Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
BAB I. MOTOR INDUKSI AC TIGA FASA....................................................................1
1.1.
Motor Induksi...........................................................................................................1
1.1.1. Kontruksi Motor Induksi....................................................................................1
1.1.2. Prinsip Kerja Motor Induksi..............................................................................2
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
1.6.
Umum......................................................................................................................21
2.2.
Konstruksi...............................................................................................................21
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
Penguat Generator.................................................................................................32
2.7.
2.8.
Generator Berbeban..............................................................................................33
2.9.
Pengatur Tegangan.................................................................................................35
2.10.
2.11.
3.2.
3.3.
Modul Motor AC
1
BAB I. MOTOR INDUKSI AC TIGA FASA
1.1.
Motor Induksi
Motor induksi tiga fasa terdiri dari dua tipe yaitu motor induksi rotor sangkar dan
motor induksi rotor belit. Keduanya bekerja dengan prinsip kerja yang sama, tetapi
berbeda pada kontruksi rotornya.
Gambar 1.
Kontruksi Stator Motor Induksi*)
*) Zuhal, Dasar Teknik Tenaga Listrik, PT. Gramedia, Jakarta,1991,hal.101.
Inti rotor sangkar terdiri atas sejumlah batang konduktor yang dihubungkan
sedemikian rupa dengan kedua buah gelang sehingga mempunyai sebuah sangkar
Modul Motor AC
2
berbentuk silinder. Batang batang konduktor dipasang secara aksial atau agak
miring dan ujung ujungnya dihubungkan dengan sebuah cincin1).
Salah satu kontruksi rotor motor induksi dapat dilihat pada gambar 2. Sebagai
berikut:
Gambar 2.
Kontruksi Rotor Motor Induksi Rotor Sangkar*)
inc.
akan
mengalir arus tiga fasa yang berubah terhadap waktu sehingga timbul fluksi pada
masing masing fasa.
Karena terdapat jarak dari setiap belitan dan beda fasa dari arus dalam
belitan maka fluksi yang dihasilkan tiap fasa akan bergabung dan
bergerak mengelilingi permukaan stator dengan kecepatan konstan.
Fluksi ini disebut dengan medan magnet putar2).
1)
2)
Hery Purnomo, Mesin Arus Bolak Balik, Malang, 2000, hal. 38.
E.C. Lister, Mesin dan Rangkaian Listrik , Airlangga, Jakarta, 1988 hal. 213.
Modul Motor AC
3
Medan magnet putar biasanya konstan, berputar dengan kecepatan sinkron
dengan arah putaran yang tergantung pada konfigurasi hubungan terminal suplai
dengan terminal belitan stator. Persamaan untuk kecepatan sinkron sebagai berikut:
nS
120 f
p
(1)
Keterangan:
nS
: Frekuensi (Hz)
: Jumlah kutub
Dalam motor induksi tidak terdapat hubungan listrik antara rotor dan stator.
Arus yang mengalir pada rotornya merupakan arus induksi. Apabila medan magnet
putar melintasi konduktor rotor, pada konduktor akan diinduksikan ggl yang akan
menyebabkan aliran arus. Jadi dengan adanya konduktor rotor yang mengalirkan
arus dalam medan stator akan menimbulkan gaya yang bekerja padanya3).
Gambar 3. Menunjukkan penampang stator dan rotor motor induksi dengan
medan stator diasumsikan berputar berlawanan arah jarum jam sehingga batang
konduktor pada rotor dapat diasumsikan berputar searah jarum jam terhadap medan
putar stator.
Gambar 3.
Penampang Stator Dan Rotor*)
*)S.K. Bhattacharya, Electrical Machines, New Delhi Mc. Hill,1986,hal. 5.
3)
Modul Motor AC
4
Dengan menggunakan aturan tangan kanan arah dari ggl induksi pada tiap
tiap konduktor pada kondisi tertentu ditentukan yang ditandai dengan tanda silang
dan tanda titik pada tiap tiap konduktor rotornya. Ggl induksi yang dihasilkan
pada coil 4 41 akan maksimum, sebab posisi ini rata rata permukaan fluksinya
adalah maksimum dan ggl induksi pada posisi coil 1 11 adalah nol.
Karena konduktor konduktor pada rotor merupakan rangkaian tertutup, maka
akan mengalir arus sehingga timbul kopel dan apabila kopel yang timbul lebih
besar dari kopel beban, maka rotor akan berputar dengan arah putaran yang sama
dengan putaran medan putar stator.
Motor induksi bekerja dengan kecepatan putar rotor selalu lebih kecil dari
putaran sinkronnya. Jika terjadi putaran rotor mencapai putaran sinkronnya, maka
rotor akan tetap diam terhadap fluksi yang berputar, sehingga tidak akan ada ggl
yang diinduksikan, karena tidak ada arus listrik maka tidak akan dihasilkan kopel.
Kecepatan relatif putaran rotor terhadap medan putar stator disebut dengan slip
yang dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
s
ns nr
x100%
ns
(2)
Keterangan:
1.2.
nr
ns
Modul Motor AC
5
1.1. Dalam Keadaan Tidak Berputar
Dalam keadaan berhenti, rangkaian pengganti motor induksi sama dengan
rangkaian pengganti pada transformator dalam keadaan tanpa beban seperti
diperlihatkan pada gambar dibawah ini
I1
R1
X1
I0
Rc
V1
Xm
E1
Gambar 4.
Rangkaian Pengganti Stator Motor Induksi Per Fasa Keadaan Diam*)
*)Hery Purnomo, Mesin Arus Bolak Balik, Malang, 2000, hal.15.
Keterangan:
R1: tahanan belitan stator ( )
X1: reaktansi bocor belitan stator ( )
Xm : reaktansi pemagnetan ( )
Rc : tahanan inti besi ( )
Pada rotor hubungan terbuka (beban nol), dan stator dihubungkan dengan
sumber tegangan V1 dengan frekuensi f1, maka pada belitan stator akan mengalir
arus beban nol (I0) yang akan menimbulkan gaya gerak magnet. Akibat dari gaya
gerak magnit ini menimbulkan fluksi utama ( m ) yang kemudian menginduksikan
tegangan E1 pada stator.
sama dengan frekuensi tegangan f1. Maka akan diperoleh tegangan terinduksi
sebesar:
E1 = 4,44 x f1 x N1 x kw1 x m
(3)
E2 = 4,44 x f2 x N2 x kw2 x m
(4)
Keterangan:
N1 : jumlah belitan pada stator
N2 : jumlah belitan pada rotor
Modul Motor AC
6
kw1: faktor belitan pada stator
kw1: faktor belitan pada rotor
Maka besar tegangan terinduksi pada rotor tergantung pada perbandingan
belitan stator dan rotor yaitu:
E2 =
N2
xE1
N1
(5)
(6)
(7 )
E2 = I2 (R2/s + j s X2 )
(8)
I1
V1
Modul Motor AC
R1
X1
Rc
I0
R2/s
Xm
E1
E2
X2
I2
Gambar 5.
Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Per Fasa Keadaan Berputar *)
*)Hery Purnomo, Mesin Arus Bolak Balik, Malang, 2000, hal. 16.
Apabila sisi primer (stator) sebagai referensi, maka rangkaian penggantinya
dapat ditunjukkan pada gambar 6.
I1
R1
X1
I0
Rc
V1
R21/s
X21
I21
Xm
Gambar 6.
Penyederhanaan Rangkaian Ekivalen Stator Sebagai Referensi*)
*)Hery Purnomo, Mesin Arus Bolak Balik, Malang, 2000, hal. 16.
1
R2
R
1
1
R2 2 R2 .
s
s
1
R2
1 s
1
1
R2 R2
s
s
(9)
1 s
merupakan daya yang keluar
s
Modul Motor AC
8
1.3.
a
I1 R1
X1
I0
R21
Rc
V1
X21
I21
1 s
R21 (
)
s
Xm
b
Gambar 7.
Rangkaian Ekivalen Per Fasa Yang Sebenarnya Dari Motor Induksi *)
*)Hery Purnomo, Mesin Arus Bolak Balik , Malang, 2000, hal. 17.
Impedansi pengganti ZO yang merupakan hasil paralel antara Rc dan Xm
yaitu:
ZO
Untuk
jRc . X m
Rc jX m
(10)
mempermudah
dalam
perhitungan,
maka
rangkaian
diatas
Xab
R21
X21
Vab
I21
1 s
R21 ( )
s
Gambar 8.
Rangkaian Ekivalen Dengan Theorema Thevenin*)
*)Hery Purnomo, Mesin Arus Bolak Balik , Malang, 2000, hal. 28.
Modul Motor AC
9
Dari gambar diatas diperoleh bahwa:
Zo
V1 dimana:
Z o Z1
Vab
Z1 = R1 + jX1 ( )
Vab = V1 IO Z1
(11)
(12)
Z1 xZ o
sumber tegangan dimatikan
Z1 Z O
Z ab Z1 // Z O
(13)
Dari rangkaian pengganti dapat dihitung arus yang mengalir pada belitan
sisi rotor:
Vab
I 21
Rab
2
R21
X ab X 21
S
(14)
Tem
Pem
dimana
2
3xVab x R2
s
R1
s Rab 2 X ab X 21
s
(15)
1 2
2
2
1 2
2
2
Modul Motor AC
Rab X ab X 21 0
Rab X ab X 21
10
sm
R21
Rab 2 X ab X 21 2
Pcu 1
Pcu 2
stator
P1
rotor
Pem
Pem
Pst1
Celah
udara
Padd
P2
Prm
Gambar 9.
Diagram Aliran Daya Motor Induksi*)
*)Hery Purnomo, Mesin Arus Bolak Balik , Malang, 2000, hal. 25
P1 : daya masukan
Pcu1 : rugi rugi tembaga pada belitan stator
Pst1 : rugi inti pada stator.
Pem : daya elektromagnetik yang ditransfer dari stator ke rotor melalui celah
udara.
Pcu2 : rugi tembaga pada belitan rotor.
Pf+w : rugi mekanik pada rotor (rugi gesekan dan angin).
Padd : rugi tambahan dengan adanya distorsi dari bentuk gelombang inputnya.
Modul Motor AC
11
P2 : daya keluaran pada motor induksi.
Sehingga daya dari motor induksi adalah:
P1 = Pem + Pcu1 + Pst1
Pem = P1 - Pcu1 - Pst1
(16)
Daya elektormagnetik ditransfer dari stator ke bagian rotor melalui celah udara,
apabila rugi rugi pada rotor dianggap nol maka seluruh daya yang masuk pada
rotor diubah menjadi daya mekanis, tetapi karena pada rotor timbul aliran arus maka
pada rotor terdapat rugi rugi daya out put menjadi (P2), yaitu:
P2 = Pem Pf+w - Pcu2 Padd
(17)
Pout
x100% daya keluaran / daya masukan x 100 %
Pin
(18)
ab
Vab
1 2
2
ab
X 21
(19)
R21
I 21
jX m
I1
jX m R21 jX 21
I1 st
Modul Motor AC
(20)
jX m jX 21 R21 1
.I 2
jX m
(21)
12
1.4.
3.1.
3.2.
3.3.
arus dan daya masuk dapat diukur dengan volt meter, amper meter dan wattmeter.
I0
R1
V1
X1
R1
Rc
Xm
Gambar 10.
Rangkaian Ekivalen Tanpa Beban*)
*)Hery Purnomo, Mesin Arus Bolak Balik , Malang, 2000, hal. 18.
Modul Motor AC
13
Adapun rangkaian pengujiannya adalah sebagai berikut:
Pengatur
Tegangan
A1
Watt
V1
meter
3
Variable
M3
Gambar 11.
Rangkaian Pengujian Tanpa Beban*)
*) Mc. Phersor, 1989, hal. 279.
keterangan:
V1 =Vtb : tegangan masukan stator pada saat tanpa beban (V)
A1 = Itb : arus stator saat pengujian tanpa beban (A)
Z tb
VL L
3.I tb
Rtb R1
(22)
Z tb Rtb jX tb
X tb
Z ab Rtb
(23)
2
/ fasa
Xm = Xtb X1
(24)
(25)
Modul Motor AC
14
reaktansi dari motor akan bernilai nol, sehingga hanya resistansi pada stator yang
membatasi arus yang mengalir pada motor4).
Idc
Vdc
PENGATUR
TEGANGAN
DC VARIABLE
Gambar 12.
Rangkaian Pengujian Tahanan DC*)
*) Stephen J. Chapman, Electric Machinery, Mc. Graw Hill inc. 1991, hal. 611.
Sumber tegangan searah dihubungkan pada dua dari tiga terminal motor yang
terhubbung bintang, seperti pada gambar diatas. Arus yang masuk disesuaikan
dengan nilai rating dan tegangan antara terminal yang diukur. Arus akan mengalir
pada dua belitan, maka total tahanan yang dialiri arus adalah:
Rdc
Vdc
I dc
(26)
Keterangan:
Vdc: tegangan masukan terminal (V)
Idc : arus yang mengalir pada belitan stator (A)
Rdc: tahanan belitan stator diukur pada dua terminal dalam hubungan bintang ( )
Untuk menentukan tahanan belitan stator R1 perfasa, dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
R1
Rdc
1
(27)
4)
Stephen J. Chapman, Electric Machinery, Mc. Graw Hill inc. 1991 hal. 611.
Modul Motor AC
15
1.4.3. Pengujian Rotor Ditahan
Pengujian blok rotor test (rotor ditahan) dilakukan untuk mendapatkan arus
jangkar nominal (Inom), tegangan hubung singkat (Vsc) dan daya hubung singkatnya
(Psc).
ISC
X1
R1
R12
X12
Gambar 13.
Rangkaian Ekivalen Rotor Ditahan*)
*)Hery Purnomo, Mesin Arus Bolak Balik , Malang, 2000, hal. 22.
Rangkaian pengujian:
Pengatur
Tegangan
3
Variable
Asc
Vsc
Watt
meter
3
Rotor ditahan
M3
Gambar 14.
Pengujian Rotor Ditahan*)
*) Mc. Phersor, 1989, hal. 280.
Rumus pengujian dapat dihitung:
Z BR
RBR
Modul Motor AC
VSC L L
3.I nom
PSC
3( I nom ) 2
(28)
(29)
16
X BR
Z BR RBR
(30)
(31)
(32)
2.
X1
1
X1 X 2
X2
1
X1 X 2
0,5
0,4
0,3
0,5
0,5
0,6
0,7
0,5
0,5
0,5
1.5.
adalah starting dengan metode dua tahap untuk dipergunakan pada motor induksi tiga
fasa yang di desain bekerja dengan belitan stator terhubung segitiga (delta). Starter ini
biasanya digunakan pada motor dengan tegangan antara 200 sampai dengan 600 volt.
Modul Motor AC
17
.
U
V
W
0 Y
2
14
10
15
13
Y
Z
Gambar 15.
Sakelar Bintang Segitiga*) *)AEG Zwichen den Stellensen.
Tabel 2. Keterangan Terminal Sakelar *)
T. Sakelar
Motor
Sumber
2
U
4
Z
5
X
10
V
13
14
W
15
Y
IL
IL
VY
Ip
VLL
VY(L- L)
Zst
IL
3
Zst
18
*)Sumanto, Motor Arus Bolak Balik, Andi Offset, Yokyakarta, 1989, hal. 89.
Keterangan:
1. Jika kumparan stator dihubungkan bintang dan diberi tegangan sumber sebesar VL-L,
VL
, sehingga arus tiap fasa sama dengan arus line
3
VL L
IP
V
Z
Arus starting
V
IY
(32)
IP
Kedua arus starting yang didapat dari persamaan di atas jika dibandingkan
akan memperoleh hasil sebagai berikut:
Modul Motor AC
19
VL
VL
I PY
Z
I P VL
Z
1.6.
1
=
atau
3
VL
I LY
1
1
Z Z
I L I p 3 VL 3
3 3 3
Z
(33)
Karena itu, isolasi yang digunakan untuk belitan dan bagian lainnya dari motor harus
mampu secukupnya menahan suhu ini. Sebab isolasi akan memburuk pada suhu yang
tinggi dan dapat merusak belitan stator dari motor tersebut dan kelompok bahan isolasi
dikelompokkan dalam beberapa macam menurut hambatan panas, dan kelas isolasi yang
dipakai pada motor motor listrik biasanya adalah kelas A, E, B, dan F seperti pada
tabel dibawah ini.
Tabel 3.
Kelas Isolasi Dan Suhu Maksimum Yang Diperbolehkan IEC *)
Kelas isolasi
Suhu maksimum yang diperbolehkan (0C)
A
105
E
120
B
130
F
155
Jakarta,
Modul Motor AC
20
Ketentuan
VDE
BS
CSA
NEMA
ASA
CEI
NEK
NBN
NF
IS
IEC
Suhu
Keliling
(0C)
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
*)Abdul Kadir, Mesin Tak Serempak, Djambatan, Jakarta, 1986, hal. 203.
Modul Motor AC
21
BAB II. GENERATOR AC
2.1.
Umum
Generator AC banyak kita jumpai pada pusat-pusat tenaga listrik (dengan
kapasitas yang relatif besar). Misalnya, pada PLTA, PLTU, PLTD, PLTG dan lain-lain.
Di sini umumnya generator AC disebut dengan alternator atau generator saja.
Dibandingkan dengan generator DC, generator AC lebih cocok untuk
pembangkit tenaga listrik berkapasitas besar. Hal ini berdasarkan atas pertimbanganpetimbangan antara lain:
a. Timbulnya masalah komutasi pada generator DC.
b. Timbulnya persoalan dalam hal menaikkan atau menurunkan tegangan pada listrik
DC. Hal ini menimbulkan persoalan untuk hantaran dalam pengiriman tenaga listrik
(transmisi/ distribusi), masalah pnampang kwat, tiang transmisi, rugi-rugi dan
sebagainya.
c. Listrik AC relatif lebih mudah untuk diubah menjadi listrik DC.
d. Masalah efisiensi mesin dan lain-lain pertimbangan.
2.2. Konstruksi
Bagian-bagian terpenting dari generator AC adalah:
a.
Rangka stator, dibuat dari besi tuang. Rangka stator merupakan rumah dari
bagian-bagian generator yang lain.
b.
Stator, bagian ini tersusun dari plat-plat (yang dipergunakan juga pada
jangkar dari mesin arus searah) stator yang merupakan alur-alur sebagai
tempat meletakkan lilitan stator. Lilitan stator berfungsi sebagai tempat
terjadinya GGL induksi.
c.
d.
Slip ring atau cincin geser, dibuat dari bahan kuningan atau tembaga yang
dipasang pada poros dengan memakai bahan isolasi. Slip ring ini berputar
Modul Motor AC
22
bersama-sama dengan poros dan rotor. Jumlah slip ring ada dua buah yang
masing-masing slip ring dapat menggeser sikat arang yang masing-masing
merupakan sikat positif dan sikat negatif, berguna untuk mengalirkan arus
penguat magnet ke lilitan magnet pada rotor.
e.
Generator penguat, adalah suatu generator arus searah yang dipakai sebagai
sumber arus. Biasanya yang dipakai adalah dinamo shunt. Generator arus
searah ini biasanya dikopel terhadap mesin pemutarnya bersama generator
utama. Akan tetapi sekarang banyak generator yang tidak menggunakan
generator arus searah (dari luar) sebagai sumber penguat, sumber penguat
diambil
dari
ggl
sebagian
kecil
belitan
statornya.
Ggl
tersebut
(a)
(b)
* Prof. Ir. Abdul Kadir, Mesin Sinkron,Penerbit Djambatan, Jakarta, 1999, Halaman 29.
Modul Motor AC
23
2.2.2. Generator Kutub Luar
Cara sederhana untuk membuat generator arus bolak-balik adalah dengan memutar
sebuah belitan dalam suatu medan magnet (gambar 12(a)). Medan magnet diperoleh
dari sepasang magnet permanen, dengan kutub utara dan kutub selatan. Dalam medan
magnet ini diputar sebuah belitan. Arus listrik yang dibangkitkan dalam belitan diambil
dengan bantuan sepasang cincin geser dan sikat.
* Prof. Ir. Abdul Kadir, Mesin Sinkron,Penerbit Djambatan, Jakarta, 1999, Halaman 29.
Gambar 12(b) mamperlihatkan prinsip mesin kutub luar. Kutub U dan S dipasang pada
sebuah stator. Stator ini juga berfungsi sebagai penghantar garis-garis magnet.
Konstruksi seperti ini digunakan untuk putaran rendah, dengan jumlah kutub yang
banyak.
Pada mesin-mesin dengan putaran yang tinggi agak sulit untuk membuat rotor
dengan kutub menonjol yang mempunyai keseimbangan dinamis yang baik.
Keseimbangan dinamis yang lebih mudah tercapai bila rotor diberi bentuk silindris.
Dengan demikian tubuhnya tidak menonjol.
rotor
silindris
* Prof. Ir. Abdul Kadir, Mesin Sinkron,Penerbit Djambatan, Jakarta, 1999, Halaman 30.
Modul Motor AC
24
* Drs. Sumanto, MA, Mesin Sinkron, Penerbit Andi, Yogyakarta, 1996, Halaman 2.
Konstruksi generator yang umum dipakai adalah jenis kutub dalam dan yang
selanjutnya dibicarakan adalah konstruksi generator kutub dalam ini. Kelebihan
generator kutub dalam pada intinya adalah bahwa generator itu dapat menghasilkan
tenaga listrik yang sebesar-besarnya, karena tegangan yang terbentuk dapat langsung
diambil dari lilitan statornya.
Untuk memberi gambaran tentang generator sinkron yang sebenarnya dapat
dilihat pada gambar-gambar berikut. Di situ ditunjukkan suatu generator yang
dipasang mendatar dan tegak (dengan kapasitas yang relatif besar) dan contoh mesin
sinkron ukuran kecil.
Modul Motor AC
25
* Drs. Sumanto, MA, Mesin Sinkron, Penerbit Andi, Yogyakarta, 1996, Halaman 7.
Modul Motor AC
26
salient pole
u
s
s
u
s
* Drs. Sumanto, MA, Mesin Sinkron, Penerbit Andi, Yogyakarta, 1996, Halaman 7.
2.3.
27
rotor yang diberi penguat arus searah mendapat tarikan dari kutub medan putar
stator hingga turut berputar dengan kecepatan yang sama (sinkron).
Pada beban nol, sumber kutub medan putar berimpit dengan sumber kutub
kumparan medan ( = 0). Setiap penambahan beban membuat medan rotor
tertinggal sebentar dari medan stator, terbentuk sudut kopel (); untuk kemudian
berputar dengan kecepatan yang sama lagi. Beban maksimum tercapai ketika =
90o. Penambahan beban lebih lanjut mengakibatkan hilangnya kekuatan kopel
dan generator tersebut kehilangan sinkronisasi.
Pada saat generator berbeban, maka pada kumparan jangkar stator
mengalir arus. Arus ini menimbulkan fluks jangkar. Fluks jangkar yang
ditimbulkan arus (A) akan berinteraksi dengan yang dihasilkan kumparan
medan rotor (F), sehingga menghasilkan fluks resultan (R).
R
(a)
(b)
A
(c)
(d)
Modul Motor AC
28
Keterangan gambar:
a. Arus jangkar (I) sefasa dengan ggl (E).;Jenis beban : tahanan (resistif).;A
tegak lurus terhadap F.
b. Arus jangkar (I) terdahulu dengan sudut dari ggl (E).;
Jenis beban :
kapasitif.;
c. Arus jangkar (I) terdahulu dengan sudut 900 dari ggl (E).; Jenis beban :
kapasitif murni.;
d. Arus jangkar (I) terbelakang dengan sudut 900 dari ggl (E).;
beban : induktif murni.;
mamperlemah
F,
Jenis
terjadi
pengaruh
pemagnetan.
Terlihat reaksi jangkar pada alternator (generator) tergantung pada jenis
beban yang dilayani, dengan kata lain bergantung pada sudut fasa antara arus
jangkar (I) dengan tegangan induksi (ggl).
2.4.
1 periode
X
* Drs. Sumanto, MA, Mesin Sinkron, Penerbit Andi, Yogyakarta, 1996, Halaman 8.
Modul Motor AC
29
Pada generator P kutub, waktu yang digunakan untuk satu putaran sama
dengan p periode.
P adalah jumlah kutub.
p adalah jumlah pasang kutub.
Pada generator 2 kutub, 1 periode sama dengan 1 putaran.
Pada generator 4 kutub, 1 periode sama dengan putaran.
Pada generator P kutub, 1 periode bersamaan dengan 1/p putaran.
Dari gambar 20 dapat dilihat bahwa setiap kutub U-S berputar satu kali,
maka akan menghasilkan satu gelombang atau getaran yang terdiri dari satu
lengkung positif dan satu lengkung negatif dalam bentuk sinus secara sempurna.
Banyaknya gelombang yang berbentuk setiap detik disebut frekuensi.
Sedangkan waktu yang diperlukan untuk terbentuknya satu gelombang disebut
satu periode.
Sehingga antara kedua nilai ini akan diperoleh hubungan:
f =
1
.................................................................................(3)
T
Pn
..............................................................................(4)
120
Modul Motor AC
30
Jika ditinjau dari hubungan antara generator dan frekuensi listrik yang
dihasilkan generator AC, maka dapat dibedakan atas:
a.
Generator Sinkron
Disebut generator sinkron karena besarnya frekuensi listrik yang dihasilkan sebanding
dengan jumlah kutub dan putaran generator, sesuai dengan persamaan
f =
b.
Pn
120
Generator Asinkron
Disebut generator asinkron karena besarnya frekuensi listrik yang dihasilkan tidak
sebanding dengan jumlah kutub dan putaran generatornya.
Dalam tabel 2 dibawah tercantum jumlah pasang kutub dan putaran mesin
menurut standar Hutte untuk 50 Hz, dengan catatan angka-angka yang didalam
kurung dianjurkan untuk dihindari.
2p
2
4
6
8
10
12
16
20
24
n
(rpm)
3.000
1.500
1.000
750
600
500
375
300
250
2p
(28)
32
(36)
40
48
(56)
64
(72)
80
n
(rpm)
(214)
188
(167)
150
125
(107)
94
(83)
75
2.5.
Modul Motor AC
31
a.
Pada jenis hubungan ini ujung-ujung akhir dari kumparan yang dikeluarkan dari kotak
terminal dihubungkan dengan ujung-ujung dari kumparan fasa berikutnya.
Jadi ujung X dihubungkan dengan V, ujung Y dihubungkan dengan W, ujung Z
dihubungkan dengan U.
U
IL
Ef
if
EL
if
X
IL
if
IL
* Drs. Sumanto, MA, Mesin Sinkron,Penerbit Andi, Yogyakarta, 1996, Halaman 22.
Hubungan segitiga pada kumparan generator bertujuan untuk mendapatkan harga arus
jala-jala (IL) yang besar.
Untuk hubungan segitiga:
IL = If
3 .............................................................................(5)
EL = Ef....................................................................................(6)
b.
Pada hubungan bintang, ujung akhir kumparan yang dikeluarkan pada terminal
dihubungkan menjadi satu. Ujung-ujung X, Y, Z, dihubungkan menjadi satu titik.
U
IL
W
Ef
if
EL
if
if
IL
Z
IL
* Drs. Sumanto, MA, Mesin Sinkron,Penerbit Andi, Yogyakarta, 1996, Halaman 22.
Modul Motor AC
32
Hubungan bintang pada suatu generator bertujuan untuk mendapatkan harga tegangan
jala-jala yang besar.
Untuk hubungan bintang:
EL = Ef
3 ............................................................................(7)
IL = If.....................................................................................(8)
2.6.
Penguat Generator
Untuk menghasilkan GGL, generator sinkron membutuhkan listrik arus
searah untuk memberikan arus pada lilitan penguat magnetnya. Pada
pelaksanaannya penguatan itu tergantung pada konstruksi dan kapasitas
generatornya.
Sistem penguatan ada dua macam yaitu:
1. Sistem Penguatan Sendiri
Penguatan berasal dari generator itu sendiri. Sistem penguatan ini bisa dipakai dari
generator dengan kapasitas kecil sampai generator berkapasitas besar.
2. Sistem Penguatan Terpisah
Penguatan generator didapatkan dari generator lain diluar sistem generator utama.
2.7.
fluks
yang
dihasilkan oleh If
Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak mengalir pada stator,
karena itu tidak terdapat pengaruh reaksi jangkar. Fluks hanya dihasilkan oleh
arus medan (If). Apabila arus medan diubah harganya, akan diperoleh harga E0
seperti pada kurva pemagnetan gambar 23. Pada celah udara kurva pemagnetan
merupakan garis lurus.
Modul Motor AC
33
Ra
celah udara
Xa
E0
If
2.8.
Generator Berbeban
Pada keadaan berbeban arus jangkar akan mengalir dan mengakibatkan
terjadinya reaksi jangkar. Reaktansi jangkar bersifat reaktif karena itu
dinyatakan sebagai reaktans dan disebut reaktansi pemagnet (Xm). Reaktansi
pemagnet ini bersama-sama dengan reaktans fluks bocor (X a) dikenal sebagai
reaktansi sinkron (Xs)
Xs = Xm+Xa.............................................................................(11)
Xm
Xa
F2
If
~E
Ea
Ra
V
* Zuhal, Dasar Tenaga Listrik, Penerbit ITB, Bandung, 1991, Halaman 95.
Modul Motor AC
34
E
E
jIXm
E'a
Ea
jIXa
F1
jIXm
jIXm
Ea
F1
F2
jIXa
V'
F2
Fa
Ra
Fa
'
IRa
jIXm
E'
jIXm
Ea'
F1
Ea
F2
jIXa
V=V'
Fa
IRa
'
E0
IXs
IZ
*) Zuhal, Dasar Tenaga Listrik, Penerbit ITB, Bandung, 1991, Halaman 96.
IRa
I
Modul Motor AC
35
Dari gambar di atas dapat dihitung:
E0 =
( V cos IR a ) 2 ( V sin IX s ) 2
...............................(12)
2.9.
Pengatur Tegangan
Perubahan tegangan pada setiap pembangkit dapat terjadi antara lain
karena perubahan beban, penyambungan beban dan pelepasan beban.
Selanjutnya untuk memantapkan tegangan generator pada tegangan yang
dikehendaki diperlukan pengatur tegangan untuk mengatur agar perubahan
tegangan tidak melampaui batas maksimum dan minimum yang diijinkan.
Perubahan tegangan akan dimanipulasi oleh pengatur tegangan untuk perubahan
penguatan pada eksiter sehingga akibat perubahan tegangan tersebut tegangan
terminal kembali pada keadaan normal.
Pengaturan tegangan dapat dilakukan secara manual (voltage control
manual) dan otomatis (automatic voltage regulation/AVR). Untuk suatu
pembangkit listrik biasanya yang digunakan adalah jenis pengatur tegangan
otomatis (AVR).
Sumber tenaga AVR diambil dari CT dan PT keluaran generator. Hasil
akhir dari AVR dikirim ke belitan medan (penambahan medan atau pengurangan
medan) di eksiter. Kalau belitan ditambah berarti sumber diambil dari CT,
karena penambahan beban diluar mengakibatkan arus naik sedangkan tegangan
turun. Karena tegangan mengalami penurunan, maka AVR akan bekerja
menambah belitan medan pada eksiter. Demikian pula sebalikya, jika terjadi
penurunan beban maka akan mengakibatkan tegangan terminal generator naik.
Modul Motor AC
36
AVR mendapat sumber dari PT dan akan bekerja mengurangi belitan medan
pada eksiter supaya tegangan generator normal kembali.
Karena tegangan efektif terminal generator saat paralel sama dengan
tegangan busbar, maka pengaturan tegangan adalah:
ER =
E FL E NL
100% ..........................................................(13)
E FL
ER = Regulasi tegangan
EFL = Tegangan pada saat berbeban
ENL = Tegangan pada saat tidak berbeban
Sehingga karena tegangan berubah, maka arus penguatan juga berubah:
2.10.
Tegangan efektif terminal generator harus sama besar dengan harga efektif
tegangan jala-jala.
2.
3.
4.
Modul Motor AC
37
R
S
T
L1
L3
L2
penggerak
mula
If
* Zuhal, Dasar Tenaga Listrik, Penerbit ITB, Bandung, 1991, Halaman 107.
f;U
P, Q
0
* Prof. Ir. Abdul Kadir, Mesin Sinkron,Penerbit Djambatan, Jakarta, 1999, Halaman 135.
Jaringan Kuat
Pb1
G1
Beban
Pg1
38
Gambar 29 memperlihatkan sebuah generator yang memberi daya kepada
jaringan kuat yang berbeban besar (P b1). Bagian dari beban yang dipikul
generator sebesar Pg1 dan beban yang dipikul jaringan sebesar Pj1.
Sehingga:
Pb1 = Pg1 + Pj1...........................................................................(15)
f
Jaringan
Generator
Pg
Pj
Pj1
Pg1
0
Beban
Jaringan
Generator
Pg
Pj
Pj1
0 Pg1
Modul Motor AC
39
Jaringan
Generator
Pg
Pj
Pj1
0
Pg1 < 0
Dapat juga terjadi bahwa sessaat setelah diparalelkan, generator bukan saja
belum memberi daya kepada jaringan, tetapi malah menerima sedikit daya
(gambar 32). Frekuensi generator tanpa beban lebih kecil dari pada frekuensi
jaringan. Pada keadaan seperti ini generator bekerja sebagai motor. Hal ini harus
dihindari pada saat memparalel generator, maka diperlukan suatu alat proteksi
yang dapat melepaskan pemutus daya apabila arah energi yang mengalir tidak
normal.
f
Generator
Jaringan
Pg
Pj
Pj1 Pj2
Pj3
0 Pb1 Pb2
Pb3
Pb
40
2.11.
Tegangan efektif terminal kedua generator harus sama besar dengan harga
4.
G1
Beban
G2
= P1 + P2.......................................................(16)
Modul Motor AC
41
f
fn
PG1
PG2
0
P1
P2
Pt
* Prof. Ir. Abdul Kadir, Mesin Sinkron,Penerbit Djambatan, Jakarta, 1999, Halaman 154.
Generator 1
Generator 2
f'n
fn
PG1
PG2
0
P2 P'2
P1 P'1
Pt
Pt
* Prof. Ir. Abdul Kadir, Mesin Sinkron,Penerbit Djambatan, Jakarta, 1999, Halaman 154.
Modul Motor AC
42
a.
b.
Peningkatan daya yang disediakan oleh generator itu dan menurunkan daya
Generator 2
U'n
Un
PG1
PG2
0
Q2 Q'2
Q1 Q'1
Qt
Qt
Bila dua generator yang mempunyai daya terpasang yang sama bekerja
paralel, maka perubahan governor dari salah satu generator akan mengubah
frekuensi sistem juga akan mengubah pembagian beban antara kedua generator
tersebut. Peningkatan dari pengaturan governor akan meningkatkan beban dan
frekuensinya, sedangkan penurunan penyetelan governor akan menurunkan
beban dan frekuensi generator tersebut. Maka untuk mengubah pembagian
beban tanpa mengubah frekuensi, misalnya untuk menaikkan beban G1 dapat
dilakukan dengan menaikkan pengatur governor pada G1 dan sekaligus
menurunkannya dari G2 (gambar 38).
Generator 1
Generator 2
fn
konstan
PG1
PG2
* Prof. Ir. Abdul Kadir, Mesin Sinkron,Penerbit Djambatan, Jakarta, 1999, Halaman 155.
Modul Motor AC
43
f'n
fn
PG1
PG2
0 0
Generator 2
Un
konstan
Pr1
Pr2
0
Q1
Q'1
Q2
Q'2
U'n
Un
Pr1
Pr2
* Prof. Ir. Abdul Kadir, Mesin Sinkron,Penerbit Djambatan, Jakarta, 1999, Halaman 156.
Modul Motor AC
44
Untuk dua generator yang bekerja paralel sangat baik jika mempunyai
lengkung frekuensi-daya yang memiliki ciri menurun (tidak terlalu datar).
f
PG2
PG1
P1
P2
Pt
* Prof. Ir. Abdul Kadir, Mesin Sinkron,Penerbit Djambatan, Jakarta, 1999, Halaman 157.
Modul Motor AC
45
BAB III. MOTOR AC SATU FASA
3.1 Motor Satu Fasa
Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik (AC) yang paling luas
digunakan karena lebih mudah didalam penyediaan sumber tegangan. Motor induksi
satu phasa banyak dipakai untuk keperluan motor kecil seperti kipas angin, pompa
mesin pendingin, air conditioning karena bentuknya yamg sederhana dan harganya
yang relatif murah. Struktur motor satu phasa sama dengan motor induksi tiga phasa
jenis rotor sangkar, kecuali kumparan statornya yang hanya terdiri atas satu phasa.
Seperti telah diketahui kumparan stator tiga phasa bila dihubungkan dengan
sumber tegangan bolak-balik akan menghasilkan suatu medan magnet yang berputar
terhadap ruang. Medan putar inilah yang pada dasarnya menjadi prinsip motor induksi.
3.2.
Modul Motor AC
46
Kumparan Asut
Kapasitor
Jalan
I2
I1
I2
E
Im
I1
Im
Rotor Sangkar
Kumparan Utama
Sebagai contoh, kapasitor dan lilitan tambahan dapat dirancang untuk untuk
bekerja dengan sempurna pada 2-fasa pada sembarang beban yang diinginkan.
Dengan demikian medan mundur akan hilang, yang menyebabkan terdapatnya
perbaikan pada efisiensinya. Di samping itu akan hilang juga pembentukan pulsa
momen-kakas frekwensi-stator ganda, kapasitor akan berlaku sebagai penampung
penyimpan tenaga untuk menghaluskan pembentukan pulsa pada masukan daya
dari jala-jala satu fasa.
Hasilnya merupakan suatu motor yang tidak berisik. Momen-kakas saat
dihidupkan karena kapasitansi sangat perlu sebagai kompromi antara harga-harga
saat dihidupkan dan saat bekerja yang terbaik. Karakteristik kecepatan-momen-
100
0
0
20
40
Persen Kecepatan - momen kakas
60
80
100
Modul Motor AC
47
Untuk membalik arah putaran motor run capasitor yang paling sederhana
yaitu dapat dilakukan dengan membalik salah satu polaritas dari kumparan Bantu,
dengan arah kumparan utama tetap dan kapasitor juga tetap. Ataupun bisa juga
dengan membalik arah polaritas dari kumparan utama.
3.3.
sut
itor - a
sut)
kapas umparan a
m
a
c
k
Ma
n
a
d
tama
aran u
(kump
elah sut)
sa b
a
ut fa mparan
s
a
u
am
Mac tama + k
nu
para
(Kum
260
Kopel (%)
Kopel pengunci
ngan
ran nau
kumpa
Macam
Kopel beban penuh
140
100
pasitor
jalan ka
Macam
60
0
0
Perputaran (%)
70
75
n 100
n : perputaran nominal
Gambar 51. Karakteristik Perputaran Kopel Motor Tak Serempak Fasa Tunggal
Modul Motor AC
48
Modul Motor AC