You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

I.

LATAR BELAKANG
Al-Quran banyak memberi gambaran tentang manusia antara lain
sebagai berikut: Manusia diciptakan dengan bentuk fisik yang sangat baik
dengan rupa yang seindah-indahnya dan dilengkapi dengan organ yang
instimewa seperti panca indra dan hati agar manusia bersyukur kepada
Allah yang telah memberi banyak keindahan dan kesempurnaan. Manusia
pun diberi kemampuan berfikir untuk memahami alam semesta dan
dirinya sendiri sebagai ciptaan Allah untuk kemudian meningkatkan
keimanannya kepada Allah SWT,. Manusia mempunyai akal untuk
memahami tanda-tanda keagungan Allah, kalbu untuk mendapatkan
cahaya yang tertinggi dan ruh yang kepadanya Allah SWT mengambil
kesaksian manusia mengenai keesaan ilahi. Bahkan kepadanya agama
sebagai tuntunan agar hidupnya selamat dunia dan akherat.
"Apakah dan siapakah manusia?". Pertanyaan klasik ini selalu
menarik untuk dijawab oleh umat manusia sepanjang zaman. Untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut berbagai filosof dan ilmuwan
mencoba membangun konsep apakah dan siapakah manusia. Dalam
kenyataannya,

jawaban

atas

pertanyaan

ini

selalu

mengandung

kelemahan karena keterbatasan manusia dalam memahami siapa dirinya


dan sesamanya. Karenanya, sejumlah gugatan terhadap konsep manusia
hadir

dan

"berloncatan"

dihadapan

kita.

Permasalahannya

adalah

mungkinkah kita akan berhasil membangun konsep manusia yang dapat


memahami dan memperlakukan manusia secara benar? Bagaimana
pandangan al-Qur'an tentang manusia
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana Ayat yang menjelaskan posisi manusia sebagai puncak
ciptaan Tuhan diantara makhluk-makhluk lain ?

B. Bagaimana Ayat yang menjelaskan struktur potensi manusia: jasadiyah


dan rohaniyah
C. Bagaimana ayat yang menjelaskan misi manusia sebagai khalifah Allah
dimuka bumi?
D. Bagaimana sikap seorang khalifah Allah dimuka bumi?

III.
A.

PEMBAHASAN
posisi

manusia

sebagai

puncak

ciptaan

Tuhan

diantara

makhluk-makhluk lain.
Quran Surat At-Tiin ayat 4-5

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang


sebaik-baiknya.
Kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya
(neraka).
penjelasan
Dari ayat-ayat ini, tampak bagaimana perhatian Allah dalam
menciptakan manusia di dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Memang
Allah SWT menciptakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, tetapi
dikhususkan penyebutan manusia di sini dan ditempat-tempat lain dalam
Al-Quran dengan susunan yang sebaik-baiknya, dan keseimbangan yang
sebaik-baiknya, Hal ini menunjukkan perhatian yang lebih dari

Allah

kepada makhluk yang bernama manusia.


Perhatian Allah terhadap manusia, meskipun pada diri mereka juga
terdapat kelemahan dan adakalanya penyimpangan dari fitrah dan
kerusakan, mengisyaratkan bahwa mereka memilki urusan tersendiri di

sisi Allah, dan memiliki timbangan sendiri di dalam sistem semesta.


Perhatian ini tampak di dalam penciptaannya dan susunan tubunya yang
bernilai dibandingkan dengan makhluk lain, baik dalam susunan fisiknya
yang sangat cermat dan rumit, susunan akalnya yang unik, maupun
susunan ruhnya yang menakjubkan.
Kemudian

pembicaraan

di

sini

ditekankan

pada

khususiah

ruhiahnya. Karena, ialah yang menjadikannya jatuh ketempat yang


serendah-rendahnya ketika menyimpang dari fitrah dan menyeleweng
dari iman yang lurus. Karena sudah jelas bahwa wujud badaniahnya tidak
akan menjatuhkannya ke derajat yang serendah-rendahnya.
Di dalam khususiah ruhiahnya ini, tampaklah keunggulan wujud
manusia. Maka, mereka diberi potensi untuk mencapai tingkatan yang
tinggi melebihi kedudukan malaikat muqarrabin, sebagaimana dibuktikan
dengan adanya isra miraj. Ketika itu malaikat Jibril berhenti pada suatu
tempat, sedang Nabi Muhammad bin Abdulllah-yang manusia itu-terus
naik ke tempat yang lebih tinggi.
Akan tetapi, manusia juga potensial untuk mencapai derajat
terendah yang tidak ada makhluk lain mencapai derajat kerendahan
seperti itu, Kemudian Kami Kembalikan dia ke tempa serendah
rendahnya. Ketika itu makhluk binatang pun masih lebih tinggi dan lebih
lurus daripadaNya. Karena, binatang masih istiqomah pada fitrahnya,
masih

melaksanakan

ilham

bertasbih

menyucikan

Tuhannya,

dan

menunaikan tugasnya di bumi menurut petunjuk yang digariskan Allah.


Sedangkan, manusia yang diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya,
mengingkari Tuhannya dan memperturutkan hawa nafsunya. Sehingga, ia

hingga jatuh ke lembah kehinaan terendah yang binatang pun tidak


sampai terjatuh serendah itu.
Permulaan dari apa yang telah Allah mulaikan lebih dahulu dengan
sumpah. Yaitu, bahwasanya di antara makhluk Allah di atas permukaan
bumi ini, manusialah yang diciptakan oleh Allah dalam sebaik-baik
bentuk; bentuk lahir dan bentuk batin. Bentuk tubuh dan bentuk nyawa.
Bentuk tubuhnya melebihi keindahan bentuk tubuh hewan yang lain.
tentang ukuran dirinya, tentang manis air-mukanya, sehingga dinamai
basyar, artinya wajah yang mengandung gembira, sangat berbeda
dengan binatang yang lain. Dan manusia diberi pula akal, bukan sematamata nafasnya yang turun naik. Maka dengan perse-imbangan sebaik-baik
tubuh dan pedoman pada akalnya itu dapatlah dia hidup di permukaan
bumi ini menjadi pengatur. Kemudian itu Tuhan pun mengutus pula Rasulrasul membawakan petunjuk bagaimana caranya menjalani hidup ini
supaya selamat.
Tentang sebab turunnya ayat ini Ibnu Jarir meriwayatkan dari Al-Ufi dari
Ibnu Abbas berkata : ayat ini turun berkenaan dengan beberapa orang
dizaman Rasulullah yang dipanjangkan umurnya hingga menjadi pikun.
Orang orang lalu bertanya tentang ( perkataan dan perbuatan ) mereka
ketika pikiran mereka telah tidak berfungsi lagi. Allah lalu menerangkan
bahwa mereka mendapat pemaafan. Artinya,mereka hanya diganjar dari
apa yang mereka kerjakan ketika pkiran mereka masih sehat dan baik.
Demikianlah Allah mentakdirkan kejadian manusia itu. Sesudah lahir
ke dunia, dengan beransur tubuh menjadi kuat dan dapat berjalan, dan
akal pun berkembang, sampai dewasa, sampai di puncak kemegahan

umur. Kemudian itu beransur menurun badan tadi, beransurlah tua.


Beransur badan lemah dan fikiran mulai pula lemah, tenaga mulai
berkurang, sehingga mulai rontok gigi, rambut hitam berganti dengan
uban, kulit yang tegang menjadi kendor, telinga pun beransur kurang
pendengarannya, dan mulailah pelupa. Dan kalau umur itu masih panjang
juga mulailah padam kekuatan akal itu sama-sekali, sehingga kembali
seperti kanak-kanak, sudah minta belas kasihan anak dan cucu. Malahan
ada yang sampai pikun tidak tahu apa-apa lagi. Inilah yang dinamai
" Ardzalil-`umur"; tua nyanyuk. Sehingga tersebut di dalam salah satu
doa yang diajarkan Nabi s.a.w. agar kita memohon juga kepada Tuhan
jangan sampai dikembalikan kepada umur sangat tua (Al-harami) dan
pikun itu Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih." (pangkal
ayat 6)
B. struktur potensi manusia: jasadiyah dan rohaniyah
QS. Luqman : 20

Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah telah menundukkan


untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan
menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. dan di antara
manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu
pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan.
Asbagha berartisempurna atau luas. Artinya memberikan secara
sempurna dan luas, yang dapat diterjemahkan mencurahkan. Dalam

Al-quran terdapat ayat wa


batinah

(Ia

Allah)

asbaga alaikum niamahu zahiratan wa

menyempurnakan

atau

mencurahkan

nikmatnya

untukmu lahir dan batin.


Pengertian secara umum
Sesudah Allah menegakkan dalil-dalil yang menunjukkan kepada
keesaan-Nya,dan sesudah menuturkan bahwa Luqman telah diberi
pemahaman tentang hikmah,tanpa ada seorang nabi pun yang diutus
kepadanya. kemudian Allah kembali menunjukkan kitab-Nya kepada kaum
musyrikin, Allah mencela sikap mereka yang terus-menerus berada dalam
kemusyrikannya,

padahal

mereka

menyaksikan

bukti-bukti

yang

menunjukkan akan keesaan-Nya dengan mata kepala mereka sendiri. Dan


mereka menyaksikan disetiap waktu, baik bukti yang terdapat di langit
maupun yang terdapat di bumi. Allah telah menunjukkan semua itu buat
kepentingan dan kemaslahatan kehidupan mereka di dunia dan bekal
kelak di akhirat. Dan Allah melimpahkan kepada mereka berbagi macam
nikmat dan karunia yang materil maupun yang moril, dan yang diketahui
oleh mereka maupun yang tidak diketahui.
Munasabah
Pada ayat yang lalu diterangkan bukti-bukti keesaan Allah, dan hikmah
yang diberikannya kepada lukman sehingga ia mengetahui akidah yang
benar dan akhlak yang mulia. Kemudian akhlak dan akidah itu diajarkan
dan diwariskan kepada anaknya. Pada ayat ayat ini, Allah mencela sikap
orang musyrik yang selalu menyekutukanNya padahal amat banyak yang
dapat dijadikan bukti tentang keesaan dan kekuasaanNya dilangit dan di
bumi. Namun demuikian, mereka lebih suka mengikuti ajakan setan yang

membawa kepada kesengsaraan daripada mengikuti ajakan Rasulullah


kepada kebahagiaan.
Tafsir
Ayat ini mengingatkan manusia dengan menanyakan apakah mereka tidak
memperhatikan tanda-tanda keesaan Allah dan kekuasaanNya di alam ini?
Apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Allahlah yang menundukkan
untuk mereka semua yang ada di alam ini, sehingga mereka dapat
mengembil manfaat dari padanya. Dialah yang menjadikan matahari
bersinar sehingga siang menjadi terang sinar matahari itu dapat
menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang akan menjadi bahan makanan
bagi manusia. Pada akhir ayat ini Allah memperingatkan bahwa sekalipun
Ia telah melimpahkan nikmat yang tak terhingga kepada manusia, namun
masih banyak manusia yang membantah dan mengingkari nikmat-nikmat
itu seperti Nadar bin Haris, Ubai bin Khalaf dan lain-lain. Meraka
membantah bukti yang dikemukakan Al-quran dan seruan nabi dengan
tidk berdasarka ilmu pengetahuan, hujah yang benar dan wahyu dan kitab
yang diturunkan Allah. Kemudian orang yang seperti itu akan celaka dan
masuk neraka jahannam seperti yang dijelaskan dalam ayat berikutnya.

C. manusia sebagai khalifah Allah dimuka bumi


QS.al-Baqarah : 30

Ingatlah

ketika

Tuhanmu

berfirman

kepada

Para

Malaikat:

"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."


mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui.
Munasabah:
Ayat-ayat yang lalu mengingatkan manusia kepada nikmat-nikmat
yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka. Jika mereka senantiasa ingat
kepada nikmat tersebut, niscaya mereka akan senantiasa bersyukur dan
bertakwa kepada-Nya, dan mereka tidak akan durhaka dan mengingkari
nikmat-nikmat

Allah itu.

Kemudian

pada

ayat-ayat ini

Allah SWT

menerangkan nikmat-Nya yang jauh lebih besar, yang di syukuri oleh


semua keturunan Adam a.s. dengan cara menaati perintah-perintah-Nya,
serta menjauhkan diri dari kedurhakaan dan kekafiran terhada-Nya.
Nikmat tersebut adalah diangkatnya manusia sebagai khalifah di bumi.
Tafsir :
(ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.") yang akan mewakili
Aku dalam melaksanakan hukum-hukum atau peraturan-peraturan-Ku
padanya
(Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya) yakni dengan berbuat
maksiat.(dan menumpahkan darah) artinya mengalirkan darah dengan
jalan pembunuhan sebagaimana dilakukan oleh bangsa itu yang juga

mendiami bumi? Tatkala mereka berbuat kerusakan, Allah mengirim


malaikat kepada mereka maka dibuanglah mereka ke pulau-pulau dan ke
gunung-gunung
(padahal kami selalu bertasbih) maksudnya selalu mengucapkan tasbih.
(dengan memuji-Mu) yakni dengan membaca Subhanallahi wabihamdihi
artinya Maha Suci Allah dan aku memuji-Nya (dan mensucikan-Mu)
membersihkan-Mu dari hal-hal yang tidak layak bagi-Mu.(Allah berfirman:
Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui) tentang
maslahat atau kepentingan mengenai pengangkatan Adam, dan bahwa
diantara anak cucunya ada yang taat dan ada pula yang durhaka hingga
terbukti dan tampaklah keadilan di antara mereka. Dalam surat tersebut
diungkapkan dalam bentuk tamsil dengan maksud agar lebih mudah
dipahami oleh manusia, khususnya mengenai proses kejadian Adam dan
keistimewaannya. Untuk maksud tersebut Allah memberitahukan kepada
para malaikat tentang akan diciptakan-Nya seorang khalifah di bumi.
Mendengar keputusan ini, para malaikat merasa terkejut, karenanya,
mereka bertanya kepada Allah dengan cara dialog. Untuk menjawab
pertanyaan para malaikat, Allah memberi pengertian kepada mereka
dengan cara ilham agar mereka tunduk dan taat kepada Allah Yang Maha
Mengetahui segala sesuatu.

D. sikap seorang khalifah Allah dimuka bumi


Q.S Al-Ahzab ayat 72

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat[1233] kepada langit,


bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul
amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah
amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan
Amat bodoh
[1233] Yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan

Tafsir
Sesungguhnya Allah telah menawarkan tugas-tugas keagamaan kepada
langit, bumi dan gunung-gunung; dan karena ketiganya tidak mempunyai
kesediaan dan persiapan untuk menerima amanat yang berat itu maka
semuanya enggan untuk memikul amanat yang disodorkan Allah kepada
mereka dan mereka khawatir mengkhianatinya. Kemudian amanat itu
untuk melaksanakan tugas-tugas keagamaan itu disodorkan kepada
manusia dan manusia menerimanya dengan akibat bahwa barangsiapa
yang memenuhi itu akan diberi pahala dan dimasukkan ke dalam surga
dan sebaliknya barangsiapa yang mengkhianatinya akan disiksa dan di
masukkan ke dalam api neraka. Manusia walaupun bentuk badannya kecil
dibandingkan dengan ketiga makhluk yang lain (langit, bumi dan gununggunung), berani menerima amanat tersebut karena persiapan dan
kesediaan ada padanya. Hanya oleh karena manusia itu di dalam
tubuhnya terdapat godob dan syahwat sering-sering mengelabui matanya
dan menutup pandangan hatinya, maka disifati oleh Allah Taala dengan

amat zalim dan amat bodoh karena kurang memikirkan akibat-akibat dari
penerimaan amanat itu

BAB III
PENUTUP

IV.

KESIMPULAN

a. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dalam surat At Tiin ayat 4


dan 5 yaitu
Allah mentakdirkan kejadian manusia seperti itu. Dari ayat-ayat ini,
tampak bagaimana perhatian Allah dalam menciptakan manusia di
dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Memang Allah SWT menciptakan
segala

sesuatu

dengan

sebaik-baiknya,

tetapi

dikhususkan

penyebutan manusia di sini dan ditempat-tempat lain dalam AlQuran dengan susunan yang sebaik-baiknya, dan keseimbangan
yang sebaik-baiknya, Hal ini menunjukkan perhatian yang lebih dari
Allah kepada makhluk yang bernama manusia.
b. Struktur potensi manusia : jasadiyah dan rohaniyah
Al- Quran surat Luqman ayat 20 mengingatkan manusia dengan
menanyakan apakah mereka tidak memperhatikan tanda-tanda
keesaan Allah dan kekuasaanNya di alam ini. Manusia tidak pernah
bersyukur

atas

nikmat

yang

telah

diberikan

Allah

berupa

kesempurnaan jasadnya dan cara berfikir sebagai kebutuhan rohani.


Pada ayat

ini, Allah mencela sikap orang usyrik yang selalu

menyekutukanNya padahal amat banyak yang dapat dijadikan bukti


tentang keesaan dan kekuasaanNya dilangit dan di bumi
c. Misi manusia sebagai khalifah Allah dimuka bumi
Pada ayat-ayat ini Allah SWT menerangkan nikmat-Nya yang jauh
lebih besar, yang di syukuri oleh semua keturunan Adam a.s. dengan
cara menaati perintah-perintah-Nya, serta menjauhkan diri dari
kedurhakaan dan kekafiran terhada-Nya. Nikmat tersebut adalah
diangkatnya manusia sebagai khalifah di bumi.

d. Sikap seorang khalifah Allah dimuka bumi


Dalam Q.S Al Ahzab ayat 72 menjelaskan bahwa Allah telah
memberikan amanat kepada manusia untuk menjadi seorang khalifah
di muka bumi ini. Untuk itu sebagai manusia kita harus dapat
mempertanggung jawabkan semua yang telah di amanatkan Allah
kepada manusia dengan mentaati semua yang di perintahkan Allah
dan menjauhi segala larangan Nya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmad Mustafa Al-maraghi, Tafsir al maraghi juz 21,terjemahan Bahrun Abu Bakar,LC
dan Drs Hery Noer Aly ( Semarang,karya Toha Putra,1993 ) Hal : 164
2. Departemen Agama RI. Al-Quran dan Tafsirnya,(Jakarta: Penerbit Lentera Abadi,
2010) hlm 557-560.
3. Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Quran jilid.(Jakarta: Gema Insani, 2010), hlm 298299
4. Tafsir Ibnu Katsir Surat At-tin.Taman-tiin Blogspot.com/2010/04/Tafsir Ibnu Katsir

You might also like