Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh:
Khasanah
NIM. 104016200440
ii
ABSTRAK
iii
ABSTRACT
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmaanirrahiim
Alhamdulillah , segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan begitu
banyak nikmat kasih dan sayang-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Pemahaman Konsep Siswa pada
Pembelajaran Kimia Berbasis Inkuiri. Sahalawat serta salam semoga selalu
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan
pengikutnya yang setia hingga hari akhir nanti.
Begitu banyaknya hambatan yang telah dilewati oleh penulis untuk proses
penyelesaian skripsi ini, namum begitu banyak dukungan dari berbagai pihak
kepada penulis. Oleh sebab itu dengan segala ketulusan hati ini penluis
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang
telah berjasa dalam membantu penulis, khusunya kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ayah dan Ibu yang telah selalu memberikan doa dan dukungannya selama ini.
3.
4.
5.
Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc. dan Ibu Nengsih Juanengsih, m.Pd, selaku
Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA.
6.
Bapak Dedi Irwandi M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia.
7.
Ibu Dra. Etty Sofyatiningrum, M.Ed., selaku dosen pembimbing I dan Bapak
Tonih Feronika, M.Pd., sebagai dosen pembimbing II yang telah meluangkan
waktu
disela-sela
kesibukannya
untuk
memberikan
bimbingan
dan
9.
Ibu Dewimarhelly, S.Pd., selaku guru mata pelajaran kimia di SMA Negeri 3
Tangerang Selatan yang telah memberikan informasi dan masukan terhadap
penelitian yang penulis lakukan.
10. Seluruh siswa kelas XI IPA 5 sebagai sampel dalam penelitian ini.
11. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan bimbingan ilmu yang sangat
berguna sebagai bekal penulis dalam menjalani tantangan ke depan.
12. Semua teman baik di Program S1 Pendidikan Kimia angkatan 2004, teman
pengajar di bimbingan belajar yang telah memberikan bantuan dan semangat
kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu penyelesaian skripsi ini.
Semoga setiap bantuan, dukungan semangat yang telah diberikan diberikah
balasan yang berlipat ganda oleh Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan
demi perbaikan.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga karya tulis ini dapat memberikan
manfaat khususnya bagi diri sendiri dan dunia pendidikan pada umumnya. Amiin
Yaa Rabbal Alamin.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR . iii
DAFTAR ISI . v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah ............................................................................. 5
D. Perumusan Masalah ............................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA,KERANGKA BERPIKIR, DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka .. 7
1. Hakikat Konstruktivisme................................................................. 7
2. Hakikat Inkuiri ... 9
a. Pengertian Inkuiri . 9
b. Jenis-jenis Inkuiri . 12
c. Keuntungan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Inkuiri 13
3. Hakikat Pemahaman Konsep .. 14
4. Konsep Koloid 17
B. Kerangka Berpikir 25
C. Pengajuan Hipotesis . 26
vii
viii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 1 UU
RI N.20 th.2003) dinyatakan bahwa
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara1.
Dengan demikian pendidikan harus mampu menguak dan
mengembangkan keseluruhan potensi kemanusiaan seorang peserta didik
sehingga ia sanggup untuk hidup di era mendatang yang lebih kompleks
dan rumit permasalahannya.
Pendidikan memiliki misi tidak hanya mendidik namun juga
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak bangsa. Dalam UU
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, disebutkan
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2
Pendidikan merupakan sebuah cara untuk meningkatkan derajat
suatu bangsa di mata dunia. Itulah yang dapat kita ambil dari sejarah
keberlangsungan suatu bangsa yang maju. Sejarah Jepang telah
membuktikan bahwa setelah hancurnya kota Hiroshima dan Nagasaki pada
Perang Dunia 1, hal pertama yang mereka lakukan adalah memperbaiki
1
2
UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2009),h.3
UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2009),h.7
bosan, jika perasaan ini terus bertambah tentu akan berdampak buruk bagi
siswa, misalnya minat siswa untuk belajar kimia akan turun.
Dalam dunia pendidikan banyak pendekatan pembelajaran yang
bisa diterapkan oleh guru untuk menyampaikan materi yang dapat
disesuaikan dengan karakter dari kelas dan siswa yang beragam.
Pembelajaran yang diterapkan di sekolah hendaknya membiasakan siswa
untuk berpikir sendiri, mereka membangun pemahaman konsep dan
pengetahuan sendiri. Sehingga pengetahuan yang mereka peroleh dapat
membekas lama dalam pikiran mereka.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang menuntut siswa untuk
membangun pemahaman konsep siswa adalah pembelajaran inkuiri.
Dalam pendekatan pembelajaran inkuiri dilibatkan semua kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan
analisis layaknya seorang ilmuan. Pada pembelajaran inkuiri siswa
diberikan kesempatan untuk menggali potensinya sendiri dan membangun
konsep dari materi yang diajarkan. Selain itu mereka bertindak layaknya
seorang ilmuan yang diharapkan dapat menemukan sesuatu hal yang baru
bagi mereka sehingga ilmu yang mereka peroleh bukan hanya dari guru
tetapi berdasarkan apa yang mereka alami dan temukan sendiri.
Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh
karenanya kimia mempunyai karakteristik sama dengan IPA. Karakteristik
tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya.
Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya
kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif).
Kimia termasuk ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa,
mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan
komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energitika zat.
Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari
segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat,
perubahan, dinamika, dan energitika zat yang melibatkan keterampilan dan
penalaran. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak
terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa
fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) temuan ilmuwan dan kimia
sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu, pembelajaran kimia dan
penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia
sebagai proses dan produk.
Konsep koloid yang diajarkan ditingkat SMA menuntut siswa
untuk dapat membuat berbagai macam sistem koloid dengan bahan-bahan
yang ada di sekitarnya. Dalam kompetensi ini berarti siswa harus dapat
memahami terlebih dahulu apa itu koloid, melakukan percobaan mana
yang termasuk bahan yang dapat menjadi sistem koloid, menganalisis
apakah benar sistem yang mereka buat adalah sistem koloid atau bukan,
dan menyimpulkan mana zat-zat dalam kehidupan sehari-hari mereka yang
dapat menjadi sistem koloid dan mana yang bukan.
Sesuai dengan kompetensi dasar pada konsep koloid maka
pembelajaran inkuiri mempunyai kriteria yang cocok digunakan pada
pembelajaran konsep koloid. Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti
ingin
memfokuskan
diri
pada
penelitian
tentang
Pengaruh
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi ada
beberapa masalah yang muncul yaitu :
1. Kurang bervariasinya metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
2. Keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran masih kurang.
3. Kebosanan yang dialami siswa dengan metode ceramah yang
diterapkan guru.
4. Pemahaman siswa terhadap pelajaran kimia masih belum baik.
5. Hasil belajar kimia siswa masih belum sesuai dengan yang diharapkan.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini dapat terarah dan tidak terlalu luas jangkauannya maka
diperlukan pembatasan masalah, adapun pembatasan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Pendekatan mengajar yang digunakan adalah pendekatan inkuiri yaitu
inkuiri terbimbing
2. Pemahaman konsep siswa tentang koloid dalam hal ini akan ditinjau
dari aspek kognitif dan psikomotor.
3. Subjek penelitian adalah siswa kelas X1 semester II SMA Negeri 3
Tangerang Selatan tahun pembelajaran 2009/2010.
D. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat pengaruh
pembelajaran kimia berbasis inkuiri terhadap pemahaman siswa?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran
berbasis inkuiri terhadap pemahaman konsep siswa.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi
perorangan maupun bagi instansi pendidikan sebagai berikut:
1. Bagi peneliti; hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan
dalam menggunakan pembelajan berbasis inkuiri pada pembelajaran
kimia untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa, kelak jika
peneliti sudah menjadi seorang pendidik.
2. Bagi para pendidik; khususnya guru kimia, akan memperoleh masukan
tentang
adanya
variasi
strategi
pembelajaran
sehingga
dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR,
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Hakikat Konstruktivisme
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Dilihat
dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan
(2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered
approach).1
Pendekatan konstruktivisme adalah pendekatan yang berpangkal dari
kombinasi antara psikologi kognitif dengan psikologi sosial. Huitt W dalam
Conctructivism, Educational Psychology Interactive menyatakan bahwa: the basic in
constructivisme is that an individual lerner must actively build knowladge and skill an
information exists within this buili construcs rather than in external environtment.2 Jadi
dalam pendekatan konstruktivisme ini pengetahuan dibangun atau di konstruksi oleh orang
itu sendiri. John Dewey adalah tokoh filsafat yang memperkenalkan pendekatan ini. Inti
teori konstruktivis adalah gagasan bahwa pelajar masing-masing harus menemukan dan
mengubah informasi yang rumit kalau mereka ingin menjadikannya milik sendiri.3
Menurut pandangan para konstruktivis belajar adalah suatu proses dimana
pengetahuan diperoleh dengan jalan mengkaitkan informasi baru kepada pengetahuan yang
telah dimiliki sebelumnya secara individu.4 Dalam pembelajaran siswa dipandang telah
1
Akhmad Sudrajat, Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran.
(Oktober 2008) Diakses dari http://www.psb-psma.org. pada 27 Januari 2009.
2
Huitt, W, Constructivism. Educational Psychology Interactive. (Valdosta State University, 2009) diakses
dari http://teach.valdosta.edu/whuitt/col/cogsys/construct.html pada Juni 2009
3
Robert E Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek, jilid 2, (Jakarta: PT Indeks, 2009), h.6
4
Mulyati Arifin dkk, Staregi Belajar Mengajar Kimia, (Bandung: Jika, 2000), h. 112
dengan
hal
di
atas,
Widodo
mengemukakan
lima
pandangan
merupakan
proses
pengkonstruksian
suatu
pengetahuan
berdasarkan
pengetahuan yang telah dimiliki. Pengetahuan tidak dapat ditransfer dari satu sumber
ke penerima, namun pembelajar sendirilah yang mengkonstruk pengetahuan.
c. Belajar adalah perubahan konsepsi pembelajar. Karena pembelajar telah memiliki
pengetahuan awal, maka belajar adalah proses mengubah pengetahuna awal siswa
5
sehingga sesuai dengan konsep yang diyakini benar atau agar pengetahuan awal
siswa bisa berkembang menjadi suatu konstruksi pengetahuan yang lebih besar.
d. Proses pengkonstruksian pengetahuan berlangsung dalam suatu konteks sosial tertentu.
Sekalipun proses pengkonstruksian pengetahuan berlangsung dalam otak masingmasing individu, namun sosial memainkan peran penting dalam proses tersebut sebab
individu tidak terpisah dari individu lainnya.
e. Pembelajar bertanggung jawab terhadap proses belajarnya. Guru atau siapapun tidak
dapat memaksa siswa untuk belajar sebab tidak ada seorangpun yang bisa mengatur
proses berpikir orang lain. Guru hanyalah menyiapkan kondisi yang memungkinkan
siswa belajar, namun apakah siswa benar-benar belajar tergantung sepenuhnya pada
diri pembelajar itu sendiri.
Jadi pada intinya pembelajaran konstruktivisme adalah pembelajaran yang
menyerahkan semua proses belajar kepada siswa dimana siswa membangun
pemahamannya sendiri berdasarkan pengetahuan awal yang ia miliki.
2. Hakikat Inkuiri
a. Pengertian Inkuiri
Inquire berarti menanyakan, meminta keterangan, atau menyelidiki. Inkuiri
dalam bahasa Inggris Inquiry berarti pertanyaan atau pemeriksaan atau penyelidikan.
Suchman mengembangkan model pembelajaran dengan pendekatan Inkuiri. Pendekatan
pembelajaran ini melatih siswa dalam proses untuk menginvestigasi dan menjelaskan
suatu fenomena yang tidak biasa. Proses-proses mental yang terdapat pada inkuiri ini
antara lain: merumuskan masalah, membuat hipotesis, mendesain eksperimen, melakukan
eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan.7
Menurut Ratna Wilis Dahar, metode inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan
belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. 8
7
8
10
Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di
mana kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang
digariskan secara jelas.
Menurut Hacket, di dalam Standar Nasional Pendidikan Sains di Amerika Serikat,
inkuiri digunakan dalam dua terminologi yaitu sebagai pendekatan pembelajaran
(scientific inquiry) oleh guru dan sebagai materi pelajaran sains (science as inquiry) yang
harus dipahami dan mampu dilakukan oleh siswa. .9 Sebagai strategi pembelajaran,
inkuiri dapat diimplementasikan secara terpadu dengan strategi lain sehingga dapat
membantu pengembangan pengetahuan dan pemahaman serta kemampuan melakukan
kegiatan inkuiri oleh siswa. Jadi inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan
semua kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki suatu permasalah dengan cara
yang sistematis dengan metode ilmiah untuk merumuskan penemuan.
Menurut Randy L.Bell dan kawan-kawan dalam Simplifiying Inquary
Instructions mengenai inkuiri adalah
At its heart, inquiry is an active learning process in which students answer
research questions through data analysis. One might argue that the most
authentic inquiry activities are those in which students answer their own questions
through analyzing data they collect independently. However, an activity can still
be inquiry based when the questions and data are provided, as long as students
are conducting the analysis and drawing their own conclusions. Furthermore,
most students need substantial scaffolding before they are ready to develop
scientific questions and design effective data collection procedures to answer
these questions.10
Dari pengertian inkuiri di atas, untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri ada tiga
kondisi yang perlu diperhatikan, yaitu siswa berhadapan dengan suatu masalah real dan
bermakna bagi siswa dari suatu kejadian tertentu yang belum dikenalnya, siswa bebas
untuk mengumpulkan data dan menemukan urutannya sesuai dengan yang diinginkannya,
dan siswa berhadapan dengan lingkungan yang responsif, fleksibel, dan bebas untuk
berinteraksi sehingga informasi yang diperlukan siswa dapat diberikan dengan tepat.
11
Proses inkuiri akan berlangsung terus menerus sehingga temuan baru itu
mempunyai arti bagi diri siswa. Guru sebagai fasilitator harus mempunyai langkahlangkah tertentu untuk mendorong jenis inkuiri pada siswa. Langkah yang dapat diambil
oleh guru menurut Roestiyah harus:
1) Menstimulus dan menantang siswa untuk berpikir.
2) Memberikan fleksibilitas atau kebebasan untuk berinisiatif dan bertindak.
3) Memberikan dukungan untuk menemukan sesuatu.
4) Mendiagnosa kesulitan-kesulitan siswa dan membantu mengatasinya.
5) Mengidentifikasi dan menggunakan teach able moment sebaik-baiknya. 11
Sedangkan urutan pembelajaran berbasis inkuiri yang diajukan oleh NRC, langkahlangkahnya sebagai berikut:
a) Tahap undangan untuk berinkuiri, dalam hal ini guru memberikan rangsangan agar
memotivasi dan menimbulkan rasa ingin tahu siswa sehingga siswa mengajukan
pertanyaan yang diminati untuk diteliti. Oleh karena itu pada tahap ini diperlukan
keterampilan guru dalam mengajukan pertanyaan (keterampilan bertanya).
b) Tahap perencanaan percobaan, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan
dipersilahkan untuk merencanakan percobaan yang akan dilakukan berdasarkan
pertanyaan yang diajukan sendiri.
c) Tahap pelaksanaan percobaan, setelah rencana matang pelaksanaan penelitian pun
dilakukan melalui proses merakit dan menguji alat-alat, mendesain dan menguji
bentuk-bentuk pengumpulan data, mengembangkan data dan menguji jadwal
pengumpulan data, kelompok melakukan pengumpulan, penyusunan, dan
interpretasi data.
d) Tahap mengkomunikasikan hasil, pada tahap ini kelompok menciptakan laporan
tertulis untuk menjelaskan dan mempresentasikannya kepada kelompok lain.12
Agar pembelajaran inkuri ini berjalan dengan sukses, bukan hanya bergantung
pada silabus atau kurikulumnya saja. Guru menjadi kunci dalam pembelajarannya,
dimana guru harus mempunyai kemampuan untuk mengelola kelas agar pemelajaran
inkuri itu berhasil. Yang pertama guru harus menguasai instruksi atau perintah untuk
11
12
12
melakukan inkuiri. Guru harus percaya pada kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa.
Untuk lebih menyukseskan pelaksanaan inkuiri maka guru membutuhkan kemampuan
untuk berpikir operasional, tentang materi yang akan diselidiki siswa, dan juga
pengatahuan tentang gaya belajar siswa.
Beberapa tindakan yang dapat perlu dilaksanakan guru pada pembelajaran inkuiri
yang sukses menurut Alan Colburn antara lain:
1) Menggunakan kalimat terbuka ketika bertanya kepada siswa.
2) Menunggu beberapa saat setelah pertanyaan itu diberikan untuk memberikan
kesempatan bagi siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
3) Menanggapi jawaban siswa tanpa bermaksud untuk mengkritisi atau menghakimi.
4) Memberikan saran kepada siswa atas ide yang diberikan oleh siswa.
5) Mengelola kedisiplinan kelas.13
b. Jenis-jenis Inkuiri
Alan Colburn seorang professor di Universitas Negeri California membagi jenis
inkuiri menjadi empat yaitu inkuiri terstruktur (Structured inqury), inkuiri terbimbing
(Guided inquiry), inkuiri bebas (open inquiry), dan siklus belajar (learning cycle)14.
1) Structured Inquiry
Pada pembelajaran inkuiri terstruktur guru memberikan permasalahan melalui
hands-on untuk diselidiki, berikut dengan bahan dan prosedur kerjanya. Tetapi guru tidak
memberitahukan hasil yang diharapkan dari kegiatan yang siswa lakukan. Siswa bertugas
menghubungkan antar variabel dan menyimpulkan data yang mereka peroleh.
2) Guide Inquiry
Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang
dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada
siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh provides only the materials and problem to
investigate. Students devise their own procedure to solve the problem.
Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatankegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan
kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berifikir lambat
13
13
atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan
yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai intelegensi tinggi tidak memonopoli
kegiatan oleh sebab itu guru harus memiiki kemampuan mengelola kelas yang bagus.
Inkuiri terbimbing biasanya digunakan terutama bagi siswa-siswa yang belum
berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Pada tahap-tahap awal pengajaran
diberikan bimbingan lebih banyak yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan pengarah agar
siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan
untuk memecahkan permasalahan yang disodorkan oleh guru. Pertanyaan-pertanyaan
pengarah selain dikemukakan langsung oleh guru juga diberikan melalui pertanyaan
yang dibuat dalam LKS. Oleh sebab itu LKS dibuat khusus untuk membimbing siswa
dalam melakukan percobaan dan menarik kesimpulan.
3) Open Inquiry
Pendapat Alan Colburn tentang inkuiri jenis ini adalah This approach is similar
to guided inquiry, with the addition that students also formulate their own problem to
investigate. Open inquiry, in many ways, is analogous to doing science. Science fair
activities are often examples of open inquiry.
Pada model ini siswa harus mengidentifikasikan dan merumuskan macam
problema yang dipelajari dan dipecahkan. Jenis model inkuiri ini lebih bebas daripada
kedua jenis inkuiri sebelumnya.
4) Learning Cycle
Dalam siklus belajar, siswa mengikuti prosedur inkuiri terbimbing diikuti diskusi
yang dipimpin guru mengenai penemuan mereka. Siswa diberikan konsep yang akan
dibahas secara paralel. Siswa diberikan terlebih dahulu pengetahuan sebelum mereka
mengenalnya. Kemudian mereka kembali lagi ke laboratorium untuk menerapkan apa
yang telah mereka pelajari pada situasi yang baru.
14
1) Inkuiri
merupakan
strategi
pembelajaran
yang
menekankan
kepada
3. Pemahaman Konsep
Arti pemahaman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses, cara,
perbuatan memahami atau memahamkan.17 Pemahaman juga diartikan dari kata
understanding Michener menyatakan bahwa pemahaman merupakan salah satu aspek
dalam Taksonomi Bloom. Pemahaman diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi
15
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group,Cet. Ke 5, 2008), h.206
16
Anonimous, Pendekatan Inquiri dalam Mengajar, artikel diakses dari
http://pakdesofa.blog.plasa.com/archives/24 pada Oktober 2009
17
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustka, 2002), h.811
15
bahan yang dipelajari. Pemahaman adalah kemampuan untuk menjelaskan suatu situasi
atau suatu tindakan. Untuk memahami suatu objek itu sendiri, relasinya dengan objek lain
yang sejenis, relasinya dengan objek lain yang tidak sejenis, dan relasinya dengan objek
dalam teori lainnya.
Dalam kamus ilmiah popular, konsep bermakna ide umum, pengertian, pemikiran,
rancangan, rencana dasar.18 Menurut Syaiful Sagala, konsep merupakan buah pemikiran
seseorang atau kelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan
produk pengetahuan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari
fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak.19
Oleh karena itu, yang dimaksud dengan pemahaman konsep adalah kemampuan
untuk menjelaskan suatu situasi atau tindakan yang dinyatakan dalam definisi sehingga
melahirkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori.
Bloom memyebutkan bahwa ada tiga kategori pemahaman, yakni penerjemahan
(translation), penafsiran (interpretation), dan ekstrapolasi (extrapolation).20 Adapun
masing-masing kategori pemahaman mengandung pengertian sebagai berikut :
a. Penerjemahan (translation) yaitu pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan
siswa dalam menerjemahkan kalimat dalam soal menjadi bentuk lain, misalnya
menyebutkan variable-variabel yang diketahui dan yang ditanyakan atau mengubah
dari lambing ke arti.
b. Penafsiran (interpretation) yaitu pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan
siswa dalam menentukan konsep-konsep yang tepat untuk digunakan dalam
menyelesaikan masalah/soal.
c. Pembuatan ekstrapolasi (extrapolation), yaitu pemahaman yang berkaitan dengan
kemampuan
siswa
menyimpulkan
konsep
yang
telah
diketahui
dengan
Ahmad Maulana, dkk, Kamus Ilmiah Populer lengkap Edisi Terbaru, (Yogyakarta:Absolut, 2004),
19
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2006), cet. Ke 4, h. 71.
Syaiful Sagala, Konsep dan , (Bandung : Alfabeta, 2003), h.157
h.239.
20
16
21
Wahyudi, Tingkat Pemahaman Siswa Terhadap Materi Pembelajaran IPA, Balitbang Diknas.
Alghiptra.Blogspot.com/2007/08/tpk-ipa-saduran.html.2008.h.13-16
17
4. Konsep Koloid
Sistem dispersi adalah sistem dimana suatu zat tersebar merata (fase terdispersi)
di dalam zat lain (fase pendispersi atau medium). Fase terdispersi bersifat diskontinu
(terputu-putus) sedangkan medium disperse bersifat kontinu. Ada tiga jenis sistem
dispersi yaitu larutan, suspensi, dan koloid.
Larutan adalah keadaan dimana zat terlarut (molekul, atom, ion) terdispersi secara
homogen dalam zat pelarut. Larutan bersifat stabil dan tak dapat disaring, tidak ada
endapan. Diameter partikel zat terlarut lebih kecil dari 10-7 cm. Contoh : larutan sirup,
larutan garam. Suspensi adalah keadaan dimana zat terlarut terdipersi secara
heterogendalam zat pelarut, sehingga partikel-partikel zat terlarut cenderung mengendap
dan dapat dibedakan dari zat pelarutnya. Suspensi bersifat diskontinu, dapat disaring dan
merupakan sistem 2 fase. Diameter partikel zat terlarut lebih besar dari 10 -5 cm. Contoh:
air sungai, air kapur. Koloid adalah suatu campuran yang keadaannya berada diantara
larutan dan suspensi/larutan kasar. Koloid terlihat sebagai campuran homogen, namun
digolongkan sebagai campuran heterogen secara mikrokopis. Koloid umumnya bersifat
stabil dan tidak dapat disaring, campuran 2 fase. Diameter zat terlarut antar 10-7-10-5 cm.
Pada umumnya zat yang ditemukan pada kehidupan sehari-hari berada dalam
keadaan koloid sehingga semua cabang ilmu kimia sangat berkepentingan dengan kimia
koloid, diantaranya:
1. Semua jaringan bersifat koloidal
2. Tanah terdiri dari bagian-bagian yang bersifat koloid sehingga ilmu tanah, pertanian
dan sebagainya harus mencakup penerapan kimia koloid pada tanah
22
Dwi Yulianti, Prosentase Pemahaman Siswa pada Konsep Unsur, Senyawa, Campuran, Molekul, Angka
Indeks dan Koefisiean. Penelitian Staf Pengajar Universitas Lampung, diakses dari www.scrib.com pada November
2009
18
3. Pengetahuan tentang koloid sangat diperlukan dalam industri cat, keramik, plastik,
tekstil, kertas, lem, tinta, semen, karet, kulit, penyedap, mentega, keju, susu dan
makanan lain, pelumas, sabun, obat semprot pertanian dan insektisida, gel, selai dan
lain-lain.
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaanya terletak antara
larutan dan suspensi (campuran kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang
berbeda dari sifat larutan atau suspensi. Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena
semua zat, baik padat, cair, maupun gas, dapat dibuat dalam keadaan koloid. Karena
sistem koloid sangat berpengaruh bagi kehidupan sehari-hari, kita harus mempelajarinya
lebih mendalam agar kita dapat menggunakannya dengan benar dan dapat bermanfaat
untuk diri kita.
Berdasarkan fase mediumnya, sol, emulsi, dan buih masih terbagi atas beberapa
jenis yaitu sol padat, sol cair, sol gas, emulsi padat, emulsi cair, emulsi gas, buih padat,
dan buih cair. Secara jelaskan akan dipaparkan sebagai berikut, koloid terdiri atas bagianbagian berikut:
1. Sol padat (padat-padat)
Sol padat ialah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase padat.
Contoh:' logam paduan, kaca berwama, intan hitam, permata (gem) dan baja.
2. Sol cair (padat-cair)
Sol cair ialah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase cair.
Berarti, Hal ini berarti zat terdispersi fase padat dan medium fase cair. Contoh: cat,
tinta, dan kanji.
3. Sol gas (padat-gas)
Sol gas (aerosol padat) ialah koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase
gas. Hal ini berarti zat terdispersi fase padat dan medium fase gas. Contoh: asap dan
debu.
4. Emulsi padat (cair-padat)
Emulsi padat (gel) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase padat.
Hal ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase padat. Contoh: mentega, keju,
jeli, dan mutiara.
19
20
sorot lampu proyektor di ruangan yang berasap dan berkas sinar matahari melalui
celah daun pohon pada pagi hari yang berkabut.
2. Gerak Brown
Merupakan gerak lurus yang tidak beraturan (zig-zag) dari partikel koloid
dalam medium pendispersi. Gerak ini terjadi akibat tabrakan antara partikel koloid
dengan medium pendispersinya. Gerak brown dipengaruhi oleh ukuran partikel dan
suhu, semakin kecil ukuran partikel koloid akan semakin cepat pula gerakannya.
Semakin tinggi sushu sistem koloid, semakin besar energi kinetik yang dimiliki
partikel medium. Akibatnya, gerak Brown dri partikel fase terdispersinya semakin
cepat. Gerak brown menyebabkan sistem koloid stabil.
3. Adsorpsi koloid
Adsorpsi adalah proses penyerapan suatu zat di permukaan zat lain. Zat yang
diserap disebut fase terserap dan zat yang menyerap disebut adsorpen. Hal ini karena
adanya gaya tarik molekul-molekul pada permukaan adsorpen. Daya adsorpsi partikel
koloid tergolong besar, karena pertikelnya memiliki permukaan yang luas.
Pemanfaatan adsorpsi dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
1. Proses pemutihan gula pasir.
2. Penyembuhan sakit perut dengan serbuk karbon atau norit.
3. Penjernihan air keruh dengan menggunakan tawas (Al2(SO4)3).
4. Penggunaan arang aktif pda masker untuk menyerap gas yang beracun, dan filter.
pada rokok yang berfungsi mengikat asap nikotin dan tar.
4. Koagulasi
Partikel koloid memiliki sifat stabil karena memiliki muatan listrik yang
sejenis. Apabila muatan listrik itu hilang, maka partikel koloid tersebut akan
bergabung membentuk gumpalan. Proses penggumpalan partikel koloid dan
pengendapannya disebut Koagulasi.
Proses koagulasi dapat terjadi melalui beberapa cara yaitu:
21
5. Elektroforesis
Partikel-partikrl koloid mempunyai muatan listrik yan g berbeda, pertikel ini
akan bergerak dalam medan listrik. Pergerakan partikel koloid dalam medan listriik
disebut dengan elektroforesisi. Elketroforesis ini dapat digunakan untuk menentukan
jenis muatan partikel koloid.
Manfaat dari elektroforesis:
a. Untuk menentukan muatan partikel koloid
b. Untuk mengidentifikasi DNA
c. Untuk memproduksi barang industri yang terbuat dari karet.
d. Untuk mengurangi zat pencemar udara yang dikeluarkan dari cerobong asap pabrik
dengan alat yang disebut Cottrel.
6. Dialisis
Dialaisis adalah suatu proses penghilangan ion-ion pengganggu kestabilan
dengan menggunakan selaput membran semipermiabel. Suatu koloid biasanya
bercampur dengan ion-ion pengganggu, karena partikel koloid memiliki sifat
mengadsorpsi. Pemisahan ion pengganggu ini dapat dilakukan dengan memasukkan
22
koloid dalam membran semipermiabel (selofan), baru kemudian akan dialiri air yang
mengalir. Karena diameter ion pengganggu jauh lebih kecil daripada koloid, maka ion
pengganggu akan merembes melewati pori-pori kertas selofan, sedangkan partikel
koloid akan tertinggal.
Aplikasi proses dialisis dalam kehidupan sehari-hari adalah proses cuci darah
untuk penderita gagal ginjal. Jaringan ginjal bersifat semipermiabel, selaput ginjalnya
hanya dapat dilewati oleh air dan molekul sederhana seperti urea, tetapi menahan
partikel-partikel koloid seperti sel-sel darah merah.
7. Koloid pelindung
Koloid pelindung adalah sistem koloid yang ditambahakan pada koloid lain
agar diperoleh koloid yang stabil. Koloid pelindung ini anak membungkus partikel
terdispersi sehingga tidak dapat lagi berkelompok dan menggumpal.
Contoh koloid pelindung antara lain:
- gelatin yang digunakan pada pembuatan es krim untuk mencegah pembentukan
kristal es yang keras dan kasar,
- cat dan tinta dapat bertahan lama juga karena adanya koloid pelindung
- zat-zat pengemulsi seperti sabun dan detergen juga tergolong koloid pelindung.
Suatu zat dapat dibuat menjadi koloid dengan beberapa cara. Pembuatan partikel
koloid dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan atau memperkecil partikel
suspensi. Maka dari itu ada dua metode dasar dalam pembuatan system koloid yaitu
disperse dan kondensasi.
Kondensasi
Larutan
Koloid
Dispers
i
Suspensi
23
1. Cara kondensasi
Merupakan cara pembuatan koloid dengan cara menggabungkan larutan sejati
menjadi partikel koloid. Pembuatan koloid dengan metode kondensasi biaanya
dilakukan dengan cara reaksi redoks, hidrolisis, penggantian pelarut dekomposisi
rangkap. Untuk lebih jelasnya simak pemaparan berikut ini;
a. Reaksi dekomposisi rangkap
Misalnya:
- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui
larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang;
As2O3
(aq)
3H2S(g)
As2O3
(koloid)
3H2O(l)
24
2. Cara dispersi
Merupakan cara pembuatan koloid dengan memecah partikel-partikel kasar (besar)
menjadi partikel koloid. Proses disperse ini dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu cara mekanik, peptisasi, dan busur bredig. Simak penjelasan berikut ini.
a. Cara Mekanik
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan proses
penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang
digunakan untuk cara ini biasa disebut penggilingan koloid, yang biasa digunakan
dalam:
- industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.
- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen, dsb.
- Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.
- Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas.
b. Cara peptisasi.
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid/sistem koloid dari butir-butir kasar atau dari
suatu endapan/proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi
(pemecah). Zat pemecah tersebut dapat berupa elektrolit khususnya yang
mengandung ion sejenis ataupun pelarut tertentu.
Contoh:
-
Agar-agar
- Endapan NiS
dipeptisasi
dipeptisasi
oleh
oleh H2S
air
karet
oleh
; endapan Al(OH)3
bensin.
oleh AlCl3.
- Sol Fe(OH)3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH)3 yang baru terbentuk
dengan sedikit FeCl3. Sol Fe(OH)3 kemudian dikelilingi Fe+3 sehingga bermuatan
positif.
- Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membentuk sistem kolid.
Contohnya; gelatin dalam air.
c. Cara Busur Bredig
Cara busur Bredig ini digunakan untuk membuat sol-sol logam, sperti Ag, Au, dan Pt.
Dalam cara ini, logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel koloid akan
digunakan sebagai elektrode. Kemudian kedua logam dicelupkan ke dalam medium
25
B. KERANGKA BERPIKIR
Kimia termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik
sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta
kegunaannya. Pada awalnya kimia diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan
(induktif), namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan
dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Kimia merupakan ilmu yang mencari
jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan
dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat yang
melibatkan keterampilan dan penalaran. Kimia termasuk pelajaran yang mempunyai sifat
abstrak, juga bahan/materinya banyak sehingga sebagian besar siswa menganggap kimia
sebagai satu pelajaran yang sulit.
Keberhasilan pembelajaran sehingga siswa dapat memahami konsep yang
dipelajari memerlukan suatu perencanaan pembelajaran yang baik. Pemilihan
pendekatan, metode, dan model pembelajaran dapat mempengaruhi keberhasilan
pembelajaran. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi kesulitan siswa
dalam memahami kimia adalah dengan menggunakan pendekatan belajar yang
memberikan pengalaman nyata bagi siswa dan melibatkan siswa lebih aktif dalam proses
pembelajaran.
Pembelajaran berbasis inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menggali potensi yang mereka miliki. Dalam pembelajaran berbasis inkuiri siswa
diberikan kesempatan untuk bertindak layaknya seorang ilmuwan yang ingin menemukan
sebuah hal baru yang belum mereka ketahui. Pembelajaran berbasis inkuiri merupakan
sebuah alternatif bagi guru untuk menghindari rasa bosan siswa ketika menerima
pelajaran. Selain itu juga untuk melatih siswa mengembangkan kemampuan dan
26
pengetahuan yang sudah mereka miliki sebelumnya. Jadi guru bertindak sebagai
fasilitator dalam pembelajaran inkuiri.
Dengan pembelajaran berbasis inkuiri siswa diharapkan akan lebih cepat
memahami konsep-konsep pelajaran yang diharapkan pahami siswa. Karena seperti yang
telah diketahui jika seseorang mengalami dan melaksanan sendiri suatu proses
pembelajaran maka kemungkinan ia memahami pelajaran atau konsep akan lebih besar
dan lebih tahan lama melakat dalam daya ingatannya.
C. PENGAJUAN HIPOTESIS
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan
hipotesisnya sebagai berikut: Terdapat pengaruh pembelajaran kimia berbasis inkuiri
terhadap pemahaman konsep siswa.
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Perlakuan
Posttest
O1
O2
Keterangan :
X : perlakuan dengan menggunakan pembelajaran kimia berbasis inkuiri
O1 : nilai pretest sebelum diberikan pembelajaran inkuiri
O2 : nilai posttest setelah diberikan pembelajaran inkuiri
1
2
28
1.
Populasi target
Seluruh siswa SMA N 1 Pamulang yang terdaftar pada semester dua
tahun ajaran 2009-2010 yang mendapat pelajaran kimia.
2.
Populasi terjangkau
Seluruh siswa kelas XI SMA N 1 Pamulang yang terdaftar pada semester
dua tahun ajaran 2009-2010 dan mendapat konsep koloid.
3.
Sampel
Sampel yang diambil adalah kelas XI-A yang berjumlah sebanyak 40
siswa.
29
Indikator
Mengklasifikasikan
Jenjang Kognitif
C1
C2
2,4*,6*
1*,3,5
C3
C4
C5
Jumlah
6
Mengelompokkan jenis
7,8,9*,10,
11,12, 13
Menjelaskan proses
14
15,16,17,
pembuatan koloid.
4
18,19
*
20,21 ,
23 ,24,
22*
25,
26,27*
28*,
Mendeskripsikan
peranan koloid pada
29,30
industri kosmetik,
makanan, dan farmasi.
Jumlah
14
b. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa tentang proses
pembelajaran dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemahaman
30
30
2. Kalibrasi Instrumen
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan analisis kuantitatif.
Sebelum soal pada tes pilihan ganda digunakan terlebih dahulu
dilakukan uji pendahuluan berupa uji validitas, reliabilitas, daya pembeda,
dan taraf kesukaran.
a. Uji validitas
Validitas berasal dari kata validity, dapat diartikan tepat atau
sahih, yakni sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
31
rbis =
Xi Xt
St
pi
qi
Keterangan :
rbis adalah koefisien korelasi
Xi adalah rata-rata skor total responden menjawab benar butir soal nomor
Xt adalah rata-rata skor total semua responden
St adalah standar deviasi skor total semua responden
pi adalah proporsi jawaban benar untuk butir nomor i
qi adalah proporsi jawaban salah untuk butir nomor i
Soal dikatakan valid jika nilai r hitung lebih besar dari r table.
b. Uji reliabilitas
Reliabilitas bermakna keterpercayaan, keterandalan, keajegan,
kestabilan, atau konsistensi, dapat diartikan sejauhmana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya dan konsisten.5
rii =
Si2
k
1 2
k1
St
Keterangan:
rii adalah koefisien realibilitas tes
k adalah jumlah butir soal
Si adalah varians skor butir soal
St adalah varians skor total
c. Uji daya pembeda
Ahmad Sofyan dkk, Evaliuasi Pelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006), cet. Ke 1, h. 105
4
Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi ... , h. 109
5
Ahmad Sofyan dkk, Evaluasi ..., h.106
32
( )
0,5
Keterangan:
D adalah daya beda soal
Ba adalah jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok atas
Bb adalah jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah
N adalah jumlah siswa
Klsifikasi daya pembeda ;
0,70 - 1,00 = baik sekali (excellent)
0,40 - 0,70 = baik (good)
0,20 0,40 = cukup (statisfactory)
0,00 0,20 = jelek (poor)7
Keterangan :
P adalah proporsi atau indeks kesukaran
B adalah jumlah siswa yang menjawab benar
6
7
h.221
8
33
data
adalah
proses
mengatur
urutan
data,
=1
=1
h.212
34
= +
1
1 + 2
= + 2
b. Uji Normalitas
Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah sample yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini dugunakan uji
Liliefors
Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:
(a) Kolom Xi
Data diurutkan dari yang terkecil hingga ke yang terbesar
(b) Kolom Zi
Z
Xi X
S
S = simpangan baku
(c) Kolom Zt
Nilai Zt dikonsultasikan pada Ftabel
(d) Kolom F(Zi)
Jika Zi negatif maka F(Zi) = 0.5 Zt
Jika Zi positif maka F(Zi) = 0.5 + Zt
(e) Kolom S(Zi)
S = nomer responden
Jumlah responden
(f) Kolom F(Zi) S(Zi)
Merupakan harga mutlak selisih dari F(Zi) S(Zi)
(g) Menentukan harga terbesar dari selisih tersebut untuk
mendapatkan Lo.
Kriteria pengujian dari uji Lilieforse yaitu:
35
c. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan dua
keadaan atau populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji
Fisher, dengan rumus:10
2
= 12
2
dengan
2 =
Keterangan:
F = Homogenitas
S12 = Varians terbesar
S22 = Varians terkecil
Langkah langkah pengujian adalah sebagai berikut :
(a) Hitung rata-rata ( X )
(b) Menentukan selisih
X
(c) Menentukan kuuadrat selisih
varians
dengan
menggunakan
rumus
11
36
Fhitung =
var ianterbesar
var ianterkecil
Kriteria pengujiannya :
Dimana
=
=
1
2
2
2
Keterangan:
To : Nilai t hitung
MD : Nilai rerata gain
N : jumlah subjek yang diteliti
13
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarata: Raja Grafindo Persada, 2001),
h.289-290
37
Keterangan :
g = normal gain
Mps = maximum possible score: skor ideal = 100
Dengan katagori perolehan:
g-tinggi : nilai (<g>) > 0,70
g-sedang : nilai 0,70 (<g>) 0,30
g-rendah : nilai (<g>) <0,30
14
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Hasil Belajar Kognitif
a. Data Pretest
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada 40 siswa
yang menjadi sampel diperoleh data pretest dengan nilai tertinggi
63, nilai terendah 30, dan nilai rata-rata sebesar 48,1. Untuk lebih
lengkapnya dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi berikut:
Tabel 4.1. Distribusi frekuensi pretest
No.
Interval
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
f (%)
(xi)
1.
30 35
32,5
12,5
2.
36 41
38,5
3.
42 47
44,5
17,5
4.
48 53
13
50,5
32,5
5.
54 59
56,5
22,5
6.
60 65
62,5
15
39
b. Data Posttest
Setelah dilakukan pembelajaran kimia ynag berbasis inkuiri
kemudian dilakukan posttest, maka diperoleh nilai tertinggi 96 dan
nilai terendah 50, dengan skor rerata adalah 72,9. Distribusi
frekuensi hasil posttest dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Posttest
No.
Interval
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
f (%)
(xi)
1.
50 57
53.5
7.5
2.
58 65
61.5
10
3.
66 73
12
69.5
30
4.
74 81
16
77.5
40
5.
82 89
85.5
10
6.
90 97
93.5
2.5
Dari tabel di atas dapat dilihat skor yang paling banyak diperoleh
siswa berada pada interval 7481, diperoleh 16 siswa atau berkisar
40 %. Skor rerata hasil posttes adalah 72,9. Siswa yang
memperoleh skor di atas skor rerata ada sebanyak 21 siswa atau
sebanyak 52,5%. Sedangkan siswa yang memperoleh skor di
bawah skor rerata ada 19 siswa atau 47,5% dari keseluruhan siswa.
40
Pemahaman
Pemahaman
Pretest (%)
Posttest (%)
26
84
15
86
10
80
12
28
45
91
21,6
73,8
41
2. Data Kualitatif
a. Angket
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket
dengan jawaban Ya atau Tidak Pengolahan data yang digunakan
adalah dengan menggunakan skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0
untuk jawaban salah. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.4. Hasil Angket Pemahaman Konsep Siswa
No
1
2
4
5
Pernyataan
Setelah guru memberikan ilustrasi tentang
koloid, saya menjadi tertarik untuk
mempelajari lebih lanjut tentang koloid.
Setelah penyajian gambar/ilustrasi dari guru,
saya tidak dapat membayangkan apakah
sebenarnya koloid itu.
Setelah membaca buku dan beberapa bacaan
tentang koloid, saya dapat memperkirakan
apa yang akan terjadi jika minyak dicampur
dengan air jeruk.
Ketika melakukan percobaan tentang efek
tyndhall, saya memahami bahwa susu,
emulsi (koloid) jika di berikan cahaya akan
mengahamburkan cahaya dari sinar lampu.
Setelah saya membaca dan berdiskusi
dengan teman saya belum mengetahui apa
Jawaban
Jawaban
Ya
Tidak
62,5%
37,5%
10%
90%
70%
30%
95%
5%
65%
35%
42
10
77,5%
22,5%
72,5%
27,5%
40%
60%
80%
20%
82%
18%
43
Data Nilai
Lhitung
Ltabel
Kesimpulan
Pretest
40
0,05
0,1241
0,1401
Ho diterima
Posttest
40
0,05
0,1230
0,1401
Ho diterima
44
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
yang diperoleh berasal dari populasi homogen atau tidak. Kriteria uji
homogenitas adalah Ho diterima jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel dan
Ho ditolak jika Fhitung lebih besar dari Ftabel. Jika Ho diterima berarti
data penelitian berasal dari populasi homogen, sedangkan jika Ho
ditolak berarti data penelitian berasal dari populasi tidak homogen.
Pada data nilai pretest dan nilai posttest dilakukan uji homogenitas
dengan menggunakan uji Fisher. Berikut adalah tabel hasil
perhitungan uji homogenitas:
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Homogenitas dengan Uji Fisher
Data
Nilai
Pretes
0,05
Postes
Jumlah
Varians
NPretes =
27,97
40
NPostest =
40
Fhitung
Ftabel
Kesimpulan
1,56
1.69
Ho diterima
43,76
45
3. Uji N-Gain
Hasil belajar dapat dianalisis untuk melihat sejauh mana pengaruh
pembelajaran kimia berbasis inkuiri terhadap pemahamn konsep koloid.
Peningkatan hasil belajar siswa diperoleh dengan membandingkan hasil
tes awal dengan tes akhir dan uji menggunakan nilai N-Gain.
Tabel 4.7. Hasil N-Gain Siswa
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
78
70
74
70
88
62
74
96
74
62
78
70
67
78
67
50
74
67
88
74
88
78
67
88
56
88
70
74
0.50
0.41
0.41
0.41
0.69
0.33
0.33
0.89
0.45
0.33
0.50
0.41
0.53
0.50
0.38
0.29
0.45
0.38
0.73
0.45
0.69
0.50
0.35
0.69
0.33
0.69
0.41
0.45
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
46
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
ratarata
43
53
56
34
53
34
49
56
47
53
47
56
62
78
78
56
70
62
70
78
67
74
67
78
0.33
0.53
0.50
0.33
0.36
0.42
0.41
0.50
0.38
0.45
0.38
0.50
50.45
72.75
0.46
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa siswa yang termasuk kategori
tinggi sebanyak 2 siswa (5%), kategori sedang sebanyak 37 siswa (97.5 %) dan siswa
yang termasuk dalam kategori rendah sebanyak 1 siswa (2.5 %). Berikut adalah
diagram kategorisasi perolehan skor N-gain.
92,5
100
80
60
40
20
2,5
0
Rendah
Sedang
Tinggi
47
4. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh
pembelajaran kimia berbasis inkuiri terhadap pemahaman konsep siswa.
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan test t. Kriteria uji t
adalah Ha diterima jika thitung lebih besar dari ttabel dan Ha ditolak jika thitung
lebih kecil dari ttabel.Jika Ha diterima berarti terdapat pengaruh
pembelajaran kimia berbasis inkuiri terhadap pemahaman konsep siswa,
sedangkan jika Ha ditolak berarti tidak terdapat pengaruh pembelajaran
kimia berbasis inkuiri terhadap pemahaman konsep siswa. Pada data nilai
pretest dan nilai posttest dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji
t. Berikut adalah tabel hasil perhitungan uji t:
Tabel 4.8. Hasil Pengujian Hipotesis dengan Uji t
40
0,01
thitung
4,84
ttabel
Kesimpulan
2,68
Ha diterima
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tampak bahwa
dengan pembelajaran kimia berbasis inkuiri dapat menunjukkan bahwa
pemahaman siswa baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang
mempunyai nilai di atas 70 yang merupakan KKM dari sekolah adalah
48
sebanyak 27 siswa 67,5%. Selain itu dapat kita lihat juga dari nilai N-Gain
92,5% siswa termasuk kategori sedang. Kemudian dari hasil Uji t terlihat
perbedaan
pengaruh
yang baik
dari
49
ciri suspensi. Dan setelah siswa menyampaikan pengetahuannya tentang ciriciri suspensi, maka diakhir nya siswa menjawabnya sendiri. Setelah diskusi
dilakukan ternyata masih ada beberapa siswa yang belum mengerti tentang
apa yang akan dibawa sebagai contoh suspense, larutan, dan koloid untuk
percobaan pada pertemuan berikutnya. Meskipun guru telah meminta untuk
membaca referensi yang disarankan oleh guru.
Proses diskusi yang dilaksanakan dalam pembelajaran adalah diskusi
untuk merancang percobaan untuk menentukan campuran mana yang
termasuk koloid, suspensi, dan koloid. Selain itu siswa juga diminta untuk
merancang percobaan membuktikan sifat koloid dengan menggunakan bahan
yang mudah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Namun setelah dievaluasi
dari diskusi yang dilakukan masih banyak siswa yang bertanya-tanya apa dan
bagaimana sebenarnya bahan dan rancangannya. Kegagalan ini disebabkan
oleh faktor belum terbiasanya siswa dengan pembelajaran inkuiri yang
meminta siswa untuk merancang percobaan dan menentukan bahan yang akan
digunakan pada percobaan. Pada pembelajaran biasanya guru menyediakan
alat, bahan, dan langkah percobaan, sehingga siswa tinggal menyiapkan diri
untuk melakukan praktikum dengan alat, bahan, dan cara kerja yang telah
disebutkan. Atau mungkin saja kegagalan ini berasal dari pengajar (peneliti)
yang kurang jelas memberikan arahan kepada siswa untuk berinkuiri.
Pada saat melakukan eksperimen ada banyak hal yang mereka
temukan dan itu merupakan hal baru bagi mereka. Untuk mengetahui hal-hal
yang belum mereka pahami dan mengerti, mereka banyak mengajukan
pertanyaan baik kepada guru maupun kepada teman mereka. Dari proses
bertanya itulah muncul keaktifan dan keseriusan siswa dalam memecahkan
masalah. Berdasar pengetahuan yang diperoleh peneliti dari guru sebelumnya
bahwa biasanya mereka jarang bertanya. Namun dengan pembelajaran inkuiri
yang dilakukan mereka menjadi aktif bertanya pada guru akan hal-hal yang
50
membuat mereka tertarik, hal ini tampak pada proses diskuisi dan percobaan
(eksperimen).
Keberhasilan penerapan pembelajaran inkuiri tidak terlepas bahwa ada
ketertarikan siswa pada pembelajaran kimia yang aktif. Karaktereistik dari
siswa yang aktif dan senang bertanya pada guru juga sangat mempengaruhi
keberhasilan pembelajaran inkuiri. Meskipun dalam proses pembelajaran yang
berjalan masih ada beberapa siswa yang tampak belum paham akan proses
pembelajaran inkuiri yang diterapkan namun pada akhirnya siswa mulai
membiasakan diri dengan proses pembelajaran diamana mereka sendiri yang
berperan lebih banyak dalam pembelajaran.
Kebingungan dan belum paham nya siswa karena pembelajaran Inkuiri
berbeda
dengan
proses
pembelajaran
sebelumnya,
dimana
dalam
51
D. Keterbatasan Penelitian
1. Waktu pelaksanaan penerapan pembelajaran kimia berbasis inkuiri di
kelas terlalu sempit.
2. Tidak adanya instrumen yang mengungkap penilaian diskusi dalam
pembelajaran berbasis inkuiri.
Ratna Dahar, Buku Materi Pokok Pengelolaan Kimia, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1986), h.
42
2
52
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan melihat hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik
kesimpulan bahwa pembelalajaran kimia berbasis inkuiri dapat
mempengaruhi pemahaman konsep siswa. Hal ini dapat dilihat dari
nilai thit adalah 4,84 yang lebih besar dari nilai ttab yaitu 2,68.
B. Saran
1. Bagi guru yang mengembangkan pembelajaran kimia dengan
pembelajaran berbasis inkuiri, hendaknya lebih kreatif menemukan
hal-hal baru agar proses pembelajarannya menjadi lebih menarik
dan tidak membosankan.
2. Pengalaman belajar siswa yang bervariasi yang dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari sebaiknya diterapkan oleh guru di kelas
karena
dengan
adanya
variasi
pengalaman
belajar
akan
53
DAFTAR PUSTAKA
54
http://physics.ia.state.edu/per/docs/addendum_on_normalized_gain.pdf ,
diakses pada 2011
Roestiyah, 2001. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta
Ruseffendi, H.E.T. 2000. Statistika Dasar untuk Pelatihan Pendidkan,
Bandung:IKIP Bandung
Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet. Ke 5
Slavin, Robert E. 2009. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek, jilid 2, Jakarta:
PT Indeks
Sofyan, Ahmad. dkk, 2006. Evaliuasi Pelajaran IPA Berbasis Kompetensi,
Jakarta: UIN Jakarta Press
Subana, dkk, 2005. Statistika Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia
Sudjiono, Anas. 2001. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarata: Raja Grafindo
Persada
Sudrajat, Akhmad. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik,
Taktik, dan Model Pembelajaran. Diakses dari http://www.psb-psma.org.
pada 27 Januari 2009.
Sugiono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta
Wahyudi, 2007. Tingkat Pemahaman Siswa Terhadap Materi Pembelajaran IPA,
Balitbang Diknas. Alghiptra.Blogspot.com/2007/08/tpk-ipa-saduran.html.
diakses pada 2008
Widodo, Ari. 2007. Konstruktivisme dan Pembelajaran Sains, Jakarta: Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, No. 064
Yulianti, Dwi. 2009. Prosentase Pemahaman Siswa pada Konsep Unsur,
Senyawa, Campuran, Molekul, Angka Indeks dan Koefisiean. Penelitian
Staf Pengajar Universitas Lampung, diakses dari www.scrib.com pada
November 2009
Semasa kuliah penulis memulai karir mengajarnya dari privat, bimbingan belajar
bernama BTA 70. Selain itu penulis sempat mengajar di SMA Negeri 70 Jakarta
selama satu semester di tahun 2010.
Lampiran 6
Perhitungan Validasi Instrumen Tes Kognitif
No Siswa
1A
2B
3C
4D
5E
6F
7G
8H
9I
10 J
11 K
12 L
13 M
14 N
15 O
16 P
17 Q
18 R
19 St
20 T
21 U
22 V
23 W
24 X
25 Y
26 Z
27 AA
28 AB
29 AC
30 AD
31 AE
32 AF
r.hit
r.tab
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
2
11
19
29
28
17
10
22
31
30
30
21
16
27
30
17
29
26
24
31
3
8
5
17
30
21
32
-0.039 0.497 0.633 0.220 0.775 0.091 0.357 0.398 -0.117 1.704 1.859 0.542 0.265 1.659 1.652 0.431 1.175 0.980 1.282 2.198 0.249 0.514 0.207 0.656 1.652 1.121 0.000
0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349
jumlah
28
29
30 Xt
Xt
1
0
1
20 400
1
1
1
20 400
1
1
0
19 361
1
0
1
21 441
1
0
1
23 529
1
0
1
22 484
1
1
1
21 441
1
1
1
23 529
1
1
1
23 529
1
1
0
21 441
1
1
1
17 289
1
1
1
21 441
1
1
1
22 484
1
1
1
17 289
1
1
1
22 484
1
1
1
22 484
1
1
1
22 484
1
0
1
20 400
1
1
1
22 484
1
1
1
16 256
1
1
1
19 361
1
1
1
20 400
1
1
1
22 484
1
1
1
22 484
1
0
1
22 484
1
1
1
22 484
1
1
1
16 256
1
1
1
14 196
1
0
0
20 400
1
1
1
22 484
1
1
1
15 225
1
1
1
24 576
32
25
29 652
0.000 0.575 1.261
0.349 0.349 0.349
Invalid
Valid Valid Invalid Valid Invalid Valid Valid Invalid Valid Valid Valid Invalid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Invalid Valid Invalid Valid Valid Valid Invalid Invalid Valid Valid
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
8.0
9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0
16.0
17.0 18.0 19.0
20.0 21.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
8.0
9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 16.0 17.0 18.0 19.0 20.0 21.0 22.0 23.0 24.0 25.0 26.0 27.0
28.0 29.0 30.0
81
82
Lampiran 7
Pretest
Posttest
56
49
56
49
61
43
61
65
53
43
56
49
30
56
47
30
53
47
56
53
78
70
74
70
88
62
74
96
74
62
78
70
67
78
67
50
74
67
88
74
Nama
Siswa
U
V
W
X
Y
Z
AA
AB
AC
AD
AE
AF
AG
AH
AI
AJ
AK
AL
AM
AN
Pretest
Posttest
61
56
49
61
34
61
49
53
43
53
56
34
53
34
49
56
47
53
47
56
88
78
67
88
56
88
70
74
62
78
78
56
70
62
70
78
67
74
67
78
83
Lampiran 8
Distribusi Frekuensi Pretest Siswa
1. Banyaknya data (n) = 40
2. Distribusi frekuensi
65
61
61
61
56
56
56
56
53
53
49
49
47
47
43
43
61
56
49
43
61
53
49
34
56
53
49
34
56
53
49
34
56
53
47
30
56
53
47
30
3. Menentukan sebaran
Sebaran = data terbesar data terkecil
= 65 30
= 35
4. Menentukan banyak kelas
Banyak kelas
= 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 40
= 1 + 3,3 x 1,6
= 1 + 5,28
= 6,28 (pembulatan ke bawah)
=6
5. Menentukan panjang kelas
Panjang kelas interval =
jangkauan
batas kelas interval
35
6
=5,8(pembulatan ke atas) = 6
fi
5
0
7
13
9
6
40
xi
32,5
38,5
44,5
50,5
56,5
62,5
fixi
fixi
162,5
0
311,5
656,5
508,5
375
2014
84
fi.xi
f
2014
40
= 50.35
1
1 + 2
= 47,5 + 6
6
6+4
= 51,1
8. Menghitung Median (Me)
1
= + 2
1
40 12
= 47,5 + 6 2
9
= 52,83
85
Lampiran 9
Distribusi Frekuensi Posttest Siswa
1. Banyaknya data (n) = 40
2. Distribusi frekuensi
96
88
88
88
78
78
78
78
74
70
70
70
67
67
67
62
88
74
70
62
78
74
70
62
78
74
70
62
78
74
67
56
78
74
67
56
78
74
67
50
3. Menentukan sebaran
Sebaran = data terbesar data terkecil
= 96 50 = 46
4. Menentukan banyak kelas
Banyak kelas
= 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 40
= 1 + 3,3 x 1,6
= 1 + 5,28
= 6,28 (pembulatan ke bawah)
=6
5. Menentukan panjang kelas
Panjang kelas interval =
jangkauan
=
batas kelas interval
46
6
=7,67(pembulatan ke atas) = 8
fi.xi
f
2916
40
= 72.9
fi
3
4
12
16
4
1
40
xi
53.5
61.5
69.5
77.5
85.5
93.5
fixi
fixi
160.5
246
834
1240
342
93.5
2916
86
1
1 + 2
= 77,5 + 8
4
4 + 12
= 79.5
8. Menghitung Median (Me)
1
= + 2
1
40 19
= 77,5 + 8 2
4
= 79,5
87
Lampiran 10
Perhitungan Uji Normalitas
30 50,45
= 3,8671
5,29
( )
2
= 0,05
40
5. L0= |F(Z)-S(Z)|
Lo = |0,0001-0,05|
L0=|-0,0499|
L0= 0,04999
88
30 70,5
= 3,4014
6,61
( )
1
= 0,025
40
5. L0= |F(Z)-S(Z)|
Lo = |0,0003-0,025|
L0=|-0,0247|
L0= 0,0247
89
Lampiran 11
Perhitungan Uji Homogenitas
2018
=
= 50,45
40
2. Menentukan selisih
30 50,45 = 20,45
3. Menentukan kuadrat selisih
2
20,45 2 = 418,20
4. Lakukan cara yang sama (1-3) untuk data berikutnya.
5. Menghitung Varians
2
2
=
1118,62
2 =
= 27,97
40
90
2900
=
= 72,5
40
2. Menentukan selisih
50 72,5 = 22,5
3. Menentukan kuadrat selisih
2
22,5 2 = 506,25
4. Lakukan cara yang sama (1-3) untuk data berikutnya.
5. Menghitung Varians
2
2
=
1750,25
2 =
= 43,76
40
Untuk Menghitung Fhit maka kita membagi varians terbesar dengan varians
terkecil.
91
43,76
27,97
= 1,56
Ftab = 1,69
Untuk mengetahui sampel homogen maka Fhit < Ftab . Ternyata nilai 1,56 < 1,69
jadi sampel terdistribusi normal.
92
Lampiran 12
Perhitungan Uji t
Dimana
=
=
1
2
=
Berikut ini data nilai gain yang diperoleh siswa:
Tabel gain
pretest
postest
30
34
43
47
49
53
56
61
65
50
56
62
67
70
74
78
88
96
20
22
19
20
21
21
22
27
31
2
2
93
41209 41209
40
1600
= 1030,225 25,75
= 32,097 25,75
= 6,34
4. Menghitung Standar kesalahan (SEMD)
6,34
=
40 1
=
6,34
= 1,02
6,24
5. Menghitung nilai t
5,07
0 = 1,02 = 4,97
6. Menentukan ttab berasal dari tabel diperoleh nilai 2,68
94
Lampiran 13