You are on page 1of 13

Klasifikasi Tb

Tuberkulosis primer
Tuberkulosis primer terjadi karena infeksi melalui jalan pernapasan (inhalasi) oleh
Mycobacterium tuberculosis. Biasanya pada anak-anak. Kelainan rontgen dapat berada
dimana saja dalam paru-paru, dan dapat mengenai beberapa segmen dalam satu lobus paru.
Walau begitu, bagian yang sering terkena adalah lobus bawah, lobus media dan lingula, dan
segmen anterior dari lobus atas.3
Manifestasi yang paling sering ditemukan pada tuberkulosis primer adalah
pembesaran kelenjar limfe / limfadenopati. Dengan ditemukannya pembesaran kelenjar limfe
hilus dan mediastinum, dapat dipastikan adanya tuberkulosis primer, karena pada
tuberkulosis post-primer jarang ditemukan kelainan ini. Angka kejadian pembesaran kelenjar
limfe ini semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia seseorang.3

Chest radiograph obtained in a 7-month-old Hispanic boy shows right paratracheal lymphadenopathy
(straight arrow) with multilobar consolidation predominating in the right lung. Moderate right lower lobe
atelectasis with inferior displacement of major fissure (curved arrows) is associated. Right hilar
lymphadenopathy (not shown) was also present.4

Tuberculosis dengan komplek primer (hanya hilus kiri membesar). Foto toraks PA dan lateral4

Kelainan radiologis yang tampak selain pembesaran kelenjar limfe hilus dan
mediastinum dapat berupa konsolidasi (kelainan berwarna putih) yang dapat berawan,
berbentuk garis (linier), bulat (nodular), menyerupai massa (mass like) maupun konsolidasi
homogen. Kelainan berupa konsolidasi ini sering timbul segmental ataupun lobaris, dan
menurut data statistik kelainan yang didapat lebih sering pada paru sebelah kanan.3

Salah satu komplikasi yang mungkin terjadi adalah pleuritis, yang ditandai dengan
adanya efusi pleura (pada foto akan tampak meniscus sign dan tanda-tanda pendorongan).
Pleuritis terjadi karena perluasan infiltrat primer ke pleura melalui penyebaran secara
hematogen. Komplikasi lain adalah atelektasis akibat stenosis bronkus karena perforasi
kelenjar ke dalam bronkus. Baik pleuritis maupun atelektasis tuberkulosis pada anak-anak
mungkin demikian luas sehingga sarang primer tersembunyi di belakangnya.3

Chest radiograph obtained in a 3-year-old Hispanic boy shows mediastinal and right hilar
lymphadenopathy. Atelectasis of the right lower lobe is present with depression of the major
fissure (arrows).4

Young male patient with fever and cough has a focal opacity in the left lower lobe that looks like a
pneumonia. This is a case of primary tuberculosis in an adult.4

Posteroanterior chest radiograph in a young patient shows a right upper lobe and right lower lobe
consolidation and a small pleural effusion on the right side. 4

A middle-aged man presents with a cough and fever lasting several weeks. Posteroanterior chest
radiograph shows a prominent paratracheal area on the right, lymphadenopathy, a cavitary opacity in
the right upper lobe, and a focal consolidation in the middle lung zone on the right. The patient was
ultimately found to have primary progressive tuberculosis.4

Tuberkulosis post-primer
Tuberkulosis yang bersifat kronis ini terjadi pada orang dewasa. Saat ini pendapat
umum mengenai penyakit tersebut adalah bahwa timbul reinfeksi pada seorang yang dimasa
kecilnya pernah menderita tuberkulosis primer, tetapi tidak diketahui dan menyembuh
sendiri. Sarang-sarang yang terlihat pada foto Roentgen biasanya berkedudukan di apeks,
segmen posterior lobus atas, dan segmen superior lobus bawah, walaupun kadang-kadang
dapat juga terjadi di lapangan bawah, yang biasanya disertai oleh pleuritis. Dapat juga
ditemukan gambaran adanya kavitas yang merupakan petunjuk atau tanda khas dari

tuberkulosis post-primer. Gambaran kavitas berbentuk bulat dengan dinding atau tepi yang
tipis berwarna putih dan bagian tengah berwarna hitam. Kadang terdapat gambaran air fluid
level di dalam kavitas.3

Sputum culture-positive TB in an 82-year-old Asian woman. (a) Close-up radiographic view of right
upper lobe shows an ill-defined area of increased opacity (arrow) associated with calcification in the
retroclavicular region. (b) Corresponding thin-section CT scan obtained with 1-mm collimation shows
nodular opacities containing foci of calcification (arrows) in the apical segment. The remainder of the
thoracic CT study (not shown) obtained at 7 mm collimation revealed no other abnormalities that could
account for the positive culture.

Atypical distribution of postprimary TB in a 62-year-old man. (a) Chest radiograph shows a 5-cm
cavitary mass with a thick, irregular wall (large arrow) and surrounding adjacent nodular opacities in the
left upper lobe. An ill-defined 5-mm nodule (small arrow) is present in the contralateral, right upper lobe.
(b) CT scan obtained with 7-mm collimation shows the location of the cavitary mass (arrows) in the
anterior segment of left upper lobe.

Postprimary pattern of TB in a 54-year old Hispanic man. (a) Radiograph obtained at presentation shows
focal areas of confluent consolidation (large arrows) in the bilateral upper lobes. In the right lung,
multiple ill-defined, 5-8-mm nodules (small arrows) can be identified; in the more severely affected left
lung, a bronchopneumonia pattern is present predominating in the lower lobe. (b) Radiograph obtained 3
months after initiation of treatment shows that improvement has occurred, with resolution of right lung
nodules. Reticulonodular opacities persist in bilateral upper and left lower lung zones.

Pembesaran kelenjar-kelenjar limfe pada tuberkulosis sekunder jarang ditemukan. Namun,


pada pasien dengan gangguan sistem imun contohnya pada pasien dengan HIV/AIDS dapat
terlihat adanya gambaran pembesaran kelenjar limfe.

Chest radiograph obtained in a 28-year-old HIV-seropositive man shows consolidation in the left upper
lobe associated with mediastinal (double arrows) and left hilar (single arrow) lymphadenopathy.

Penyebaran infeksi ke lapisan pleura lebih sering terjadi dibandingkan dengan


tuberkulosis primer. Efusi pleura sering ditemukan pada keadaan ini yang mengenai satu sisi
(unilateral) ataupun kedua sisi (bilateral) dan dapat berkembang menjadi empyema. Keadaan
ini harus segera ditangani dengan cara intervensi surgikal, karena infeksi terjadi pada ruangan
tertutup dan apabila tidak segera ditangani infeksi akan menyebar ke daerah sekitar
(parenkim paru, tulang-tulang iga).

Posteroanterior chest radiograph from a young female patient who presented with a cough, positive
findings on skin testing with purified protein derivative of tuberculin (PPD), and a pleural effusion that
was positive for acid-fast bacilli. This image shows a left pleural effusion and left lowerlobe consolidation.

2.6.5 Klasifikasi tuberkulosis sekunder


Klasifikasi tuberkulosis sekunder menurut American Tuberculosis Association adalah
sebagai berikut :3
1. Tuberkulosis minimal (minimal tuberculosis) : yaitu luas sarang-sarang yang kelihatan
tidak melebihi daerah yang dibatasi oleh garis median, apeks dan iga 2 depan ; sarangsarang
soliter dapat berada dimana saja, tidak harus berada di dalam daerah tersebut. Tidak
ditemukan adanya lubang (kavitas).
2. Tuberkulosis lanjut sedang (moderately advanced tuberculosis) : yaitu luas sarangsarang
yang bersifat bercak tidak melebihi luas satu paru, sedangkan bila ada lubang diameternya
tidak melebihi 4 cm. Kalau sifat bayangan sarang-sarang tersebut berupa awan-awan yang
menjelma menjadi daerah konsolidasi homogen, luasnya tidak boleh melebihi 1 lobus.
3. Tuberkulosis sangat lanjut (far advanced tuberculosis) : yaitu luas daerah yang dihinggapi
oleh sarang-sarang lebih daripada klasifikasi kedua di atas, atau bila ada lubang-lubang, maka
diameter keseluruhan semua lubang melebihi 4 cm.
Ada beberapa cara pembagian kelainan yang dapat dilihat pada foto Roentgen. Salah
satu pembagian adalah menurut bentuk kelainan, yaitu :3
1. Sarang eksudatif, berbentuk awan-awan atau bercak, yang batasnya tidak tegas dengan
densitas rendah.
2. Sarang produktif, berbentuk butir-butir bulat kecil yang batasnya tegas dan densitasnya
sedang.
3. Sarang induratif atau fibrotik, yaitu yang berbentuk garis-garis / pita tebal, berbatas tegas
dengan densitas tinggi.
4. Kavitas (lubang).
5. Sarang kapur (kalsifikasi).

Yang banyak dipergunakan di Indonesia ialah cara pembagian yang lazim


dipergunakan di Amerika Serikat, yaitu :3
1. Sarang-sarang berbentuk awan / bercak-bercak dengan densitas rendah atau sedang dengan
batas tidak tegas. Sarang-sarang seperti ini biasanya menunjukkan bahwa proses aktif.
2. lubang (kavitas) ; ini selalu berarti proses aktif kecuali bila lubang sudah sangat kecil, yang
dinamakan lubang sisa (residual cavity)

3. Sarang seperti garis-garis (fibrotik) / bintik-bintik kapur (kalsifikasi) yang biasanya


menunjukkan bahwa proses telah tenang.

Kemungkinan-kemungkinan kelanjutan suatu sarang tuberkulosis


Penyembuhan5
1. Penyembuhan tanpa bekas
Penyembuhan tanpa bekas sering terjadi pada anak-anak (tuberkulosis primer),
bahkan kadang-kadang penderita sama sekali tidak menyadari bahwa ia pernah diserang
penyakit tuberkulosis. Pada orang dewasa (tuberkulosis sekunder) penyembuhan tanpa bekas
pun mungkin terjadi apabila diberikan pengobatan yang baik.
2. Penyembuhan dengan meninggalkan cacat
Penyembuhan ini berupa garis-garis berdensitas tinggi/sarang fibrotik/bintikbintik
kapur (sarang kalsiferus). Secara radiologi sarang baru dapat dinilai sembuh (proses tenang)
bila setelah jangka waktu selama sekurang-kurangnya 3 bulan bentuknya sama. Sifat
bayangan tidak boleh bercak-bercak, awan atau lubang, melainkan garis-garis / bintik-bintik
kapur.
Perburukan (perluasan) penyakit5
1. Pleuritis
Pleuritis terjadi karena meluasnya infiltrat primer langsung ke pleura atau melalui penyebaran
hematogen.

2. Penyebaran milier
Akibat penyebaran hematogen tampak sarang-sarang sekecil 1 2 mm / sebesar
kepala jarum (milium), tersebar secara merata di kedua belah paru. Pada foto, toraks
tuberkulosis miliaris ini dapat menyerupai gambaran badai kabut (snow storm appearance).
Penyebaran seperti ini juga dapat terjadi ke ginjal, tulang, sendi, selaput otak (meningen),
dsb.
3. Stenosis bronkus
Stenosis bronkus dengan akibat atelektasis lobus atau segmen paru yang bersangkutan, sering
menduduki lobus kanan (sindroma lobus medius).

4. Timbulnya lubang (kavitas)


Timbulnya lubang ini akibat melunaknya sarang keju. Dinding lubang sering tipis
berbatas licin, tetapi mungkin pula tebal berbatas tidak licin. Di dalamnya mungkin terlihat
cairan, yang biasanya sedikit. Lubang kecil dikelilingi oleh jaringan fibrotik dan bersifat tidak
berubah-ubah pada pemeriksaan berkala ulang (follow-up) dinamakan lubang sisa (residual
cavity) dan berarti suatu proses spesifik lama yang sudah tenang.

2.7 Komplikasi

Baik tuberkulosis primer maupun post-primer memiliki kemungkinan untuk


memburuk bila tidak ditangani dengan tepat. Komplikasi terjadi karena penyebaran penyakit
yang dapat secara hematogen, limfogen maupun perkontinuitatum. Komplikasi dapat terjadi
lokal yaitu di organ paru itu sendiri maupun di organ lain (otak, tulang, kulit, dsb).
Komplikasi pada paru yang sering terjadi adalah tuberkulosis milier dan tuberkuloma.6
Tuberkulosis milier
Merupakan penyebaran basil tuberkulosis secara hematogen, yang dapat menyebar ke paru
maupun organ lain. Pada paru akan memberi gambaran perselubungan (putih) di seluruh
lapangan paru dengan bentuk (bulat) dan ukuran yang sama. Begitu pula pada pemeriksaan
CT-Thorax akan memberi gambaran putih bulat dengan ukuran kecil (milier) yang tersebar
merata di seluruh potongan paru. Keadaan ini lebih sering ditemukan pada anak dan pasien
dengan gangguan fungsi sistem imun (pasien dengan HIV/AIDS).
Tuberkuloma
Pada pemeriksaan radiologis akan memberi gambaran putih berbentuk bulat maupun
oval dengan ukuran kira-kira 4 cm atau lebih (nodul). Batas tegas, biasanya timbul pada
daerah predileksi kelaina radiologis berupa konsolidasi pada paru. Gambaran radiologis ini
menyerupai massa pada parenkim paru (coin lessions), namun dapat dilihat adanya kelainan
radiologis lain yang merupakan tanda adanya proses infeksi tuberkulosis, dan pada massa
akan terdapat kalsifikasi sentral.

Complications of childhood TB causing recurrent hemoptysis in a young black man. (a) Detailed
radiographic view obtained when the patient was 28 years old shows a cavity (arrows) in the left upper
lobe. (b) Eleven years later, detailed radiographic view shows development of a nodule (arrows) in the
cavity.

You might also like