You are on page 1of 81

Hawa hangat kamar membuatku sangat malas beranjak dari alas tidur.

Ku tarik kembali selimut tebal


yang membuatku seperti sebuah kepompong.
Tiba-tiba alarm weeker berbunyi kencang mengganggu rasa kantuk dan malasku. Ku sibak selimut tebal
yang melindungiku dari hawa dingin di luar yang sudah berlangsung selama satu bulan penuh.
Harajuku begitu membuatku malas di musim dingin seperti ini. Kamarku seperti sebuah tempat
perlindungan sempurna dari musim dingin yang sangat menusuk hingga terasa ke tulang belulangku.
Gua terduduk sebentar kemudian beranjak pelan dan berjalan menuju dapur yang diisi dengan kompor
kecil lemari es dan beberapa peralatan dapur apa adanya. Bentuk dapur yang tidak jauh berbeda dengan
dapur di Indonesia. Keramik biru tua melapisi tembok dapur dilengkapi kitchen set berwarna putih
dengan paduan warna kuning mengelilinginya.
Ku ambil panci kecil yang tergeletak di samping kompor dan kuraih sebungkus chinmi instan yang
tertumpuk di lemari dapur yang berhadapan dengan lemari es.
sambil menunggu air mendidih, ku tuangkan air panas dari dipenser kemudian memasukkan kopi instan
serta mengaduknya pelan-pelan.
Aku melangkah ke ruang tengah yang diisi sebuah sofa berwarna krem menghadap ruang makan yang
bersebelahan dengan dapur.
Kubuka pintu teras depan, hawa dingin langsung merangsek ke dalam ruangan. Dengan cepat kututup
kembali pintu itu. Benar-benar membuat tubuh ini menggigil.
Aku kembali ke dapur untuk memeriksa air di panci sekaligus menghangatkan tubuh.
Air sudah berbuih panas. Ku tuangkan air panas ke dalam mangkuk Donbei Tempura Soba. Aroma mie
instant langsung membuat perutku merespon dengan cepat dengan memberi suara kriuk-kriuk. Tanpa
menunggu dingin langsung kulahap mie di depanku.
Sudah dua bulan aku berada di Harajuku untuk menjalani studiku tentang budaya Jepang. Dua bulan pula
aku mengkonsumsi mie sebagai makanan pokokku.
Walaupun di luar sana banyak makanan yang sangat menggoda, tapi aku belum berani untuk
mengeksplorasi dunia kuliner di sini. terutama dengan uang yang sangat terbatas.
Aku berencana menghabiskan 2 tahun di Jepang jika studiku tidak ada hambatan.
Jepang adalah negara yang sangat fascinating. Aku dari dulu sangat kagum dengan budaya Jepang dan
sangat penasaran untuk mengetahui kebenaran referensi-referensi yang pernah aku baca.
Yang pasti gosip dinginnya winter sudah dapat dibuktikkan kebenarannya. Benar-benar seperti kulkas
dengan tambahan henbusan anginnya yang serasa menusuk-nusuk kulit wajahku.

Pertama kali aku mendarat di Narita Airport, aku cukup tercengang dengan besarnya airport dan bendabenda unik yang ada di sana. Belum lagi transportasi yang sangat banyak membuatku sedikit bingung
walaupun aku sudah mempelajari baik-baik segala tentang Jepang.
Yang pasti, aku tidak akan naik taksi. Para pendahulu yang sudah pernah tinggal di Jepang melarangku
untuk naik taksi yang harganya selangit, belum lagi jarak Narita ke Harajuku yang sangat jauh. Kira-kira
60 menit perjalanan.
Aku tinggal sendiri di Harajuku. Orang tuaku sudah menyiapkan semuanya. Mulai dari tempat tinggal,
pendaftaran, sampai alat transportasiku; sepeda mini dengan keranjang di depannya.
Benar-benar memalukan. Cowok sepertiku memakai sepeda mini, seperti ibu-ibu yang sering belanja di
pagi hari.
But its ok. Secara, aku sudah berada di Tokyo. Salah satu kota terbesar di dunia. Sendirian lagi! Free as
a bird di negara orang. Impianku sejak SMA.
Mau pergi kemana aja, kapan aja, pulang jam berapa aja, ga masalah. Semua keputusan ada di tanganku.
Pilihan orang tua gua untuk menempatkankudi Harajuku benar-benar keputusan terbaik mereka untukku.
Bagaimana tidak, Harajuku adalah salah satu pusat hiburan terbesar di Tokyo. Apapun yang di cari pasti
ada. Belum lagi restoran dan pusat-pusat hiburan.
Kalau tidak pintar-pintar menahan diri, pasti kuliahku akan molor karena ter distract godaan-godaan yang
ada di sekitarku.
kampusku tidak terlalu jauh dari tempat tinggalku di Harajuku. Aku harus ke stasiun kereta yang jaraknya
sekitar 10 menit dari apartemen.
Untuk ke stasiun aku melewati jalan Takeshita yang dipenuhi toko-toko dan restoran dan barang bajakan.
Benar-benar tempat yang cocok buat hangout dan disambung dengan Harajuku Street yang dipenuhi anak
muda yang pake baju-baju ala Maia tapi lebih ekstrem.
Tidak sampai lima menit mangkok mie ku sudah kosong. Tidak ada sisa sedikitpun, bahkan kuahnya pun
habis tak tersisa.
Kamarku terdiri dari 4 ruangan. Dua ruangan adalah kamar yang menghadap balkon, satu ruangan besar
yang dipakai untuk dapur, ruang makan, dan living room, kemudian terakhir kamar mandi.
Bangunan yang kutempati terdiri dari 4 lantai yang berisi beberapa guest house.
Tetangga-tetanggaku sebagian besar adalah pelajar dari luar negeri. Sisanya adalah pekerja dan pelajar
Jepang dari luar kota.
Tinggal di Jepang begitu menyenangkan, apalagi jika sudah bisa menguasai bahasa Jepang. Aku sudah
bisa berbicara beberapa kalimat Jepang. Tapi kalau mendengarkan orang bercakap-cakap, aku sudah
mengerti walaupun tidak semua kata kukenal.

Salah satu tetangga gua bernama Hide. Dia berasal dari Osaka. Kami masuk ke universitas yang sama.
Hide mengambil fakultas hukum. Dia memanggilku dengan nama Wesuri, sangat jauh dari nama asliku,
Wesley. Tapi memang begitu ejaan di Jepang. daijyoubu deso yo1
Kami biasanya berangkat kuliah bersama. Secara, aku masih sangat buta dengan Jepang. Hide juga yang
mengenalkanku dengan anak-anak Jepang yang lain.
Menurutku budaya Jepang tidak terlalu jauh dengan Indonesia. Hanya, jauh lebih banyak mengangguk.
Malam ini Hide mengajakku ke tempat karaoke bersama beberapa teman-temannya. Kesempatan yang
baik untuk menambah teman di Tokyo.
Aku melangkah memasuki kamar mandi kecil. Kunyalakan shower air hangat. Sesaat kemudian air
hangat mengalir deras keluar dari lubang-lubang kecil shower.
Memang nikmat mandi air hangat di kala cuaca di luar bisa mencapai 6 derajat. Ingin rasanya gua
berlama-lama di kamar mandi tapi apa daya hari iniaku ada kuliah. Aku harus menembus angin dingin
yang bisa membuat kupingku serasa mau retak.
Dengan cepat aku kenakan pakaian yang berlapis-lapis untuk menangkal hawa dingin di luar. Jika
dihitung dengan sweater yang kukenakan, berarti semuanya terdiri dari tiga lapis. Belum termasuk jaket
yang nanti ku pakai.
Kumatikan lampu-lampu yang masih menyala kupindahkan baju-baju kotorku ke dalam mesin cuci
kecilku. Terakhir kuperiksa kompor, jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Bisa-bisa semua
barang-barangku terbakar habis dan ditambah denda kebakaran.
Kupantau terakhir kali apartemenku dari pintu keluar. Semua terlihat siap untuk ditinggalkan.
WESURI! teriak Hide dari depan pintu kamarnya.Ohayo gozaimasu.2
Ohayo jawabku.
Junbi dekiteru ((sudah siap)?)?
Hai!
Dingin banget hari ini. Ucapku.
Iya! Sudah biasa.Memang bulan-bulan seperti sekarang dinginnya sampai
menusuk tulang.
Berangkat?
Hai!

1
2

Tidak masalah
Selamat pagi

Udara kering dan dingin menerpa wajahku seiring terbukanya pintu apartemen. Kami berjalan tanpa
mengeluarkan sedikitpun kata. Kami hanya terkadang memberi tanda entah dari gerakan alis atau
senyuman. menandakan rasa menggigil yang sama. Walaupun gua dari negara dua musim dan dia asli
Jepang.
Perjalanan kami lumayan panjang menuju stasiun kereta subway. Langkah kami semakin cepat jika angin
dingin terasa semakin menusuk dan memperlambat lagi jika angin itu telah hilang.
Suasana ramai di sepanjang pertokoan membuat kami merasa sedikit hangat. Bau harum masakan
restoran membangkitkan kembali selera makanku.
Tapi waktu kami terlalu mepet. Tidak ada lagi kesempatan untuk berleha-leha. asap putih keluar dari
hidung kami seperti seekor banteng yang hendak menerjang.
Tangan kami bersembunyi dalam-dalam di kantong celana jins. Jaket-jaket kami memeluk hangat tubuh
kami yang imposible untuk berkeringat walaupun sudah berlarian beberapa kali.
langkah cepat kami juga diiringi langkah-langkah lain yang menuju tempat yang sama. Gua menatap Hide
yang sepertinya berpikiran sama denganku. Lebih cepat lebih baik. Lebih cepat lebih pasti dapet tempat di
gerbong subway.
Stasiun Shinjuku terasa tidak lebih hangat dengan udara di luar. Tapi penuhnya manusia membuatku
sedikit merasa nyaman.
Manusia-manusia bersiap-siap di pinggir peron menunggu pintu gerbong terbuka. Di dalam gerbong
sudah terisi setengahnya. Sebagian besar mahasiswa. Para pekerja sudah berangkat lebih pagi lagi.
Sepertinya gua harus memikirkan lagi tempat tinggal yang jauh lebih dekat ke kampus. Kalau begini
terus, bisa-bisa selalu terlambat.
Tapi masalah klasik menghadang, uang! Dengan antrian penyewa sebanyak itu. Harga sebuah apartemen
kecilpun bisa membumbung tinggi.
Goyangan-goyangan kecil gerbong membuat manusia-manusia yang bergelantungan rapat di pegangan
gerbong seperti ombak-ombak kecil yang bergoyang ke kanan dan ke kiri.
Lucu juga melihatnya, apalagi melihat wajah-wajah mereka. Beberapa hari pertama. gua sama sekali tidak
bisa membedakan mereka dari yang satu dengan yang lain. Hanya membedakan dari tinggi dan jenis
kelamin. Semua seperti kembar.
Hide mengangguk-angguk menikmati musik dengan headphones besar yang berfungsi menghangatkan
kupingnya juga.
I should buy one to.

I really love my country but i really enjoy Japan. Setiap tempat mempunyai karakter yang berbeda-beda.
Teens nya sangat kreatif dan berani tampil beda.
Benar-benar pemandangan yang sangat colorful. gua gak tahu bagaimana di kota-kota lain di Jepang. Gua
sama sekali tidak punya waktu untuk mengerjakan hal-hal yang membutuhkan waktu berhari-hari. Belom
lagi tugas yang menunpuk dan belajar bahasa yang cukup melelahkan.
Bahasa jepang melantun merdu di telinga gua. memberitahu tujuanku. Kami turun dengan sedikit susah
payah, dorong sini dorong sana. Tidak peduli lagi dengan wajah-wajah kesal mereka. Yang kupikirkan
hanya segera turun dan jangan sampai terjebak di gerbong ini sampai stasiun berikutnya.
Suasana hangat stasiun berangsur-angsur terganti kembali dengan hawa dingin seiring dengan langkah
kami menaiki anak tangga menuju dunia luar.
Semburan hawa dingin kembali menghantam wajah. Hide berlindung dibalik syal yang dililitkan di
lehernya. Headphone tetap menempel erat dikupingnya.
Kami berhenti di sebuah halte bus yang akan mengantarkan kami ke Meiji University. Masih jauh
perjalanan kami. Hide masih asik mendengarkan ipodnya.
Aku masih berlindung di balik tebalnya jaket dinginku persis seperti seekor kura-kura. Halte bus juga
sudah dipenuhi oleh mahasiswa-mahasiswa yang akan ke Meiji university.
Tidak banyak orang Indonesia yang sekolah di sana. Mungkin mereka lebih memilih Malaysia atau
australia. Di sini biaya hidup memang cukup mahal.
Aku beruntung mendapatkan beasiswa di Meiji University. Dan keluarga gua termasuk yang mampu
untuk membiayai hidupku disini. Dan gua tahu mereka membanting tulang mengumpulkan uang
tersebut. Oleh karena itu, aku sangat serius untuk menyelesaikan kuliahku secepat mungkin. Syukursyukur bisa langsung dapat kerja di sini.
Walaupun baru musim gugur. hawa dingin sudah sangat menusuk. Kami jalan di atas coneblock berwarna
terakota yang mengarah ke Meiji university yang menjulang tinggi.
pagar kampus terbuka lebad dengan beberapa cone block yang bertugas mengatur arus kendaraan yang
masuk.
Kitaaaa!!! teriakku lega, saat sampai dalam bangunan kampus yang hangat.
Hide melihatku dengan senyum sumringah. Ia melepaskan headphones dan syalnya.
Dandan samuku natte-kimashita ga.(saat ini udara semakin dingin) kata Hide.
Dan aku ga biasa udara seperti ini. Kataku dalam bahasa jepang
Ini bukan suhu terdingin. ujar Hide.

What? ini bukan terdingin? Terus bagaimana kalau suhu terdingin? Ini saja bajuku sudah berlapis-lapis.
Apa gua harus menambah beberapa lapisan lagi? Bisa-bisa gua berpenampilan seperti maskot Michelin.
Bulan apa?
Januari sampai Februari.
Berarti sebentar lagi.
Iya, siap-siap saja.
Kelas masih berisi beberapa mahasiswa yang asyik menonton beberapa video klip di youtube. Mereka
memutarnya di dua layar LCD besar yang ditempel di atas tembok kanan kiri papan tulis.
Ohayo gozaimasu. (Selamat pagi) ucapku.
Ohayo. jawab mereka
Ku taruh tasku di kursi paling belakang. Semenjak gua berada di jepang, gua tidak pede untuk duduk di
barisan-barisan depan. Sedangkan sewaktu SMA, aku selalu berusaha dekat dengan guru.
Aku belum menguasai dengan baik bahasa jepang, gua khawatir jika gua ditanya dosen dan menjawab
dengan kalimat yang salah, gua akan ditertawakan sekelas.
Hide menghampiri temannya di depan dan mengajaknya mengobrol sejenak. Terlihat mereka sesekali
melihatku kemudian kembali berbicara. Mungkin mereka membicarakanku. Baik atau buruk? Atau
mereka mentertawakanku karena sampai sekarang gua belum juga menguasai bahasa mereka? Tapi tidak
mungkin Hide setega itu. Ia kan teman seperjalananku ke kampus dan tinggal satu gedung apartemen
denganku.
Tidak berapa lama, Hide meninggalkan temannya dan menepuk pundakku seraya berkata, Sampai
ketemu nanti di kantin.
Aku hanya tersenyum dan memperhatikan Hide keluar dari kelas. Watanabe yang tadinya berada di depan
berjalan ke arahku.
Man! Musti ngomong apa nih? Haduh, paling ga bisa basa-basi. pikirku.
Bagaimana? bisa mengikuti pelajaran? tanya Watanabe dengan bahasa Jepang yang sangat
cepat.
Susah bahasanya. jawabku
Nanti juga terbiasa. Sebenernya ga terlalu susah.
Apanya yang ga susah? belajar hurufnya aja udah kayak gitu pusingnya. Lagipula kenapa ya pake tulisan
kok melingker-lingker gitu
menghafalnya bikin otak penuh. Pertama kali gua lihat huruf-huruf itu, bener-bener kacau! aku tidak bisa
membedakan huruf yang satu dengan yang lain.

Sama dengan melihat para penduduk Tokyo. Mereka seperti kembar semua. Aku sering salah memanggil
teman sekelas.
Yang membuatku membantu adalah baju-baju mereka yang beraneka warna dan gaya.
Duduk depan saja. biar gampang mendengar.
Gila apa! Aku duduk disini karena males ditanya. Gimana kalo aku ditanya sama dosen yang
ngomongnya aja cepet banget, terus aku jawab dengan bahasa jepang yang ga jelas. Bakal diketawain
sama satu kelas gua.
Ga papa. aku di sini aja. Jawabku dengan bahasa Jepang yang kaku.
Bagaimana mau ngerti kalau duduk di belakang?desaknya.
Belakangan aja deh masalah ngerti ga ngerti, yang penting aku ga dipermalukan di negara orang. Aku
hanya membalas dengan senyum dan anggukan sok setuju tapi tetap tidak beranjak dari tempat duduk.
Terdengar suara salam dari arah pintu. Semua cowo yang ada di kelas langsung menyambut dengan wajah
berseri-seri.
Seorang cewe yang mungkin lebih tinggi dari sebagian besar cowo di kelas masuk. Rambutnya yang lurus
panjang dan hitam mengilap sangat membedakannya dengan cewe-cewe lain di kelas. Namanya Aimi.
Cowo-cowo sangat mengaguminya. Kata mereka Aimi cewe paling cantik di kampus. Tapi sayang, gua
sama sekali belum bisa membedakan mana yang lebih cantik dari yang lain. Wajah mereka benar-benar
terlihat sama.Damn!
Watanabe sampai memelintir badannya mengikuti Aimi yang berjalan ke depan kelas kemudian duduk di
sebelah Kamiko.
Lucu juga menyebut nama-nama jepang. membuat gua lapar, jadi teringat nama-nama makanan jepang di
restoran.
Cantiknyaa. gumam Watanabe.
Gua hanya tersenyum-senyum melihat muka mupeng Watanabe. Gua colek tangannya berkali-kali
untuk menyadarkannya.
Dekati aja. kata gua.
Ga mungkin, dia kan out of my league. Ga mungkin diterima. keluh Watanabe.
Aku perhatikan wajah Watanabe. Kemudian gua ingat-ingat wajah Hide, benar juga, kalau di bandingkan
dengan Hide saja, Hide terlihat seperti foto model. Memang tidak ada peluang sama sekali. Pantas ia
duduk di depan. Ternyata untuk dekat dengan Aimi. Ada-ada saja.
Watanabe langsung meninggalkanku tanpa ba bi bu menuju kursinya. Gue perhatikan gerak-gerik
Watanabe yang berusaha mencari perhatian Aimi.
Hahahah...aneh banget melihatnya. Jangan-jangan aku juga gitu kalo ngejar cewe. Norak!

Aku terus memperhatikan Watanabe sambil sebentar-sebentar tertawa kecil. Tanpa ku sadari Aimi
mencuri-curi pandang ke arahku.
Wow! Ini gua yang ge er apa emang si Aimi ngeliatin gua?batinku.
Terlihat Aimi berbisik kepada Kimiko sambil sesekali melirik ke arah gua. Tidak berapa lama giliran
kimiko yang berbisik ke Watanabe.
Watanabe pun merespon dengan tampang sedikit dilipat. Kemudian ia beranjak dari tempat duduknya dan
berjalan ke arah gua.
Beruntung banget kau, Wes, si Aimi minta kenalan denganmu. kata Watanabe.
Wow, Yang benar? tanyaku.
Watanabe menghela napas sambil menarik tangan gua menuju kursi Aimi.
Ohaiyo gozaimasu ucapku sambil menunduk.
Ohaiyo. jawab Aimi dan Kimiko berbarengan.
Memang kalau dilihat-lihat. Aimi cantik. Tapi benar-benar harus diperhatikan perbedaannya dengan
Kimiko. Payah juga nih radar ku. Disini kaya terkena medan magnet, radar jadi error!
Bagaimana disini? betah? tanya Aimi.
Belom tahu juga. Belum kemana-mana. jawab gua.
Ikut kita saja nanti malem. ajak Aimi.
Kimiko hanya memerhatikan Aimi dengan wajah heran. Mungkin di kepalanya terbersit,Kok si Aimi
ngajak orang yang baru dia kenal, terus ga gaul lagi.
Terima kasih, tapi tidak ada yang ku kenal di di sana. Jawabku dengan bahasa jepang
patah-patah.
Itu malah kesempatan untuk mencari teman baru. Balas Aimi.
Hmmm di daerah antah berantah, di ajak pesta sama cewe cantik. Akan sangat bodoh untuk
menolaknya.
Jadi bagaimana? tanya Aimi lagi dengan nada yang halus.
Hai! Aku akan datang.
Ku obrak abrik lemari kecilku untuk mencari baju yang cocok untuk acara nanti malam. Tapi semua
bajuku sangat biasa. Yang ku punya hanya t shirt biasa, kemeja dan beberapa pull over dan sweater.
Ternyata aku orang yang sangat membosankan!
Jam menunjukkan pukul 5 sore. Sebentar lagi Hide pasti ke sini. Ya sudahlah, aku pakai saja yang ada.
Sebelum ke pesta, aku harus siap-siap. Jangan sampai melakukan hal yang memalukan. Hmmm mandi,
shaving, buang air, pakai parfum yang enggak norak, makan ga ya?.... makan dikit deh. Biar ga bunyibunyi.

Aku menghabiskan waktu lebih lama dari biasanya untuk berdandan. Aku benar-benar blank seperti
apa pestanya. Apa pesta beberapa orang saja. Atau pesta besar seperti yang di lakukan di Indonesia
dengan tenda dan segala macamnya.
Bel di pintu berbunyi. pasti Hide gumamku.
Konban Wa! (selamat sore) sapa Hide.
Konban Wa!
Ready? tanya Hide.
Hai!
Wow! Ternyata Aimi hidup di kalangan socialite. Semuanya berpakaian glamour. Sialnya, aku hanya
berpakaian biasa saja. Sepertinya Hide juga kaget dengan teman-teman Aimi yang datang.
Well! Paling enggak aku enggak sendirian.
Aku berjalan di samping Hide menuju rumah Aimi yang cukup besar. Di sepanjang jalan rumahnya
terpakir mobil-mobil jepang mewah dari para tamu.
Rame juga pestanya. Ujarku.
Aku juga tidak menyangka akan seramai ini tambah Hide.
Kami memasuki pintu gerbang kecil rumahnya dan terlihat dari situ di dalem sudah dipenuhi orang-orang
dengan suara musik RN B sebagai background.
Wow! ucapku singkat.
Sebaiknya kita tetap bersama kata Hide.
Aku hanya mengangguk, masih takjub dengan pemandangan yang ada di depan mataku. Benar-benar
sebuah pesta yang hanya ada di film-film saja.
Semua berpakaian dengan suasana R N B. Lucu juga melihatnya. Wajah asia dengan gaya afro amerika.
Wesuri!
Aku mencari asal suara panggilan yang berasal dari balik kerumunan orang di dalam. Dari situ muncul
Aimi yang kali ini aku yakin radarku sedang benar.
Ia terlihat sangat cantik. Hide sampai sedikit menganga tanpa mengeluarkan suara.
Terima kasih sudah datang. Kata Aimi.
Hide langsung nyerocos ga karuan. Bahasa jepangnya cepat sekali. Sampai aku tidak dapat mengikuti lagi
apa yang dia bicarakan berdua. Aku hanya bisa senyum-senyum saja.
Sesekali pandangunku bertabrakan dengan pandangan Aimi. Aku agak salah tingkah, merasa menjadi
tamu di negara orang dan berhadapan dengan penghuninya yang cantik cukup membuat nervous.
Aimi tiba-tiba menarik tanganku dengan pelan dan mengajak masuk.

Ayo masuk, Wesuri-san. Ajak Aimi yang menarik ku ke dalam rumahnya melalui pintu utama
yang terbuka lebar.
Hide hanya menggeleng-geleng di belakangku sambil tersenyum lebar. Kemudian dia mengacungkan
jempol dan berbelok ke arah lain, meninggalkanku.
Ah, Hide! Bagaimana ini? Masa aku ditinggal sendirian di antah berantah di tengah-tengah manusiamanusia berbahasa alien yang belum sepenuhnya ku mengerti.
Aimi memperkenalkan ke beberapa teman-teman cewenya. Beberapa kali aku harus mengatakan,
Hajimemashite, watashi wa Wesuri desu. 3 Dan Doozo yoroshiku.4
Cukup melelahkan! Tentunya dengan diiringi senyuman yang dibuat-buat. Beberapa orang menanyakan
sesuatu yang tidak ku mengerti karena suara musik yang sangat keras dan tentunya ilmu bahasa jepang ku
yang sangat dangkal. Dengan berat hati selalu ku katakan,Moo ichido yukkuri itte kudasai?5.
Kami berjalan semakin dekat sengan sumber suara, speaker besar yang berada di sebelah DJ. Kali ini aku
hanya mengangguk-angguk saja merespon kata-kata teman teman Aimi.
Aimi membisikkan sesuatu ke telingaku kemudian pergi meninggalkanku sambil memberi tanda dengan
tangannya yang sama saja dengan bahasanya tidak ku mengerti!
Aku berdiri di sebelah speaker yang bising di depan kerumunan orang yang asyik nge dance dan lampu
yang berkerlap-kerlip. Aku menjinjit beberapa kali mencari Hide yang menghilang entah kemana.
Di tengah pencarianku, tiba-tiba terlihat sekelebat wanita cantik yang memberiku paused moment, persis
seperti di film-film dimana semua menjadi lambat, audible, dan gambar terfokus hanya padanya.
Sebenarnya bukan kata cantik yang tepat untuknya. Tapi rasanya seperti, she is the one! Ga ada kata lain.
Tepukan Hide menyadarkanku dari momen terindah sepanjang hidupku.
Kare wa dare desu-ka?

kataku sambil menunjuk ke balik kerumunan dengan maksud

menanyakan nama wanita tadi ke Hide.


Tapi ketika Hide mencari yang kutunjuk. Wanita itu sudah tidak ada. Hide terus mencari siapa yang aku
maksud. Namun wanita itu sudah menghilang. Aku hanya menarik napas dan mengajak Hide mencari
minum. Aku hanya berharap dapat bertemu dengannya sebelum pesta selesai.
Kulirik jam tanganku, jarum pendek sudah menunjuk ke arah angka 11. Wanita tadi tidak juga muncul.
Aku sudah mengitari rumah Aimi sebanyak sepuluh kali. Kakiku sudah tidak sanggup lagi berjalan. Aku
terduduk di sofa besar yang berada di tengah-tengah ruang TV. Hide sudah tidak tahu lagi ada dimana.

3
4
5
6

Apa kabar? nama saya Wesley


Nice to meet you
Bisa diulang pertanyaannya pelan-pelan?
Siapakah dia?

Aku sudah mencoba menelponnya namun tidak diangkat. Mungkin suara yang bising membuatnya tidak
mendengar panggilanku.
Aku menengok ke kanan dan ke kiri, sepertinya sudah tidak ada lagi yang dapat aku kerjakan. Aku
memutuskan untuk pulang tanpa Hide dan tanpa berpamitan ke Aimi. Jika aku berpamitan tentu saja aku
harus berbasa-basi. Jika berbahasa Indonesia tentu tidak akan masalah, tapi berbasa-basi dengan bahasa
jepang, bagaimana caranya? Aku mengirimkan sms ke Hide untuk memberitahu bahwa aku sudah pulang.
Di luar jauh lebih tenang dan lebih mudah untuk bernapas. Aku kurang menyukai kepadatan dan
keramaian terutama jika dibarengi asap rokok.
Aku berjalan menyusuri trotoar yang sepi dan dingin. Mobil-mobil masih berjejer terparkir rapih di
pinggir jalan.
Di depan ku terlihat pasangan kekasih yang sedang bercumbu bersender di sebuah mobil mewah. Tidak
di Indonesia tidak di Jepang sama saja, pikirku
Tapi aku dikagetkan dengan gerakan sang wanita menampar pasangannya. Semakin lama sepertinya sang
wanita seperti menolak dengan susah payah paksaan si lelaki.
Aku yang berada 50 meter dari situ langsung mempercepat langkah. Ketika sampai di hadapan mereka,
aku labngsung menarik sang lelaki dan mendorongnya menjauh dari si wanita.
lelaki itu menujuk-nunjuk ke arah ku sambil berkata-kata dengan nada tinggi. Aku tidak begitu mengerti
apa yang dia katakan. Yang pasti bukan perkataan baik atau ajakan makan di restoran mahal.
Ketika aku menengok ke arah sang wanita, benar-benar di luar dugaan. Dia wanita yang aku cari-cari
sejak tadi. Dia benar-benar ada di hadapanku. Aku benar-benar tidak percaya. Aku benar-benar terpana
melihatnya.
Tanpa sadar sebuah pukulan mendarat di pipiku. Kesadaranku langsung hilang dan terjerembab di trotoar
di hadapannya.
Penglihatanku berangsur-angsur pulih. Kepalaku seperti berputar-putar. Sepertinya pukulan yang
mendarat di pipiku cukup telak.
aku mengelus-elus pipiku yang masih terasa sakit. ku goyang-goyang daguku yang terasa pegal.
Aduh, pusing banget, keluhku.
Are you alright? tanya wanita di depanku.
Ternyata dia masih di depanku sejak aku membelanya. Aku melihat jam ku. Waktu sudah menunjukkan
pukul 12 malam. Aku tidak sadarkan diri selama 1 jam dan dia masih menungguku di sini. di pinggir
jalan.

Bahkan mungkin ia telah menarikku ke pinggir sehingga aku terduduk bersender di tembok sebuah
rumah.
Yes. Im ok! jawabku seraya berusaha berdiri.
Watashi wa Keiko des. 7ucapnya sambil membantuku untuk berdiri.
Wesley. jawabku singkat.
Wesuri? tanya Keiko lagi.
Aku mengangguk sambil membersihkan celanaku yang kotor terkena debu trotoar.
Maaf sudah merepotkanmu. ucap Keiko.
Tidak apa-apa. Aku hanya coba membantu. jawabku.
Kamu turis? tanya Keiko.
Aku tersenyum mendengar pertanyaan Keiko. Kulitku yang sedikit berwarna sawo matang tentu terlihat
gelap di sebelah kulitnya yang sangat putih. Aku mahasiswa di Meiji University. jawabku.
Maafkan Okada. Dia memang sering seperti itu. jelas keiko.
Your boyfriend? tanyaku.
Was. jawabnya.
Sebaiknya saya antar kamu ke rumah sakit. kata Keiko.
Tidak perlu. Aku baik-baik saja.
Aku antar kamu pulang?
Aku berpikir itu bukan ide yang buruk. di tengah malam seperti ini dan sendirian, belum lagi rasa pusing
yang masih mengganggu, tentunya lebih baik aku di antar pulang.
Aku mengangguk menyetujui tawarannya. Aku berjalan sempoyongan di sebelah Keiko. Sesekali aku
melirik ke arahnya. Wajah Keiko terlihat sangat imut. Aku sedikit heran. Cewe seimut dia kok berani
sendirian di luar rumah.
Keiko membukakan pintu mobil Honda nya. Kemudian ia setengah berlari dengan langkah-langkah kecil
ke tempat duduknya. Mobil melaju di tengah kota yang sepi menuju kamar sederhanaku di shinjuku.
Sepertinya pukulan yang mendarat di pipi kananku berjudul pukulan seribu sakit kepala. Ku usap-usap
pipi kananku yang mulai membengkak.
Aku melirik ke arah Keiko yang konsentrasi menyetir dan kadang tersenyum padaku. Mungkin dia juga
bingung ingin bicara apa, dengan bahasa apa. Sama saja denganku. Ingin mengajak bicara tapi takut
mempermalukan diri sendiri, ingin mengatakan sesuatu yang baik bisa salah ucap malah mengatakan hal
yang menggelikan atau lebih parah, kata-kata kotor!

Saya Keiko

Aku merogoh kantong jaketku dan menuliskan alamat apartemenku kemudian memberikannya kepada
Aiko.
Soko wa tooi des ka? 8 tanyaku.
Iie. Chikai des.9 jawabnya lembut.
Kami kembali terdiam. menatap jalan raya yang di terangi lampu jalan berwarna kuning.
Damn headache! pikirku.
Thailandes? tanyanya.
Iie. Indonesia des

10

jawabku.

Sekali lagi kami kembali terdiam. Hanya suara lagu-lagu jepang di speaker mobil yang mengisi ruang
kabin mobil.
Aku pernah ke Bali. katanya dengan bahasa jepang yang lambat.
Mungkin kita pernah ketemu disana. candaku.
Tawanya seperti mencairkan suasana. Aku semakin berani untuk menggunakan bahasa jepangku yang
pas-pasan..
Kamu teman Aimi? tanyaku.
Iya. Sejak high school. jawabnya.
Kuliah di Meiji juga?
Aku gak kuliah. Kerja.
Ow. kerja apa?
Di perusahaan entertainement.
Good jawabku.
Good? jawaban apa itu? Good? Apakah aku sebegitu nervousnya? di tengah-tengah rasa pusing aku masih
sempat nervous. Damn im such a loser!
Masih pusing? tanyanya.
Enggak. jawabku.
Tanpa terasa mobil sudah berada di depan apartemenku. Sekarang yang kupikirkan hanya bagaimana aku
dapat bertemu dengannya lagi. Sedangkan sepanjang perjalanan aku sama sekali tidak melakukan effort
untuk terlihat menarik. Well! Thats a really good job Wes!
Arigato gozaimasu11ucapku.

Jauh tidak?
Enggak.Deket kok.
10
Bukan, Indonesia
11
Terima kasih
9

Arigato gozaimasu ucapnya kembali. Doozo

12

ujarnya sambil menyerahkan kertas alamat yang

aku berikan kepadanya tadi.


Aku sedikit bingung, tapi rasa bingungku berubah menjadi kebahagiaan ketika ia memintaku membalik
kertas yang ku pegang. Sederetan nomor tertulis rapih di atasnya.
Tolong hubungi aku jika ada apa-apa. dan aku akan ganti biaya rumah sakitnya.
kata Keiko.
Arigato gozaimasu.
Aku langsung me missed call Keiko. Ini kesempatan yang sangat berharga dan tidak boleh dilewatkan
begitu saja.
Tidak berapa lama HP Keiko berbunyi.
Hai! Arigato Wesuri san. ucapnya.
Aku mundur selangkah dari mobilnya.
Jangan ragu untuk menghubungi aku. kata Keiko.
Aku mengangguk sambil tetap memegangi kepala yang masih sakit. Domo arigato
gozaimashita13
Mobil berputar dan Keiko berteriak dari dalam mobil sambil melaju pelan meninggalkanku,O-daijini14
Pada akhirnya malam berakhir dengan sempurna walaupun perlu pengorbanan rasa sakit di pipi dan
kepala.
Pukulan itu orang jepang bener-bener kenceng. Baru kali ini aku ppingsan gara-gara di hajar orang. Ku
kompres pipiku yang sudah bengkak.
Aku berbaring sambil menonton berita di TV. Jamsudah menunjukkan pukul 2 pagi. Tapi aku tidak juga
bisa memejamkan mata.
Di mataku masih saja terbayang wajah dan suara Keiko. Menurutku Keiko bukan orang jepang asli.
Matanya tidak sesipit orang jepang pada umumnya. Mungkin ayah atau ibunya berasal dari eropa atau
amerika.
Tapi kenapa Keiko bersama cowo yang kasar itu, siapa namanya?....oh , iya, Okada! Kalo diingat-ingat,
wajah Okada bukan seperti seorang penjahat. Malah cenderung ganteng, dan berpakaian sangat rapih.
Kalo ga salah Keiko bilang Okada adalah mantan pacarnya. Tapi kenapa mereka berdua sempat terlihat
mesra? Wah, semua ini membuatku tidak bisa tidur. too much excitement in one night.
Bel kamar berbunyi berkali-kali. Ku beranjak dari tempat tidur dan membuka pintu.
12
13
14

Here you are


Terima kasih banyak
Jaga diri baik-baik

Di depan pintu berdiri Hide dengan wajah pucat.


Kao-iro ga warui desu ne. Do shimashita? 15 tanyaku.
Hide langsung memelukku erat-erat.
Ada apa? tanyaku heran.
Aku kira kamu hilang Wesuri san. ujar Hide.
Bau minuman keras sangat menusuk keluar dari mulut Hide.
Aku sudah SMS ke HP kamu Hide. jawabku.
Hide mengeluarkan HP nya dengan gerakan agak limbung. Bisa dipastikan Hide memang sedikit mabuk.
Ia memencet-mencet HP dengan susah payah.
Benar Wesuri san, aku tidak lihat SMS darimu. katanya.Tapi kenapa dengan pipi
kamu? seperti kena sengatan lebah.
Besok aku ceritakan. ..Sekarang lebih baik ...kamu pulang. ujarku dengan bahasa agak
patah-patah.
Hai! Mata ashita Wesuri saannn!16 teriak Hide sambil meninggalkan ku.
Dasar orang mabok. Ga sadar apa-apa. Tapi baik juga si Hide, masih mengkhawatirkan aku.
Ku tutup kembali pintu apartemen dan mengambil minuman kaleng di kulkas. ku raih juga HP yang
kutaruh di meja ruang depan.
Ku buka contact di HP. Damned! aku lupa mensave nomor Keiko. Aku buka juga memory panggilanku.
Huf! masih ada! Langsung aku save nomor Keiko di contact ku.
Jika besok aku telpon dia, apa yang akan aku katakan?
Keiko, aku Wesley, yang kemaren menyelamatkanmu dari serangan mantanmu? wow, sok heroik banget.
Atau Keiko, aku Wesley yang kemaren pingsan dipukul mantanmu? No!no! Terlalu lemah.
Apa yang musti aku katakan? Keiko. aku Wesley yang kemaren kau antar? hampir tapi tetap kurang enak
di dengar.
Keiko, aku Wesley, semua baik-baik saja. Terima kasih. Jika tidak keberatan, aku ingin mengajakmu
untuk lunch. di Meiji. Hmmm...kayaknya gitu saja. Mudah-mudahan aku punya keberanian yang cukup
untuk mengatakannya.
Mataku rasanya seperti disengat lebah. Bengkak dan perih. Semalaman aku tidak tidur memikirkan apa
yang bisa aku jadikan bahan pembicaraan dengan Keiko.
Huh! Seandainya aku sudah bisa berbicara bahasa jepang dengan lancar, pasti tidak akan masalah.
Sekarang, kalaupun aku sudah menemukan apa yang mau dibicarakan, aku harus memikirkan lagi
15
16

Kamu kelihatannya pucat. Kamu sakit?


Baik. sampai besok Wesley

bagaimana menyampaikannya. Benar-benar repot. Bagaimana jika aku membawa kamus kecil? Apakah
akan sangat aneh? Apakah akan sangat annoying terlihat oleh Keiko? Daripada nanti malah diam-diaman,
lebih baik aku membawa kamus. Tapi aneh juga, belum menelpon Keiko tapi sudah repot memikirkan
bagaimana ngobrol dengannya. Bisa saja Keiko menolak untuk bertemu.
Ku ambil HP ku. Ku cari nomor Keiko di situ. Kulihat jam di dinding. Waktu menunjukkan pukul 10
pagi.
Kepagian ga ya? gumamku.
Ku taruh kembali HP di meja dan ku ambil minuman kaleng dari dalam kulkas. Kubuka dan kuminum
sedikit green tea dingin yang langsung menyiram habis rasa kering dari tenggorokan.
Kutatap kembali jam di dinding. Kuraih kembali HPku. Nelpon aja kok takut? kataku dalam hati.
Ku tekan tombol yes di HP. Terdengar nada sambung... satu kali...dua kali....tiga kali.... ketika aku berniat
mengakhiri panggilanku terdengar suara lembut di ujung telpon.
Moshi moshi17ucap Keiko.
Keiko onegai shimas?18 pintaku.
Wesuri san?19 tanyanya.
Hai!.
Ogenki deska?20
Hai. Arigato gozaimase.21
Sampai titik ini tidak ada masalah. Nada suara Keiko juga tidak seperti dalam ketergesa-gesaan atau
merasa terganggu.
Apakah aku mengganggu? tanyaku.
Tidak. Bagaimana dengan luka dan pusingnya? tanya Keiko dengan bahasa jepang yang
nyaris seperti di eja.
Tidak masalah. Sudah sembuh.
Sedang kerja?
Iya, baru akan mulai.
Oh, maaf, aku akan telpon lagi nanti kalau begitu.
Tidak apa-apa. Senang mendengar kalau semuanya baik-baik saja.
Bagaimana dengan Okada? Apakah masih mengganggumu?
hahahah...tidak. Mungkin dia tidak akan terlihat lagi untuk sementara waktu.
17
18
19
20
21

halo
Bisa bicara dengan keiko?
Wesley?
Apa kabar?
Baik. terima kasih.

Kalau perlu bodyguard telpon saja aku atau cari aku di Meiji University. candaku.
Hihihihi...terima kasih.
Kalau tidak keberatan. Saya ingin mengajak Keiko makan siang. pintaku.
Wow! Ternyata tidak sesulit yang kukira. Tapi sekarang jantungku berdebar kencang. Aku sama sekali
tidak mempersiapkan jawaban jika Keiko menolakku.
Sekarang aku tidak bisa. jawab Keiko.
Ow... tidak apa-apa. jawabku.
Tapi nanti jam satu siang, aku bisa.
Benarkah? tanyaku dengan bahasa jepang kaku ala kamus dan buku panduan percakapan dalam
bahasa jepang.
Ingin makan siang dimana? tanya Keiko.
Aku belum begitu mengenal daerah disini. Mungkin Keiko bisa menunjukkan
restoran yang enak. ujarku.
Aku akan SMS nama restoran dan alamatnya. tempatnya tidak jauh dari Meiji
University.
Terima kasih. Saya akan ada disana tepat jam satu siang nanti. janjiku kepada Keiko.
Aku berjingkrak-jingkrak kecil di kamarku dan menjatuhkan diri di kasur yang diletakkan di lantai kamar.
Yoroshiku onegai shimas.

22

Hai. Arigato gozaimashita.

ujar Keiko.

23

Setelah HP kututup. Aku langsung berjingkrak-jingkrak merayakan keberhasilanku mengajak keiko


bertemu. Jingkrakanku berhenti ketika aku mengingat jumlah uang yang ada di tabunganku. Mudahmudahan bukan retoran mahal yang dia pilih. Jika begitu mungkin aku harus berpuasa panjang. Well,
untuk Keiko, aku bersedia makan nasi dan minum air putih selama berbulan-bulan, so... no problemo!
Shinjuku semakin hari semakin dingin. Tapi tidak ada sebutirpun salju yang turun. Terakhir kali aku
merasakan salju adalah ketika aku masih kecil. Saat itu aku berlibur di kanada bersama ayah. Mungkin
waktu itu umurku baru 6 tahun. Tapi aku masih ingat rasanya memegang salju yang dingin dan saat
mencair di kulit wajahku.
Kali ini aku punya kesempatan untuk merasakannya kembali. Tapi sampai sekarang baru hawa dingin
yang menusuk kulit wajahku yang kurasakan.

22
23

Sampai ketemu nanti.


Baik. Terima kasih

Saat ini aku sangat menikmati berjalan di sepanjang trotoar pusat kota Shinjuku. Banyak yang aku bisa
nikmati. Mulai dari bentuk toko-toko yang unik, lampu-lampu billboard yang tidak pernah padam, dan
orang-orang yang lalu lalang di depanku.
Salah satu sudut shinjuku mengingatkanku pada pasar baru, tapi versi lebih bersih, lebih tidak bau, lebih
menarik dan lebih dingin. Entah jika musim panas tiba, mungkin panasnya hampir sama dengan pasar
baru.
Aku sangat suka sensasi dingin yang menusuk dan kehangatan yang kudapat di tanganku ketika aku
memasukkannya kedalam kantong jaket.
Aku suka hawa hangat yang keluar dari mulut dan hidungku yang menabrak syal dan menghangatkan
wajahku. Asap yang mengepul dari situ terhembus angin dari arah depan terasa sangat keren.
Ku tengok jam tanganku. Waktu sudah menunjukkan pukul satu. Aku langsung mempercepat langkah
melewati orang-orang yang berada di depanku dengan gerakan zig-zag.
Alamat yang diberikan Keiko rasanya tidak jauh dari tempatku berdiri. Aku berjalan ke kanan dan ke kiri
mencari alamat yang tertera di HP.
Tiba-tiba HP berbunyi. Di layar tertera nama Keiko. Waduh, bad impression banget nih. Pertama kali
janjian dah telat. gerutuku.
Moshi moshi? sapaku.
Wesuri san, koko o massugu itte hidari des 24jelas Keiko.
Kok dia bisa tahu aku ada dimana ya? pikirku. Aku celingukan mencari Keiko. Pasti dia berada tidak
jauh dari tempatku berdiri.
Benar saja, seperti yang dijelaskan Keiko. Ia berada di depan pintu sebuah restoran yang berada sekitar
100 meter dari situ.
Konnichiwa. Ogenki deska?25 tanya Keiko.
Hai. Okage samade.

26

Jawabku sopan.

Dandanan keiko hari ini cukup tebal. Mungkin salah satu syarat di kantornya. Seperti beberapa kantor di
Jakarta. Mewajibkan memakai rok mini dengan dandanan yang menor.
Maaf aku terlambat. Ucapku.
Tidak apa-apa. Aku juga baru sampai. Jawabnya dengan senyum manis.
Sejenak kami saling pandang sambil tersenyum. Mungkin Keiko bingung ingin bicara apa lagi dengan
turis sepertiku. Sedangkan aku memang sedang menikmati wajah cantik Keiko dan tidak terlalu ingin
bicara.
Sudah lapar? tanya Keiko.
24
25
26

Wesley, jalan terus. tempatnya ada di sebelah kiri.


Halo, apa kabar?
Baik. Terima kasih

Hai! jawabku spontan.


Aku juga. Imbuh keiko.
Kami berduapun tertawa. Kubukakan pintu geser restauran kecil bernama Donjaca itu. Dalam restauran
itu sangat cozy. Walaupun sempit tapi sangat menarik. Di atas restoran terdapat lampu-lampu gantung
berbentuk segi 6 dari kayu. Atapnya yang pendek juga dipasang beberapa lampu downlight. Tulang kayu
besar penahan atap berwarna coklat muda mengkilap senada dengan warna meja dan sebagian tembok
restauran. Kasir dan dapur manyatu di ujung ruangan. Di atasnya di tempel kertas warna warni namanama menu dan beberapa pajangan khas jepang.
Kami duduk di bangku bulat berwarna merah. Jarak antar meja cukup rapat jadi bangkupun tidak
mempunyai sandaran.
Seorang pelayan perempuan menghampiri kami dengan senyum lebar di wajahnya.
Nanni shimashoo ka?27 tanyanya.
Aku membuka-buka daftar menu di depanku. Aku benar-benar tidak mengerti menu apa saja yang ada di
depanku. Ada beberapa yang pernah aku dengar, tapi aku ragu untuk memesannya.
Eigo no menu wa arimas ka? 28tanya Keiko.
Aku agak kaget Keiko begitu cepat sadar aku kebingungan dengan menu yang ku pegang.
Iie. Kore dake des.

29

Jawab pelayan.

Berarti aku harus berbuat nekad, memesan menu yang tidak ku mengerti atau aku tinggal menunggu
pesanan Keiko dan memesan yang sama.
Keiko mencondongkan tubuhnya dan menjelaskan setiap menu yang masih ku pegang.
Wangi tubuhnya membuatku pusing. Bukan pusing seperti pertama kali aku bertemu dengannya tapi
pusing menahan keinginanku untuk memeluknya.
Okimari des ka?

30

tanya Keiko.

Aku hanya bengong karena dari tadi aku tidak memperhatikan penjelasan Keiko.
Keiko hanya tersenyum maklum melihatku kebingungan. Mungkin dalam kepalanya, dia berpikir dasar
turis!
Kami pesan maguro kimuchii yukke dan jizake. Pinta Keiko.
Aku minum air saja. Imbuhku.
Kamu suka tuna kan? tanya Keiko.
Suka.
Maguro dibuat dari tuna mentah, telur, dicampur kimchee. Jelas Keiko.
27
28
29
30

Ingin pesan apa?


Punya menu bahasa inggris?
Tidak. Kami hanya punya yang ini
Sudah siap pesan?

Membuatku bertambah lapar.


Kami pun tertawa lepas. Sungguh aneh, ketika aku bersama Keiko. Aku merasa sangat nyaman.
Walaupun ada rasa grogi, tapi bukan karena berhadapan dengannya, tapi lebih karena bahasa jepang yang
tidak ku kuasai dengan baik.
Bersama Keiko tidak seperti ketika aku mendekati cewe sewaktu SMA. Sangat sulit mencari kata-kata
yang tepat untuk mengambil hati. Sedangkan bersama Keiko, walaupun ku tidak terlalu mengerti
bahasanya. Namun aku seperti telah mengenalnya.
Aku tidak tahu apakah perasaaanku sama dengan yang ia rasakan. Tapi aku merasa tidak ada gelombang
negatif yang kuterima darinya.
Makanan tidak bertahan lama di depan kami. Semua habis dalam sekejap. Keiko mengajarkanku beberapa
kata dan kalimat dalam bahasa jepang. Dan aku mengenalkan beberapa kata dalam bahasa Indonesia.
Sungguh aneh, orang jepang seperti suka mempersulit suatu kata. Sedangkan orang indonesia seperti
mengurangi huruf pada kata-kata jepang.
Waktu seperti lewat begitu saja. Tidak terasa kami sudah menghabiskan waktu selama dua jam hanya
bercakap-cakap.
Pembicaraan gado-gado. Kadang berbahasa jepang kadang bahasa inggris. Untung Keiko bisa bahasa
inggris karena sebagian orang yang kutemui di sini, tidak mengerti atau tidak bisa berbicara bahasa
inggris.
Aneh juga buat bangsa yang maju seperti jepang tapi orang-orangnya kurang bisa bahasa inggris. Atau
aku yang salah, malah negara yang maju yang bangga dengan bahasanya dan bangsa barat yang
berbahasa jepang untuk berkomunikasi dengan mereka.
Keiko menanyakan kepadaku jika aku ingin memesan lagi. Perutku sudah penuh dengan makanan dan air
minum. Aku dengan sopan menolaknya. Ternyata makanan mentah juga bisa terasa enak di mulut.
Selama ini aku sangat malas mencoba makanan-makanan mentah kecuali lalapan di rumah makan sunda.
Kamu tidak kembali ke kantor? tanyaku.
Telat sedikit tidak apa-apa. jawab Keiko.
Sudah lama kerja di kantor kamu?
Baru 2 tahun. jawabnya.
Jauh dari sini? tanyaku.
Tempatku kerja berpindah-pindah.
Seperti event organizer? tanyaku bingung.
Hmmm.... hampir.

Pelayan meletakkan bon di meja kami. Keiko langsung memberikan uang kepada pelayan tanpa
memberiku waktu sedikitpun untuk bereaksi.
Seharusnya aku yang bayar. ujarku.
Kenapa? Aku yang berhutang budi kepadamu.
Aku yang mengundang.
Lain kali kamu yang bayar.
Wow! Bakal ada lain kali? Yes! Keiko tidak kapok jalan denganku. Ternyata semua berjalan lancar.
pikirku.
Pelayan yang mengembalikan uang Keiko seperti memperhatikan Keiko dengan seksama. Kemudian
wajahnya tiba-tiba berubah sumringah.
Anda Keiko? tanya pelayan.
Keiko mengangguk sambil tersenyum lebar. Kemudian si pelayan berlari ke belakang kasir sambil
bercerita ke temannya di meja kasir. Ia kembali dengan Hpnya dan meminta berfoto bersama Keiko.
Wait a minute! Kenapa pelayan itu ingin berfoto dengan Keiko? Apakah Keiko seorang selebritis?
Jangan-jangan Keiko orang penting di Jepang. Bagaimana menanyakannya ke Keiko? Apa bahasa jepang
artis?
Are you an artist? tanyaku kepada Keiko.
Aku berperan dalam beberapa film seri televisi. jawab Keiko.
Hebat! Aku makan siang dengan seorang terkenal. ujarku.
Bukan sesuatu yang luar biasa. Aku hanya bekerja, seperti orang-orang yang lain.
jawabnya.
Pantas saja Keiko begitu cantik. Ternyata dia seorang artis. Yang aku belum ketahui, seberapa terkenal
Keiko. Apakah dia artis yang sangat terkenal atau masih baru.
Apakah niatku mendekati Keiko masih masuk akal? Dengan kapasitas dia sebagai seorang artis terkenal,
tentunya dia tidak mau menerima seorang biasa apalagi turis sepertiku.
Agh! Kenapa pelayan itu meminta befoto dengan Keiko. Kalau saja dia tidak meminta fot bareng
tentunya aku tidak akan tahu kalau Keiko seorang selebritis dan aku tidak akan pesimis seperti sekarang.
Para pelanggan di restoran mulai kasak-kusuk sambil melirik ke arah kami. Keiko mulai merasa tidak
nyaman dengan keadaan di restoran.
Apakah kamu harus kembali bekerja? tanyaku dengan bahasa jepang yang pastinya
menggelikan terdengarnya.
Iya. Maaf jika aku terlalu buru-buru. jawabnya.
Tidak apa-apa. Aku hanya merasa kamu tidak ingin berlama-lama di sini.

Bukan karena aku tidak ingin bersamamu, tapi aku kurang suka dengan
keramaian.
Beberapa pengunjung mulai berusaha untuk mendekati Keiko. Restoran yang sempit itu seperti menjadi
jebakan buat Keiko. Ia tidak bisa keluar karena jalan yang sempit itu telah tertutup pengunjung yang
berusaha meminta tanda tangan dan berfoto dengan Keiko.
Aku berusaha menahan dorongan para pengunjung, namun mereka terlalu banyak dan kami semakain
terpojok. Kulihat wajah khawatir Keiko yang mulai kewalahan menghadapi para fansnya. Pelan-pelan
aku raih jaketu dan jaket Keiko.
Keiko. pegang tanganku. pintaku pelan.
Keiko seperti tidak sadar apa yang aku minta.
Aku tahu jalan keluar.ucapku lagi.
Tangan kanan Keiko memegang tanganku. Tangan Keiko begitu lembut dan halus sehingga aku sangat
hati-hati menggenggamnya.
Kamu siap? tanyaku.
Keiko mengangguk pelan sambil menatapku. Aku naik ke meja makan dan kutarik Keiko untuk naik
bersamaku.
Cepat Keiko. ajakku.
Kami melompati dua meja makan dan langsung keluar dari restoran itu. Dalam beberapa detik, kami
sudah berada di luar restoran.
Di luar kami langsung berlari menjauh dari situ. Para pengunjung hanya bisa melihat kami berlari tanpa
berkata-kata.
Setelah merasa cukup jauh, kamipun berhenti berlari. Napas kami tersengal-sengal bercampur tawa.
Terima kasih. Aku sekali lagi diselamatkan olehmu. ujar Keiko.
Aku yakin kamu orang yang sangat terkenal. kataku.
Aku mohon maaf jika telah merepotkanmu.
Bukan begitu maksudku. Aku belum pernah melihat hal seperti ini. ujarku dengan
bahasa jepang sebisanya.
Ayo. Ajaknya ambil menarik tanganku.
Kami berlari kecil melewati keramaian yang memutar kepalanya ketika kami lewati. Entah karena merasa
terganggu atau sadar akan kehadiran seorang selebriti di tengah mereka.
Masuk Wesuri san. Pinta keiko sambil membuka alarm mobilnya.
Kabin mobil terasa sangat hangat dan nyaman. Keiko menyalakan mesin mobilnya , Apakah kamu
ada waktu? tanyanya.
Hai! jawabku.

Apakah kamu mau melihat tempatku bekerja? tanyanya dengan sangat sopan.
Jika tidak mengganggu. Jawabku. Benar-benar percakapan yang sangat aneh. Benar-benar seperti
copy paste dari buku belajar bahasa jepang.
Sebaiknya aku memasang target untuk belajar bahasa jepang sehari-hari. Akan sangat memalukan jika
begini terus.
Mobil Keiko meninggalkan ruang parkir pinggir jalan membaur dengan mobil-mobil lain yang menutupi
aspal jalan Shinjuku.
Sekali lagi kami berada di situasi dj vu; di dalam mobil ditemani dengan keheningan. Kalau Hide tahu
aku jalan dengan seorang artis jepan, pasti dia akan meminta ikut serta. Jangankan melihat Keiko, melihat
Aimi saja dia sudah seperti orang idiot. Bengong dengan mulut menganga dan air liur menetes.
Apa yang kau pikirkan? tanya Keiko.
Tidak. Tidak ada. Jawabku grogi karena kaget.
Kalau kamu bingung untuk berbahasa jepang, pakai bahasa inggris saja.
banyak yang ingin aku tanyakan. Tapi aku belum pandai berbahasa jepang.
memang agak sulit dan perlu kesabaran.
Apakah di Jepang aku bisa mencari pekerjaan sampingan? tanyaku.
Bukankah kamu harus kuliah?
Iya. Tapi aku juga ingin mencari pengalaman bekerja.
Hebat! Aku malah ingin kuliah, tapi aku sudah terlalu lama bekerja dan
meninggalkan sekolah.
Kuliah saja di Meiji.
Aku tidak punya waktu lagi.
Kamu ingin kuliah jurusan apa? tanyaku.
Seni rupa.
Aku akan ambilkan brosurnya untukmu.
Hihihiterima kasih Wesuri-san, aku akan lihat apakah bisa masuk ke jadwalku
yang padat.
Aku tidak tahu disini sama atau tidak dengan Indomesia, tetapi profesi sebagai
aktris bukan steady job dan not a long lasting profession. Ujarku.
Aku pikir sama saja. Terutama untuk artis perempuan, jika sudah mulai terlihat tua
dan tidak fresh, pasti tidak akan ada yang tertarik lagi untuk meng-hire.
Seperti sayur? celetukku. Sebuah celetukkan yang aku sesali.Maaf, aku tidak bermaksud
menyamakanmu dengan sayur. Koreksiku.

Tidak apa-apa. Memang benar. Untungnya ada bedah plastik dan silikon.
Kamu pernah melakukannya?
Apa aku terlihat tua?
Tidak, tidak sama sekali. Just asking. Aku penasaran dengan proses dan rasanya.
Aku kenal dengan dokter bedah yang sangat handal.Apa kamu tertarik? candanya.
Apa aku terlihat tua?
Sedikit. Canda Keiko lagi disusul tawa kecilnya.
Setengah jam perjalanan tidak terasa sudah sampai tujuan. Di hadapanku sudah terlihat kesibukan yang
luar biasa. Beberapa crew mondar-mandir di lokasi dengan membawa kotak-kotak dan lampu sorot.
Keiko memarkir di deretan mobil mewah yang ada di sebuah tanah yang cukup lapang.
Seorang wanita datan menghampiri kami dengan langkah buru-buru.
Keiko, kemana saja kamu? Semua orang mencarimu. Sutradara sudah mulai tidak
sabar. ujar sang wanita dengan wajah kesal.
Mohon maaf, tadi aku makan dan ada halangan sedikit. Beberapa orang memaksa
untuk berfoto. Untung ada Wesuri-san. Jelas Keiko.
Cepat, sebelum mereka bertambah kesal. desak sang wanita seraya menarik tangan Keiko.
Keiko berlari kecil mengimbangi tarikan sang wanita. Tunggu.... Wesuri, ayo ikut! teriaknya.
Aku yang tadinya hanya berdiri terpaku di sebelah mobil, langsung berlari mengejar Keiko. para crew yag
bersliweran menghambatku mengikuti Keiko yang terus di tarik si wanita. Aku berusaha untuk tidak
kehilangan mereka.
Di depanku terlihat set tempat shooting yang di tengahnya telah berdiri seorang lelaki tinggi dengan
wajah tampan dan makeup yang tebal. Di hadapannya berdiri kamera serta ebuah monitor kecil yang di di
belakangnya duduk sang sutradara dan beberapa asistennya.
Aku berhenti beberapa langkah dari kursi sutradara. Keiko berdiri di depan sutradara yang memasang
wajah geram. Aku tidak mendengar apa yang mereka katakan tapi terlihat jelas sutradara tidak senang
dengan keterlambatan Keiko.
Aku jadi merasa sangat tidak enak. Gara-gara makan siang denganku, Keiko kena semprot. Mungkin
saja Keiko terpaksa memenuhi undanganku karena merasa hutang budi.
Seandainya aku tahu Keiko sangat sibuk, aku pasti tidak akan mengganggunya. Sekarang apa yang
sebaiknya aku lakukan? pamit dan pulang? atau menunggu Keiko selesai shooting baru aku pamit? atau
langsung pulang saja, biar Keiko tidak perlu merasa tidak enak denganku.
Aku duduk di teras yang sedikit tinggi sambil memperhatikan Keiko yang masih tertunduk mendengar
omelan sutradara.Tidak berapa lama Keiko berjalan ke arah sebuah ruangan di belakang kursi sutradara.

keiko berjalan sambil melihat ke arahku dengqan senyum lebar seraya memutar kelopak matanya seakan
memberi tanda tidak perlu khawatir ini sudah biasa.
Sutradara memanggil aktor pria yang ada di depannya dan semua crew bersiap-siap dengan segala
peralatannya. Semua bergerak cepat seperti sudah otomatis.
Aku berdiri dan berusaha mendekat untuk memperhatikan proses shooting yang sangat membuatku
penasaran. Ku melangkah perlahan menyeberangi orang-orang yang terlalu sibuk untuk
memperhatikanku.
Aku berdiri kira-kira lima langkah di belakang sutradara, memperhatikan monitor kecil yang ada di
hadapannya.
Aktor pria yang tinggi itu sudah berdiri di tempatnya dengan asisten sutradara yang memberikan arahan.
Jika aku yang menjadi aktor pria itu, pasti aku sudah terkencing-kencing grogi. tidak terbayangkan betapa
sulitnya berakting di depan orang-orang ini. Belum lagi menerima amarah sutradara.
Wesuri-san. Aku shooting dulu. Kamu boleh lihat dari sini. katanya.
Sutradara langsung menengok ke arahku setelah mendengar Keiko berbicara. Dia melihatku dengan
pandangan tajam beberapa saat. Kemudian kembali lagi memperhatikan monitornya. Benar-benar orang
stres! pikirku.
Aku masih tidak percaya kalau Keiko seorang artis terkenal. Hide musti tahu kalau aku di sini bersama
Keiko.
ACTION! teriak sutradara.
Sungguh luar biasa, melihat langsung proses pembuatan sebuah film benar-benar exciting. Tiba-tiba suara
keras terdengar dari kantong jaketku.
CUT!! teriak sutradara. Ia menengok ke arahku dengan wajah geram. ku keluarkan HP dari kantong dan
langsung ku tekan NO
Aku meringis sambil meminta maaf ke semua orang. Keiko hanya menahan tawa melihatku. Sungguh
aneh, ketika semua orang terlihat kesal kepadaku. Keiko malah menahan tawa.
Sebaiknya aku pulang saja. Aku hanya membuat rusuh di sini. pikirku.
ACTION! teriak sutradara lagi.
Aku keluar diam-diam saja. Biar tidak merepotkan Keiko. pikirku lagi. Aku melangkah pelan, sangat
pelan ke arah luar. Menjauh dari tempat shooting.
Selangkah demi selangkah aku menjauh. Setelah aku merasa cukup aman dan sudah merasa sangt jauh
dari situ. Aku keluarkan HP ku dan ku SMS Keiko untuk pamit.
Baru saja aku send SMS ku. Seorang pria menabrak pundakku. Ku tengok ke belakang untuk mengenali
siapa pria yang denga tidak sopan jalan sambil menabrak tubuhku. Ternyata Okada! Cowo yang
membuatku pingsan.

Okada melirikku dengan wajah sinis. Benar-benar cowo yang sombong dan memang minta digampar.
Aku tidak bisa meninggalkan Keiko bersama Okada.
Aku berjalan kembali ke dalam dan duduk kembali di tempatku duduk tadi. Ku lihat Okada masuk ke
ruangan tempat Keiko tadi berganti baju.
Sutradara melirik ke arahku dengan mata melotot. Aku tersenyum sambil menunjukkan HP ku yang sudah
di silent. Sutradar kembali fokus ke pekerjaannya.
Awas kau Okada. Kali ini aku siap menangkis pukulanmu.
Aku bisa membaca orang macam apa Okada. Dengan gayanya yang angkuh berjalan berkeliling set dan
berbicara dengan suara tinggi dengan suara tinggi dan memperlakukan orang-orang di sekitarnya seperti
bawahannya.
Tangan ini sangat gatal untuk membalas pukulannya tempo hari. Tapi aku bukan di jakarta, aku di negara
orang sebagai tamu dan di hadapanku Keiko yang sedang berkonsentrasi berakting di depan kamera.
Akan sangat buruk baginya jika aku membuat keributan disini dan tentunya akan menghancurkan
usahaku untuk mendekati Keiko.
Sutradara berteriak cut beberapa kali. Asistennya tanpa lelah memberikan arahan ke para pemeran
dengan sesekali memberikan contoh.
Pemandangan yang menjemukan sebenarnya. Semua diulang-ulang berkali-kali. Aku menyender di tiang
balok bundar di sebelah ku. Makanan tadi siang mulai bereaksi. Kelopak mataku terasa sangat berat. Aku
melipatkan kedua lenganku merapatkan kedua kakiku ke tubuh untuk menambah kehangatan.
Wesuri.
Wesuri.
Suara itu terngiang-ngiang di telinga seperti mimpi. Kubuka mata ku dengan susah payah. Pandangan
yang awalnya blur, berangsur-angsur terlihat jelas.
Keiko berada tepat di depanku dengan tangan kanannya memegang pundakku berusaha membangunkan
dari tidur pulas.
Hari sudah gelap dan para crew sedang merapihkan semua peralatan dan memasukkannya ke truk box
besar.
Ima nan-ji desu ka?31 tanyaku sambil mengucek-ucek mata dan berusaha menyatukan nyawaku.
Sore wa 8-ji kurokku.32jawabnya.
Gila! Kok bias ketiduran gini ya? Lama banget lagi.
31
32

Jam berapa sekarang?


Sekarang jam 8

Gomen'nasai33 ucapku.
Sore wa daijbuda34 jawabnya.
Aku langsung berdiri dan berdehem beberapa kali untuk membasahi tenggorokanku yang kering. Mudahmudahan tadi aku tidak mengorok. Cuaca benar-benar dingin. Wajahku seperti membatu. Pasti akibat
diterpa angin malam selama aku tidur.
Maaf aku terlalu lama. Ujar Keiko.
Tidak, tidak apa-apa. Aku yang minta maaf karena tertidur disini.
Wesuri-san, apakah kamu harus pulang? Tanya Keiko.
Tidak.
Mau menemaniku untuk makan malam?
Senyum merekah di wajahku yang kaku. Sepertinya dewi fortuna sedang berpihak kepadaku.
Yorokonde.35 Jawabku.
Kami berjalan perlahan berdampingan kemudian bertambah cepat, bertambah cepat hingga setengah
berlari karena angin yang menerpa mulai menggerogoti kami.
Dengan gerakan cepat kami telah duduk di bangku mobil. Kami berpandang-pandangan kemudian
menertawai diri sendiri.
Sore ga tanoshii

36

kata Keiko.

Aku berkata dalam hati.Tidak pernah dalam satu hari aku mendapatkan keberuntungan sebesar ini,
mungkin ini tanda kalau aku akan mendapatkan Keiko.
Kami berhenti di dekat sebuah warung tenda. Hanya bedanya, Ini berbentuk gerobak yang berwarna
merah dengan lampion di sampingnya.
Sebuah gerobak kecil dengan asap yang kadang menutupinya. Asap yang berasal dari masakan yang
berada di atas tungku.
Para pengunjung duduk secara berdekat-dekatan, sangat sulit untuk bergerak apalagi meregangkan kedua
lengan. Sikut beradu sikut. Tapi situasi ini malah terasa sangat nyaman dan hangat. Mungkin ini yang
dicari pengunjung. Kehangatan diantara para pelanggan dan makanan panas yang enak.
Di depanku tercium aroma Yakitori yang sangat menggoda rasa laparku. Yakitori sejenis sate ayam yang
tidak jauh berbeda dengan sate ayam di Indonesia tapi memakai saus teriyaki atau saus asin. Biasanya
orang jepang memakan ini dengan sake. Namun aku memilih untuk memakannya dengan di temani teh
hangat.
33
34
35
36

Maaf
Tidak apa-apa
Dengan senang hati
Ini menyenangkan

Dingin-dingin seperti ini memang paling enak minum the panas. Jadi ingat kalau jalan ke lembang dulu.
Makan jagung bakar dan minum bajigur panas. Sensasinya benar-benar luar biasa.
Kali ini juga sama, di negara yang berbeda dengan menu yang berbeda pula, namun sensasi yang di dapat
kurang lebih sama.
Aku benar-benar suka makan di sini. Ujarku.
Aku juga Wesuri-san. Aku suka suasananya. Kata Keiko.
Apakah kamu tidak takut dikejar fansmu? tanyaku.
Sssttt
Maaf. Bisikku.
Keiko tertawa melihat reaksiku yang sedikit kaget karena takut orang-orang mendengar apa yang aku
katakan.
Bagaimana di Indonesia? Tanya Keiko.
Jakarta?
Iya.
Panas, padat, sesak dan menyenangkan. Jawabku.
menyenangkan bagaimana? tanyanya lagi.
Aku suka keramaian, bagiku melihat orang-orang adalah hal yang menyenangkan.
Waktu aku di Bali. Aku sangat menikmatinya. Semuanya indah dan tidak ada yang
mengganggu. Katanya.
Mungkin akan sangat mudah bagi Keiko jika ia berhenti saja dari dunianya dan berkuliah. Tentunya tidak
akan lagi ada orang yang mengganggunya dan hidupnya akan lebih tenang.
Tapi siapa aku, memintanya berhenti dari dunianya yang pastinya saat ini sedang berada di puncak.
Kamu tidak pernah ke Jakarta? tanyaku.
Belum dan sepertinya aku tidak tertarik. Aku lebih suka tempat-tempat yang
tenang dengan pemandangan yang indah.
Kalau di Jepang?
Kuil Nenzen Ji di Kyoto. Jawabnya ,Ada sebuah kuil yang dikelilingin hutan dan
kolam yang membuat ku merasa tenang. Imbuhnya lagi.
Pekerjaanmu benar-benar berlawanan dari apa yang kamu sukai. Ujarku.
Aku suka uangnya. Jawabnya lugas.
Aku sempet bengong mendengar jawabannya. Keiko hanya tertawa geli melihatku kaget untuk kedua
kalinya.
Suatu hari, Aku akan mengajakmu ke sana. Kata Keiko.
Terima kasih.

Aku mengambil setusuk Yakitori yang ada dihadapanku dan menggigit beberapa potong daging dari
tusukan. Dagingnya sangat empuk dan gurih apalagi setelah dicelupkan di saus teriyaki.
Aku tadi melihat Okada. Ucapku.
Ya. Dia datang dengan manajernya.
Apakah dia berbuat tidak sopan lagi?
Keiko tersenyum manis sambil menjawab,tidak Wesuri san
Kuambil lagi setusuk Yakitori dan menggigitnya dengan galak. Sambil mengunyahnya dengan cepat.
Kamu lucu sekali Wesuri san. Puji Keiko.
Aku tidak mengerti apa yang dimaksud Keiko dengan lucu. Yang aku tahu aku hanya merasa sangat lapar
dan ingin cepat-cepat menghabiskan Yakitori yang ada di depanku dan mengisinya lagi dengan yang baru.
Keiko mengambil HP nya dari dalam tas kecilnya yang mungil dan mendekatkan dirinya padaku.
Wesuri san. Photo! ujarnya.
Ok. Jawabku sambil mendekatkan diriku ke Keiko.
Jepretan foto tanpa suara klik, hanya kilatan blitz yang menyinari wajah kami. Keiko memperlihatkan
foto kita dan memintaku menyalakan Bluetooth di HP ku.
Tidak berapa lama kuterima foto itu dan kulihat lagi. Dalam hati ku berkata Semoga apa yang
kuinginkan menjadi kenyataan.
Malam begitu cepat berlalu. Idak terasa Keiko sudah mengantarkanku kembali ke apartemen. Agak terasa
janggal memang. Di Indonesia biasanya aku yang mengantarkan gebetanku ke rumah. Sekarang aku yang
mengejar malah aku yang diantar.
Kubuka pintu apartemenku, dari dalam terasa hawa hangat yang membuatku ingin cepat-cepat masuk.
Ketika kulangkahkan kaki ke dalam apartemen. Sebuah tangan menahan pundakku.
Ku tengok ke belakang dengan harapan Keiko yang kembali untuk mampir ke apartemen ku.
Kemana saja Wesuri san. Tanya Hide.
Kau membuatku kaget. Hide san. Kataku.
Aku dari tadi siang mencarimu untuk makan siang. Tadi sore aku juga ingin
mengajakmu makan malam.
Maaf, tadi saya berkeliling kota.
Sendiri?
Tidak.
Dengan Aimi? goda Hide.
Tidak! jawabku tegas.
Hide hanya diam menunggu jawabanku.

Aku pergi dengan keiko. Kataku.


Keiko siapa?
Baru terpikirkan olehku, kalau aku tidak pernah menanyakan nama lengkapnya. Aku mengeluarkan HP ku
dan menunjukkan fotoku dengannya.
Hide dengan spontan berteriak di lorong apartemen.
Wesuri san. Ini Keiko Asada.
Ooo, ternyata namanya keiko Asada. Pikirku.
Iya. Kamu kenal? tanyaku.
Kenal? Dia artis yang sedang populer sekarang. Semua orang tahu Keiko Asada.
Ok. Jawabku sok tenang.
Kapan kamu pergi lagi dengannya? Tanya Hide kegirangan.
Tidak tahu. Aku tidak menanyakannya.
Wesuri san, kamu orang yang beruntung. Dimana kamu bertemu dia? Tanya Hide
semangat.
Ayo masuk. Ajakku sambil berjalan ke dalam apartemen dan membuka jaketku.
Dimana kamu kenal Keiko? Tanya Hide lagi seraya menjatuhkan diri di sofa ruang tengah.
Di pesta Aimi. Jawabku.
Kubuka salah satu pintu lemari kitchen set dan mengambil dua the celup dan kumasukkan kedalam gelas
yang sudah kutuangkan air panas di dalamnya.
Pantas kau pulang lebih awal. kata Hide.
Aku pulang lebih awal karena aku memang bosan disana.
Kalau kamu tidak bertemu di dalam pesta, berarti kamu bertemu di jalan? tanya
Hide bingung.
Iya. Aku bertemu dia di luar pesta Aimi. Tidak jauh dari gerbang masuk.
Berarti Keiko salah satu tamu Aimi.
Sepertinya begitu Hide san. karena awalnya aku melihat dia di dalam pesta. Tapi
aku tidak sempat berkenalan dengannya.
Jika kamu pergi lagi dengannya, jangan lupa ajak aku Wesuri san. pintanya.
Aku akan tanyakan kepadanya. jawabku.
Tolong Wesuri san. Aku sangat ingin bertemu dengannya. Aku akan meminta
dadaku ditandatangani Keiko Asada. candanya sambil menarik kerah bajunya
dengan maksud memperlihatkan dadanya.
Kalau begitu, aku tidak mau memperkenalkanmu.
Jangan begitu Wesuri san.

Aku akan malu sekali Hide san. ujarku dengan bahasa jepang yang masih saja kaku.
Hide menyeruput teh yang ku sajikan di depannya.
Teh yang enak Wesuri san. puji Hide.
Terima kasih.
Kamu benar-benar beruntung Wesuri san. banyak orang jepang yang ingin berada
di posisi mu. Keiko benar-benar artis yang sedang disenangi anak muda di Jepang.
pantas, sewaktu aku ke restoran banyak yang meminta tandatangan dan
memfoto.
Wesuri san. Sepertinya kau juga akan terkenal.
maksudmu?
pasti kalian akan ada di media-media di Jepang. jelas Hide.
Tidak mungkin. Aku tidak melihat ada wartawan di sana.
Kamu akan lihat Wesuri san. Berita sangat cepat tersebar disini. Apalagi mengenai
artis yang sedang top. yakin Hide.
Kamu kenal Okada? tanyaku.
Okada siapa?
Okada juga seorang artis. Kata Keiko, Okada pernah menjadi pacarnya.
Jangan bilang kau kenal juga dengan Okada Senda?
Ya. Aku kenal. jawabku.
Kamu benar-benar orang asing yang beruntung Wesuri san.
Aku pikir sangat sial orang yang kenal Okada.
Kenapa kau berkata begitu?
Waktu aku bertemu Keiko, Okada seperti sedang menyakiti Keiko dan aku
menolong Keiko. Tapi Okada memukulku hingga pingsan.
Hahahah... setidaknya kau dipukul seorang artis bukan panku. canda Hide.
Aku mengerenyitkan dahi mendengar kata panku.
Hai!Panku! katanya lagi sambil memeragakan gaya rambut punk dengan kedua tangannya.
Ooo... punk! tegasku.
Okada memang pintar seni beladiri. Dia selalu membintangi film-film martial art.
cerita Hide.
WHAT? pekikku dalam hati. Pantas saja pukulannya berhasil mengkanvaskanku. Walaupun seumur
hidup aku tidak pernah menerima pukulan walaupun dari ayahku sekalipun. Tapi aku tahu pukulannya
cukup keras.

Keiko wa hontoni utsukushiidesu.37pujiku.


Watashi wa doi suru.38imbuh Hide.
Kami berdua terdiam memandangi udara kosong. sepertinya pikiran kami sama. membayangkan wajah
cantik Keiko.
Aku mendukungmu Wesuri san. semangat Hide.
Menurutmu aku punya peluang tidak? tanyaku ragu.
Hide memperhatikan wajahku dengan seksama dan menarik lenganku agar berdiri.
Menurutku, wajahmu di atas rata-rata orang Jepang dan tinggimu jauh di atasku.
Aku rasa kamu bisa Wesuri san.
Terima kasih Hide. Nanti aku akan kenalkan dengan Keiko.
Kamu memang sahabatku Wesuri san ucap Hide dengan senyum sumringah di wajahnya
yang menurutku agak mirip park ji sung39.

DUA
Semakin hari Shinjuku semakin dingin. Walaupun apartemenku sudah di lengkapi dengan penghangat
ruangan, sepertinya tidak cukup untuk menghangatkan tubuhku.
Beberapa kali aku terbangun karena kedinginan. Sedangkan pagi hari aku sudah harus berangkat kuliah
lagi.
Kulihat jam kecil di dinding kamar menunjukkan angka 2. Kubuka jendela, di luar masih gelap dengan
beberapa lampu jalan yang menerangi aspal yang berwarna keputihan karena dinginnya malam.
Kalau di rumah sih enak nih, bisa nunggu tukang mie dok dok atau ke depan beli nasi uduk sama ayam
goreng. keluhku.
Ku usap-usap kaca jendela yang terkesan berdebu. Tapi debu itu tidak hilang karena tanganku melainkan
berubah menjadi seperti tetesan embun.
Kuperhatikan baik-baik debu-debu yang beterbangan di luar. Semakin lama debu-debu itu semakin besar.
Hujan salju! pekikku.
Buru-buru ku ambil jaketku dan kupakai celana jins yang tergantung di pintu. Kuberlari keluar gedung
apartemen yang sepi hingga berada tepat di depan pintu utama.

37
38
39

Keiko benar-benar cantik


Aku setuju
Pemain sepakbola dari tim nasional Korea Selatan.

Salju yang masih berbentuk seperti debu halus jatuh ke wajah dan jaketku dan langsung mencair menjadi
air yang dingin.
Angin kadang bertiup kencang menerbangkan salju halus sehingga seperti kapas-kapas kecil yang
melayang di udara.
Rasa dingin yang semakin menusuk membuatku memutuskan untuk masuk kembali ke kamar hangatku.
Aku berlari kecil menuju apartemen.
Setelah merasakan udara luar, apartemenku terasa sangat hangat. Kuambil gelas, kutuangkan airpanas dari
water dispenser dan kumasukkan teh celup dengan menggoyang-gotangnya sedikit agar larut di dalam air
yang panas.
Kunyalakan TV dan duduk di sofa dengan menyeruput teh panas. Kupencet-pencet tombol remote TV.
satu-satu saluran televisi ku jelajahi namun tidak ada yang menarik, sampai pada saat foto Keiko
terpampang jelas di sudut kanan pembawa acara berita televisi.
Kubesarkan volume televisi agar aku dapat mengerti apa yang dia katakan. Sepertinya ini bukan acara
gosip tapi berita nasional.
Pembawa acara memberitakan film Keiko yang sedang dibuat dan beberapa gosip mengenainya.
Beberapa rekaman video ditayangkan dimana Keiko terlihat menggandeng Okada di suatu acara
premiere.
Aku langsung menjatuhkan teh panasku dan dengan sukses menyeduh pahaku sekaligus ketika kulihat
fotoku dengan Keiko sedang melompati meja-meja restauran.
MAMPUS! teriakku.
Seperti biasa aku menunggu Hide membel apartemen untuk berangkat kuliah. Apakah Hide melihat berita
hari ini? Tadi pagi aku melihat lagi foto yang sama dengan berita jam 2 malam. Hampir semua saluran
televisi menayangkan foto kami waktu di restoran.
Aku berharap tidak ada yang memperhatikan wajahku yang terlihat cukup jelas disitu walaupun dengan
wajah agak panik.
bel apartemenku berbunyi dua kali. Aku buka pintu depan setelah mencek kompor dan mematikan lampu.
WESURIIII....!!! teriak Hide sambil memelukku kemudian beberapa kali menepuk-nepuk pundakku.
Kamu jadi selebritis sekarang! ujarnya.
Apa yang akan ku katakan ke Keiko? Pasti dia merasa terganggu dengan berita ini. Hari yang ku anggap
terbaik dalam hidupku bisa menjadi titik awal kesialanku.
Kenapa kamu bengong Wesuri san?
Aku bingung harus bagaimana. jawabku.
Terima saja Wesuri san. Kamu jadi orang asing yang tiba-tiba terkenal.

Aku tidak ingin terkenal.


Aku ingin terkenal tapi tidak bisa, jadi, aku pikir kamu orang yang beruntung dan terimalah
keberuntunganmu.
Tiba-tiba keinginanku untuk keluar apartemen jadi menghilang. Aku membayangkan sejuta mata
memandang di kampus. Betapa tidak enaknya sekolah sendiri di negara antah berantah ditambah lagi
menjadi tontonan satu negeri asing.
Ayo Wesuri san. Kita berangkat kuliah, pasti banyak yang ingin kenalan denganmu.
Sepertinya aku tidak enak badan Hide.
Kamu harus kuliah Wesuri. Kamu tidak bisa ketinggalan pelajaran. Akan suliit untukm mengejarnya.
paksa Hide sambil menarikku keluar apartemen.
Dengan langkah setengah terpaksa, aku melangkahkan kaki melewati pintu apartemen.
Tunggu Hide. pintaku.
Ku kunci pintu apartemen dan memutar gagang pintu untuk meyakinkan pintu telah terkunci.
Ayo! ajakku.
Hide tersenyum lebar melihatku dan berteriak,Yeah! Aku berteman dengan selebritis.
Di bus menuju kampus, beberapa orang seperti berusaha melihat wajahku yang kututup dengan syal dan
kepala tertutup kupluk jaket.
Ada yang berbisik-bisik dengan teman-temannya sambil melirik ke arahku. Aku yakin mereka semua
sudah melihat siaran berita pagi ini.
Wesuri san, sepertinya semua orang sudah tahu. bisik Hide.
Ssst!
Hide menahan tawa melihatku seperti ninja berjaket. Kutundukkan kepala selama perjalanan. Padahal
Hujan salju sudah menutupi sebagian kota. Aku jadi tidak bisa menikmatinya, yang aku lihat hanya lantai
basah bus kota.
Lucu juga melangkah di atas salju. Aku sama sekali tidak ingat sensasinya. Sepanjang jalan keluar
apartemen, kusengaja menginjak salju-salju yang ada di pinggir trotoar dan sesekali mengambilnya.
Wesuri, ayo turun. ajak Hide.
Sulit juga berjalan di antara manusia-manusia yang bergelantungan dengan kepala tertunduk dan syal
menutupi setengah wajah.
Udara dingin kembali menghantam setengah wajahku. Awan mendung menutup seluruh bagian langit
membuat sinar matahari tidak seluruhnya sampai ke permukaan bumi.
Aku tetap berjalan dengan kepala tertunduk di sebelah Hide.
Wesuri san. Aimi. ujar Hide.

Apa? tanyaku.
Aimi. bisik Hide.
Ku tegakkan kepalaku dan tepat beberapa sentimeter di depan wajahku, wajah manis Aimi yang
tersenyum menatapku.
Untung saja aku mendongakkan kepala, kalau tidak aku pasti menabraknya.
Sekarang aku tahu kenapa kamu pulang Wesuri san. ujar Aimi dengan mata sedikit disipitkan.
Aku tidak tahu harus bagaimana menanggapi kalimat Aimi. Yang bisa kulakukan hanya menunggu
kalimat berikutnya yang keluar dari mulut kecilnya.
Kamu kenal Keiko di pestaku? tanya Aimi.
Iya. Secara tidak sengaja. Saya lihat dia diganggu Okada.
Sejak kapan Keiko merasa diganggu Okada? Dia itu pacar Keiko. kata Aimi.
Bukannya Okada sudah putus dengan Keiko? tanya Hide.
Aku kenal Keiko sejak SMA. Dia selalu bersama Okada. jawab Aimi ngotot.
Aku tidak ada apa-apa dengan Keiko. Kalau Okada memang pacarnya, aku tidak masalah.
Hide langsung menengok ke arahku dengan wajah bingung.
Kamu sedang berbohong kan Wesuri? bisiknya.
Ku jawab pertanyaan Hide dengan senyuman seribu makna dan Hide mengerti bahwa aku hanya
menutup-nutupi cerita sebenarnya.
Ok. Kalian mau ke kantin? tanya Aimi.
Ya. Aku ingin minum teh panas. jawabku.
ya, aku juga. tambah Hide dengan gerak tubuh agak mendekati Aimi karena ingin menarik
perhatiannya.
Aimi berjalan di sebelah kiriku dan Hide berada di sebelah kanan. ketertarikan Hide kepada Aimi sangat
terlihat. ia sering mencuri-curi pandang ke arah Aimi dan sesekali memancing pembicaraan dengannya.
Tidak enak juga rasanya berada di tengah-tengah seperti ini. Aku tahu Hide tidak ada rasa kesal padaku
karena Aimi sangat jelas terlihat tertarik padaku. Tapi lama-kelamaan aku menjadi sedikit kasihan
terhadapnya.
Ia begitu desperate mendapatkan Aimi padahal jelas-jelas Aimi bukan cewe yang cocok untuknya.
Menurutku cewek yang pembawaannya kalem dan tidak agresif sangat cocok dengannya.
Setiap aku berpapasan dengan mahasiswa lain, pasti mereka langsung memandangiku disusul dengan
bsisik-bisik yang sangat mengganggu.
Bisa dikatakan situasiku adalah bencana nasional apalagi kalau sudah menyebar di internet, statusnya
akan menjadi bencana internasional.

Kalau Keiko memang benar pacarku, itu lain urusan. Aku akan dengan bangga menyombongkannya ke
orang-orang apalagi teman-temanku di Indonesia.
Siapa yang tidak bangga bisa mendapatkan seorang artis cantik dari negeri matahari terbit. Di negeri
sendiri, jangankan artis, mahasiswa dari kampus yang berbeda saja aku tidak pernah berhasil
mendapatkannya.
Waktu SMA aku pernah punya pacar yang cantik, tapi tidak bertahan lama. ketika ia menjadi model
sebuah majalah remaja. Ia malah meninggalkanku. masa lalu yang benar-benar suram dan ingin kuhapus
selamanya dari memoriku.
Di kelas konsentrasiku benar-benar buyar. Teman-teman sekelas tidak ada hentinya menanyakan hal-hal
yang berulang dan yang tidak mungkin aku jawab semuanya.
Wesuri, kamu pacar Keiko?
Wesuri, kamu ketemu dimana dengan Keiko?
Rumah Keiko dimana?
Apakah Keiko orang yang baik?
Keiko suka makan apa?
Apa saja yang kamu bicarakan dengan Keiko?
Berapa tinggi Keiko?
Apakah kamu bisa mengajak Keiko ke sini?
Bisakah kamu memperkenalkanku dengan Keiko?
Terbayang bosannya Keiko menjawab semua pertanyaan yang sama dan berulang-ulang ribuan kali.
Mungkin setelah 2 tahun menjalaninya, ia sudah terbiasa.
Apa sebaiknya aku menelpon Keiko? Jangan-jangan dia marah gara-gara semua berita yang beredar.
Buktinya sampai sekarang tidak ada satupun SMS darinya. yang aku tahu pasti, Okada saat ini tidak
diragukan lagi sedang memukul-mukul sand sacnya atau mungkin mencariku untuk menyarangkan
bogem mentahnya sekali lagi.
Kalau benar apa yang dikatakan Aimi bahwa Okada tidak pernah putus dengan Keiko, berarti Keiko telah
brbohong. Tapi kenapa dia berbohong kepadaku? Apa yang membuatnya menutup-nutupi hubungannya
dengan Okada? Apakah dia malu mempunyai pacar sekasar Okada? Atau karena aku seorang warga
asing?
Tanpa kusadari, kelas sudah usai. Aku dengan sukses hanya melamun sepanjang waktu. Tidak ada
sedikitpun pelajaran yang masuk ke otakku bahkan tidak ada satu hurufpun yang tertulis di buku catatan
yan terbuka di hadapanku.
Wesuri san? panggil dosen.

Ku beranjak dari tempat duduk dan berjalan ke meja dosen yang berada di depan kelas.
Apakah kamu baik-baik saja?
Iya.
Kamu terlihat tidak konsentrasi.
Maaf pak.
Jangan terlalu terpengaruh dengan pemberitaan di media. Fokus dengan kuliah yang pasti akan
menghabiskan waktumu dan tenagamu.
Baik. pak. terima kasih.
Sang dosen tersenyum, membawa tasnya dan menepuk dua kali pundakku.
Wesuri. panggil Hide dari luar ruangan kelas. Kepalanya muncul di pintu dengan tampang bodoh.
Ayo. teriaknya sambil menggerak-gerakkan jarijari tangannya seperti kipas yang menekuk agar aku
cepat keluar dari kelas.
Kapan kamu ketemu lagi dengan Keiko? tanya Hide semangat.
Tidak tahu. Aku tidak berani menelponnya. jawabku.
Kenapa?
Aku sudah membuat masalah dan telah menyusahkan Keiko.
Kamu tidak akan tahu pasti jika tidak menelponnya.
Bener juga nih orang jepang. Bisa saja Keiko tidak masalah dengan pemberitaan di media. Ku ambil HP
ku kemudian kucari nomor Keiko.
Nomor itu telah terpampang jelas di layar HP tapi aku tidak berani menggerakkan jempolku ke tombol
yes.
Tanpa diduga Hide menyabet HP dari tanganku dan langsung memencet tombol yes.
Mochi mochi. katanya dan langsung memberikan HP nya padaku.
Wajahku spontan berubah merah dengan mata melotot ke arah Hide. Sedangkan Hide hanya menahan
tawa melihat kepanikanku yang berlebihan.
Mochi mochi. Wesuri? tanya Keiko.
Hai.
Udara di luar sangat dingin dan udara di lorong kampus tidaklah panas. Tapi keringat mengucur di
dahiku.
Apa kabar Wesuri san?
Baik. Maaf mengganggumu Keiko. Tadi temanku Hide yang memencet nomormu.
Tidak apa-apa Wesuri san. Aku juga dari tadi ingin menghubungimu tapi aku ragu.
Mohon maaf telah merepotkanmu Keiko.

Aku yang seharusnya minta maaf, dari pertama bertemu aku selalu merepotkanmu. Pasti sekarang kamu
merasa terganggu dengan pemberitaan dan perlakuan orang terhadapmu.
Tidak apa-apa. Aku tidak merasa terganggu.
Sore ini kamu kemana?
Tidak kemana-mana.
Maukah kamu menemaniku? pinta keiko.
Hide yang menguping dari tadi langsung menunjuk-nunjuk ke dirinya dengan kedua tangan.
Bolehkah aku mengajak seorang teman?
Hmmm.... suara Keiko seperti berpikir
Aku menggeleng-geleng ke arah Hide, mendahului jawaban keiko. Hide langsung lesu dan melakukan
gerakan menulis di atas tangan kirinya.
Temanku ingin meminta tandatanganmu.
Ok. nanti aku berikan di atas fotoku. kata Keiko
Aku langsung memberikan tanda jempol ke Hide. Wajah Hide yang tadinya lesu kembali ceria dan
berjingkrak-jingkrak kegirangan.
Aku sekarang berada di Aoi Sora. Supirku akan menjemputmu di depan jalan masuk Meiji University.
Ok. Aku akan tunggu disana.
Keiko memberikan nomor mobil yang akan menjemputku beserta nomor telpon supirnya. Kami berjalan
cepat meninggalkan lorong lebar kampus Meiji dengan bersemangat menyisakan suara gema langkah
kami yang semakin cepat.
Salju sudah menebal di mana-mana. Pemandangan yang sangat indah untuk orang yang berasal dari
negara dua musim. Apalagi dengan pemandangan orang-orang yang berjatuhan. Jalan menjadi sangat
licin. Ada saja orang yang jatuh di depan kami. terutama cewe-cewe dengan sepatu mereka yang biasanya
ber sol licin.
Kami duduk di atas sebuah bangku panjang yang ada di jalan masuk kampus. Bukan bersender tetapi
duduk tepat di atas senderan bangku.
Udara yang dingin membuat kami melipat badan dan memasukkan kedua tangan ke dalam kantong jaket
yang tebal.
Lama juga. kelih Hide.
Mungkin sebentar lagi. kataku.
Kalau begitu bisa lebih lama lagi kita menunggu. Bisakah kamu menelpon supir Keiko lagi? pinta Hide.
Orang ini benar-benar merepotkan. Kesabarannya bisa dibilang sangat rendah. mana mungkin aku
menelpon supir Keiko setiap sepuluh menit.

Tidak heran Hide tidak mempunyai banyak teman di kampus, mungkin banyak sifat dia yang kurang
disukai.
Berarti aku yang sial mendapatkan teman seperti Hide. Sifat jelek apalagi yang disimpan Hide? Atau aku
terlalu berburuk sangka terhadapnya? Sebaiknya aku menjauhkan pikiran buruk terhadapnya. Dia yang
membantuku beradaptasi di negara yang asing ini dan menemaniku di gedung apartemen yang sepi itu.
Buruk atau tidak sifatnya, aku memerlukan Hide. Toh aku tidak akan lama di Jepang. Paling lama lima
tahun. Kecuali jika aku mendapatkan kerja disini. Tapi bagaimana dengan visanya? Kalau aku menikah
dengan Keiko tentunya aku akan mendapatkan izin untuk bekerja disini. Aduh! Pikiranku terlalu jauh.
Mungkin akibat salju dan hawa dingin yang menyengat.
Dari kejauhan kulihat sebuah mobil sedan hitam menepi nomor mobil yang terpasang di bemper depan
cocok dengan nomor yang dikirimkan Keiko.
Mobilnya sudah datang. kataku.
Kami bergegas menghampiri mobil warna hitam yang sangat mencolok di atas salju putih. kaca gelap
terbuka perlahan. Di dalamnya supir Keiko yang berbadan besar dan lebih cocok menjadi tukang pukul
mencondongkan badannya ke arah kami.
Wesuri san? tanyanya dengan nada berat.
Ya. Aku Wesuri san. jawabkusambil menjabattangannya
Namanku Oragawa. ujar supir membalas jabatan tanganku.
Ini fotonya. kata Oragawa yang memberikan selembar foto Keiko dengan tandatangan di atasnya.
Kuberikan langsung ke Hide yang sudah cengar cengir.
Wesuri san, kita berangkat sekarang? pinta Oragawa.
Ok.
Bisakah aku ikut sampai stasiun? tanya Hide.
Kutanyakan permintaan Hide ke Oragawa yang mahal senyum. Jawabannya tegas, tidak!
Maaf, Hide.
Tidak apa-apa. Aku sudah mendapatkan tandatangan Keiko. Lain kali kau ajak aku Wesuri san.
Aku akan tanyakan ke Keiko. jawabku.
Hide menepuk pundakku kemudian berjalan pelan meninggalkanku di sebelah mobil Keiko.
Silahkan masuk Wesuri san. ujar Oragawa yang telah membukakan pintu belakang mobil.
Berapa mobil yang dimiliki Keiko? Semua mobilnya kelihatan sangat mahal. Aku tidak begitu mengerti
jenis-jenis mobil, tetapi sangat terlihat dan terasa kemahalannya. Tapi parfum Keiko tercium jelas di
dalam mobil.
Mobil perlahan meninggalkan Meiji University melintasi jalan panjang penuh salju di Shinjuku.

Sepanjang jalan Oragawa hanya diam. Aku tidak berani mengajaknya Kami berhenti di depan semua cafe
kecil bergaya semi eropa. Dengan jendela besar terbagi beberapa kotak terbuat dari kayu bercat putih
dengan lis berwarna hijau.
Di dalam, Wesuri san. kata Oragawa dengan tangan besarnya menunjuk ke arah cafe.
Kurapatkan lagi jaketku dan ku berjalan keluar mobil menuju pintu cafe dengan langkah cepat agar
langsung merasakan udara hangat kembali.
Suara bel pintu terdengar nyaring di dalam kafe yang kosong. Di ujung ruangan terlihat Keiko sedang
duduk manis menikmati segelas minuman dan beberapa kue.
Wesuri! panggil Keiko.
Kuhampiri Keiko dengan senyuman ceria di wajah. Senang rasanya bertemu dengannya lagi. Tadinya aku
sangat pesimis dengan adanya pemberitaan di TV. Aku pikir Keiko akan memilih untuk tidak bertemu
denganku lagi. Dipikir-pikir, siapa aku? Hanya seorang asing yang berada di Jepang. Bukan seorang yang
terkenal atau berprestasi. Yang dibutuhkan Keiko sekarang tentu bukan expose yang berlebihan di media,
apalagi dengan seorang non terkenal.
Apa kabar Wesuri. sapanya sambil mencium pipi kanan dan kiriku.
Cukup membuat kakiku seperti tak bertulang. Mukaku pasti saat ini sudah merah tidak karuan.
Kamu kedinginan? tanya Keiko.
Sedikit. jawabku.
Kamu mau minum teh? tanyanya lagi.
Iya.
Keiko memanggil seorang pelayan yang sepertinya pemilik cafe dan memesan Aoi Sora tea dan beberapa
kue kering.
cafe ini sepi sekali. ujarku.
Aku sengaja reserve cafe ini Wesuri.
Wow!
Kalau tidak, bisa-bisa kejadian di restauran waktu itu terulang lagi. jelas Keiko.
Benar juga. Keiko tidak bisa semaunya datang ke tempat umum. Pasti akan dikerumuni banyak orang.
Kecuali sewaktu makan di pinggir jalan. Mungkin orang-orang tidak mengganggu Keiko karena antara
percaya dan tidak seorang superstar makan di gerobak pinggir jalan.
Tidak sampai 10 menit pesananku sudah datang dan terhidang rapih di depanku, dilengkapi dengan
pelayanan yang super duper sopan. Perlakuan kepada artis memang jauh berbeda. Coba kalau aku datang
di hari biasa dengan orang biasa. Pasti sama saja dengan restauran-restoran lain paling cepat 10 menit
baru sampai minuman kemudian makanan. Aku sering curiga, dengan air datang dulu, pasti pelanggan
akan meminum minimal setengahnya sambil menunggu makanan datang. setelah makanan habis

dimakan, pastinya minuman akan kurang dan tenggorokan seret. Minuman akan dipesan lagi dan cafe pun
menanggok untung lebih. Seandainya ada penyedap untuk minuman, pasti restoran-restoran akan
menggunakannya. Bayangkan jika rasa haus itu tidak hilang-hilang, berapa gelas yang akan dipesan
seorang pelanggan.
Bodohnya! Aku sedang bersama wanita paling cantik di Jepang malah memikirkan strategi berdagang.
Masalah berita di TV... Belum selesai aku bicara, Keiko langsung memotong,Tidak perlu dibicarakan
lagi. Aku sudah biasa dengan berita-berita semacam itu. Kamu tidak perlu khawatir.
Aku merasa tidak enak. kataku.
Kenapa?
Kamu pasti terganggu untuk berkonsentrasi di film terbarumu.
Produserku pasti sekarang sangat senang.
Senang bagaimana?
Filmnya pasti laku karena ramainya pemberitaan tentangku.
Tawa Keiko sangat lucu. Hampir seperti tawa tokoh-tokoh anime yang dulu sering aku tonton. Sudah
lama aku tidak menonton anime. Seingatku, terakhir kali aku menonton anime adalah ketika aku SMA
kelas 2.
Apakah kamu populer di Indonesia? tanya Keiko.
Populer?
Maksudku di SMA mu dulu.
Aku tidak tahu. Seingatku biasa-biasa saja.
Bagaimana denganmu? tanyaku basa-basi. Sebetulnya tanpa ditanyapun aku sudah sangat yakin bahwa
Keiko pasti sangat populer di SMA nya dulu. Karena sampai saat ini tidak kutemui cewek secantik Keiko
di Shinjuku.
Jika dinilai dari 1 sampai 10 sebagai nilai sempurna. Aku akan memberi Keiko nilai 9.9, dan jika dia mau
jadi pacarku, akan kuberi nilai 12. 2 poin banus, hadiah dariku karena mau menerimaku sebagai pacar.
Aku rasa masa SMA ku lalui dengan banyak penolakan kepada cowo-cowo. katanya sambil tertawa.
Kenapa? tanyaku.
Keluargaku tidak memperbolehkan untuk mempunyai hubungan di saat sekolah. Pendidikan nomor
satu. jelasnya.
Okada? tanyaku.
Dia berbeda. Ketika aku kuliah, dia sudah berusaha keras untuk mendekatiku. Pada saat itu dia sudah
menjadi model di beberapa majalah remaja.
Cerita yang membuatku sangat down! Semua ditolaknya kecuali Okada, seorang model sejak beberapa
tahun lalu dan menjadi seorang artis terkenal melawan seorang pelajar dengan uang pas-pasan yang baru

datang dari Indonesia tanpa latar belakang model atau apapun yang membanggakan dan dihajar sampai
pingsan oleh sang model di hadapan Keiko.
Bagaimana dengan orangtuamu? tanyaku.
Mereka tidak menyukai Okada. Bahkan sampai sekarang. Tetapi Okada bisa dikatakan orang nekat. Ia
tidak perduli orang yang tidak menyukainya bahkan membencinya.
Yang ada di kepalaku sekarang Okada adalah orang yang keras kepala dan nekad. Mungkin bisa
ditambahkan, kasar!
Tapi kenapa Keiko bisa menyukai orang yang seperti itu? Atau karena pada saat itu Keiko belum menjadi
seorang artis dan Okada sudah terkenal?
Apa yang kamu sukai dari Okada? tanyaku kelepasan akibat pengaruh pikiran-pikiran yang ada di
otakku.
Ini pertanyaan yang mematikan. Bisa menjadi keuntungan untukku atau malah berbalik malah
keuntungan untuk Okada.
Aku tidak tahu, spertinya dia mempunyai kemauan yang keras dan sangat berkarisma. jawabnya.
Seperti yang telah aku duga. Jawaban yang tadinya kuharap memihak padaku, terdengar memberikan
keuntungan lebih untuk Okada.
Ku seruput teh panas dan kugigit kue kering yang rasanya terlalu manis. Mungkin ini satu lagi strategi
berbisnis kuliner agar membeli lagi minum karena manis tentunya membuat bertambah haus.
Aku jadi teringat rasa yoghurt di Indonesia. Membuat liurku menggenang. Aku dan eman-teman sering
janjian bertemu di yogubuzz. Awalnya aku kurang begitu suka dengan yoghurt karena rasa asam yang
terlalu menyiksa. Tapi berbeda dengan yogubuzz, rasa asam dan manis yang seimbang membuatnya
begitu segar. Bikin ngidam aja! pikirku dalam hati.
Wesuri san. Kenapa melamun? Apakah aku membosankan? tanya Keiko.
Tidak. Aku jadi teringat teman-teman di Jakarta. jawabku.
Enaknya punya banyak teman. Aku sudah tidak sempat lagi untuk berkumpul dengan teman-temanku.
Pekerjaanku menyita banyak waktu.
Bagaimana dengan Aimi? tanyaku.
Kadang dia menelponku untuk mengundang ke pesta-pestanya.
pesta-pesta?
Ya. Dia sangat menyukai pesta dan sering mengadakan di rumahnya. Aku datang cuma untuk beberapa
saat. Kemudian pulang.
Bagaimana dengan teman artis yang lain? tanyaku lagi.
Aku kurang cocok dengan mereka. Mungkin karena aku baru di dunia ini. Jadi saat ini aku berada di
antara dua dunia sendirian.

Kamu menceritakannya seperti sesuatu yang mengerikan.


Oh ya? Apa aku terdengar seperti mengeluh?
Sedikit.
Aneh. Padahal aku merasa menikmatinya.
Mungkin kamu butuh libur dari pekerjaanmu.
Mungkin Wesuri san.
Keiko menggigit kecil kuenya dan mengunyahnya pelam-pelan.
Mau lihat fotoku teman-temanku di Indonesia? Ku sodorkan HPku ke depan Keiko.
Kelihatan sangat menyenangkan. Dimana ini? tanyanya.
Di rumahku sebelum keberangkatanku ke sini.
Mungkin suatu hari aku akan ke rumahmu Wesuri san.
Orangtuaku akan senang kedatangan artis terkenal di Jepang.
Kau membuatku malu. Wesuri.
Kami berbarengan menyeruput teh yang sudah mulai dingin.
Wesuri. Mungkin nanti kamu akan didatangi beberapa wartawan. kata Keiko.
Tapi aku bukan artis.
Ya. Tapi beritanya sudah menyebar dan wartawan biasa untuk mencari informasi dari mana saja.
Apa yang sebaiknya aku katakan? tanyaku.
Kamu tidak perlu menjawab, Wesuri. Biarkan mereka.
Atau aku berpura-pura tidak mengerti apa yang mereka katakan.
Ya. Kau bisa lakukan itu Wesuri. tambah Keiko sambil tertawa.
Kadang wartawan bisa sangat mengesalkan Wesuri. Tapi kamu tidak bisa berlaku kasar terhadap
mereka.
Ya. Sepertinya sama di negaraku juga begitu. Aku menghargai wartawan karena mereka hidup dari
berita.
Jika kamu terpaksa menjawab. Jawab saja dengan no comment usul Keiko.
Tidak usah khawatir Keiko.
Kamu tidak shooting Keiko? tanyaku berusaha mengalihkan pembicaraan.
Tidak. Aku baru shooting nanti malam.
Terima kasih fotonya. Hide sangat suka.
Aku punya ratusan di mobil.
Hahaha..Hide mengira itu dibuat khusus untuknya.
Kamu mengenal Hide dimana?
Di apartemenku. Dia tinggal di lantai yang sama.

Apakah dia baik denganmu?


Ya, dia banyak membantuku selama di sini. Kami kuliah di kampus yang sama.
Kamu beruntung bisa mendapatkan guide yang satu kampus dan satu apartemen. canda Keiko.
Benar. Aku juga sering berpikir begitu. Aku juga pergi ke pesta Aimi bersama Hide.
Kenapa kamu pulang sendiri waktu itu?
Dia menghilang di tengah pesta.
Kamu tidak suka pesta?
Kurang suka. Aku terlalu suka dengan pesta yang penat dan bau rokok.
Tapi kamu suka perkotaan?
Ya. Aku tidak suka kesepian tapi tidak suka kepenatan.
Berarti kamu suka suasana cafe seperti sekarang ini? tanyanya.
Aku melihat sekeliling sesaat,tapi tidak sesepi ini. jawabku.
Keiko hanya tertawa mendengar jawabanku. Di luar terlihat beberapa wartawan berusaha mengambil foto
dari balik kaca cafe. Oragawa berusaha menjaga pintu cafe agar mereka tidak merangsek masuk.
Sepertinya kita harus pergi Wesuri san. Sebelum mereka bertambah banyak. kata Keiko.
Ok. Kupakai kembali jaket tebalku kemudian tas punggungku.
Kami berjalan menuju pintu depan dan berhenti beberapa langkah sebelum pintu.
Kamu siap Wesuri san? tanya Keiko.
Aku mengangguk tegas sambil tersenyum kemudian Keiko meraih tanganku dan memegangnya erat. Aku
sungguh tidak menyangka dan jantung ini seketika berdetak kencang. Aku tidak berani mengatakan
kepada diriku kalau semua tanda-tanda sudah menunjukkan bahwa Keiko suka padaku. Keraguan itu
masih ada. Ketidakpercayaan diriku mengalahkan semua tanda-tanda yang begitu jelas. Bagaimanakah
aku dapat menghilangkannya dan mengatakan isi hatiku padanya? Apakah pantas aku untuknya? Apa kata
penduduk jepang jika aku menjadi pacar Keiko yang telah menjadi kebanggaan warga jepang.
Keiko menarikku keluar dari cafe. Ketika pintu cafe terbuka, wartawan langsung menyecar Keiko dengan
pertanyaan-pertanyaan yang tiada henti diikuti blitz yang berkedap-kedip menyilaukan mata.
Keiko hanya tersenyum dan berkali-kali mengatakan maaf kepada para wartawan. Oragawa berusaha
membuka jalan menuju mobil yang diparkir tepat di depan cafe.
Ketika Oragawa membuka pintu belakang mobil, kami langsung meloncat masuk dan dengan sigap
Oragawa langsung menutup pintu mobil kemudian secepat kilat membawa kami meninggalkan para
wartawan yang hanya terbengong-bengong di pinggir trotoar.
Kami berpandangan kemudian tertawa terbahak-bahak. Kemungkinan besar kami akan menjadi berita
utama di media-media entertainement. Aku sama sekali tidak menganggapnya suatu hal yang
mengganggu. Aku merasa ini adalah pengalaman mengasyikkan dan unik dalam hidupku.

TIGA
Dua hari ini benar-benar melelahkan. Pulang kuliah selalu ada saja wartawan yang menunggu dan
menanyakan hal-hal yang itu-itulagi. Kadang ada dari mereka yang sepertinya kesal dengan jawabanku
yang itu-itu saja, no comment atau Komento ari se mase.
Sebenarnya jika aku menceritakan hal yang sebenarnya pun mereka akan tidak puas dan memelintirnya
sehingga menjadi berita yang lebih menarik untuk bahan gosip.
Saat ini berita yang beredar,Pacar baru Keiko pelajar dari Indonesia.. Spontan aku menjadi selebritis di
kampus. Semua orang bersikap ramah kepadaku dan berusaha mengajak ngobrol, entah apa yang mereka
bicarakan, tapi aku tanggapi saja. Hitung-hitung belajar bahasa Jepang.
Hide masih saja menanyakan kapan ia bisa bertemu dengan Keiko. Benar-benar annoying! Aku saja
sungkan untuk mengajak Keiko bertemu. Yang kulakukan hanya sms saja. Kadang Keiko menelponku
beberapa menit atau sebaliknya. Walaupun tidak lama tapi sangat berarti bagiku. Entah apakah Keiko
merasakan hal yang sama, tapi sejauh ini Keiko tidak pernah me-reject telponku dan selalu membalas sms
ku.
Aku sudah meng Google Nanzen Ji. Sebuah kuil yang dikelilingi hutan kecil yang sangat indah. Kolamkolam yang dihiasi batu-batu dan juga pohon-pohon bambu yang tumbuh rapih membuatnya semakin
menarik.
aku berniat menghadiahi Keiko jalan-jalan ke Nanzen. Aku sedikit prihatin dengan kesibukannya. Pasti
tingkat stres nya tinggi. Setiap aku SMS, sia selalu berada di tempat shooting atau casting di PH-PH.
Untuk ke Nanzen Ji di Kyoto aku harus naik Bullet Train atau JR East yang harga tiketnya lumayan
mahal. karena perjalanan dari Shinjuku ke Kyoto sangat jauh. Kira-kira 400 km.
Aku harus memikirkan biaya jalan-jalan disana juga. Tidak mungkin aku bergantung kepada Keiko
walaupun tidak perlu diragukan lagi pasti uang nya cukup banyak.
Aku perlu menanyakan Keiko, kapan dia bisa libur dari pekerjaannya. Tapi bagaimana caranya agar tidak
ketahuan? Apakah dia mau pergi jauh denganku? Lagi-lagi rasa pesimis itu datang.
Sebaiknya aku keluar dari apartemen ini dan membaur dengan penduduk Shinjuku. Keramaian bisa
melupakan rasa pesimisku dan membuatku bersemangat kembali. Mungkin aku akan mencoba makanan
baru. Saatnya aku berani mengambil resiko dalam hidupku.
Aku masuk ke sebuah restauran bernama Wahaha. Sebuah restoran dengan harga makanan tidak terlalu
mahal. Aku mengetahuinya dari Hide. Ia senang berwisata kuliner di Shinjuku. Semua sudah dicobanya.
Restoran yang tidak terlalu luas tapi cukup nyaman. Lantai parket dan meja kayu yang senada membuat
suasana restoran terasa sejuk dan tidak kaku.

Yang paling membuatku repot adalah makanan di restoran jepang biasanya menyajikan daging babi. Aku
harus hati-hati memilihnya. Semua terlihat lezat dan mentah. Dari sekian banyak menu Kimchi dengan
urat daging sapi benar-benar membuatku tergiur.
Kimchi adalah makanan tradisional dari Korea yang berupa asinan sayuran berbumbu pedas. Dengan
melihat fotonya saja air liur sudah membasahi mulutku.
Kupanggil pelayan dan memesannya beserta segelas teh panas. Kuperhatikan orang-orang yang datang
dan sedang menyantap makanannya. Aku tetap sulit membedakan mereka, semuanya terlihat sama.
Mungkin potongan rambut yang paling terlihat perbedaannya. Tidak banyak orang yang berada di dalam
restoran. Beberapa meja masih kosong.
Ku keluarkan HP dari kantong celanaku. Jam di layar HP menunjukkan jam 7 malam. Tiba-tiba Hp ku
berbunyi keras. Nama Keiko muncul di layar berwarna.
Moshi moshi. ujarku.
O genki desu ka?40 tanya Keiko.
Bakkin wa, arigato.41 jawabku.
Doko ni iru ka?42 tanya Keiko lagi.
Watashi wa Wahhahh gozen.43 jawabku.
Pembicaranku terpotong karena pelayan yang menyajikan makanan pesananku di atas meja.
Kenapa kamu tidak mengajakku Wesuri san?
Maaf, Keiko. Aku kira kamu sibuk.
Aku sudah selesai bekerja. Bolehkah aku menyusulmu?
Boleh. Apakah kamu tahu tempatnya?
Wahaha yang dekat tempat kita makan waktu itu? tanya Keiko.
Iya. Betul.
Aku tahu. Tunggu aku Wesuri san. Sebentar lagi aku akan sampai di sana.
Ok.
Sudah 40 menit aku menunggu Keiko. Iron plate di depanku sudah bersih. Semua ku lahap tuntas dalam
waktu sepuluh menit. Gelasku seperempat terisi. Jika aku memesan lagi minuman, akan keluar dari
budgetku. belum lagi jika Keiko ingin ngobrol lama. tentunya aku harus menraktirnya. Memalukan sekali
jika aku dibayari terus olehnya.
Wesuri.panggil Keiko dari pintu restoran.
40
41
42
43

Apa kabar?
Baik. Terima kasih
Kamu dimana?
Aku di wahaha

Aku berdiri menyambutnya. Keiko mencium pipi kanan dan kiriku dengan dihiasi senyum lebar di
wajahnya. Harum tubuhnya sungguh membuatku merasa tenang dan ingin tersenyum.
Apakah kamu sidah makan? tanyaku.
Belum Wesuri san.
Ku panggil pelayan untuk meinta buku menu. Tidak berapa lama menu sudah berada di tangan Keiko.
Sang pelayan memberikan menu kepada Keiko dengan mata terbelalak. Ia begitu terkejut ada seorang
bintang film terkenal di hadapannya.
Aku pikir-pikir susah juga menjadi seorang Keiko. Kemana-mana pasti ada saja gangguannya. Memang
lebih baik tidak terlalu memerdulikan para penggemar dan wartawan. Hadapi saja, karena memang tidak
bisa dihindari karena itu resiko menjadi seorang terkenal.
keiko memesan goreng soba44 dengan air putih.
Hari ini sangat melelahkan. keluh Keiko.
Ada masalah di tempat shooting? tanyaku.
Sutradara yang menjengkelkan.
marah-marah? tanyaku.
Iya. kata-katanya hari ini sangat kasar.
Mungkin dia dimarahi produser.
Mungkin. Aku ingin berhenti rasanya.
Jangan putus asa. nantinya akan selesai juga.
Tapi semua yang kulakukan selalu salah. Aku sempat kesal dan mengurung diri di kamar ganti.
Apa yang dilakukan sutradara?
Dia tetap marah-marah.
berarti apapun yang kamu lakukan tidak akan merubah kelakuannya.
Apakah kamu bermain dengan pikiranku Wesuri san? tanya Keiko dengan senyum kecil dan mata
dipicingkan.
Hahaha... tidak Keiko. Aku berusaha membuatmu tidak putus asa.
Aku tidak putus asa. Hanya kesal.
Aku rasa film mu ini akan sangat bagus.
Bagaimana kamu bisa tahu? Kamu tidak selalu melihatku shooting.
Aku sudah melihatmu ber acting dan menurutku kamu seorang aktris yang baik.
Kamu hanya menghiburku Wesuri.

44

mie soba yang digoreng dengan telor dan sayur

pelayan datang menghidangkan pesanan keiko sekaligus membawa secarik kertas dan ballpoin untuk
meminta tandatangan dilanjutkan dengan sesi foto yang sangat mengganggu. pelayan pergi dengan jeritan
kecil kebahagiaan.
Kamu orang yang sangat sabar Keiko. pujiku.
Kenapa?
Jika aku jadi kamu. Pasti aku akan marah-marah jika diganggu saat makan.
manajerku yang mengajari cara menghadapi fans dan wartawan. Dia sudah cukup lama di dunia show
biz dan banyak artis terkenal yang ditanganinya.
Kamu kesini dengan siapa? tanyaku.
Oragawa. Dia menunggu di mobil.
Ajak saja ke sini.
Dia tidak pernah mau untuk makan bersama. Mungkin sudah terbiasa dengan pekerjaannya. Kamu tidak
makan Wesuri san?
Aku sudah selesai makan.
maaf aku terlambat tadi.
Tidak apa-apa.
Keiko mengunyah mienya dengan perlahan. Aku terus memperhatikannya makan. Melihat Keiko seperti
melihat anime yang ku sukai sewaktu kecil.
Sungguh aneh orang-orang jepang yang membeli boneka mirip manusia untuk teman hidupnya sedangkan
aku ditemani dengan manusia jepang seperti boneka.
Jangan melihatku seperti itu Wesuri. Aku jadi malu. kata Keiko manja.
Maaf Keiko. Aku tidak sadar memperhatikan caramu makan.
Ada yang aneh?
Tidak. hanya terlihat rapih sekali. Dalam kepalaku berkata. Pemilihan kata yang aneh sekali, rapih.
Sebenarnya kata yang tepat untuk Keiko adalah lucu. Bukan lucu dalam arti seperti pelawak tapi benarbenar cute.
Di luar terlihat seorang dengan berpakaian rapi menghentikan langkahnya dan mundur untuk melihat ke
dalam restoran.
Benar-benar sial! ternyata Okada! Kenapa dia bisa ada disini? Bagaimana dia tahu kalau Keiko ada di
restoran ini?
Okada melangkah ke dalam restoran dengan langkah angkuhsetidaknya menurutkudia berpakaian
sangat rapih dengan jaket kulit yang terlihat mahal dan celana jeans berwarna hitam.
Ternyata kamu di sini Keiko. ujar Okada.
Sedang apa kamu disini? tanya Keiko.

Bisa bicara sebentar? tanya Okada.


Ingin bicara apa?
Di luar.
Mereka sebentar bertatap-tatapan kemudian Keiko berdiri dengan raut muka bete. Bekas pukulan Okada
mulai terasa lagi. Aku yakin ini hanya psikologis saja karena ada dia di hadapanku.
Keiko mengikuti Okada keluar restoran dan berbicara beberapa langkah dari pintu restoran. Keiko terlihat
malas-malasan mendengarkan Okada berbicara.
Sepertinya pembicaraan mereka serius. Apa yang sedang mereka bicarakan? Seandainya saja aku bisa
membaca gerakan mulut.
Beberapa kali Okada seperti berusaha meyakinkan Keiko akan sesuatu tetapi Keiko seperti sudah lelah
mendengarkan Okada. Jangan-jangan Okada ingin balik lagi dengan Keiko. Kalau begitu, tentu aku
bukan tandingannya.
Keiko terlihat mengangguk beberapa kali kemudian kembali ke dalam retoran dengan Okada berdiri
menunggu di luar.
Maaf Wesuri san. Aku harus pergi. ujar keiko buru-buru. Ia kemudian membuka dompetnya untuk
membayar makanan yang baru disentuhnya sedikit saja.
Jangan Keiko. Biar aku yang bayar. Lain kali saja. potongku.
terima kasih Wesuri san. Nanti aku telpon kamu. katanya sambil buru-buru meninggalkanku.
Ada apa denga Keiko? Kenapa dia begitu terburu-buru pergi dengan Okada? Apa yang dikatakan Okada?
Ap ayang mereka bicarakan? Apakah sebegitu pentingnya? benar-benar membuatku penasaran dan
jantungku berdebar kencang.
Sudah dua hari Keiko tidak menghubungiku. Sms ku pun tidak dibalas olehnya. Benar-benar membuatku
sangat khawatir. bagaimana jika Okada menyakitinya?
Dua hari ini media kembali memberitakanku dengan Keiko. Pelayan di restoran Wahaha sepertinya
memberikan fotonya kepada media.
Kali ini berita cinta segitiga antara Keiko aku dan Okada. Dapat uang berapa si pelayan Wahaha dari
menjual foto kami?
Wartawan tidak ada capek nya menungguku di luar apartemen. Jika aku mengintip keluar, mereka
langsung teriak-teriak memanggil namaku.
Anehnya mereka seperti tidak merasakan hawa dingin di luar. Menungguku begitu lama di luar pasti
badannya dah seperti es batu.

Untungnya malam hari mereka pulang. jadi aku bisa dengan bebas pergi mencari makan. Aku sudah
bosan dengan mie instan. Sekali lagi aku makan mie instan, pasti aku langsung muntah. Rasanya sudah
ada di tenggorokanku.
Aku benar-benar khawatir dengan Keiko. Selain khawatir dengan Okada yang kasar tapi yang lebih
membuatku cemas, mereka kembali berpacaran.
Aku mondar-mandir tidak jelas dalam apartemen. Berkali-kali kuperiksa HP ku kalau-kalau aku tidak
mendengar telpon atau SMS dari Keiko.
Kuhubungji nomor Keiko untuk entah keberapa kali tetapi nada tidak aktif selalu terdengar. Mungkin
ada berita di TV tentang Keiko. pikirku.
Kunyalakan TV sambil kupindah-pindah channelnya. tapi tidak kutemukan satupun berita tentang Keiko.
Kuambil jaket dari sofa, kukenakan dan aku keluar dari apartemenku. Perasaanku benar-benar sumpek.
Aku harus mencari udara segar di luar dan membawa teman. Hide!
Untuk pertama kalinya aku mmembel pintu apartemen Hide. Kali ini aku benar-benar membutuhkan
teman untuk mentransfer rasa bete dan khawatir. Mungkin Hide bukan pilihan yang tepat untuk
menghilangkan rasa itu, tapi siapa lagi yang bisa kuajak jalan selain dia.
Kubel kedua kali apartemen Hide. Suara langkah cepat terdengar dari dalam.
Wesuri.
Konnichiwa! ucapku.
Konnichiwa, Wesuri.
Aku sedikit melongok ke dalam apartemen Hide karena sedikit penasaran.
Apakah kamu sibuk? tanyaku.
Hmmm...
Kalau sibuk tidak apa-apa. Aku akan kesini lagi nanti.
Aku ada tamu Wesuri. jelas Hide.
Dari dalam terdengar seseorang mendekat. Betapa terkejutnya aku melihat siapa tamu Hide.
Dono yo ni anata ga Aimidesu ka?45
Bakkin wa, arigato.46 jawabnya.
Aku benar-benar tidak menyangka Aimi berada di apartemen Hide. Wajah Hide benar-benar bahagia.
lebih bahagia dari saat menerima foto Keiko bertandatangan.
maaf mengganggu kalian.
Masuk Wesuri. kata Hide.
45
46

Apa kabar Aimi?


Fine, thank you

Aku tadinya ingin mengajakmu makan.


Kita makan sama-sama di luar. usul Aimi.
Jangan. Aku tidak ingin merepotkan kalian. Lagipula aku makan dekat sini saja.
Tidak apa-apa Wesuri san. Kami tidak keberatan.
Jangan, Aku akan merasa sangat bersalah jika kalian pergi denganku. Aku akan makan tidak jauh dari
sini.
Aku langsung melangkahkan kaki meninggalkan Hide seraya berkata,Atode sansho shite kudasai. 47
Aku tidak ingin merusak kesempatan Hide, lebih baik aku pergi sendiri daripada mengganggu mereka.
Kesempatan seperti itu sangat langka untuk Hide. Tapi apa yang dikatakan Hide kepada Aimi sehingga
dia mau ke tempat Hide?
Kubuka pintu kayu gedung apartemen. Di luar hujan salju terus turun tanpa henti. Salju kian menumpuk
di pinggir jalan. Truk pembersih jalan pun berkali-kali melewati jalan yang sama.
Rasa lelahku memberikan kehangatan di tengah musim dingin ini. Tanpa terasa aku sudah berjalan jauh
menuju ke gang-gang Shinjuku yang di kanan-kirinya padat restoran-restoran kecil Yakatori.
Kumasuki salah satunya yang memppunyai meja panjang dengan ruang jalan yang sangat sempit. Persis
seperti warteg atau warung kacang ijo di Indonesia.
Di dalam sudah penuh pelanggan yang asyik makan dan ngobrol. Aku duduk di bangku paling ujung
dekat dengan panci panas berisi kuah sop yang berwarna coklat muda.
Perut yang sudah keroncongan kini berteriak minta diisi. Harum kuah mengisi seluruh ruangan.
Kehangatannya membuatku terpaksa membuka jaket dan syalku.
Kamu orang Indonesia yang dekat dengan Keiko? tanya seorang ibu yang ada di sebelahku.
Aku hanya bisa menjawab dengan senyuman malu. Pertanyaan ibu tadi tidak mungkin dijawab dengan
kata tidak, tidak juga bisa dijawab dengan iya karena akan terkesan sangat sombong.
Suka dengan Yakatori? tanyanya lagi.
Iya. jawabku singkat.
Dulu aku pernah ke Indonesia. Tahun 1990 kata si ibu.
Ke kota apa bu? tanyaku.
Ke jakarta.
Suka?
Suka. Setelah itu aku ke Bali. benar-benar indah. katanya

47

See you later.

Siapa sih yang ga suka Bali? Semua orang yang pernah kesana pasti tergila-gila sama Bali. jangankan
turis. Orang Indonesiapun rela hidup disana dan meninggalkan ibukota untuk menikmati kehidupan di
Bali.
Bagaimana dengan Keiko? tanya si ibu dengan wajah penasaran.
Aku tidak tahu.
Kenapa bisa tidak tahu? Kamu kan pacarnya?
Bukan. Aku hanya teman.
Teman-teman. Ini orang yang sedang dekat dengan Keiko!! teriak si ibu kepada pelanggan yang lain.
Betapa malunya aku detik itu. Ingin rasanya aku sembunyi di bawah meja restoran, sayangnya restoran itu
terlalu penuh dan sempit.
Para pelanggan serentak berteriak sambil mengangkat gelas mereka. Sebagian tertawa sambil berusaha
menyalamiku.
Jika aku muda, pasti aku akan melakukan hal sama denganmu. kata salah satu bapak dengan jaz coklat
tebal.
Kamu jangan berkata yang tidak-tidak! Mukamu sekarang sudah seburuk ini. Bagaimana bisa mendekati
seorang artis. canda laki di sebelahnya.
Serentak seisi restoran tertawa keras. Wow! Belum pernah aku dipermalukan sehebat ini. Tetapi aku juga
belum pernah merasa semangat seperti sekarang ini.
Aku bukan pacarnya. jelasku.
Kenapa? tanya sang ibu heran.
Kenapa? Aku bukan tipenya. jawabku.
Bagaimana kau tahu?
Dia seorang artis. Aku seorang turis.
Kamu belum menjawab pertanyaanku.
Sejenak aku memandang si ibu sambil memikirkan apa yang seharusnya aku jawab, sebab si ibu 100%
benar. Darimana aku tahu kalau aku bukan tipe cowok yang Keiko sukai? Sedangkan aku belum pernah
menanyakannya langsung.
Aku hanya menebak.
Dia hanya menebak. kata si ibu kepada lelaki di sebelahnya.
Lagipula sudah terbukti, sudah dua hari aku tidak mendapat kabar darinya dan aku jugatidak bisa
menelponnya.
Apakah itu suatu penolakan?
Semacam itu.
Kata siapa?

Kataku.
Kataku...hehehe. cibir si ibu mengulangi perkataanku kepada lelaki di sebelahnya yang seperti setengah
tidak peduli karena sedang menghabiskan makanan di mulutnya.
Anak-anak sekarang terlalu cepat putus asa dan berpikiran negatif. Kenapa kamu tidak ke rumahnya?
kata si ibu lagi.
Karena aku tidak tahu rumahnya.
Tempat kerjanya?
Selalu berpindah-pindah.
Temannya?
Tidak ada yang dekat dengannya?
Seseorang yang kamu kenal dan dekat dengannya?
Aku berpikir sejenak, Oragawa!!! Sejak kemarin aku benar-benar melupakannya. Aku punya nomor HP
nya dan dia selalu berada dekat dengan Keiko.
Ada, Oragawa. jawabku dengan wajah sedikit ceria.
Siapa dia?
Supir Keiko.
Apakah kamu sudah mencoba menghubunginya?
Belum. Aku benar-benar lupa.
Kenapa kamu tidak menelponnya?
Sekarang?
Kapan lagi?
Pelayan menyajikan beberapa tusuk yakatori di depanku sambil menunggu di depanku yang
seadangberusaha menelpon Oragawa.
Moshi moshi. Oragawa san? tanyaku
Hai.Kore wa daredesu?48 tanya Oragawa
Wesuri san. jawabku tegas.
Seluruh pelanggan dan pelayan memperhatikanku dengan seksama. Semua aktifitas mereka berhenti
seketika.
Wesuri-san. Keiko sudah menunggumu dari tadi disini.
Maksudmu?
Kami sudah menunggumu di depan gedung apartemenmu.
Hah? Keiko sedang menungguku?
Serentak seisi restoran bersorak dan memukul-mukul punggungku.
48

Ini siapa?

Baik. Aku segera kesana. Bilang Keiko aku akan datang. ujarku.
Aku seperti kecoa yang sedang kebingungan. Aku panik sekaligus senang.
Biarkan Yakatorimu. Aku yang bayar. Sekarang pastikan apakah kamu tipe yang Keiko tidak suka atau
bukan. kata sang ibu sambil tersenyum lebar.
terima kasih.
Aku langsung memakai jaket dan syalku kemudian bergegas keluar restoran. Mereka serempak berteriak.
GANBATTE KUDASAI!!49
Aku berlari dengan terpeleset-pelesetdan jatuh. yang ada dibenakku hanya wajah Keiko. Beberapa kali
aku jatuh saat berbelok. Celana jinsku sudah setengah basah. Napasku tersengal-sengal karena lelah dan
tipisnya oksigen dan udara dingin.
Aku berlari tanpa henti, takut Keiko pergi karena menunggu terlalu lama. Ku telpon Oragawa sambil
terus berlari memberitahu keberadaanku.
Tidak berapa lama saya sudah berada di depan gedung apartemen. Terlihat sedan Keiko terparkir dengan
mesin menyala.
Oragawa yang melihat aku berlari pelan menuju mobil langsung keluar dan membukakan pintu belakang
mobil.
Konnichiwa Wesuri san.50 ucap Keiko dari dalam mobil.
Konnichiwa. jawabku.
Keiko mengulurkan tangannya ke arahku. Kugenggamtangannya yang mungil dan lembut. Kemudian ia
bergerak keluar mobil.
Maaf telah membuatmu menunggu. kataku.
Tidak apa-apa. Aku tadi berusaha menghubungimu tetapi selalu tidak bisa.
Kukeluarkan Hp dari kantongku. Tidak kulihat satu missed call pun di layarnya.
Tidak ada, Keiko.
Mungkin HP mu error Wesuri.
Iya. Mungkin. Aku berusaha menghubungimu selama dua hari ini tetapi tidak pernah berhasil.
Aku menerima telpon dan SMS mu tetapi aku tidak pernah berhasil menelponmu balik.
Kalau begitu, berarti HP ku sumber masalahnya. Pantas saja dua hari ini aku tidak menerima telpon
sekalipun. Biasanya ibuku menelpon minimal sekali sehari.
Disini dingin sekali. Mau masuk ke apartemenku? kataku.
Iya. Aku sudah kedinginan dari tadi. kata Keiko.
49
50

Do your best!
Hai, wesley

Oragawa?
Biarkan dia disini, dia tidak akan mau ikut walaupun dipaksa. jelas Keiko.
Ok.
Kami berjalan berdampingan tanpa sepatah kata. Kubukakan pipntu gedung untuknya. Hawa hangat
berhembus dari dalam gedung apartemen yang disinari lampu warna kuning.
Maaf Keiko. Tidak ada lift disini. ucapku.
Tidak apa-apa Wesuri. Bagus untuk menghangatkan badan. katanya.
Kami tertawa kecil mendengar candaan Keiko.
Beberapa langkah menaiki tangga, terdengar suara langkah cepat orang turun. Tidak sampai beberapa
detik, Hide telah muncul di hadapan kami.
Wesu.. sapaannya terpotong ketika melihat Keiko.
Mulutnya terus menganga dengan mata terbelalak. Lama kelamaan mulut yang menganga berubah
menjadi senyum lebar.
Keiko... katanya sambil menjabat paksa tangan Keiko.
Dengan mata terpana, Hide terus menjabat tangan Keiko dan menengok ke arahku dengan tampang aneh.
kenalkan, Keiko. Ini Hide. kataku kepada Hide.
Ya, ya, aku tahu. Senang berkenalan denganmu. kata Hide
Sama, sama. jawab Keiko sopan.
Ok. sampai nanti Hide. ujarku agar Hide dapat meninggalkan kami.
Ok. balas Hide seraya melanjutkan langkahnya menuruni tangga tanpa melepaskan pandangannya dari
Keiko.
KEIKO! teriak Hide mengagetkan kami.
Hide kembali menaiki tangga menghampiri kami berdua.
Bolehkah aku foto bersama? pintanya sambil mengeluarkan HP.
Hide berteriak kencang ahanya untuk meminta foto dengan Keiko. Benar-benar orang yang aneh.
Beberapa kali Hide meminta berfoto dengan beberapa macam pose. Kutunggu dengan sabar sambil
bersender di besi pegangan tangga.
Keiko arigato. ucap Hide.
Kemudian Hide pergi sambil melambaikan tangannya ke arah kami.
Maafkan teman aku. kataku.
Tidak apa-apa. Sepertinya dia orang yang baik.
Ya. Dia selalu menolongku.
Di lantai berapa apartemenmu? tanya Keiko.
Di atas. sambil menunjukkan sebuah apartemen dekat tangga.

Kubuka pintu apartemenku dan ku nyalakan lampu ruang tengah.


Silahkan masuk Keiko. kataku.
Apartemen yang nyaman. ujar Keiko.
Terima kasih. Maaf jika apartemenku kosong. Beginilah apartemen seorang pelajar asing.
Tidak apa-apa Wesuri.
Kubongkar-bongkar lemari dapurku untuk mencari makanan kecil, tetapi kosong. yang ada hanya mie
rebus dan teh celup.
Maaf Keiko. Apakah kamu mau minum teh?
Jangan terlalu kental Wesuri san.
Ok.
Kutuangkan air panas ke dalam gelas kemudian kumasukkan teh celup yang kubawa dari jakarta. Aku
meminumnya jarang-jarang. Hanya kalau kangen rumah saja baru kubuat.
Kamu tidak kesepian tinggal sendiri?
Kadang-kadang, Tapi aku harus terbiasa dengan hidup seperti ini. resiko sebagai pelajar asing.
Kutaruh teh di meja tepat di depan Keiko.
Silahkan minum Keiko.
Keiko menyeruput teh hangat yang kuhidangkan.
Enak sekali Wesuri. Teh apa ini?
Teh dari Indonesia. Aku selalu minum teh itu kalau sedang rindu rumah.
maaf kemaren aku meninggalkanmu di restoran.
Tidak apa-apa Keiko.
Okada memaksaku untuk ikut dengannya. Dia ingin mengatakan sesuatu kepadaku.
Tidak usah dipikirkan, Keiko.
Okada ingin kembali menjadi pacarku.
Bagaimana? tanyaku kaget.
Okada memintaku untuk menjadi pacarnya lagi.
Oh begitu.
Aku sangat shock mendengarnya. Pupus sudah harapanku untuk mendapatkan Keiko. Bagaimana aku
bisa bersaing dengan mega superstar dengan tampang mega super handsome?
Apa yang harus aku katakan untuk merespon berita buruk ini? Bertanya jawaban yang diberikan Keiko
kepada Okada? Atau tidak memedulikannya?
Aku katakan ke Okada aku tidak bisa menerimanya lagi.
Hati ini seperti ingin berteriak kegirangan, jawaban Keiko benar-benar jawaban yang sangat tepat dan
sangat aku harpkan.

Kenapa? tanyaku basa-basi.


Aku katakan kepadanya kalau sudah ada orang lain.
Benar-benar terlewat olehku. Kenapa aku terpaku kepada Okada? Tentu saja banyak aktor-aktor lain di
luar sana. Betapa bodohnya aku! Ya sudahlah paling tidak aku sudah sempat dekat dengan seorang artis
ternama di Jepang.
Kuusap-usap wajahku untuk menghilangkan aura bete yang mungkn saja ditangkap Keiko.
Aku katakan kepada Okada bahwa orang lain itu adalah kamu wesuri.
WHAT!!! Benar kah apa yang telah aku dengar? pekikku dalam hati. Aku sungguh tidak percaya
dengan apa yang aku baru saja dengar.
Aku merasa seperti terkena sengatan listrik ribuan volt. kesempatan yang tadinya kukira sudah pupus
malah berakhir luar biasa untukku.
Aku benar-benar tidak bisa berkata apa-apa. Hanya beberapa kali tersenyum, tertawa kecil dan menatap
Keiko.
Kenapa kau diam saja Wesuri? tanya Keiko.
Kamu membuatku kehabisan kata. Aku sudah ingin mengatakannya kepadamu sejak lama, tapi aku tidak
yakin akan perasaanmu terhadapku. Belum lagi kamu seorang terkenal dan aku bukan siapa-siapa.
Aku tidak peduli siapa dirimu Wesuri. Yang aku tahu kamu seorang yang baik dan aku sangat nyaman
jika berada denganmu.
Aku juga begitu dan aku sangat menyukaimu. Selain itu kamu sangat cantik. ujarku polos.
Kami berduapun tertawa kecil, entah karena sama-sama malu atau tidak tahu harus berbuat apa.
Jadiii... kita pasangan sekarang? tanyaku.
Jika kamu tidak keberatan. jawab Keiko.
laluu...sekarang apa yang kita lakukan?
Bisa dipastikan wajahku sekarang pasti sangat bodoh. Aku meredam rasa ingin berjingkrak-jingkrak dan
berteriak kegirangan.
Kamu sudah makan? tanya Keiko.
Belum, kamu?
Belum.
Aku tahu tempat yang enak.
Dimana?
Tidak jauh dari sini. Walaupun tempatnya sempit dan dipenuhi orang tua tapi tempat yang sangat
memberikan semangat. Bau masakannya pun sangat enak.
Hahah...ok. Perutku sudah lapar.

Kebahagiaanku benar-benar tidak tergambarkan. Aku sama sekali tidak pernah membayangkan
mendapatkan pacar seorang selebriti. Apalagi di luar negeri! seorang selebriti di luar negeri!
Sepanjang malam aku hanya cengengesan menatap langit-langit kamar sambil memeluk bantal. Makan
malam yang sangat memorable. Rasa makanan yang kumakan seperti makanan terlezat sepanjang
hidupku. Semua banyolan pelanggan-pelanggan di restoran tadi seperti lawakan para pelawak profesional.
Semua indra ku seperti bertambah kemampuannya seribu persen. Ketika kutatap Keiko. Pandanganku
seperti menggunakan sebuah lensa soft.
Kami bergandengan tangan sepanjang jalan. Oragawa menunggu semalaman di depan gedung apartemen
ku. Pasti dia sudah kedinginan setengah mati.
Keiko memberikan kecupan di pipiku saat dia meninggalkanku. Benar-benar seperti hidup di alam mimpi.
Aku sangat tidak peduli apa yang akan aku hadapi nanti. Wartawan-wartawan pasti akan mengejarku.
Minimal menguntitku sepanjang waktu. Tapi lama-kelamaan pasti mereka akan bosan.
Aku benar-benar tidak bisa tidur. Yang ada dipikiranku hanya Keiko, Keiko, Keiko. Ku berharap malam
ini cepat berlalu sehingga aku dapt bertemu kembali dengannya.
Akan ku email semua fotoku dengannya dan ku upload di twitter dan facebook ku. Kecuali jika Keiko
tidak mau. Aku tidak memikirkannya.
Setahuku artis sering menyembunyikan hubungannya atau hanya menyebunya berteman dekat. Apakah
sama dengan di sini? Sebaiknya aku tanyakan besok ke Keiko.
Jangan sampai tindakanku mengacaukan semuanya. Yang harus ku waspadai adalah Okada. Dia tidak
mungkin menyerah begitu saja. Dari apa yang diceritakan Keiko tentang dirinya. Okada bukan orang
yang mudah menyerah. Aku harus siap dengan apa yang kemungkinan kuhadapi.
Berkali-kali aku bangun dari posisi tidurku. Duduk dan berusaha menerima kenyataan yang sangat tidak
terduga ini. Dan aku berharap semoga aku bukan hanya pelarian Keiko dari Okada.

EMPAT
Cuaca sepertinya berpihak padaku. Hujan salju sudah benar-benar berhenti. Yang ada hanya sinar
matahari yang cukup menerangi setiap sudut jalan. Walaupun masih terhalang awan yang cukup tebal.
Ketika aku bangun. Yang pertama aku lakukan adalah menelpon Keiko yang kemungkinan belum bangun
dari tidurnya. Akhirnya ku kirimkan SMS sapaan pagi hari dengan diakhiri dengan kata-kata yang
kuharap bisa menambahing kulewati semangatnya hari ini.
Aku memutuskan untuk berjalan menyusuri trotoar yang berlapis salju menuju kampusku. Aku akan naik
bus jika kaki ini sudah tidak sanggup berjalan.

Aku ingin menikmati hari ini dengan sepenuhnya. Aku bangun jauh lebih pagi dari hari sebelumnya. Aku
benar-benar tidak bisa tidur. Aku sangat bersemangat untuk melalui hari ini.
Aku keluar gedung tanpa mengajak Hide. Kemungkinan besar Hide juga belum bangun. Jalanan masih
sangat sepi, yang ada hanya truk pembersih jalan dari salju dan pengangkut samaph.
Kumasukkan kedua tangan ke dalam kantung jaket tebalku. Kusembunyikan setengah wajahku dalam
syal yang kulingkari di leherku.
Kupakai tutup kepala tebal berwarna hitam yang kubeli dengan harga diskon di sebuah toko busana yang
sering kulewati jika aku pulang dari kampus.
Kusapa setiap orang yang berpapasan denganku. Mungkin jika ada orang yang meminta uang kepadaku
saat ini akan kuberikan semuanya. Hatiku benar-benar sedang berbahagia.
Ku terpaksa mengeluarkan tangaku dari kehangata kantung jaket untuk menjawab HP ku yang berbunyi.
Kulihat nama Mamah di panel HP.
Halo.
Kamu lagi apa Wes?
Lagi berangkat ke kampus.
Di sana jam berapa?
Jam 6 pagi.
Kok berangkatnya pagi sekali?
Iya, ini lagi bangun pagi.
Gimana? Sudah sarapan blom
Blom.
Kamu gimana sih. Nanti maag.
Nanti aku makan di kampus.
Sekolahnya gimana?
Lancar. Mah.
Bagus. Udah punya banyak temen ga?
Yaa..lumayan lah.
Apakah aku ceritakan ke mamah kalau aku punya pacar seorng artis terkenal? Mungkin sebaiknya
kutunda dulu. Pasti nanti mamah malah menasehatiku untuk belajar dan tidak menghabiskan waktu untuk
berpacaran.
Ya sudah, ini kakakmu mau ngomong.
Terdengar suara Hp yang bergemeresek disusul suara kakakku, Astrid.
Heh, jelek! Lagi ngapain lo?
Mau ke kampus.

Enak lo ya, jalan-jalan di sana.


Hahahah..salah sendiri, kenapa lo kuliah di universitas negeri.
Soalnya gua pinter ga kaya lo!
Hahahaha..eh gua ada berita bagus banget nih.
Apaan?
Gua dah punya cewe di sini.
Siapa? TKW?
Anjrit! Bukan. Pasti lo ga percaya deh kalo gua ceritain.
Siapa buruan! Mahal nih.
Artis.
Ah! Yang bener. Cewe kan?
Ya iyalah, masa cowo.
Serius lo? Namanya siapa?
Keiko. Keiko Asada. Lo google aja.
Bener-bener lo yah. Ya udah. Mamah dah teriak-teriak nih.
Jangan bilang-bilang mamah ya. Nanti gua email foto-foto gua.
Sip. Dah.
Dah.
Kumasukkan lagi tanganku ke dalam kantung jaket. ternyata kaki ini sudah tidak kuat lagi berjalan.
Kutengok ke belakang, bus sudah terlihat di ujung jalan. Ku berlari kecil ke arah halte yang berada tidak
jauh di depanku.
Aku tiba di halte berbarengan dengan bis yang langsung membukakan pintu otomtisnya. Ku duduk di
kursi paling belakang di bis yang hanya berisi beberapa orang saja. Sebagian memperhatikanku dengn
tatapan penasaran. Pasti mereka mengikuti berita-berita infotainemen. Aku tidak peduli karena semua
gosip itu telah menjadi kenyataan.
Sms di HP ku berbunyi. Kubuka SMS dari Keiko yang baru kuterima.
Nanti Oragawa akan menjemputmu di depan gerbang kampus. diakhiri dengan avatar dengan gaya bibir
mencium.
Senangnya punya pacar.
Hide, aku punya kejutan untukmu. kataku.
Apa Wesuri?
Ikut aku saja. ujarku.
Jangan yang aneh-aneh Wesuri. Aku tidak suka kejutan yang tidak menyenangkan.

Tidak. Ayo cepat. pintaku.


Kami berlari kecil keluar dari kampus. Hari ini kuliah terasa sangat lambat. Aku benar-benar tidak sabar
untuk bertemu Keiko lagi.
Sesampainya di depan gerbang kampus, Oragawa sudah menunggu di samping mobil Keiko.
Itu Oragawa, Wesuri.
Aku hanya tersenyum dan menghampiri Oragawa.
Apa kabar Oragawa?
Baik. Sudah bisa berangkat? tanyanya.
Bisa, aku mengajak Hide. Tadi aku juga sudah SMS ke Keiko.
Baik. Aku juga sudah mendapat kabar darinya.
Ayo Hide. ajakku.
Kita mau kemana? tanya Hide kebingungan.
Kamu lihat saja nanti.
Setelah menyusuri jalan selama 45 menit, akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Beberapa truk berjejer
rapi dengan beberapa tumpukan barang di depannya.
Kita dimana Wesuri?
Di lokasi shooting.
Apa? pekik Hide kegirangan.
Ayo. ajakku turun.
Kami berjalan melewati crew-crew yang bersliweran. Hide terlihat sangat antusias. langkahnya begitu
cepat dan bersemangat. Sesekali ia memotret dengan HP nya.
Itu dia. ujarku sambil menunjuk lokasi shooting Keiko.
Wesuri. panggil Keiko.
Kami langsung menghampiri Keiko yang sudah berdandan dan berkostum lengkap. Keiko langsung
meraih tanganku dan memelukku.
Hide untuk kesekian kalinya kembali menganga.
Jadi... kalian.... katanya terputus-putus karena masih tidak percaya.
hahahaha..selamat! Aku senang sekali. teriaknya lagi.
Tapi jangan bilag siapa-siapa dulu Hide. Iya kan Keiko? tanyaku.
Aku tidak keberatan. jawab Keiko enteng.
Waahhh..sahabatku pacar seorang selebritis. ujar Hide.
Dan kamu punya teman seorang artis. tambah Keiko.
Siapa? tanya Hide dengan tampang bingung.

Aku! jawab Keiko.


Hahahaha...benar. Bodohnya aku. Momen ini harus diabadikan. Coba berdiri yang rapat. pinta Hide
sambil berusaha merapikan posisi kami. Kemudian dia merapat ke sebelah Keiko dan mengarahkan lensa
HP nya ke arah kami.
Ok. kata Hide yang kemudian memperlihatkan hasil jepretannya.
Foto yang bagus Hide. ujarku.
Aku harus kembali bekerja. Kamu tunggu aku ya. Habis ini kita makan siang bersama. kata Keiko
seraya berlari meninnggalkanku.
Kamu benar-benar beruntung Wesuri. Jutaan cowo di Jepang ingin menjadi pacarnya. Tetapi
mendekatinya saja sudah sulit. Kamu baru sampai di Jepang, dengan bahasa jepang yang seadanya bisa
menaklukkan Keiko Asada. kata Hide.
Akupun tidak menyangka.
Keiko melambaikan tangannya ke arahku dari tempatnya shooting. Tidak berapa lama sutradara berteriak
Action!
Aku sangat lapar. kata Hide.
Sama Hide. Aku juga sangat lapar. tambah Keiko.
Aku duduk bersebelahan dengan Keiko dan Hide berhadapan dengan kami.
Apa yang kamu pesan Wesuri? tanya Keiko.
Nasi dan tempura. jawabku.
Aku mie ramen saja. uajr Hide.
Keiko memanggil pelayan cafe dan tentu saja seperti biasa. Pelayan tercengang melihat seorang selebritis
di depan mukanya.
Keiko menyebut satu persatu pesanan kami. Aku dan Hide hanya menahan tawa melihat wajah sang
pelayan yang tetap saja terpana sambil menuliskan order kami.
Kuambil laptop dari dalam tasku. Kuberharap, mudah-mudahan teman-teman sedang online saat ini.
Sekarang jam 2 siang di Jepang berarti di Indonesia berarti disana jam 4 sore.
Kumenanti dengan sabar laptopku meload windows dan beberapa aplikasi. Yahoo messenger
menampilkan beberapa temanku yang sedang online.
Ku buzz stephanie di Yahoo messenger.
Kemana aja lo? tulis Stephanie.
Di jepang lah.
Kita lagi pada di Yogubuzz nih.
Bikin sirik aja lo.

Siapa aja?tanyaku.
Gua, David, Rama, Rendi
Ada yang bawa laptop ga?
Ada
Aktifin webcamnya dong.
Ok. tunggu.
Tidak berapa lama, muncul jendela webcam di laptopku. tampang-tampang yang kutinggalkan beberapa
bulan lalu serasa sudah lama tak kulihat.
Wah gila lo, makin kurus aja. kata David.
Disini ga ada Yogubuzz man. ga asik. kataku.
Makanya lo pulang dong, jangan disana mulu. balas David.
Lo mau bayarin.
Butuh berapa juta sih?
Sok lo! candaku.
Makan apa lo di Yogubuzz? tanyaku.
Nih. mereka menunjukkan cup-cup yang berisi yoghurt tapi sudah setengah habis.
Jadi ngiler gua. ujarku.
Hahahahaha...rasain. cela Stephanie
Gua mau kenalin cewe gua nih. kataku.
Ah, yang bener lo. Ga percaya gua. kata Rama.
Sumpah. Gua baru jadian kemaren.
Mana?
Tunggu ya.
Ku miringkan laptop ke arah Keiko.
Keiko. Perkenalkan teman-temanku di Indonesia.
Keiko tersenyum ceria sambil menyapa.Konnichiwa! My name is Keiko Asada
Konnichiwa.I am Stephanie
I am David.
I am Rendi.
I am Rama.
Anjrit lo Wes, cewe lo cantik banget. ujar Rendi.
Iya dong.
Tanyain dong, kenapa dia mau sama mahluk jelek kaya lo? canda Rendi.
Hahahaha... sirik aja lo.

Keiko menatapku menunggu terjemahan dari dialog kami.


Mereka bilang kenapa kamu mau denganku.
Keiko tertawa kecil mendengarnya.
Wesuri tidak jelek. Malah aku rasa dia ganteng.
Katanya gua ganteng. jelasku kepada teman-teman.
Ah, ini mah rekayasa nih. Gua ga percaya. kata david lagi.
Kalo ga percaya lo google aja gossip gua sebelum jadian.
Maksud lo? dia orang beken?
Makanya, lo google Keiko Asada. Pasti lo nemu.
Tanyain dong, ada stok lagi ga yang mau sama orang indonesia?
Keiko, mereka ingin ketemu artis jepang. kataku kepada Keiko.
Mungkin aku akan kesana nanti.
Kubalikkan laptop ke arah Hide.
Ini Hide guys.
Konnichiwa! I am Hide.
Konnichiwa. I am Stephanie
I am David.
I am Rama.
I am Rendi.
Nah yang ini cocok buat lo Ren. canda Stephanie.
Sialan lo. ujar Rendi.
Aku membalikkan lagi laptop ke arahku.
Jadi gimana ceritanya lo bisa dapet pacar seleb? tanya Rama.
Panjang banget. Pokoknya seru deh.
Gila, pokoknya lo musti cerita nanti, sama jangan lupa kirimin apa kek ke kita.
Makanan pesanan kami akhirnya datang dan tersaji lezat di meja.
Eh, sori, gw makan dulu ya. Nanti kita sambung lagi.
Ok.
Kumatikan laptopku dan kumasukkan kembali ke tas.
Sahabat-sahabatmu sepertinya sangat baik, Wesuri. kata Keiko.
Ya, mereka sahabat terbaikku.
Hide, kamu punya sahabat? tanya Keiko.
Aku rasa sampai saat ini Wesuri yang terbaik. jawab Hide.
Wow, terima kasih Hide. Aku tidak menyangka. kataku.

Untuk Wesuri. ujar Keiko sambil mengangkat gelas air putihnya.


Sebuah makan siang yang patut dikenang bersama pacar superstar dan sahabat baruku.
Sulit juga berpacaran dengan kehadiran orang ketiga, Hide. Oragawa terpaksa mengantarnya dulu pulang
ke apartemen dan aku menunggu Keiko di lokasi shooting. Untung aku membawa laptop sehingga aku
dapat menghilangkan rasa bosan.
Aku duduk berhadapan dengan tempat pengambilan gambar Keiko. Ruangan yang hangat dan tenang.
Sebuah rumah besar dengan gaya jepang tradisional terdiri dari beberapa rumah yang di tengah dan
belakangnya sebuah taman yang luas dan terbuka.
Kumainkan permainan catur yang hanya 6 dari seratus kali permainan kumenangkan. Kuberhenti sejenak
setiap komputer menggerakkan bidak caturnya. Kunikmati suasana sekeliling komplek yang memanjakan
mata.
Kutelusuri setiap sudut bangunan dan taman. Seandainya ini disewakan, pasti akan aku sewa. Tentunya
dengan harga yang terjangkau kantongku.
Keiko terlihat sedang berperan sebagai mahasiswa yang sedang berpisah dengan pacarnya. Adegan yang
terus diulang-ulang sejak 2 jam yang lalu.
Sutradara berteriak CUT! untuk kesekian ratus kalinya. Terlihat Keiko berjalan menghampiriku
kemudian masuk ke dalam ruangan.
Maaf, sudah membuatmu menunggu lama. kata Keiko.
Tidak apa-apa. Aku senang disini. Pemandangannya bagus.
Keiko kemudian duduk di sebelahku kemudian sejenak menatapku dan mencium pipiku. Wow! Tubuhku
seperti tersiram air dingin mulai dari kepala sampai kaki.
Aku jadi super salting. Yang kulakukan hanya senyam senyum tidak karuan.
Apa yang sedang kamu lakukan Wesuri? tanya Keiko.
Main games.
Sepertinya aku masih lama disini Wesuri. Apakah kamu ingin pulang?
Tidak. Aku tidak apa-apa menunggumu.
Ok. Tapi kalau kamu ingin pulang, kamu tinggal minta Oragawa untuk mengantarmu.
Ok.
Aku harus kembali bekerja. pamit Keiko seraya mencium pipiku lagi.
Aku benar-benar seperti hidup di alam mimpi. Aku berdiri di pintu ruangan memandangi Keiko yang
sangat cantik sedang berlari kecil ke arah sutradara.
Berat juga bekerja sebagai seorang artis. Dia harus tampil maksimal dan berulang-ulang di cuaca yang
dingin seperti ini.

Kalau aku di posisi Keiko sekarang, pasti aku sudah pingsan.


Keiko melambai-lambaikan tangannya ke arahku. Kubalas dengan lambaian kecil.
Sutradara berteriak Action!. Pemeran pria langsung memeluk Keiko kemudian mencium Keiko di
bibirnya!
What! Jantungku seperti ditimpuk batu besar! Perasaan kalut melandaku. Apa yang harus kulakukan? Apa
aku harus marah? Sedangkan itu pekerjaannya dan kita pun baru jadian. Apa reaksi Keiko jika aku
melarangnya untuk berciuman dengan lawan mainnya? Belum apa-apa sudah mengatur apa yang Keiko
harus lakukan.
Tapi tidak mungkin seorang cowo membiarkan cewenya dicium oleh cowo lain. Ingin sekalikuhajar cowo
itu.
Sutrada kembali berteriak CUT!. Kuharap itu satu-satunya pengambilan gambar adegan ciuman.
ACTION! teriak sang sutradara.
Keikopun kembali berciuman dengan lawan mainnya. Damn! Aku hanya membalikkan badan dan
menarik napas panjang.
Kalau begini caranya, lebih baik pergi dari sini. pikirku.
Aku merapikan laptopku, memakai jaket kemudian keluar dari ruangan. Kutunggu sampai sutradara
berteriak CUT.
Keiko melihat ke arahku, kemudian meminta izin kepada sutradara yang melihatku dengan tampang bete.
Kamu mau pulang Wesuri? tanya Keiko.
Iya. Aku lelah sekali. Ingin tidur.
Ok. Kamu minta antar Oragawa saja Wesuri. Nanti aku telpon kamu Wesuri. katanya seraya mencium
bibirku.
Entah aku harus merasa senang atau kesal. Karena terbayang-bayang olehku bibir Keiko bekas
bersentuhan dengan bibir lawan mainnya. Berarti sama saja aku mencium cowo. Aagghhh!
Ok. Sampai nanti.
Kutinggalkan Keiko dengan cowo lain. Seandainya aku tahu kalau ada adegan seperti ini. Aku akan
pulang lebih dulu. Kadang ketidaktahuan bisa memberikan ketenangan.
LIMA
Wartawan melakukan pekerjaannya dengan baik. Kini di semua media sudah memberitakan hubunganku
dengan Keiko lengkap dengan foto-foto candid.

Bahkan Hide juga masuk ke dalam foto itu. Di jalan aku bagaikan selebritis. Beberapa orang meminta
foto bersamaku. Nama Indonesia kini populer di Jepang. Bagaimana tidak, mereka menyebutku
Indoneshia no gakusei51.
Di jalan aku selalu dipanggil Indonesihia no gakusei oleh ibu-ibu maupun anak-anak. Aku tidak peduli
dengan panggilan apapun saat ini. Kebahagiaanku sudah memenuhi hatiku, tidak ada ruang untuk rasa
kesal, sedih ataupun emosi yang lain.
Bahkan pertanyaan wartawanpun aku ladeni, walaupun aku belum berani mengatakan bahwa aku adalah
pacar baru Keiko.
Hide sepertinya juga menikmati cipratan dari ketenaranku. Aimi jadi semakin dekat dengannya.
Walaupun kadang aku merasa dia seperti mencuri-curi pandang ke arahku.
Tahun ini aku sepertinya laku setengah mati. Apakah aku bertambah ganteng atau bagaimana?
kepercayaan diriku berada di level yang paling tinggi.
Aku mulai membeli beberapa baju yang bagus. Kuperhatikan gaya rambutku. Warna baju yang kupakai
dan aroma tubuhku.
Aku harus mengimbangi penampilan Keiko yang luar biasa cantiknya. Tentu saja beban berat membawa
nama Indonesia menjadi pertimbangan kedua di kepalaku.
Aku mulai berpikir untuk memperbaiki penampilanku ketika kulihat blog-blog mulai mengupload fotofotoku dan Keiko, belum lagi acara-acara TV yang mulai menayangkan aktifitas kami di luar.
Walaupun aku bukan seorang artis, tapi paling tidak aku tidak membuat malu Keiko. Sering aku
bercermin dan memandangi diriku sendiri. Menurutku aku lumayan ganteng, paling tidak di atas rata-rata
cowok-cowok di Jepang dan Indonesia.
Di Jakarta aku kurang sukses dengan cewe-cewe cantik. Mungkin kepercayaan diriku yang kurang.
Setelah kuingat-ingat tidak ada satupun dari mereka yang kudekati, menolakku. Aku yang kemudian
menjauh dari mereka karena takut menghadapi penolakkan.
Tidak terasa sudah seminggu Keiko dan aku jadian. Yang kami lakukan hanya makan siang dan aku
menghabiskan waktu menunggunya di tempat shooting.
Uang yang kusisihkan untuk membeli tiket ke Nanzen Ji sudah lebih dari cukup. Kiriman uang dari
mamah kemarin sangat membantuku.
Hari Minggu besok Keiko sudah menyelesaikan semua scene yang harus dia kerjakan. Aku bisa
mengajaknya ke Nanzen ji. Mudah-mudahan dia mau pergi ke Nanzen Ji denganku. Aku berharap ini
menjadi kejutan yang menyenangkan untuk Keiko.

51

Pelajar dari Indonesia

Jika Keiko tidak mau pergi kesana, apa boleh buat. Akan kuberikan kedua tiket pulang pergi ini untuk
Hide dan Aimi.
Oragawa akan menjemputku sebentar lagi. Keiko akan menghadiri acara di rumah produser film yang
dibintangi Keiko. Dengan judul (Yuki no ai no monogatarai)52.
Mungkin bahasa Indonesianya selametan. Aku membeli sebuah celana cargo berwarna coklat tua dengan
kaus lengan panjang bergaris tipis dan sebuah jaket baru yang jauh lebih tipis dari punyaku terdahulu.
Fashion memang bisa membuatmu menderita. Dari mulai dompet sampai rasa dingin yang menggigit.
Bagaimana mungkin aku dapat menahan dinginnya hawa luar dengan baju-bju yang demikian tipis.
Hari ini aku memecahkan rekor mandi terlama sepanjang hidupku. Selain itu juga aku kembali
memperbaharui catatan waktuku dalam berkaca di kamar mandi. Kalo cermin bisa berkata, pasti dia
sudah mengusirku dari 30 menit pertama.
Kupandangi baju di atas tempat tidur yang baru saja kubeli. Sebaiknya pakai kemeja lagi. Ini terlalu
tipis. pikirku.
Kucari kemeja yang senada di lemari kecilku, kutemukan sebuah kemeja flanel lengan panjang berwarna
hitam. Ku taruh di atas baju-baju itu.
Kayaknya cocok. kataku sendiri.
Tidak sampai 5 menit aku sudah berpakaian lengkap dan kembali berada di depan cermin. Ku berdiri
dengan berbagai macam gaya. Berlatih gaya menunggu, gaya mendengarkan, gaya duduk, segala macam
gaya kupersiapkan.
Kusemprotkan parfum andalanku beberapa kali di badan, baju dan jaket. Sekarang aku siap untuk apa
saja.
HP ku berbunyi berbarengan dengan gerakanku memasukkannya ke saku jaket.
Moshi moshi.
Moshi, moshi. Wesuri. watashi wa kaika no gozen.53ujar Oragawa.
Hai. Watashi wa kite imasu.54 jawabku.
Kuambil sepatuku,damned! aku benar-benar lupa. Sepatuku sudah tidak layak untuk dipakai ke sebuah
acara formil. Dan aku tidak punya sepatu pesta.
Laci-laci dapur kubuka, tidak kutemukan kali lap. Kuambil kaos yang tadi malam kupakai tidur kubasahi
dan ku lap beberapa bagian sepatu ketsku.
Yah paling tidak sekarang tidak terlalu kotor. Dengan cepat kuikat tali sepatu dan ku berlari ke bawah
dengan kecepatan yang hanya bisa ditandingi pemegang rekor 100 meter dari Amerika, Tyson Gay.
Maaf sudah membuatmu menunggu. Oragawa. ucapku.
52
53
54

Cerita cinta di musim salju


Halo, Wesley. Aku ada di bawah.
Baik. Aku datang

Tidak apa-apa Wesuri san. Keiko sudah menunggu di rumahnya.


Ok. terima kasih.
Aku masuk ke dalam mobil dengan napas terengah-engah.
Anda mau minum duluWesuri san? tanya Oragawa.
Tidak Oragawa. Terima kasih.
Baik.
Mobilpun berjalan menuju rumah Keiko. Ini untuk pertama kalinya aku ke rumah Keiko. Semoga aku
tidak berbuat sesuatu yang memalukan. Sepatu ini sudah membuatku cukup tidak percaya diri.
Mobil memasuki sebuah pekarangan yang tidak begitu besar tapi tertata dengan rapih. Oragawa
menghentikan mobil di depan pintu utama.
Oragawa membukakan pintu untukku dan menunjukkan pintu depan kepadaku.
Kupencet pintu bel yang tertempel di bingkai pintu yang terbuat dari kayu berwarna coklat muda.
Tidak berapa lama seseorang membuka pintu.
Kon nichiwa. sapa seorang perempuan setengah baya berwajah cantik.
Konnichiwa. jawabku.
Anata wesureite iru?55tanyanya
Hai.
Kudasai ga kuru.Watashi wa keiko no hahadesu.56 katanya.
Arigato.
Pantas saja Keiko begitu cantik, ibunya sama cantiknya dengan Keiko. Kulangkahkan kaki memasuki
rumah yang terasa sangat nyaman yang sebagian besarnya terbuat dari kayu.
Anataga wesuri nomu nodesu ka?57
ie, anata ni kansha.58 jawabku.
Perempuan itu kemudian berdiri di ujung tangga kayu mengkilap dan memanggil Keiko.
Sesaat kemudian Keiko muncul dari dalam kamar. Jika aku bisa gambarkan, saat ini aku seperti tersiram
lem super diseluruh tubuhku.
Badanku seperti ter paralyzed. Tidak ada satupun otot yang merespon otakku untuk bergerak. Aku yakin
rahangku sedang terjatuh di lantai.
Keiko benar-benar sangat cantik, aku tidak tahu lagi harus berkata apa. keiko turun dari tangga dengan
senyumannya yang melting.
55
56
57
58

Apakah kamu wesley?


Silahkan masuk. Aku ibu Keiko.
Kamu ingin minum apa, wesley?
Tidak, terima kasih

Anata ga utsukushiidesu.59puji sang ibu.


Keiko bukan cantik lagi, she is really a goddess. Aku berdeham beberapa kali membasahi tenggorokanku
yang kering karena terlalu lama menganga.
Kamu sangat tampan Wesuri. puji Keiko.
Terima kasih. Kamu sangat sangat cantik Keiko. ucapku.
Sepertinya aku telah menjadi anak baik selama ini dan saat ini adalah ganjarannya.
Kita berangkat Wesuri? tanya Keiko.
Ok.
Keiko mencium pipi ibunya dan berpamitan.
Aku titip Keiko, Wesuri san. kata ibunya.
Aku hanya bisa mengangguk. Kupikir Oragawa sudah menjaga Keiko dengan sangat baik. yang mungkin
aku kerjakan hanya mendampingi Keiko sepanjang malam.
Ayo Wesuri. ajak Keiko seraya menggandeng tanganku.
Aku tidak bisa menghilangkan sensasi gunung es menabrak tubuhku ketika tangan Keiko menyentuh
tanganku. Benar-benar sesuatu yang sensaional.
Rasa bangga di dadaku benar-benar telah melampaui kebahagianku. Sayangnya tidak ada orang yang
kukenal yang bisa kuperlihatkan rasa banggaku ini.
Oragawa yang sejak tadi menunggu kami di depan dengan udara dingin, membukakan pintu belakang
mobil dengan senyum lebar.
Sekarang kita resmi seperti pasangan yang sempurna. kata Keiko.
Ya, ini adalah benar-benar momen yang sangat sempurna untukku dan akan kukenang seumur hidupku.
Rumah produser Keiko benar-benar seperti istana. Sebuah rumah besar di atas tanah ribuan meter dengan
lampu-lampu yang menghiasi setiap sudutnya.
Puluhan mobil mewah terparkir rapih di dalam area taman. Oragawa menurunkan kami di depan jalan
masuk yang berjarak 100 meter dari pintu utama.
Seorang pelayan mengantarkan kami sampai pintu depan kemudian dilanjutkan dengan penerima tamu di
pintu utama yang mengantarkan kami langsung ke dalam rumah.
Benar-benar seperti hidup dalam film-film dongeng. Enath berapa penghasilan produser ini. Aku jadi
penasaran ingin bertemu dengannya langsung.
Musik hip hop melantun keras dari speaker yang kecilnya tidak sesuai dengan suara besar yang
dikeluarkannya.

59

Kamu cantik

Seorang pelayan langsung menawarkan minuman dan beberapa snack kepada kami. Keiko mengambil
gelas panjang yang aku yakini berisi champagne.
Wajah-wajah para tamu benar-benar seperti lilin. Kulitnya semua halus dan sangat putih. Bisa dipastikan
mereka adalah artis-artis jepang yang sayangnya aku tidak tahu satupun.
Keiko menyapa beberapa tamu dan memperkenalku kepada mereka. Dan sebagian lagi menyapa Keiko
dan di balas Keiko dengan seadanya. Mungkin mereka orang-orang yang sok kenal dengannya.
Tiba-tiba seorang lelaki setengah baya dengan perawakan gemuk baju ketat dan tidaksesuai dengan
umurnya berteriak kencang memanggil Keiko dengan nada agak panjang.
KEIIIIKKOOOOOO..
Keiko menyambutnya dengan senyuman hangat kemudian orang itu memeluk Keiko erat. lalu ia
memegang pundak Keiko erat, memandanginya dan tertawa kencang. benar-benar orangyang aneh.
Siapa ini? tanyanya.
perkenalkan ini Wesuri. Wesuri ini Mr. Tamura.Produserku.
Aahh...ternyata ini orang yang menggemparkan dunia entertainment! Not bad! Kamu musti muncul di
salah satu filmku Wesuri san. ucapnya dengan suara lantang dan jabatan tangan yang sangat kencang.
Keiko, aku punya proyek film lagi untukmu. Scriptnya sangat bagus dan aku yakin film ini bisa
memenangkan banyak penghargaan.
Wah senangnya! Kapanaku bisa lihat scriptnya? tanya Keiko.
Masih belum rampung. Mungkin 2 minggu lagi. Ok, aku tinggal dulu. kalian bersenang-senanglah.
ucap Mr. Tamura seraya berteriak lagi memanggil nama orang lain dibelakang kami.
Orang yang baik. kataku basa-basi kepada Keiko.
Kami berjalan semakin jauh ke dalam pesta. Suasana sudah tidak jauh berbeda dari sebuah club. Lampu
berkedap kedip dengan sorotan laser disana-sini. Musik hip-hop hingar biangar memadati ruangan yang
sudah penuh oleh manusia. Entah siapa saja yangdiundang oleh Mr. Tamura. Mungkin setengah jepang
ada di ruangan ini.
Semua orang sepertinya kenal dengan Keiko. Tidak ada satupun yang tidak menyapanya. Bahkan
sebagian dari mereka menyapa akrab dengan pelukan. Aku yang tadinya bergandengan tangan di sebelah
Keiko. Terpaksa berjalan dibelakang dituntun Keiko.
Teman-teman Keiko begitu glamor dan semuanya dari kalangan socialite. Aku menjadi sangat tidak
percaya diri dengan pakaianku. Yang berpakaian hampir sama denganku hanya beberapa orang yang
berada di atas panggung termasuk dj.
Keiko berhenti berkali-kali untuk bercakap-cakap di tengahkebisingan. Semakin lama-percakapan
bertambah lama. Aku seperti merasa sebagai penghalang di sini. Kupanggil Keiko sekali, dua kali, dia

masih tidak mendengar. Dia asyik berbicara dengan beberapa teman artisnya. Kubicara di
telinganya.Aku ingin ambil minum. Kamu mau? tanyaku.
Tidak, terima kasih.
Aku tinggalkan Keiko yang sedang merasakan popularitasnya. Kuhampiri bar kecil yang berada dipingir
ruangan.
Cola. pintaku.
Bar tender memberiku segelas coke dingin yang langsung kutenggak habis setengahnya.
Ada turis disini. kata Okada yang berpakaian sangat rapih menghampiriku dan berdiri tepat di sebelah
kanankku.
Bagaimana kau bisa masuk? tanyanya tengil.
Aku tidak menjawab pertanyaan bodohnya.
Ooh, kamu gunakan Keiko untuk masuk? Bagaimana berada di tengah-tengah kami? Senang? tanyanya
lagi.
Aku tetap tidak peduli dengan pertanyan-pertanyaan sombongnya. Apapun yang keluar dari mulutnya,
tetap aku pemenangnya. keiko kini menjadi milikku bukan dia.
Kenapa tidak menjawab? Tidak bisa bahasa Jepang? Apa memang tidak bisa bicara?
Apa maumu?tanyaku.
Aku hanya mencari pembicaraan saja. yang kudengar sekarang kamu pacar Keiko? tanya Okada.
Memang kenapa?
Tidak, jangan salah sangka. Kadang Keiko memang begitu. Dia selalu penlarian dariku.
maksudmu?
Kamu tidak sadar? Keiko hanya berusaha mencari pengalihan supaya dia bisa melupakanku. Kamu
hanya pengalihan buatnya.
Omongan pecundang. ujarku.
Okada tiba-tiba menempelkan tubuhnya denganku dan berbisik,kamu mau bukti? Kamu akan lihat.
Kemudian dia menghilang dibalik keramaian.
Aku celingak-celinguk mencarinya tapi tidak kutemukan. Kulihat Keiko masih asyik berbincang-bincang
dengan teman-temannya.
Dari belakang Keiko muncul Okada. Aku mulai was-was akan apa yang akan diperbuatnya. Keiko terlihat
menghadap Okada dan membelakangiku. Sekonyong-konyong Okada memeluknya dan menciumnya
dibibir.
Tanpa tunggu aba-aba. Aku langsung berjalan cepat ke arahnya, kutarik Keiko dan kuhajar Okada tepat di
tengah wajahnya.

Okada terjerembab dengan sukses di lantai. Semua mata memandang ke arahku. Beberapa orang
membantu Okada berdiri dengan hidung berdarah.
Mr. tamura datang dengan wajah kesal. Sambil melihat luka Okada. Dengan mata melotot dia
menghampiriku.
Sebaiknya kamu keluar, sebelum aku memanggil keamanan.
Mr Tamura, maafkan Wesuri, dia tidak bermaksud... ini salahku... kata Keiko sambil menangis.
Keiko. Aku mengenalmu sejak lama, aku rasa kamu bisa lebih baik lagi dari ini. kata Mr. Tamura.
Tanpa basa-basi lagi aku keluar ditemani tatapan kebencian dari semua orang.
Di luar aku bingung mau pergi kemana. Kutunggu Keiko di luar. Tetapi dia tidak menyusulku. Sepertinya
tidak ada yang mendukung perbuatanku barusan.
Aku terus berjalan keluar area pelataran yang sangat luas. Salju kembali turun. Jalanan di luar sangat sepi.
Kutelusuri jalan keluar perumahan mewah itu.
Tidak ada lagi toko yang buka. yang ada hanya mobil-mobil tenda yang menjual Yakatori. Aku duduk di
sebuah halte bus yang sepi. Kulihat jadwal bus di panel halte. Bus baru akan lewat setengah jam lagi.
Salju turun semakin deras dan angin dingin begitu menusuk. Kurapatkan diriku sendiri agar kutemukan
kehangatan dari jaket dan baju yang tipis ini.
Tanganku masih terasa sakit akibat kerasnya pukulanku ke wajah Okada. Ada rasa puas dibalik rasa
sesalku.
Aku benar-benar telah mempermalukan Keiko didepan orang-orang. Aku begitu mudahnya terpancing
oleh Okada.
Aku harus meminta maaf kepada Keiko. Tetapi apakah Keiko masih mau bertemu denganku? Apakah aku
salah telah menyerang Okada karena menyium pacarku sendiri?
Benar-benar memusingkan! Sebagai cowok normal, aku rasa sudah kewajibanku untuk melindungi Keiko
dari cowo-cowo seperti Okada. Dan kenapa Okada begitu benci terhadapku? Pertama kali bertemu
dengan diapun, akuyang dihajar olehnya.
Sekarang, apakah aku harus kembali kesana? Meminta maaf kepada Keiko dan Okada? Tidak mungkin!
Sama saja aku menjatuhkan harga diriku sendiri. kenapa Keiko tidak menyusulku? Apakah ia sudah malu
berada di dekatku?
Bis sudah telat 10 menit sedangkan udara semakin dingin. Rasa penyesalanku meninggalkan Keiko
semakin besar. Emosi ku telah menutup akal sehatku. Sekarang apa yang akan kukatakan kepada Keiko?
Bagaimana aku bisa meminta maaf kepadanya? Apa alasanku meninggalkannya di sana sedangkan
orangtuanya menitipkannya padaku.

Aku harus kembali kesana. Ini sama saja aku lari sebagai seorang pengecut. Ku berdiri dan berjalan
kembali ke rumah Mr. Tamura.
Badanku sudah terasa sangat lelah. Apalagi pikiranku yang terasa seperti berisi angin puting beliung yang
memporakporandakan isinya.
Di pertengahan jalan sebuah mobil yang kukenal menghampiriku dan berhenti tepat di depanku.
Wesuri san, aku mencarimu sejak tadi. ujar Oragawa dari dalam mobil.
maafkan aku Oragawa. Aku sudah meropotkanmu. ucapku.
Tidak apa-apa. Aku akan mengantarmu pulang.
Bagaimana dengan Keiko?
Oragawa terdiam sejenak lalu berkata,Dia pulang dengan Okada, Wesuri san.
Hatiku terasa sangat panas mendengarnya. Tapi di saat yang sama aku menyalahkan dirikku sendiri. Jika
aku tidak bertindak bodoh pasti hal ini tidak akan terjadi.
Aku terdiam seribu bahasa. Hanya masuk ke mobil dan duduk di pojok kanan belakang mobil yang kedap
suara.
Mungkin besok aku akan ke rumah Keiko untuk meminta maaf. Oragawa, apakah besok Keiko ada
jadwal shooting? tanyaku.
Ada, Wesuri san. Shooting iklan.
Jam berapa?
Jam 8 pagi Wesuri san.
Berarti aku besok harus bolos kuliah untuk menebus semua kesalahanku.
Oragawa menurunkanku di depan gedung apartemen. Ku berjlan lunglai menuju pintu depan gedung.
Kon nichiwa. sapa suara lembut di hadapnku.
Di depanku berdiri Aimi dengan baju dingin yang masih melekat di badannya.
Kon nichiwa. jawabku. Aku celingukan mencari Hide.
Hide tidak ada. kata Aimi.
Kemana dia? tanyaku.
Tidak tahu. Aku sudah menghubunginya tapi tidak menjawab.
kamu sudah lama disini? tanyaku lagi.
Sudah sejam lebh. jawab Aimi.
kasihan juga Aimi. Tidak mungkin aku membiarkannya disini.Kamu mau menunggu di apartemen ku?
tanyaku.
Wajah Aimi berubah ceria.Hai! Arigato jawabnya.
Kami berdua menaiki tangga tanpa berkata apa-apa. Sesekali kami saling pandang dan tersenyum.

Lorong lantai 2 apartemen terlihat sangat sepi.


Kubuka pintu apartemenku dan disambut hembusan hawa penghangat ruangan.
Silahkan masuk. kataku.
Aimi melangkah ragu ke dalam ruangan. Ia bebrapa kali celingak-celinguk seperti memeriksa setiap sudut
ruangan yang hanya segitu-gitunya.
Mau minum teh? ujarku. karena tidak ada lagi minuman yang bisa kutawarkan.
Iya. terima kasih.
Aimi duduk di sofa sambil melepas jaketnya. Aku menuangkan air panas di gelas kecil dan menyeduh teh
sachet simpananku yang kini hanya tinggal bebarapa saja.
Apartemenmu lebih besar dari apartemen Hide. kata Aimi.
Oh ya? sepertinya sama saja. jawabku.
Kusajikan teh panas di meja kecil depan Aimi. Maaf, aku tidak punya makanan kecil. ucapku.
Tidak apa-apa. jawab Aimi sambil mengambil gelasnya dan menyeruput teh panas.
Kamu sudah telpon Hide lagi? tanyaku.
Sudah aku SMS tapi blom juga membalas.
Aneh. ujarku seraya duduk sebelah Aimi. Ia begitu harum walaupun aku duduk lumayan jauh darinya.
kalau dilihat-lihat memang Aimi lumayan cantik. Hide benar-benar beruntung jika dilihat dari standar
Hide yang bisa dibilang di bawah rata-rata.
Kamu sudah makan? tanya Aimi.
Belum. jawabku.
Kamu mau makan di luar? tanya Aimi.
Aku tidak lapar. Tapi jika kamu mau makan di luar akan aku temani.
Aimi tersenyum lebar kemudian berdiri dan memakai jaketnya.
Ayo Wesuri san. Aku tahu tempat yang enak untuk makan.
Untung ada Aimi. Aku jadi bisa melupakan sejenak pengalaman burukku tadi.
Jalan-jalan dengan Aimi tidaklah begitu buruk. Malah aku lumayan menikmati. Dia sangat supel dan
senang bercanda.
Walaupun kadang dia agak sedikit jayus. tapi ekspresi dan cara bicaranya membuat ku geli.
ia membawaku ke sebuah restoran kecil dengan tenda plastik yang menjorok ke trotoar jalan.
Di dalamnya tercium aroma masakan seafood dan hangatnya ruangan membuatku ingin cepat-cepat
membuka jaket tebal ini.
Ini tempat kesukaanku. kata Aimi.
Aku pernah melewati tempat ini tapi waktu itu aku belum berani untuk mencoba.

Untuk seorang pendatang, kamu sangat berbeda. Biasanya turis akan selalu mencoba hal baru yang
dilihatnya.
Aku bukan turis yang baik. candaku.
Kami duduk di bagian terluar restoran yang cukup ramai walaupun malam sudah cukup larut. Seorang
pelayan menghampiri kami dan Aimi langsung memesan beberapa menu ikan yang dari nama-namanya
sepertinya aku tidak akan masalah untuk memakannya.
Bagaimana kabar Keiko? tanya Aimi tiba-tiba.
Ehmm..baik. jawabku.
Kenapa kau ragu menjawabnya?
Aku tidak ragu.
Jadi bagaimana kabarnya?
Baik.
Kamu baru dari rumahnya?
Iya. Dari acara di rumah produsernya.
Wow! Pasti penuh dengan selebritis.
Iya. jawabku singkat dengan nada malas.
Aimi memperhatikan raut mukaku yang berubah menjadi bete.
Ada masalah dengan keiko? tanyanya.
Tidak. Tidak ada.... Makanan disini sangat enak. kataku mengalihkan pembicaraan.
Aimi sepertinya mengerti ketidaknyamananku. Ia menyumpit sepotong makanan dan mengarahkan ke
mulutku.
Coba ini Wesuri. Pasti kamu suka. katanya.
Aku sedikit ragu karena malu disuapi oleh Aimi. Namun wajah Aimi yang sedikit memaksa membuatku
membuka mulut.
Aku tersenyum malu sambil mengunyah makanan yang tidak ada rasanya itu.
Bagaimana Wesuri? Suka? tanya Aimi.
Aku hanya tertawa kecil sambil menenggak air putih yang ada di depanku.
Aimi tergelak melihat wajahku yang menampakkan ketidaksukaan pada makanan yang baru saja kutelan
paksa.
Untung saja ada AImi. Jika tidak, malamku akan berakhir kelabu bahkan cenderung gelap gulita. Arigato
Aimi.
Sudah berkali-kali aku SMS Keiko tapi tidak pernah di balas. Ku telepon tapi HP nya selalu tidak aktif.
Keiko pasti marah sekali padaku.

Hari ini aku putuskan untuk tidak berangkat kuliah. Aku memfokuskan diri untuk meminta maaf kepada
Keiko. Sudah ku siapkan uang untuk membeli bunga dan coklat. Atau jika bunga terlalu mahal di musim
salju ini, terpaksa hanya coklat atau mungkin cd album kesukaannya. Tapi apa band kesukaannya? Aku
belum sempat menanyakannya. Sial!
Ku sibak tirai jendelaku untuk membiarkan cahaya pagi masuk ke apartemen kecilku. Betapa kagetnya
aku ketika dari bawah kerumunan wartawan sudah bergerombol di depan gedung apartemen.
Salah satu dari mereka melihat wajahku kemudian berteriak memanggil-manggil namaku disusul dengan
wartawan lain yang berusaha mengambil foto wajahku.
Langsung kututup kembali tirai jendela sambil bertanya-tanya. Ada apalagi ini? Apakah semua orang
sudah tahu kasus yang terjadi tadi malam? Seingatku tidak ada satupun wartawan disana.
Kunyalakan TV dengan harapan dapat mengetahui apa yang sudah terjadi di berita-berita gosip. Tapi
tidak kutemukan stu saluranpun yang menyiarkan berita selebritis.
Aku berpikir keras apa yang mungkin menjadi kejaran wartawan-wartawan di bawah. Aku sedikit
khawatir Keiko memutuskanku.
Hide! Siapa tahu dia menonton berita pagi ini. Sekalian aku berikan tiket ke Nanzen ku kepadanya.
Aku bergegas keluar apartemen dan berjalan menuju apartemen Hide.
Kupencet bel yang berada di bingkai pintu apartemen Hide. Kupencet sekali lagi agar Hide cepat
membukakan pintu.
Dari lubang intip terlihat bayangan seseorang mengintip ke arahku, kemudian suara kunci yang diputar
disusul pintu yang terbuka.
Kon nichiwa Hide. sapaku dengan senyum lebar.
Aku keluarkan tiket Nanzen dari kantongku dan memberikannya kepada Hide. Ini untukmu dan Aimi.
Hide menerimanya dengan wajah datar kemudian merobeknya di depan mukaku dan melempar
sobekannya ke arahku. Di susul dengan bantingan pintu yang nyaris saja membuat hidungku rata.
Ada apa ini? Kesialan apa lagi yang menimpaku? pikirku keras.
Aku kembali ke kamarku dengan berbagai macam pertanyaan di kepalaku.
Apa yang membuat wartawan-wartawan itu kembali beramai-ramai mencariku? Kenapa Hide marah
kepadaku padahal aku memberikannya tiket berlibur? Ada berita apa di TV? Apakah masalah yang tadi
malam atau masalah lain lagi? pertanyan-pertanyaan itu membuat ku bertambah khawatir.
Satu orang lagi yang bisa kutanyakan. Aimi. Aku berlari kecil ke apartemen ku dan dengan cepat
menelpon Aimi.
Tapi tidak diangkat. Aku baru ingat kalau dia sedang kuliah. Tapi kenapa Hide tidak kuliah? Wah.
Semakin bikin penasaran aja nih.

Mau tidak mau aku harus keluar apartemen untuk membeli coklat dan ke rumah Keiko. Kubulatkan tekad
dan kuambil jaket yang kugeletakkan di sofa.
Kuturuni tangga dengan cepat kemudian berhenti tepat di balik tembok sebelum pintu keluar gedung.
Kuintip keluar, terlihat wartawan masih menjejali pintu gedung. Mereka sepertinya tidak berani masuk
gedung tanpa izin pemiliknya.
Kutarik napas panjang dan kuberanikan diri menerobos gerombolan wartawan yang menghalangi jalan
keluar.
WESURI SAN!SIAPA WANITA YANG BERSAMAMU KEMARIN? teriak salah satu dari mereka.
Aku mencari sumber pertanyaan itu. Seorang lelaki dengan topi kebesaran kembali menanyakan
pertanyaan yang sama.
Aku bersama Keiko. jawabku sambil berusaha kembali berjalan menembus gerombolan wartawan.
Sepertinya ada pihak ketiga. Siapa nama wanita itu? paksanya.
Tidak ada. jawabku tegas.
Anda kenal Aimi? Pertanyaan wartawan itu membuatku tersentak. benar-benar tidak terpikirkan kalau
acara makan malamku kemaren bisa menambah parah keadaan.
Apakah sekotak coklat bisa memperbaiki semua kesalahanku ini? Benar-benar membuatku migren!
Aku berlari meninggalkan para wartawan yang hanya bisa memotret dari kejauhan.
Aku berlari secepat mungkin ke rumah Keiko. Beberapa kali aku terpeleset di trotoar yang licin karena es
yang mulai mencair.
Kotak coklat yang sudah terbungkus rapih kukepit erat-eratdi tangan kananku. Tidak ada hentinya aku
menyalahkan diriku sendiri.
Aku benar-benar tidak menyangka kesialanku bisa seperti ini. Walaupun aku tahu semua ini adalah akibat
keteledoranku.
Bagaimana aku bisa mengkoreksinya? Kesempatanku untuk mendapatkan seorang cewek idaman telah
kusia-siakan.
Napasku terasa sudah tidak bisa dipaksakan lagi. Jantung berdebar sangat cepat. Aku menyerah berlari
tepat di seberang rumah Keiko.
Rumah yang dibatasi pagar hitam setinggi 2 meter. Setelah kuberhasil mengatasi napasku, kuseberangi
ruas jalan yang tidak begitu ramai itu kemudian ku pencet bel yang berada di tembok pagar.
Tidak ada yang merespon dari dalam rumah. Kupencet lagi bel itu. Kali ini terdengar suara langkah
mendekati pagar diikuti dengan suara kunci pagar dibuka dan pagarpun terbuka sedikit. Hanya cukup
untuk sebuah kepala melongok keluar.
Kon nichiwa. sapaku.

Orang yang membuka pagar hanya diam dan melihatku dengan wajah ketus.
Aku Wesuri.... sahabat Keiko. jelasku kepadanya.
Dia sama sekali tidak meresponku. Lelaki berumur sekitar 40 tahun dengan baju seperti tukang kebun
lengkap dengan sarung tangannya.
Ehmmm.... Keiko ada di rumah? tanyaku.
Kalau ingin minta tanda tangan jangan di sini. jawabnya ketus sambil menutup pagar.
Dengan sigap kutahan pagar itu dengan tangan kiriku. Pagar yang berat itu sukses meremukkan tanganku.
Ingin rasanya ku teriak tapi kutahan sambil kubuka pagar itu.
Maaf pak, tapi ibu Keiko mengenalku. Aku kesini kemarin malam untuk menjemput Keiko. Oragawa
juga kenal denganku. Aku hanya ingin bertemu dengan Keiko dan memberikan ini.
Maaf, tapi kami tidak menerima tamu. Anda bisa titipkan kotak itu kepadaku. Nanti pasti akan
kusampaikan ke Keiko.
Orang ini benar-benar tidak bisa dibujuk. Mungkin dia tukang kebun sekaligus keamanan di rumah ini.
Terima kasih pak, tapi aku akan sampaikan ini langsung ke Keiko. Tapi apakah Keiko ada di rumah?
tanyaku.
Tidak ada. Mungkin Anda bisa ke kantor manajemennya.
Bisa minta alamatnya pak?
Tunggu sebentar. ujarnya. Ia menutup pagar kemudian masuk ke samping rumah.
Sambil menunggu, kutelpon Keiko dan juga Oragawa. tapi tidak ada yang mengangkat. Aku pasti sudah
di banned pikirku.
Pagar kembali bergerak dan bapak itu memberikanku sebuah kartu nama dari selah yang sempit.
Ini alamatnya. Anda bisa kesana dan menanyakan kapan bisa bertemu dengan Keiko. jelasnya.
Tanpa menungguku menjawab. Ia sudah menutup pagar dengan rapat.
Tidak ada jalan lain. Aku harus ke alamat ini. Tekadku sudah bulat. Aku harus bertemu dan berbicara
langsung dengan Keiko walaupun aku harus menginap di depan kantor atau rumahnya.
Sepanjang jalan aku tetap berusaha menghubungi Keiko, Oragawa dan Aimi. Tapi tidak pernah berhasil.
Seandainya ada Hide, pasti aku akan ditemaninya.
Setelah aku meminta maaf kepada Keiko, aku harus meminta maaf kepada Hide. Aku benar-benar seperti
melaksanakan idul fitri. Meminta maaf sana sini. Tapi yang ini aku belum tentu dimaafkan.
Kutelpon Aimi untuk menanyakan apa yang sebenarnya di beritakan media. Setelah setengah jam
mencoba akhirnya Aimi mengangkat telponnya.
Moshi moshi. sapaku.
Terdengat suara keramaian kemudian suara itu menghilang menjadi keheningan.

Wesuri. Kamu lihat berita pagi ini? tanya Aimi.


Tidak. jawabku.
Mereka memfoto kita tadi malam dan ada beberapa TV yang menanyangkan video sewaktu kita makan
tadi malam. cerita Aimi.
Pantas saja banyak wartawan di tempatku.
Disini semua orang menanyakan ku tentang gosip yang beredar dan reputasimu sangat tidak bagus
Wesuri. katanya.
Reputasi apa?
Kamu dianggap mempermainkan Keiko dan mengejar uangnya. cerita Aimi.
Itu tidak benar!
Ya, aku tahu. Tapi semua orang sudah menganggapmu seperti itu.
Benar-benar sial.
Kamu bertemu Hide? tanya Aimi.
Iya. Dia sangat marah kepadaku.
Iya. Dia juga tidak mengangkat telponku. Kamu dimana sekarang? tanya Aimi.
Aku di bus. Mau ke kantor Keiko.
Maaf Wesuri jika sudah merepotkanmu.
Tidak apa-apa. Kamu tidak salah. Kita tidak salah. Yang kita lakukan hanya makan malam.
Sepertinya aku sudah sampai. nanti kutelpon lagi Aimi.
Ok.
Aku bergegas turun dari bis dan kembali berlari untuk mengejar kata maaf dari wanita yang sangat
kuidamkan sepanjang hidupku.

You might also like

  • Rom 95
    Rom 95
    Document5 pages
    Rom 95
    Abdul Aziz
    No ratings yet
  • Rom 94
    Rom 94
    Document5 pages
    Rom 94
    Abdul Aziz
    No ratings yet
  • Rom 7
    Rom 7
    Document5 pages
    Rom 7
    Abdul Aziz
    No ratings yet
  • Rom 5
    Rom 5
    Document5 pages
    Rom 5
    Abdul Aziz
    No ratings yet
  • Rom 91
    Rom 91
    Document4 pages
    Rom 91
    Abdul Aziz
    No ratings yet
  • Rom 3
    Rom 3
    Document6 pages
    Rom 3
    Abdul Aziz
    No ratings yet
  • Rom 9
    Rom 9
    Document5 pages
    Rom 9
    Abdul Aziz
    No ratings yet
  • Rom 93
    Rom 93
    Document5 pages
    Rom 93
    Abdul Aziz
    No ratings yet
  • Rom 92
    Rom 92
    Document5 pages
    Rom 92
    Abdul Aziz
    No ratings yet
  • Rom 8
    Rom 8
    Document5 pages
    Rom 8
    Abdul Aziz
    No ratings yet
  • Rom 5
    Rom 5
    Document5 pages
    Rom 5
    Abdul Aziz
    No ratings yet
  • Rom 6
    Rom 6
    Document5 pages
    Rom 6
    Abdul Aziz
    No ratings yet
  • Rom 2
    Rom 2
    Document7 pages
    Rom 2
    Abdul Aziz
    No ratings yet
  • Rom 4
    Rom 4
    Document5 pages
    Rom 4
    Abdul Aziz
    No ratings yet
  • Sin 97
    Sin 97
    Document180 pages
    Sin 97
    Abdul Aziz
    No ratings yet
  • Sin 98
    Sin 98
    Document5 pages
    Sin 98
    Abdul Aziz
    No ratings yet
  • Sin 96
    Sin 96
    Document5 pages
    Sin 96
    Abdul Aziz
    No ratings yet
  • Rom 1
    Rom 1
    Document6 pages
    Rom 1
    Abdul Aziz
    No ratings yet
  • Sin 95
    Sin 95
    Document5 pages
    Sin 95
    Abdul Aziz
    No ratings yet
  • Sin 94
    Sin 94
    Document5 pages
    Sin 94
    Abdul Aziz
    No ratings yet
  • Sin 92
    Sin 92
    Document5 pages
    Sin 92
    Abdul Aziz
    No ratings yet
  • Sin 94
    Sin 94
    Document5 pages
    Sin 94
    Abdul Aziz
    No ratings yet
  • Sin 8
    Sin 8
    Document5 pages
    Sin 8
    Abdul Aziz
    No ratings yet
  • Sin 93
    Sin 93
    Document5 pages
    Sin 93
    Abdul Aziz
    No ratings yet
  • Sin 91
    Sin 91
    Document5 pages
    Sin 91
    Abdul Aziz
    No ratings yet
  • Sin 5
    Sin 5
    Document5 pages
    Sin 5
    Abdul Aziz
    No ratings yet
  • Sin 93
    Sin 93
    Document5 pages
    Sin 93
    Abdul Aziz
    No ratings yet
  • Sin 9
    Sin 9
    Document5 pages
    Sin 9
    Abdul Aziz
    No ratings yet
  • Sin 7
    Sin 7
    Document5 pages
    Sin 7
    Abdul Aziz
    No ratings yet
  • Sin 6
    Sin 6
    Document5 pages
    Sin 6
    Abdul Aziz
    No ratings yet