Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah
yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul
kerusakan lebih berat seperti stroke (terjadi pada otak dan berdampak pada
kematian yang tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi pada kerusakan
pembuluh darah jantung) serta penyempitan ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi pada
otot jantung).1 Di seluruh dunia, hipertensi merupakan masalah yang besar dan
serius. Di samping karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di
masa yang akan datang, juga karena tingkat keganasan penyakit yang diakibatkan
sangat tinggi seperti penyakit jantung, stroke, gagal ginjal dan lain-lain, juga
menimbulkan kecacatan permanen dan kematian mendadak.2 Apabila penyakit ini
tidak terkontrol, akan menyerang target organ, dan dapat menyebabkan serangan
jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan. Dari beberapa penelitian
dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive
heart failure, dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung3. Menurut WHO dan
the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta
penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap
tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan
secara adekuat4,5
Hipertensi telah menjadi permasalahan kesehatan yang sangat umum
terjadi. Pada tahun 2005 melaporkan bahwa dari seluruh populasi penduduk
berusia 20 tahun ke atas di Amerika Serikat, diperkirakan terdapat 41,9 juta pria
dan 27,8 juta wanita diantaranya yang tergolong dalam kelompok prehipertensi
(SBP, 120-139 mm Hg; DBP, 80-99 mmHg), 12,8 juta laki-laki dan 12,2 juta
perempuan dalam kelompok hipertensi tahap 1 (SBP, 140-159 mm Hg; DBP, 9099 mm Hg), serta terdapat 4,1 juta pria dan 6,9 juta wanita yang mengidap
hipertensi stadium 2 (SBP 160 mm Hg; DBP 100 mm Hg )6.
Sementara menurut CDC, prevalensi hipertensi di kalangan orang dewasa
AS yang berusia 18 tahun adalah sekitar 31% (mencapai 68 juta populasi orang
dewasa), dan angka kejadian hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan
usia mencapai sekitar 70% di antara orang yang berusia 65 tahun. Hipertensi
berkontribusi terhadap paling tidak satu dari setiap tujuh kematian di Amerika
Serikat, dan sekitar 70% dari orang yang memiliki serangan jantung, stroke
pertama atau penderita gagal jantung memiliki hipertensi7,8.
Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3%
penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004.
Kelompok Kerja Serebrokardiovaskuler FK UNPAD/RSHS tahun 1999,
menemukan prevalensi hipertensi sebesar 17,6%, dan MONICA Jakarta tahun
2000 melaporkan prevalensi hipertensi di daerah urban adalah 31,7%. Sementara
untuk daerah rural (Sukabumi) FKUI menemukan prevalensi sebesar 38,7%. Hasil
SKRT 1995, 2001 dan 2004 menunjukkan penyakit kardiovaskuler merupakan
penyakit nomor satu penyebab kematian di Indonesia dan sekitar 2035% dari
kematian tersebut disebabkan oleh hipertensi3. Bahkan terdapat sebanyak 10
provinsi mempunyai prevalensi Hipertensi Pada Penduduk Umur > 18 Tahun
diatas prevalensi nasional, yaitu Riau, Bangka Belitung, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Barat 9. Di Sumatera Utara sendiri,
berdasarkan Profil Kesehatan Sumatera Utara (2001) dilaporkan
prevalensi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi
Hipertensi adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan curah jantung
dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik yang lebih besar atau sama dengan
140 mmHg atau peningkatan tekanan darah diastolik yang lebih besar atau sama
dengan 90 mmHg. Umumnya tekanan darah normal seseorang 120 mmHg/80
mmHg. Hasil pemeriksaan tersebut dilakukan 2 atau lebih pemeriksaan dan
dirata-rata11.
2.2.
Etiologi
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam.
Faktor Risiko
hipertensi.
Dengan
bertambahnya
umur,
arteri
kehilangan
dihisap perhari. Seseoramg lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali
lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok. Zat-zat
kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui
rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan
hipertensi. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada
kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat
ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk
bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah merokok dua
batang saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat
10 mmHg. Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit
setelah berhenti mengisap rokok. Sementara efek nikotin perlahan-lahan
menghilang, tekanan darah juga akan menurun dengan perlahan. Namun
pada perokok berat tekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang
hari2.
2) Konsumsi Asin/Garam
Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis
hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa
dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram
tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan jika
asupan garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi meningkat
menjadi 15-20 %. Asupan natrium pada garam yang meningkat
menyebabkan tubuh meretensi cairan yang meningkatkan volume darah2.
3) Konsumsi Lemak Jenuh
Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat
badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga
meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan
tekanan darah2.
2.4.
Patofisiologi
Tekanan darah ditentukan oleh cardiac output dan resistensi perifer.
Tekanan darah akan meningkat jika salah satu atau kedua faktor tersebut
mengalami kenaikan. Berikut skema yang menentukan tekanan darah:15
Afterload
Stroke Volume
Cardiac Output
Kontraktilitas
Preload
Heart Rate
Resistensi Perifer
Tekanan Darah
Gambar 2.1. Interaksi antara komponen yang mengatur CO dan TD15
catecholamine,
rsistensi
insulin,
10
kemampuan
distensi
dan
daya
regang
pembuluh
darah.
Gejala Klinis
Adapun gejala yang sering dikeluhkan pasien adalah:17
Tek
Darah
mm Hg
diastolik,
mm Hg
darah
11
Normal
Prehipertensi
Hipertensi stage 1
Hipertensi stage 2
<120
120-139
140-159
160
dan
atau
atau
atau
<80
80-89
90-99
100
Gambar 2.2. Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa umur 18 tahun menurut
JNC VII19
2.7. Diagnosis Hipertensi
Evaluasi hipertensi
Ada 3 tujuan evaluasi pasien dengan hipertensi:18
1. Menilai gaya hidup dan identifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular atau
penyakit penyerta yang mungkin dapat mempengaruhi prognosis sehingga dapat
memberi petunjuk dalam pengobatan
2. Mencari penyebab tekanan darah tinggi
3. Menetukan ada tidaknya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskular
Pemeriksaan fisik termasuk pengukuran tekanan darah yang benar, pemeriksaan
funduskopi, perhitungan BMI (body mass index) yaitu berat badan (kg) dibagi
dengan tinggi badan (meter kuadrat), auskultasi arteri karotis, abdominal, dan
bruit arteri femoralis; palpasi pada kelenjar tiroid; pemeriksaan lengkap jantung
dan paru-paru; pemeriksaan abdomen untuk melihat pembesaran ginjal, massa
intra abdominal, dan pulsasi aorta yang abnormal; palpasi ektremitas bawah untuk
melihat adanya edema dan denyut nadi, serta penilaian neurologis.
Diagnosis
Hipertensi seringkali disebut sebagai silent killer karena pasien dengan
hipertensi esensial biasanya tidak ada gejala (asimptomatik). Penemuan fisik yang
utama adalah meningkatnya tekanan darah. Pengukuran rata-rata dua kali atau
lebih dalam waktu dua kali kontrol ditentukan untuk mendiagnosis hipertensi.
Tekanan darah ini digunakan untuk mendiagnosis dan mengklasifikasikan sesuai
dengan tingkatnya.18
1. Anamnesis
12
stroke
- Riwayat penggunaan OAH atau obat-obat lain
- Gejala yang berhubungan dengan organ target
- Kebiasaan dan gaya hidup
- Psikososial
2. Pengukuran tekanan darah
- Posisi duduk tenang dan nyaman 5 menit dan 30 menit bebas rokok
dan kafein
- Kontrol secara periodik
3. Pemeriksaan untuk menentukan faktor resiko
- Urinalisa, kimia darah, EKG, rontgen dada, profil lipid, USG ginjal
Pemeriksaan penunjang Hipertensi
Pemeriksaan laboraturium dan pemeriksaan penunjang lain tidak selalu dilakukan,
kecuali jika dicurigai keberadaan hipertensi sekunder. Pemeriksaan tersebut
meliputi :
a. Pemeriksaan urin
Dilakukan untuk mengetahui keberadaan protein dan sel-sel darah merah
(eritrosit) yang menandai kerusakan ginjal. 19
b. Pemeriksaan darah
Dilakukan untuk mengetahui fungsi ginjal, termasuk mengukur kadar ureum dan
kreatinin. Kadar kalium dalam urin akan tinggi jika terdapat penyakit
aldosteronisme primer, karena tumor korteks kelenjar adrenal yang dapat memicu
hipertensi. Kadar kalsium yang tinggi berhubungan dengan hipertiroidisme.
Melalui pemeriksaan ini, kadar gula darah dan kolesterol juga diukur. 19
c. Pemeriksaan lain
Ada berbagai jenis pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk mendukung
diagnosis hipertensi. Pemeriksaan foto dada dan rekam jantung (EKG) dilakukan
untuk mengetahui lamanya menderita hipertensi dan komplikasinya terhadap
jantung (sehingga dapat menilai adanya kelainan jantung juga). Pemeriksaan
13
pemeriksaan ekokardiografi
14
FARMAKOLOGI HIPERTENSI
1. Diuretika
Sering diberikan sebagai terapi hipertensi baris pertama. Terapi diuretika
dosis rendah aman dan efektif untuk menghindarkan stroke, infark
15
asma
karena
mempunyai
efek
bronkokonstriksi
yang
diperantarai beta 2.
Efek Samping : Efek samping pada sistem saraf pusat seperti
kelelahan,letargi,
insomnia
dan
halusinasi;
obat-obat
ini
dapat
16
2.10. Prognosis
Hipertensi sekunder lebih buruk prognosisnya dibandingkan hipertensi
primer dan diperlukan penangganan secara tepat. Kebanyakan orang masih
menganggap hipertensi adalah hal yang sepele, padahal bila dilihat dari
17
BAB 3
LAPORAN KASUS
Umur : 65 Thn
18
ANAMNESIS
Alloanamnesis
Autoanamnesis
: Nyeri kepala
Telaah
RPT
: HT (+) 3 tahun
RPO
Abdomen :
Kulit:
Mata:
Hematologi:
Anemia (-)
19
Telinga:
Endokrin/metabolik:
Penurunan BB ( - )
Hidung:
Musculoskeletal :
Sistem saraf:
Pernapasan :
Emosi :
Terkontrol
Jantung :
Vaskuler :
Berdebar- debar
DISKRIPSI UMUM
Kesan Sakit
Ringan
Sedang
Berat
TANDA VITAL
Kesadaran
Compos Mentis
Deskripsi:
Komunikasi Baik
Nadi
Frekuensi 64 x/i
Tekanan darah
Berbaring:
Duduk:
Lengan kiri
Temperatur
Aksila: 36,2C
Rektal : tdp
Pernafasan
Frekuensi: 20 x/menit
Deskripsi: torakoabdominal
: - mmHg
20
Belakang
Inspeksi
Simetris fusiformis
Simetris fusiformis
Palpasi
SF kiri = kanan
Perkusi
Auskultasi
JANTUNG
Batas Jantung Relatif: Atas
Kanan : LSD
Kiri
: Simetris
Palpasi
Perkusi
: Tympani
Auskultasi
: Peristaltik (+) N
21
PINGGANG
Tapping pain (-) ballotement (-)
INGUINAL
Pembesaran KGB (-)
EKSTREMITAS:
Superior: edema (-), pucat (-)
Inferior : edema (-), pucat (-)
ALAT KELAMIN:
Perempuan dalam batas normal
NEUROLOGI:
Refleks Fisiologis (+) Normal
Reflek Patologis (-)
BICARA
Normal
RENCANA AWAL
No. RM
Nama Penderita
: Ny. Zubaidah
Rencana yang akan dilakukan masing-masing masalah
(meliputi rencana untuk diagnosis, penatalaksanaan dan
edukasi)
No
Masalah
Rencana
Rencana
Rencana
Rencana
Diagnosa
Terapi
Monitoring
Edukasi
22
Hipertensi
(tekanan
darah
tinggi)
- Keluhan
(gejala
klinis)
- Ukur
tekanan
darah
Menerangkan
dan
menjelaskan
keadaan,
penatalaksana
an dan
komplikasi
penyakit pada
pasien dan
keluarga
Vit. B1 3x1
FOLLOW UP
Tgl
P
Therapi
18
Maret
2015
Nyeri
kepala
dan
tengkuk
S: CM
O:
TD : 160/90
mmHg
Pols : 76 x/i
RR : 20x/i
T : 36,3oC
Hipertensi
Stage II
Tirah Baring
IVFD RL 20
gtt/i
Captopril 25
mg 3x1 tab
Paracetamol
Diagnostic
-
23
Nyeri
kepala
dan
tengkuk
S: CM
O:
Hipertensi
stage II
TD : 140/80
mmHg
Tirah Baring
IVFD RL 20
gtt/i
Captopril 25
mg 3x1 tab
Pols : 68 x/i
RR : 18 x/i
Paracetamol
500 mg 3x1 tab
T : 36,0oC
Vit. B1 3x1
20
Maret
2015
Nyeri
kepala
dan
tengkuk
(-)
S: CM
O:
TD : 130/80
mmHg
Pols : 76 x/i
RR : 18 x/i
T : 36,0oC
Normotensi
Pasien
diperbolehkan
pulang dan
disarankan
berobat jalan
Obat pulang:
-Captopril 12,5
mg 2x1 tab
-Vit B1 3x1
24
Gambar 3.1. Os pada saat di ruang IGD Puskesmas Poasia (17 Maret 2015)
BAB 4
KESIMPULAN
OS menderita hipertensi stage II dan diterapi dengan Tirah Baring IVFD RL 20
gtt/I, Captopril 25 mg 3x1 tab, Paracetamol 500 mg 3x1 tab, dan Vit. B1 3x1,
serta os pulang berobat jalan (PBJ) pada tanggal 20 Maret 2015 dengan saran
kontrol rutin ke puskesmas dan rutin minum obat.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Brownson RC, Remington PL, Davis JR. High Blood Pressure in Chronic
Disease Epidemiology and Control. Second Edition, American Public
Health Assosiation: 262-264.
2. Sugiharto A. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat
(Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar) [Tesis]. Semarang: Universitas
Diponegoro 2007.\
3. Rahajeng E, Tuminah S. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di
Indonesia. Maj Kedokt Indon 2009: 59, (12): 580-587
26
Pengembangan
Indonesia.
Diambil
Kesehatan
dari:
Departemen
Kesehatan,
Republik
http://www.ppid.depkes.go.id/index.php?
option=com_docman&task=doc_download&gid=53&Itemid=87. [Diakses
tanggal 21 Juli 2012]
10. Rasmaliah, Siregar FA, dan Jemadi. Gambaran Epidimiologi penyakit
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Labuhan Kecamatan
Medan Labuhan Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Diambil dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18866/1/ikm-okt20059%20(4).pdf [Diakses tanggal 21 Juli 2012]
11. National Institutes of Health, 2003. The Seventh Report of the Joint
National Committe on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of
High
Blood
Pressure.
Diambil
dari
from:
27
13. Dosh SA. The diagnosis of essential and secondary hypertension in adults.
J.Fam Pract 2001;50:707-12
14. Irza S. Analisis Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat Nagari Bungo
Tanjung, Sumatera Barat. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara 2009.
15. Rilantoro LI, dkk. Bab X. Hipertensi dalam Buku Ajar Kardiologi. Balai
penerbit FK UI 1996; 197-205.
16. Majid A. Bab IX. Patofisiologi Hipertensi dalam Fisiologi Kardiovaskular
Edisi 2. Bagian fisiologi FK USU Medan 2005; 34-8.
17. Panggabean MM. Bab 373. Penyakit jantung Hipertensi dalam Buku ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Balai penerbit FK UI 2006; 1654-5.
18. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Pharmaceutical Care
Untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta 206; 6-7.
19. Chobaniam AV et al. Seventh Report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure.
JAMA 2003;289:2560-72.
20. Kuswardhany,Tuty RA. 2006. Penatalaksanaan Hipertensi Pada lanjut
Usia hal: 137-139. Depansar : FK UNUD RSUP Sanglah,
21. Aran V.Chobanian, M.D. 2003. Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment
of
High
Blood
Pressure.
Available
From
http://www.nhlbi.nih.gov.guidelines/hi/pdf .
22. Mycek, Mary J, dkk . 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2 hal:
181-192. Jakarta: Widya Medika.
23. FK UI. 2007.Farmakologi dan Terapi Edisi 5 FK UI hal: 341-360. Jakarta:
FK UI .
24. Djohan TBA. 2011. Hipertensi. Available from: http://repository.usu.ac.id/
bitstream/123456789/21596/4/Chapter%20II.pdf
25. Sagala LMB. 2010. Hipertensi. Available from: http://repository.usu.ac.id/
bitstream/123456789/17124/4/Chapter%20II.pdf