kain dapat menghilangkan 99,5% emisi partikel-partikel halus dan sangat
banyak digunakan di negara-negara berkembang dan negara-negara maju.
Pada alat curah elektrostatik, gas pembakaran yang bermuatan partikel halus
melewati pelat kondensor, dimana suatu medan listrik memberikan muatan
pada partikel-partikel tersebut. Medan listrik tersebut menarik partikelpartikel

ke

arah

pelat

kondensor tempat

partikel-partikel

tersebut

berakumulasi dan dapat dibuang. Filter kain, juga disebut rumah kantong
merupakan suatu pendekatan alternatif dan mengumpulkan partikel-partikel
dari gas pembakaran pada kain dengan tenunan yang rapat terutama dengan
pengayakan. Penggunaan peralatan pengendali partikel halus memiliki
dampak utama pada kinerja lingkungan hidup dari pusat pembangkit listrik
tenaga uap. Pada pusat pembangkit listrik Lethabo di Afrika Selatan, alat
curah elektrostatik membuang 99,8% debu terbang, sebagian dijual kepada
industri semen.

10

2. Pendekatan lingkungan, yang ditujukan bagi penataan lingkungan sehingga


akan terhindar dari kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan.
Upaya reklamasi dan penghijauan kembali bekas penambangan batu bara
dapat mencegah perkembangbiakan nyamuk malaria. Dikhawatirkan bekas
lubang/kawah batu bara dapat menjadi tempat perindukan nyamuk (breeding
place). Selain itu, lahan bekas penambangan batubara harus direhabilitasi
agar bisa bermanfaat kembali. Tambang batu bara hanya menggunakan lahan
untuk sementara waktu, sehingga penting dilakukan rehabilitasi lahan segera
setelah kegiatan penambangan dihentikan. Dalam praktek yang terbaik,
rencana rehabilitasi atau reklamasi rinci dirancang dan disetujui untuk setiap
tambang batu bara, sejak awal kegiatan penambangan sampai kegiatan
penambangan tersebut selesai. Reklamasi lahan merupakan satu kesatuan dari
kegiatan pertambangan moderen di seluruh dunia dan biaya rehabilitasi lahan
segera setelah penambangan dihentikan dibebankan pada biaya operasi
penambangan. Kegiatan reklamasi tambang dilaksanakan secara bertahap
pembentukan dan pembentukan kontur tanah galian, penggantian tanah
penutup, pembibitan dengan rumput dan penanaman pohon pada daerah yang
ditambang. Perhatian diberikan untuk merelokasikan aliran sungai,
margasatwa dan sumber daya berharga lainnya. Lahan yang direklamasi
dapat digunakan untuk berbagai keperluaan, termasuk pertanian, kehutanan,
habitat margasatwa dan rekreasi.
3. Pendekatan administratif yang mengikat semua pihak dalam kegiatan
pengusahaan penambangan batu bara tersebut untuk mematuhi ketentuanketentuan yang berlaku (law enforcement).
4. Pendekatan edukatif, kepada masyarakat yang dilakukan serta dikembangkan
untuk membina dan memberikan penyuluhan/penerangan terus menerus
memotivasi perubahan perilaku dan membangkitkan kesadaran untuk ikut
memelihara kelestarian lingkungan.

BAB III
11

PENUTUP
Kesimpulan

3.1.

Setiap kegiatan pastilah menghasilkan suatu akibat, begitu juga dengan


kegiatan eksploitasi bahan tambang, pastilah membawa dampak yang jelas
terhadap lingkungan dan juga kehidupan di sekitarnya, dampak tersebut dapat
bersifat negatif ataupun positif, namun pada setiap kegiatan eksploitasi pastilah
terdapat dampak negatifnya, hal tersebut dapat diminimalisir apabila pihak yang
bersangkutan bertanggung jawab terhadap pengolahan sumber daya alamnya dan
juga memanfaatkannya secara bijaksana.
Sebagai contoh adalah kegiatan pertambangan batubara di pulau Kalimantan
yang bisa dibilang telah mencapai tahap yang kronis, dengan menyisakan lubanglubang besar bekas kegiatan pertambangan dan juga dampak-dampak yang lainnya.
Hal tersebut setidaknya dapat diminimalisir dan dikurangi dampaknya apabila kita
melakukan tindakan perbaikan dan juga memanfaatkan SDA secara bijaksana
3.2.

Saran
Agar pemerintah lebih mengoptimalkan dan mensosialisasikan tentang AMDAL,
sehingga para penambang lebih memperhatikan dampak lingkungan dari pada keuntungan
semata. Diharap juga pemerintah lebih tegas menindak para penambang yang terbukti
melanggar peraturan penambangan agar para penambang terutama perusahaan-perusahaan
menggunakan teknologi yang ramah lingkungan sehingga dapat meminimalkan dampak
lingkungan dan resiko kecelakaan. Diharap dengan penambang yang bertanggung jawab
terhadap reklamasi lahan bekas penambangan, sehingga pada akhirnya tidak mengganggu
keseimbangan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
12

Agus, F. 2004. Pengelolaan DTA Danau dan Dampak Hidrologisnya. Balai


Penelitian Tanah. Bogor. http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one/56/pdf
[14 Juni 2015].
Agus F, Farida, Noordwijk Van Meine, editor. 2004. Hydrological Impacts of
Forest, Agroforestry and Upland Cropping as a Basis for Rewarding
Environmental Service Providers in Indonesia. Proceedings of a workshop in
Padang/Singkarak, Weat Sumatra, Indonesia, 25-28 February 2004. ICRAFSEA. Bogor
Latifa, S. 2000. Keragaan Accacia mangium wild pada Lahan Bekas Tambang
Timah
(Studi kasus di areal PT. Timah). Tesis Sekolah Pascasarja
na.IPB. Boger.
Pusat Penelitian ttan Pengembangan (Puslitbang) Teknologi Mineral dan
Batubara. Departemen ESDM. 2006. Batubara Indonesia. Departemen
ESDM. Jakarta.
Sitorus. S.R.P. 2000. Pengembangan Sumberdaya Tanah Berkelanjutan. Jurusan
Tanah.Fakultas pertanian lnstitut Pertanian Bogor (IPB). Boger.
Soemarwoto, 0 . 2005. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada
Uversity Press. Yogyakarta.
Suhala, S, A. F. Yoesoef dan Muta'alim. 1995. Teknologi Pertambangan
Indonesia. Pusat Penelitlan dan Pengembangan Teknologi Mineral,Direkto
rat Jenderal Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi.
Jakarta.
Wardana. W. A. 2001 . Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi
Yogyakarta.Yogyakarta.

13

You might also like