You are on page 1of 8

Penelitian Kualitatif dengan Metode Wawancara Mendalam

(In-depth Interview)
Brama Abdul Malik
135211008
3A D3 Administrasi Bisnis Administrasi Niaga
Politeknik Negeri Bandung

Abstract
In-depth interview is one of the qualitative research method. In-depth Interview is
one of method to collect data and information from the respondent. In-depth
interviews conducted face to face between the interviewer and respondent. Indepth interviews used open question to get more data and information.
Keywords : qualitative research, in-depth interview

Pendahuluan
Dewasa ini dengan berkembangnya informasi dari berbagai sumber dan
dari berbagai sudut pandang kita perlu mendapatkan informasi yang aktual dan
dapat di percaya. Dengan banyaknya data yang di teliti tidak di ambil secara
mendalam membuat hasil dari data tersebut tidaklah aktual dan dapat di
percaya. Untuk mendapatkan informasi aktual dan dapat di percaya ada
beberapa metode dan cara yang dapat di pakai untuk mendapatkan informasi
tersebut salah satunya dengan cara pengumpulan data yang bersifat kualitatif.
Metode pengumpulan data yang bersifat kualitatif adalah metode yang
berhubungan dengan kehidupan social/bermasyarakat. Pengumpulan data
kualitatif ini dapat dilakukan dengan wawancara mendalam atau in-depth
interview.

Pembahasan
Menurut Hariwijaya (2007) menyatakan bahwa Wawancara mendalam
(indepth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara
dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide) wawancara di mana pewawancara dan informan
terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Keunggulannya ialah
memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah data yang banyak, sebaliknya
kelemahan ialah karena wawancara melibatkan aspek emosi, maka kerjasama
yang baik antara pewawancara dan yang diwawancari sangat diperlukan.
Dari sisi pewawancara, yang bersangkutan harus mampu membuat
pertanyaan yang tidak menimbulkan jawaban yang panjang dan bertele-tele
sehingga

jawaban

menjadi

tidak

terfokus.

Sebaliknya

dari

sisi

yang

diwawancarai, yang bersangkutan dapat dengan enggan menjawab secara


terbuka dan jujur apa yang ditanyakan oleh pewawancara atau bahkan dia tidak
menyadari adanya pola hidup yang berulang yang dialaminya sehari-hari. Untuk
itu

ada

beberapa

mewawancarai

hal

yang

responden

perlu

adalah

diperhatikan

intonasi

suara,

seorang

peneliti

kecepatan

saat

berbicara,

sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari


informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa
(wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa
(wawancara dengan keluarga responden).
Fungsi wawancara pada dasarnya digolongkan ke dalam tiga golongan besar
(Sutrisno Hadi dalam Kurniadi Rizki, 2012):
a. Sebagai metode primer
Bila wawancara sebagai satu-satunya alat pengumpulan data, atau
sebagai metode diberi kedudukan yang utama diantara serangkaian
metode-metode pengumpulan data lainnya.
b. Sebagai metode pelengkap

Bila digunakan sebagai alat untuk mencari informasi-informasi yang tidak


dapat diperoleh dengan cara lain.
c. Sebagai kriterium
Bila digunakan untuk menguji kebenaran atau kemantapan suatu data
yang diperoleh dengan cara lain, misalnya observasi, tes, kuesioner, dan
sebagainya.
Hubungan yang baik antara pewawancara dan responden sangat penting
yaitu anrata lain untuk memperoleh informasi yang lengkap, objektif dan adekuat
seorang pewawancara tidak dapat bersikap egois dan hanya mementingkan
kebutuhannya sendiri tanpa memperhatikan situasi responden yang akan
diwawancara. Pewawancara harus dapat mengembangkan hubungan yang baik
dengan yang diwawancarainya. Hubungan baik itu dapat diperoleh melalui
(Sutrisno Hadi dalam Kurniadi Rizki, 2012):
a. Partisipasi
Turut serta dalam kegiatan informan atau responden sehari-hari atau
dalam peristiwa-peristiwa tertentu.
b. Identifikasi
Pewawancara

mempeerkenalkan

diri

sebagai

orang

dalam

dan

meyakinkan responden atau informan bahwa pewawancara adalah


sahabat mereka dan bekerja untuk cita-cita meraka.
c. Persuasi
Pewawancara dengan sopan dan ramah tamah menerangkan maksud
dan keperluan kedatangannya serta menyakinkan informan atau
responden tentang pentingnya informasi-informasi yang diberikan.
d. Tokoh pengantar
Dengan menggunakan seseorang yang dipandang sebagai tokoh di
daerah tersebut. Sang tokoh diajak serta menjadi pengantar dan

menerangkan perlunya memberikan informasi yang secukupnya pada


pewawancara.
Wawancara mendalam atau in-depth interview dapat dilakukan pada
saat-saat tertentu antara lain:
a. Bila topik yang akan diteliti adalah topik yang kompleks, tidak sederhana
dan perlu mendapatkan informasi yang sebanyak-banyaknya, serta
mengikutsertakan responden yang berpendidikan tinggi.
b. Bila topik yang diteliti merupakan topik yang sangat sensitif
c. Bila responden terpisah jauh secara geografis
d. Bila ada tekanan kelompok
e. Bila pewawancara ingin menanyaan sesuatu secara lebih mendalamm
lagi pada seorang subjek tertentu
f.

Bila pewawancara menyelenggarakan kegiatan yang bersifat penemuan

g. Bila penelita/pewawancara tertarik untuk mengungkapkan motivasi,


maksud atau penjelasan responden
h. Bila peneliti mau mencoba mengungkapkan pengertian suatu peristiwa,
situasi atau keadaan tertentu.
Kapan Dilakukan Wawancara Mendalam ?
(Debus, 1993; Moleong, 1990)

a.

Bila topik yang akan diteliti adalah topik yang kompleks, tidak sederhana dan

perlu mendapatkan informasi yang sebanyak-banyaknya, serta mengikutsertakan


responden yang berpendidikan tinggi.
Misalnya : ingin mengetahui penanganan dokter Puskesmas terhadap balita dare
dengan syok.

b.

Bila topik yang diteliti merupakan topik yang sangat sensitif.

Misalnya : Menanyakan KLB diare yang menyebabkan banyak balita yang


meninggal kepada Bapak Camat
c.

Bila responden tepisah jauh secara geografis

Misalnya : ingin mendapatkan informasi mengenai istilah desentri di seluruh


Indonesia (harap diingat bahwa jumlah responden tidak usah terlalu banyak)
d.

Bila ada tekanan kelompok

Misalnya : ingin mengetahui pendapat diadakannya iuran untuk pojok oralit


(padahal dari Kelompok Diskusi Terfokus sebagian besar anggota menekan agar
biaya diserahkan pada Puskesmas)
e.

Bila pwawancara ingin menanyakan sesuatu secara lebih mendalam lagi

pada seorang subjek tertentu


Misalnya : Banyak yang tidak setuju diadakannya pojok oralit, maka dilakukanlah
wawancara mendalam terhadap salah satu Ibu yang tidak setuju untuk
mengetahui alasan-alasan tidak setujuanya Ibu tersebut.
f.

Bila pewawancara menyelenggarakan kegiatan yang bersifat penemuan

Misalnya : ingin mengetahui sebab-sebab adanya KLB keracunan makanan pada


balita di suatu tempat.
g.

Bila peneliti/pewawancara tertarik untuk mengungkapkan motivasi, maksud

atau penjelasan dari responden.


Misalnya : ingin mengetahui penjelasan responden tidak mau menggunakan
oralit untuk terapi diare.
h.

Bila peneliti mau mencoba mengungkapkan pengertian suatu peristiwa,

situasi atau keadaan tertentu.


Misalnya : ingin mengetahui mengapa diare sudah tidak merupakan penyakit
prioritas di suatu Puskesmas.

Pengisian Kuesioner/Petunjuk Wawancara


a.

Kuasai konsep, definisi, maksud, dan tujuan diadakan penelitian yang akan

dilakukan.
b.

Bacalah dengan baik catatan yang ditulis di bagian terdepan kuesioner

setiap dimulainya wawancara.


c.

Apabila menggunakan kuesioner, tulis semua jawaban dengan pensil hitam

(yang baik adalah pensil jenis HB), sejelas-jelasnya dan jangan menggunakan
singkatan agar mudah dibaca pada tempat yang telah disediakan. Kalau dapat
ditulis dengan huruf balok. Apabila menggunakan petunjuk pada wawancara
mendalam yang direkam, tuliskan pointers yang penting, terutama untuk
kepentingan probing (pemeriksaan)
d.

Setelah wawancara selesai, sebelum meninggalkan responden teliti kembali

kelengkapan pertanyaan yang harus dijawab.


e.

Setelah wawancara dengan satu responden, tulislah singkatan dari hasil

wawancara dan penjelasan lain yang diperlukan pada lembar penjelasan dan
singkatan hasil wawancara. Pada wawancara mendalam, lengkapilah transkrip
wawancara terlebih dahulu.

Kesimpulan
Penelitian dengan metode kualitatif adalah penelitian yang memakai
observasi / wawancara dalam mencari data yang di inginkan. Metode ini
diharapkan agar para peneliti mendapatkan data yang akurat dan dapat
dipercaya langsung dari para narasumber.
Akan tetapi cara ini mewajibkan para penliti untuk membuat pertanyaan
yang sifatnya terbuka dan menghindari jawaban yang singkat. Cara ini juga
mengharuskan para peneliti untuk membuat narasumber tersebut nyaman agar
dapat memberikan data yang lebih mendalam.

DAFTAR PUSTAKA

Moleong, Lexy J.2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda


Karya.
Hariwijaya, M, Metodologi dan teknik penulisan skripsi, tesis, dan disertasi,
elMatera Publishing, Yogyakarta, 2007
Kurniadi, Rizki. 2012. Melakukan Wawancara Mendalam (in-depth interview)
dalam penelitian kualitatif

You might also like