You are on page 1of 14

A.

PENEMUAN SINAR X

Di akhir tahun 1895, Roentgen (Wilhelm Conrad Roentgen,


Jerman, 1845-1923), seorang profesor fisika dan rektor
Universitas Wuerzburg di Jerman dengan sungguh-sungguh
melakukan penelitian tabung sinar katoda. Ia membungkus
tabung dengan suatu kertas hitam agar tidak terjadi kebocoran
fotoluminesensi dari dalam tabung ke luar.
Lalu

ia

membuat

ruang

penelitian

menjadi

gelap.

Pada

saat

membangkitkan sinar katoda, ia mengamati sesuatu yang di luar dugaan. Pelat


fotoluminesensi yang ada di atas meja mulai berpendar di dalam kegelapan.
Walaupun dijauhkan dari tabung, pelat tersebut tetap berpendar. Dijauhkan sampai
lebih 1 m dari tabung, pelat masih tetap berpendar. Roentgen berpikir pasti ada
jenis radiasi baru yang belum diketahui terjadi di dalam tabung sinar katoda dan
membuat pelat fotoluminesensi berpendar. Radiasi ini disebut sinar-X yang
maksudnya adalah radiasi yang belum diketahui.

Tahun 1895 itu Roentgen sendirian melakukan penelitian sinar-X dan


meneliti sifat-sifatnya. Pada tahun itu juga Roentgen mempublikasikan laporan
penelitiannya. Berikut ini adalah sifat-sifat sinar-X:
1.

Sinar-X dipancarkan dari tempat yang paling kuat tersinari oleh sinar

katoda.
2. Intensitas cahaya yang dihasilkan pelat fotoluminesensi, berbanding
terbalik dengan kuadrat

jarak antara titik terjadinya sinar-X

dengan pelat fotoluminesensi. Meskipun pelat dijauhkan sekitar 2 m,


cahaya masih dapat terdeteksi.
3. Sinar-X dapat menembus buku 1000 halaman tetapi hampir seluruhnya
4.

terserap oleh timbal setebal 1,5 mm.


Pelat fotografi sensitif terhadap sinar-X.

5. Ketika tangan terpapari sinar-X di atas pelat fotografi, maka akan


tergambar foto tulang tersebut pada pelat fotografi.
6. Lintasan sinar-X tidak dibelokkan oleh medan magnet (daya tembus
dan lintasan yang tidak terbelokkan oleh medan magnet merupakan
sifat yang membuat sinar-X berbeda dengan sinar katoda).
Laporan pertama Roentgen mengenai sinar-X dimuat pada halaman
132-141 laporan Asosiasi Fisika Medik Wuerzburg tahun 1895. Di awal tahun
1896 reprint laporan Roentgen dikirimkan kepada ilmuwan-ilmuwan terkenal.
Karena tidak dibelokkan oleh medan magnet, maka orang tahu bahwa sinar-X
berbeda dengan sinar katoda. Pada saat itu belum ditemukan fenomena
interferensi dan difraksi. Karena itu muncullah persaingan antara teori partikel
dengan teori gelombang untuk menjelaskan esensi/substansi sinar-X. Teori
partikel dikemukakan antara lain oleh W.H. Bragg, teori gelombang
dikemukakan antara lain oleh Stokes dan C.G. Barkla. Sejak saat itu teori
gelombang didukung oleh lebih banyak orang. Pada tahun 1912, fenomena
difraksi sinar-X oleh kristal ditemukan oleh Max von Laue dan kemudian dapat
dipastikan bahwa sinar-X adalah gelombang elektromagnetik. Tahun 1922
Compton menemukan efek Compton berdasarkan penelitian hamburan Compton.
Berdasarkan penelitian sinar-X ia dapat memastikan bahwa gelombang
elektromagnetik memiliki sifat dualisme gelombang dan materi (partikel).

PENEMUAN SINAR BECQUEREL


Laporan Roentgen diperkenalkan kepada Akademi Paris pada Januari 1896
oleh Poankale yang merupakan ilmuwan Perancis terkemuka saat itu. Di dalam
artikel Akademi waktu itu terdapat prediksi Poankale yang menyatakan bahwa
materi yang berpendar dengan kuat memiliki kemungkinan untuk memancarkan
sinar-X juga bersama sinar fluoresensi. Banyak dikenal materi yang berpendar
karena stimulasi dari sinar matahari atau sinar lain. Becquerel (Antoine Henri
Becquerel, Perancis, 1852-1908) yang merupakan profesor fisika di Museum
Sains Paris berpikir untuk memastikan hal ini. Keluarga Becquerel sejak dari
generasi kakek bekerja sebagai profesor fisika di Museum Sains, ayah Becquerel

adalah peneliti materi pendar. Becquerel segera dapat melakukan penelitian


menggunakan materi pendar yang dikumpulkan oleh ayahnya. Becquerel
memasukkan pelat fotografi dan kain hitam ke dalam kotak aluminium.
Dia berupaya agar pelat fotografi tidak mengalami perubahan walaupun
kotak aluminium terkena sinar matahari. Dia meletakkan (mengoleskan) garam
uraniumi di atas kotak aluminium, membiarkannya terkena sinar matahari selama
beberapa jam, lalu memroses pelat fotografi itu. Jika oleh stimulasi sinar
matahari sinar-X dipancarkan dari uranium, maka sinar-X yang menembus kain
hitam dan aluminium pasti akan menghitamkan pelat fotografi. Ternyata memang
pelat fotografi menjadi hitam seperti yang diperkirakan. Tetapi kembali terjadi
hal yang tidak diperkirakan. Karena hari berawan berlangsung terus, Becquerel
tidak dapat menggunakan sinar matahari seperti di atas. Becquerel memroses
pelat fotografi dengan suatu pikiran untuk memastikan bahwa pelat tidak akan
menjadi hitam karena tidak terkena sinar matahari.
Tetapi pelat tetap menjadi hitam walaupun kotak tidak terkena sinar
matahari. Becquerel menemukan fakta ini pada Maret 1896. Setelah melakukan
percobaan dengan meletakkan berbagai materi di atas pelat fotografi, ia
mengetahui bahwa sifat materi pendar dan bentuk kimia tidak mempunyai
pengaruh dalam hal ini. Semua materi yang mengandung uranium pasti dapat
menghitamkan pelat fotografi. Khususnya dalam hal logam uranium, tingkat
kehitamannya besar. Becquerel berpikir bahwa dari uranium terpancar radiasi
yang mirip dengan sinar-X. Untuk sementara sinar ini disebut sinar
Becquerel. Kesamaan sifat antara sinar Becquerel dengan sinar-X, selain samasama dapat menghitamkan pelat fotografi, adalah keduanya dapat mengionkan
udara.
Gejala pengionan udara ini diamati dengan mengunakan alat pengindra
muatan listrik, elektroskop. Dengan manampatkan dalam uranium-natrium-sulfat
pada elektroskop bermuatan listrik , ia mendapati kedua lembar emas elektroskop
segera menutup. Kentyataan ini menunjukan muatan listrik di kedua lembaran
termasuk elektriskop ternetralkan.yng mungkin terjadi dalam peristiwa itu adalah
udara didalam botol elektroskop terionkan oleh sanar garam tadi, seperti yang

terjadi pada pengionan larutan kimia ketiks ion negative yang tertarik ke lembar
emas elektroskop menetralkanya.

TEMUAN SECARA TIDAK SENGAJA OLEH MARIE CURIE


Pada tahun 1896 Henri Becquerel, secara tidak sengaja,
menemukan radioaktivitas. Ia sedang meneliti garam uranium yang sengaja
dijemur di bawah sinar matahari untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap
radiasi sinar-X yang ditemukan oleh Wilhelm Conrad Rntgen pada 8 November
1895. Ternyata sewaktu Becquerel melaksanakan penelitian ini, cuaca di sana
terus saja berawan selama beberapa hari, padahal ia membutuhkan sinar matahari
untuk penelitiannya. Tetapi kemudian ia memperhatikan suatu hal yang tidak
biasa. Ternyata garam uraniumnya memancarkan radiasi secara spontan,
walaupun tidak diberi cahaya. Radiasi yang dihasilkan ini merupakan radiasi
jenis baru, yang mampu menembus lempengan logam dan menghitamkan pelat
foto.
Becquerel langsung mengumumkan penemuannya ini di suatu pertemuan
lAcadmie des Sciences. Tetapi penemuannya ini tidak banyak mengundang
perhatian ilmuwan ilmuwan yang hadir di sana saat itu karena para ilmuwan
masih terpesona dengan penemuan sinar-X oleh Rntgen. Hanya Marie Curie
sajalah yang tampaknya tertarik dengan sinar misterius yang dipancarkan
uranium tersebut. Marie pun mulai menyelidiki radiasi misterius tersebut. Ia
menggunakan elektrometer, yaitu sebuah alat yang bisa mengukur arus listrik
yang lemah. Alat ini dibuat oleh Pierre dan adiknya, Jacques Curie. Pierre dan
Jacques sebelumnya sudah pernah menemukan efek piezoelektrik, dan efek
inilah yang menjadi dasar kerja elektrometer. Dengan elektrometer, Marie hanya
membutuhkan beberapa hari saja sebelum menemukan bahwa thorium
memancarkan cahaya yang sama dengan uranium. Ia pun kemudian menyelidiki
lagi senyawa-senyawa kimia lainnya. Ternyata, kekuatan radiasi yang dihasilkan
tidak bergantung pada jenis senyawanya, tetapi hanya bergantung pada jumlah
uranium atau thorium yang terkandung di dalam senyawa tersebut.

Marie langsung menyimpulkan bahwa kemampuan radiasi uranium tidak


bergantung pada susunan atom di dalam molekul, tetapi pada bagian dalam
(interior) dari atomnya itu sendiri. Ia melanjutkan meneliti semua elemen dalam
Susunan Berkala Unsur-unsur. Ternyata hanya uranium dan thorium sajalah yang
bisa memancarkan radiasi ini.
Langkah berikut yang

diambil

oleh

Marie

adalah

meneliti

mineral/bebatuan alam yang mengandung uranium dan thorium. Dari semua


mineral alam tersebut, ia menemukan bahwa pitchblende memancarkan radiasi
secara lebih aktif, bahkan empat sampai lima kali lebih kuat dari uranium. Marie
pun membuat hipotesa bahwa ada sebuah elemen baru yang terkandung di dalam
mineral tersebut, dan elemen ini jauh lebih aktif dari uranium.
Melihat serunya penelitian yang dilakukan oleh istrinya, Pierre pun
menjadi tertarik dan kemudian memutuskan untuk bergabung dengan penelitian
Marie tersebut. Pierre menghentikan semua penelitiannya tentang kristal dan sifat
simetri di alam yang semula merupakan ketertarikan utamanya. Kerjasama
keduanya dengan cepat membawa hasil. Pada akhir Juni 1898, mereka berhasil
mendapatkan sebuah zat yang 300 kali lebih aktif dari uranium. Mereka yakin
bahwa zat tersebut merupakan sejenis logam yang baru yang belum pernah
ditemukan sebelumnya, dan logam ini memiliki sifat-sifat analitik yang mirip
dengan bismuth. Mereka pun mengusulkan supaya logam baru ini disebut
Polonium, sesuai nama negara asal Marie, Polandia. Dalam publikasinya ini
mereka untuk pertama kalinya menggunakan istilah radioaktivitas.
B. PENEMUAN POLONIUM DAN RADIUM.
Marie Sklodowska Curie (Polandia-Perancis, 1867-1934) menikah dengan
Pierre Curie (Perancis, 1859-1906) dan siap memulai kehidupan seorang peneliti
dengan meneliti sinar Becquerel sebagai tema penelitian untuk mendapatkan
gelar akademik. Pierre yang saat itu sudah menjadi salah satu peneliti terkemuka
bermaksud membantu istrinya dengan menyarankan pemakaian alat ukur arus
yang sangat sensitif (Galvanometer Feebles).
Marie Curie menggunakan alat ukur arus yang sangat sensitif dan
melakukan pengukuran secara kuantitatif radioaktivitas (kemampuan melepaskan

radiasi) dari materi yang dapat ia peroleh. Hanya materi yang mengandung
uranium

atau

thorium

yang

menunjukkan

radioaktivitas.

Berdasarkan

pengukuran secara kuantitatif diketahui bahwa radioaktivitas berbanding lurus


dengan jumlah uranium atau thorium, sedangkan suhu serta bentuk kimia dari
materi tidak berpengaruh. Tetapi disinipun teramati sesuatu yang di luar dugaan.
Dua bahan tambang uranium yaitu pitch blend (uranium oksida) dan shell corit
(tembaga dan uranil) menunjukkan radioaktivitas yang besar yang tidak dapat
dijelaskan dengan jumlah uranium yang ada di dalamnya. Marie Curie
mencampur shell corit dengan bahan lain dan kemudian melakukan pengukuran.
Ternyata hanya bagian yang mengandung uranium yang menunjukkan adanya
radioaktivitas.
Fakta ini dilaporkan di Akademi Sains Paris bulan April 1898. Marie
Curie berpikir bahwa di dalam batuan uranium alam terdapat unsur yang belum
diketahui dalam jumlah yang sangat sedikit, dan setelah itu ia lebih serius lagi
menemukan unsur radioaktif yang belum diketahui. Pierre kemudian berhenti
melakukan penelitiannya sendiri untuk bekerja sama dengan Marie menemukan
unsur baru. (Pierre terus melakukan penelitian radioaktivitas sebelum meninggal
pada tahun 1906 karena kecelakaan). Batuan dalam jumlah besar dilarutkan dan
dilakukan pemisahan dengan prosedur analisis kimia. Radioaktivitas dari bagian
yang terpisah diukur dengan alat ukur listrik yang dikonsentrasikan pada bagian
yang memiliki radioaktivitas tinggi. Unsur radioaktif yang belum diketahui itu
menunjukkan sifat yang mirip dengan bismuth. Bagian yang terambil ini ternyata
merupakan campuran antara bismuth sulfat dan bahan radioaktif dalam bentuk
sulfat. Pemisahan antara bismuth dan unsur yang belum diketahui itu dapat
dilakukan berdasarkan perbedaan sifat sublimasinya. Bahan campuran itu
dipanaskan dalam vakum pada suhu 700 C dan dibiarkan menyublim, dalam
suhu 250-300 C bahan radioaktif dalam bentuk sulfat itu menempel pada
dinding seperti cat berwarna hitam. Beginilah cara penemuan salah satu unsur
radioaktif yang belum diketahui. Pada Juni 1898 laporan atas nama suami-istri
Curie disampaikan kepada Akademi.
Dalam laporan ini diusulkan nama Polonium untuk unsur baru sesuai
dengan nama negara kelahiran Marie Curie. Dari analisis juga ditemukan adanya

radioaktifitas yang kuat di dalam kelompok barium, secara kimiawi sifatnya


sama dengan barium. Pemisahan bagian yang memiliki radioaktivitas dengan
cara pemisahan kristal berdasarkan perbedaan kelarutan dalam air, campuran air
dan alkohol, kelarutan garam dalam larutan asam klorida. Dengan cara seperti
inilah unsur radioaktif radium ditemukan. Penemuan ini dipresentasikan pada
bulan September 1898 sebagai hasil penelitian bersama suami-istri Curie dan
rekan sekerja Pemon.

Penemuan Sinar Kosmis


Muatan listrik yang diberikan kepada kamar ionisasi akan berkurang
(discharge) seiring dengan berjalannya waktu. Pada mulanya, gejala ini
diperkirakan karena tidak sempurnanya isolasi. Geitell (1900) dan C.T.R. Wilson
menemukan bahwa penyebabnya bukan karena tidak sempurnanya isolasi
melainkan karena ionisasi udara di dalam kamar ionisasi. Bagaimana ionisasi
bisa terjadi? Pertama, diperkirakan penyebabnya adalah radiasi dari dinding
dalam atau gas pengisi (dari nuklida radioaktif alam yang terkandung di
dalamnya). Melalui pemilihan bahan untuk dinding dan gas isian, pelepasan
muatan listrik sangat berkurang tetapi tidak hilang sama sekali. Berikutnya
diperkirakan radiasi dari bahan (udara dan tanah) di sekitar kamar ionisasi yang
menyebabkan ionisasi udara dalam kamar ionisasi. Namun ionisasi sama sekali
tidak hilang walaupun kamar ionisasi sudah dilingkupi seluruhnya dengan air
atau timbal. C.T.R. Wilson (1901) dan Richardson (1906) memperkirakan
penyebab ionisasi adalah radiasi dari luar bumi yang memiliki daya tembus
tinggi.
Mereka melakukan berbagai pengamatan. Sekitar tahun
1910 terdapat hasil penelitian yang mendukung perkiraan
tersebut. Ionisasi tingkat tinggi tidak dapat dijelaskan
hanya dengan nuklida radioaktif yang berada di dalam
tanah.

Jika kamar ionisasi semakin dijauhkan dari permukaan bumi, maka


ionisasi dalam kamar ionisasi pasti berkurang karena radiasi dari nuklida dalam
tanah terserap oleh udara. Bergwitz (1910), Mc Lenna dan Macallum (1911)
melakukan penelitian semacam itu tetapi pengurangan jumlah ionisasi lebih kecil
daripada yang diperkirakan. Wulf (1909) melakukan penelitian yang sama di
menara Eiffel dan ia menemukan jumlah ionisasi 6 kali lebih banyak, dan ini
bertentangan dengan perkiraan adanya serapan radiasi dari tanah oleh udara. Ia
beranggapan bahwa sumber sinar gamma ada di lapisan atas atmosfir atau
serapan radiasi oleh udara lebih kecil daripada yang diperkirakan. Gockel (1910)
melangkah lebih jauh dengan melakukan pengukuran jumlah ionisasi dengan
kamar ionisasi yang dinaikkan pada balon udara hingga ketinggian 4500 m.
Dengan demikian menjadi jelas bahwa jumlah ionisasi meningkat dengan
ketinggian. Radiasi dari tanah pasti tidak akan mencapai ketinggian seperti ini,
dan dengan demikian diketahui adanya sumber radiasi lain di lapisan atas udara.
Gockel beranggapan penyebab lepasan muatan listrik adalah gas radioaktif hasil
peluruhan inti radioaktif yang terakumulasi pada lapisan atas atmosfir. Dengan
ini penjelasan terhadap hasil pengamatan sedikit mengalami kemajuan.

PENGAMATAN DENGAN BALON UDARA


Adalah Hess (Austria) yang memperjelas keberadaan radiasi kosmik. Dia
melakukan pengamatan dengan meletakkan kamar ionisasi pada balon udara
seperti yang dilakukan Gockel. Pertama, pengukuran dilakukan hingga
ketinggian 1070 m (tahun 1911), intensitas radiasi tidak begitu berbeda dengan
intensitas pada permukaan bumi.
Berikutnya, pengukuran dilakukan hingga ketinggian 5350 m (1912),
pada altitude rendah jumlah ionisasi berkurang tetapi di ketinggian sekitar 800 m
jumlah ionisasi mulai meningkat, pada ketinggian 4000 m jumlahnya sekitar 6
kali lipat dari nilai di permukaan bumi), pada 5000 m sekitar 9 kali lipat. Hasil

seperti ini tidak dapat dijelaskan dengan adanya akumulasi gas radioaktif, dan
disimpulkan bagaimanapun juga terdapat sejenis radiasi yang datang dari luar
bumi. Dan bila memang demikian, radiasi ini memiliki daya tembus sangat
tinggi. Mengapa? Dari luar bumi hingga ketinggian 5000 m di atas permukaan
bumi terdapat lapisan yang setara dengan 5 - 6 m air.
Ekivelen dengan itu, sampai ke permukaan bumi terdapat lapisan yang
setara dengan 10 m air. Radiasi dari luar bumi ini menembus lapisan setebal ini
hingga sampai di bumi. Kalau sinar-X atau gamma hampir seluruhnya dapat
diserap oleh air dengan ketebalan 1 m, maka dapat dibayangkan daya tembus
radiasi dari luar bumi ini. Radiasi dari luar bumi ini di Jerman disebut "radiasi
tempat tinggi", "radiasi Hess", di Inggris disebut "radiasi kosmik" dan sekarang
ini digunakan nama "radiasi kosmik". Setelah itu, radiasi kosmik yang berenergi
tinggi menarik perhatian ahli fisika di seluruh dunia untuk melakukan penelitian.

PENGAMATAN SIFAT RADIASI KOSMIK


Koehoerster (1913; 1914) secara teliti melakukan pengukuran hingga
ketinggian 9300 m, intensitas ionisasi radiasi kosmik pada ketinggian ini 50 kali
lipat daripada di permukaan bumi. Koefisien serapan radiasi kosmik oleh udara
diperoleh sebesar 1x10-5 cm-1 (sekitar 1/5 dari sinar gamma dari Ra-C). Pada
tahun 1925, Millikan dan Cameron menemukan koefisien serapan sinar kosmik
oleh air 1,8~3,0 x 10-3 cm-1, nilai yang diperoleh Kolhoerster 2,5x10-3 cm-1
dan dengan demikian keberadaan sinar kosmik dapat dipastikan. Kolhoerster
(1933) memastikan keberadaan sinar kosmik dengan tabung Geiger Mueller pada
kedalaman 1000 m di bawah air. Clay (1927) dan Compton (1930) melakukan
pengamatan secara meluas di atas permukaan bumi. Dipastikan bahwa intensitas
radiasi di sekitar katulistiwa sangat kecil (efek posisi lintang).
Radiasi kosmik primer yang memasuki atmosfir bumi bermuatan listrik,
partikel kecil yang memiliki momentum kecil akan dihamburkan balik oleh

medan magnet bumi, demikian penjelasan Stormer (1930), Lemaitree dan


Vallarta (1933).

PENEMUAN PARTIKEL BARU


Pada tahun 1927, Skobelzyn untuk pertama kali mengamati lintasan sinar
kosmik dengan menggunakan kamar-kabut Wilson. Berikutnya Anderson (1932)
meletakkan kamar-kabut Wilson pada medan magnet kuat. Ia mengamati adanya
lingkungan radiasi kosmik dan ia mengukur besarnya energi berdasarkan foto
yang diambil. Dengan cara seperti ini lintasan partikel kosmik yang hampir sama
dengan lintasan elektron dalam medan magnet tetapi arahnya berbalikan. Inilah
penemuan positron, dan hal ini memberi sokongan kepada perkembangan
mekanika kuantum relativistik berdasarkan teori kuantum yang disampaikan
Dirac pada saat itu. Street dan Stevenson (1937) pada tahun 1947 menemukan
lingkungan lintasan partikel yang terhenti di dalam kamar-kabut yang diberi
medan magnet, dan massanya terukur sekitar 10 kali lipat massa elektron. Inilah
penemuan partikel meson.

SINAR ALPHA, BETA, GAMMA


Penemuan radiasi yang sifatnya berbeda
Thomson (Joseph John Thomson) melakukan penelitian sinar katoda di
pusat penelitian Cavendish di Universitas Cambridge dan menemukan elektron
yang merupakan salah satu pembentuk struktur dasar materi. Pada tahun 1895
datanglah Ernest Rutherford, seorang kelahiran Selandia Baru yang bermigrasi
ke Inggris, untuk bekerja di bawah bimbingan J.J. Thomson. Pada mulanya
Rutherford tertarik kepada efek radioaktivitas dan sinar-X terhadap konduktivitas
listrik udara.
Partikel (radiasi) berenergi tinggi yang dipancarkan oleh bahan radioaktif
menumbuk dan melepaskan elektron dari atom yang ada di udara, dan inilah
yang menghantarkan arus listrik. Setelah mengadakan penelitian bersama dengan
J.J. Thomson, pada tahun 1898 Rutherford menunjukkan bahwa sinar-X dan

radiasi yang dipancarkan oleh materi radioaktif pada dasarnya bertingkah laku
sama.
Selain itu berdasarkan pengukuran serapan materi terhadap radiasi yang
dipancarkan oleh materi radioaktif seperti uranium atau thorium, ia menyatakan
paling sedikit ada 2 jenis radiasi yang dipancarkan oleh bahan radioaktif alam
uranium dan thorium. Satu memiliki daya ionisasi yang sangat besar, karena itu
mudah diserap oleh materi, dapat dihentikan dengan kertas tipis, yang satu lagi
memiliki daya ionisasi yang lebih kecil dan daya tembus yang besar.
Menggunakan dua huruf pertama abjad Yunani, yang pertama disebut radiasi
alpha, yang kedua radiasi Beta. Selain itu juga diketahui adanya radiasi yang
memiliki daya tembus lebih besar dari pada Beta, dan radiasi ini disebut radiasi
Gamma. Garis besar sifat radiasi Alpha, Beta dan Gamma ditunjukkan pada
Gambar 6. Radiasi alpha dapat ditahan dengan selembar kertas, Beta dengan 1
mm aluminium, Gamma dengan 1,5 cm timbal (Gambar 7).

Secara garis besar radiasi digolongkan ke dalam radiasi pengion dan radiasi nonpengion.
Radiasi Pengion
Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses
ionisasi (terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan
materi. Yang termasuk dalam jenis radiasi pengion adalah partikel alpha, partikel
beta, sinar gamma, sinar-X dan neutron. Setiap jenis radiasi memiliki karakteristik
khusus.

Mempunyai ukuran (volume) dan muatan listrik positif yang besar.


Tersusun dari dua proton dan dua neutron, sehingga identik dengan inti atom
Helium. Daya ionisasi partikel alpha sangat besar, kurang lebih 100 kali daya
ionisasi partikel dan 10.000 kali daya ionisasi sinar-gamma. Karena mempunyai
muatan listrik yang besar, maka partikel alpha mudah dipengaruhi oleh medan
listrik yang ada di sekitarnya dan setelah terlepas dari sumbernya hanya mampu
menjangkau jarak sejauh 4-5 cm di dalam media udara. Sedangkan akibat
ukurannya yang besar maka partikel alpha tidak mampu menembus pori-pori kulit
kita pada lapisan yang paling luar sekalipun, sehingga radiasi yang diapancarkan
oleh partikel alpha tersebut tidak berbahaya bagi manusia apabila berada di luar
tubuh.

Mempunyai ukuran dan muatan listrik lebih kecil


dari partikel alpha. Daya ionisasinya di udara 1/100 kali daya ionisasi partikel
alpha. Dengan ukurannya yang lebih kecil, partikel mempunyai daya tembus
lebih besar dari partikel alpha. Karena muatannya yang kecil daya jangkau
partikel di udara bisa sejauh 9 cm, untuk selanjutnya dibelokkan oleh medan
listrik
yang
ada
di
sekitarnya.

Tidak mempunyai besaran volume dan muatan listrik sehingga


dikelompokkan ke dalam gelombang elektromagnetik. Daya ionisasinya di dalam
medium sangat kecil. Karena tidak mempunyai muatan listrik maka sinar gamma

tidak terbelokkan oleh medan listrik yang ada di sekitarnya, sehingga daya
tembusnya sangat besar dibandingkan dengan daya tembus partikel alpha atau
beta ().

d. Sinar-X
Mempunyai kemiripan dengan sinar gamma, yaitu dalam hal daya jangkau
pada suatu media dan pengaruhnya oleh medan listrik. Yang membedakan antara
keduanya adalah proses terjadinya. Sinar gamma dihasilkan dari proses peluruhan
zat radioaktif yang terjadi pada inti atom, sedangkan sinar-X dihasilkan pada
waktu elektron berenergi tinggi yang menumbuk suatu target logam. Sinar gamma
akan dipancarkan secara terus menerus oleh sumber radioaktif selama sumber
tersebut bersifat tidak stabil, sedangkan sinar-X dapat setiap saat dihentikan
pancarannya apabila pesawat sinar-X tidak diberikan suplai daya (tenaga listrik).
e. Partikel Neutron
Mempunyai ukuran kecil dan tidak mempunyai muatan listrik. Karena
ukurannya yang kecil dan tidak terpengaruh oleh medan listrik di sekitarnya,
maka partikel neutron memiliki daya tembus yang tinggi. Partikel neutron dapat
dihasilkan dari reaksi nuklir antara satu unsur tertentu dengan unsur lainnya.
Radiasi Non Pengion
Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan
efek ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Radiasi non-pengion tersebut
berada di sekeliling kehidupan kita. Yang termasuk dalam jenis radiasi non-

pengion antara lain adalah gelombang radio (yang membawa informasi dan
hiburan melalui radio dan televisi); gelombang mikro (yang digunakan dalam
microwave oven dan transmisi seluler handphone); sinar inframerah (yang
memberikan energi dalam bentuk panas); cahaya tampak (yang bisa kita lihat);
sinar ultraviolet (yang dipancarkan matahari).

DAFTAR PUSTAKA

http ://www. Infonuklir.com

http://nautilus.fis.uc.pt/st2.5/scenes-e/biog/b0007.html

http://web.lemoyne.edu/~giunta/becquerel.html

http://www.accessexcellence.org/AE/AEC/CC/historical_background.html

http://www.dhm.de/lemo/html/biografien/BecquerelAntoine/

http://www.lgl.lu/Departements/Physique/histoire-des-scienceslgl/exposes-1999-2000/becquerel-antoine-henri.htm

http://www.rtstudents.com/radiology/antoine-henri-becquerel.htm

You might also like