Professional Documents
Culture Documents
NIM
: 021211133056
NO. HP
: 081219198813
KELAS B
TUGAS IKGM V MATERI 4
Pengertian, kegunaan, rumus, kelebihan, dan kekurangan dari indikator:
1. Karies : DMFT, Nyvad Caries Diagnostic Criteria, Specific Caries Index,
PUFA Index, Caries Assessment Spectrum and Treatment (CAST) Index,
International Caries Detection and Assessment System (ICDAS I & ICDAS
II), dan FDI World Dental Federation Caries Matrix
2. Kelainan Periodontal : CPITN, PHP Index, Basic Periodontal Examination
(BPE) Index, Periodontal Screening and Recording (PSR) Index, Genetic
Susceptibility Index for Periodontal disease.
INDEKS KARIES
1. DMFT
1.1 Definisi
DMF-T ( Decayed, Missing, Filled Teeth) DMFT adalah index yang digunakan untuk
menunjukan banyaknya subjek yang terkena karis, banyaknya gigi yang membutuhkan
perawatan, dan jumlah gigi yang telah dirawat.
Nilai DMF-T adalah angka yang menunjukkan jumlah gigi dengan karies pada
seseorang atau sekelompok orang. Angka D (decay) adalah gigi yang berlubang karena karies
gigi, angka M (missing)adalah gigi yang dicabut karena karies gigi, angka F(filled) adalah
gigi yang ditambal atau di-tumpat karena karies dan dalam keadaan baik . Nilai DMFT adalah penjumlahan D+ F+ T. Indikator utama pengukuran DMF-T menurut WHO adalah
pada anak usia 12 tahun, yang dinyatakan dengan indeks DMF-T yaitu 3, yang berarti pada
usia 12 tahun jumlah gigi yang berlubang (D), dicabut karena karies gigi (M), dan gigi dengan
tumpatan yang baik (F), tidak lebih atau sama dengan 3 gigi per anak.
karies mencapai jaringan pulpa baik dengan kondisi vital atau non-vital,
karies terhenti, dan karies pada gigi tetap walaupun gigi tersebut terdapat
restorasi.
M : Apabila gigi tetap telah dilakukan pencabutan atau tanggal, jika karies gigi tetap
yang diindikasikan untuk pencabutan, seperti jika mahkota gigi tidak ada atau
hanya ada sisa radiks.
1.2
Rumus
Status
Nilai
1.
Sangat rendah
0,8 - 1,1
2.
Rendah
1,2 - 2,6
3.
Sedang
2,7 4,4
4.
Tinggi
4,5 6,5
5.
Sangat tinggi
>6,5
1.3
Kekurangan
Kekurangan DMF-T
Indeks ini tidak memberikan tingkatan pada ketiga objek yang dilihat; decayed,
missing, filling.
Indeks DMFT ini tidak dapat memperkirakan pengaruh restorasi preventif bagi
angka kejadian karies.
kemampuan
pemeriksaan
karies
beserta
resikonya
dengan
Prelavensi dan keparahan karies dibawah estimasi dari indeks def dapat
dihilangkan karena hanya menghitung status kavitas
2.2 Kelebihan
1. Dapat mengidetifikasi lesi karies insipient, sehingga dapat menentukan
rencana program pencegahan karies
2. Prelavensi dan keparahan karies dibawah estimasi dari indeks def dapat
dihilangkan karena hanya menghitung status kavitas
3. Dapat mengurangi keperluan perawatan yang lebih lanjur karena diagnosis
ditegakkan ketika terlihat initial lesions sehingga lesi progresif yang
berkelanjutan dapat dicegah
2.3 Kekurangan
Tidak memiliki klasifikasi yang mendetail mengenai keparahan lesi karies
yang sangat dibutuhkan dalam penelitian epidemiologis. Penggunaan permukaan
oklusal secara fisiologis selama proses pengunyahan dapat menyebabkan hilangnya
lesi
Definisi
Significant caries index atau SiC baru diperkenalkan pada tahun 2000-an oleh
Brathal, ia menggunakan SiC untuk menghitung indeks karies yang tinggi dalam
suatu populasi.
Indeks SiC mudah dihitung, skor SiC diperoleh dari rerata DMFT pada
sepertiga populasi yang mempunyai skor karies paling tinggi. Untuk menghitung
indeks ini, yang harus dilakukan yaitu:
Memilih sepertiga dari populasi dengan skor karies paling tinggi dan
Kelebihan
a) Memberi perhatian lebih pada individual dengan hasil skor karies tertinggi
b) Indeks ini mencoba mengatasi kekurangan dari hasil DMFT secara akurat
dengan memperhatikan distribusi karies pada suatu populasi khususnya di
Negara berkembang yang menyebabkan kesimpulan yang salah bahwa
karies pada populasi terkontrol padahal beberapa individu masih memiliki
3.4
karies.
Kekurangan
Sistem ini tidak memiliki klasifikasi yang mendetail mengenai keparahan lesi
4.
4.1
Definisi
Specific caries index merupakan indeks terbaru yang di gagas oleh Acharya
pada tahun 2006 untuk menggambarkan jumlah gigi karies yang belum pernah di
tangani sama sekali dengan menggunakan indeks DMF-T. Pengukurannya dilakukan
khusus di daerah permukaan gigi jadi indeks ini masih sangat jarang digunakan oleh
khalayak umum.
Skor SCI untuk individu dihitung dengan menambahkan skor gigi individual. Rentang
Skor untuk individual dari 0-192 (untuk 32 gigi)
4.2
Kelebihan
Indeks ini memiliki reliabilitas dan validitas yang baik daripada indeks lain.
indeks ini memiliki kriteria deteksi karies yang sama dengan ideks DMF atau DMFS,
mampu mengukur lesi yang besar yang meliputi lebih dari satu permukaan.
4.4
Kekurangan
Indeks ini tidak dapat digunakan sendiri untuk mendapat informasi yang
berguna pada pengukuran karies akar. Kekurangan untuk menentukan rencana
perawatan jika indeks ini digunakan sendirian tanpa kombinasi dengan indeks lain.
Jumlah dari lesi proksimal tidak diperhatikan karena tidak adanya foto bitewing
radiograph.
5.
PUFA Index
5.1
Definisi
PUFA termasuk indeks yang baru digunakan untuk menghitung karies.
Skor
5.2
Kelebihan
1. Aplikatif pada Negara dengan pendapatan rendag dan menegah dimana karies
yang tidak ditangai menyebabkan komplikasi masalah pada gigi dan jaringan
sekitar
2. Sederhana
3. Hanya membutuhkan sedikit waktu.
4. Tidak membutuhkan banyak alat.
5. Memiliki potensi yang lebih besar dari DMFT untuk diwujudkan dalam
kebijakan publik.
5.3
Kekurangan
1. Stages dari lesi karies pada enamel tidak dinilai
2. Penilaian abses dan fistula dapat dikombinasi jadi 1 kode
3. Data ulserasi sedikit didapatkan dan pengukuran abses dan fistula dapat
dikombinasikan dalam kode yang sama sehingga validitasnya masih
dipertanyakan.
6.
6.1
Definisi
CAST dibuat untuk menyempurnakan indeks DMF-T dan PUFA yang
diciptakan oleh Frenken pada tahun 2011. CAST juga untuk memenuhi
kebutuhan sistem pelaporan yang relevan, kohesif, dan mudah dibaca dengan
didasarkan pada indeks PUFA dan ICDAS-II sehingga mampu dihubungkan
dengan indeks DMF yang luas penggunaanya. Indeks CAST meliputi
keseluruhan spektrum karies gigi mulai dari tidak ada lesi karies, dengan
sealant, dan karies pada enamel dan dentine yang telah direstorasi, beserta
tahapan lebih lanjut dari proses karies pada pulpa dan jaringan sekitar gigi.
karakteristik
Kode
Deskripsi
Sealed
Restorasi
Enamel
rusak
tanpa
adanya
gejala
klinis
keterlibatan dentin.
Dentin
Karies
internal
yang
berhubungan
dengan
Pulpa
6.2
Gigi hilang
Lain-lain
Kelebihan
1. Dapat mengakomodasi secara visual spektrum total progesivitas lesi karies
gigi, termasuk konsekuensi kavitas dengan dentin terpapar yang tidak dirawat
2. Skor DMF dapat dengan mudah dikalkulasikan dari skor CAST
3. Digunakan untuk memperkuat dan melengkapi ICDAS, DMF, PUFA
4. Permukaan gigi lubang (decayed), gigi dicabut akibat karies (missing), dan
gigi yang direstorasi (filling) dapat dikoreksi kembali sehingga dapat dijadikan
perbandingan dengan skor DMFT/S.
6.3
Kekurangan
1. Tidak menunjukkan hasil yang valid pada uji validitas dan realibilitas
2. Tidak disarankan untuk clinical trials
3. Indeks ini tidak mampu menyediakan data terapi atau pengukuran preventif
yang dibutuhkan per kode.
7. International Caries Detection and Assessment System (ICDAS I & ICDAS II)
7.1
Definisi
Dikembangkan
pada
tahun
2001
oleh
usaha
kelompok
penelitian,
untuk mendeteksi karies pada fase non kavitas. ICDAS dibagi menjadi beberapa
pemeriksaan :
1. Karies pada korona (pit, fisura, mesial-distal, buccal-lingual)
2. Karies akar
3. Karies yang berhubungan dengan restorasi dan sealants (CARS)
Indeks ini didasarkan pada sistematik literatur sistem deteksi karies. ICDAS I
dimaksudkan untuk deteksi karies sesuai proses perjalanannya, topografi dan anatomi,
pengukuran proses karies (adanya kavitas atau non kavitas dan lesi aktif atau
istirahat).
ICDAS II dikembangkan pada tahun 2009 dan sudah mampu mendeskripsikan
karies pada mahkota dan karies yang berhubungan dengan restorasi dan sealant. Kode
kareis mahkota ini dalam rentang 0 sampai 6, dan merupakan indikasi keparahan lesi
karies, keterlibatan pulpa tidak masuk dalam pengukuran
D pada ICDAS mendeteksi karies dengan stage dari proses menuju nekrosis,topografi
( permukaan halus atau pit dan fissure), anatomi (mahkota, akar), status rerstorasi atau
sealant
A pada ICDAS merupaka penilaian proses karies (berkavitas / tidak berkavitas) dan
aktifitas (aktif atau arrested/terhenti)
Deteksi dari karies pada permukaan korona dibagi menjadi 2 proses :
1. Pertama mengklasifikasikan tiap permukaan gigi dari sound, sealed, restored,
crowned atau missing
ICDAS I
1. Penelitiannya menggunakan sistematik review.
2. Assessment atau pemeriksaan atau penaksiran khusus pada bagian corona atau
permukaan mahkota tapi lebih sempurna dari DMF-T
ICDAS II
1. Assessment lebih kompleks yaitu pada tiap permukaan korona, sealant,
restorasi, perubahan warna serta aktivitas kariesnya
2. Membentuk 2 digit , yaitu 1: CARS, 2:CORONAL
Kode
Kriteria
Adanya
perubahan
enamel
secara
visual:
tampak
2.
4
7.2
Kelebihan
1. Hasil lebih spesifik, lebih lengkap dibandingkan dengan pemeriksaan
2.
3.
4.
5.
lainnya
Mampu menghitung karies dentin,
Mengikuti perjalanan karies
Etiologi karies lebih terarah
ICDAS II termasuk tahapan progresi lesi karies pada enamel sehingga
indeks ini valid dan dapat dipercaya, khususnya untuk mengukur
efektivitas agen pengontrol karies/ tindakan preventif.
7.3
Kekurangan
1. Tidak meilai karies pulpa
2. Membutuhkan waktu pemeriksaan yang lebih lama
3. Analisisnya lebih kompleks
8.
paradigma baru antara sesama praktisi dokter gigi mengenai perubahan dari
restorative menjadi preventif dan model promosi kesehatan (penyuluhan).
Dikembangkan oleh komite FDI.
FDI World Dental Federation Caries Matrix terdiri dari tiga seri bertingkat.
Perluasan lesi karies dan patologinya diwakili oleh garis horizontal. Seri teratas
(Level 1) mewakili metode dasar WHO(sistem DMFT/DMFS). Seri terbawah (Level
3) merupakan ICDAS yang mampu memberikan data rinci dan perkembangan
tingkatannya. Seri tengah (Level 2) mendeskripsikan nilai ambang DMFT, sistem
klasifikasi karies ADA, dan kekurangan dari ICDAS. Level 2 ini mampu
membedakan karies berlubang atau tanpa lubang yang terekam pada ICDAS tetapi
tidak pada sistem lain. simbol + dan menunjukkan aktivitas lesi karies.
KELAINAN PERIODONTAL
1.
CPITN
1.1
Definisi
Community Periodontal Index for Treatment Needs adalah indeks resmi yang
digunakan oleh WHO untuk mengukur kondisi jaringan periodontal serta perkiraan
akan kebutuhan perawatannya dengan menggunakan sonde khusus yaitu WHO
Periodontal Examining Probe. Indeks CPITN merupakan alat pengukuran
epidemiologi yang dikonsensuskan oleh WHO untuk mengevaluasi kelaianan
periodotal pada populasi tertentu. Selain itu, hasil akhir dari analisis indeks ini Dapat
dijadikan patokan dalam menyusun tindakan preventif.
Sonde khusus yang dipergunakan untuk pemeriksaan CPITN ini memiliki
bentuk ujung bulat dengan diameter 0,5 mm, dengan kode warna 3,5 sampai 5,5 mm.
Pemeriksaan CPITN ini menggunakan 6 sektan yaitu :
1. Sektan kanan atas : elemen gigi 1.7, 1.6, 1.5, 1.4 (sektan 1)
2. Sektan anterior (depan) atas : elemen gigi 1.3, 1.2, 1.1, 2.1, 2.2, 2.3 (sektan 2)
3. Sektan kiri atas : elemen gigi 2.4, 2.5, 2.6, 2.7 (sektan 3)
4. sektan kiri bawah : elemen gigi 3.7, 3.6. 3.5, 3.4 (sektan 4)
5. Sektan anterior bawah : elemen gigi 3.3, 3.2, 3.1, 4.1, 4.2, 4 (sektan 5)
6. Sektan kanan bawah : elemen gigi 4.4, 4.5, 4.6, 4.7 (sektan 6)
Gigi Index CPITN terbagi dan tergantung atas tiga kelompok umur yaitu:
1. Umur 20 tahun atau lebih
2. Umur 16 tahun sampai 19 tahun
3. Umur kurang dari 15 tahun
Dalam pemeriksaan CPITN perlu diperhatikan :
1. Apabila salah satu gigi geraham atau molar dan juga gigi seri atau incisivus
tidak ada, tidak diperlukan penggantian gigi.
2. Apabila dalam satu sektan tidak terdapat gigi index maka gigi dalam sektan
tersebut diperiksa semuanya dan yang diambil adalah gigi dengan skor
tertinggi.
3. Umur 19 tahun kebawah tidak dilakukan pemeriksaan Molar Kedua (M2)
untuk menghindari false pocket.
4. Umur 15 tahun kebawah, pencatatan hanya dilakukan bila ada perdarahan
daerah gusi dan karang gigi saja.
5. Jika gigi index dan penggantinya tidak ada maka sektan diberi tanda X.
Pembagian mengenai kelompok umur, gigi indax dan skornya adalah sebagai berikut :
1. Umur 20 tahun atau lebih, gigi index yang diperiksa adalah 1.7, 1.6, 1.1, 2.1,
2.6, 2.7, 3.7, 3.6, 3.1, 4.1, 4.6, 4.7, dengan skor 0, 1, 2, 3, 4.
2. Umur 16 tahun sampai 19 tahun, gigi index yang diperiksa adalah 1.6, 1.1, 2.6,
3.6, 3.1, 4.6, dengan skor 0, 1, 2, 3, 4.
3. Umur kurang dari 15 tahun, gigi index yang diperiksa adalah sama dengan 1619 tahun, dengan skor 0,1, 2.
Kolom berikut menunjukkan sextant yang akan diisi dengan angka sebagai berikut :
a) Kode X : hanya ada satu gigi atau tidak ada gigi dalam satu area sextant
(molar ketiga diikutkan ketika berfungsi pada posisi molar kedua).
b) Kode 4 : adanya poket patologis sebesar 6 mm atau lebih sehingga tidak
perlu melihat adanya kalkulus dan perdarahan.
c) Kode 3 : adanya poket patologis sebesar 4-5 mm sehingga tidak perlu
melihat adanya kalkulus dan perdarahan.
d) Kode 2 : adanya kalkulus dan plak. Tanpa poket periodontal.
e) Kode 1 : adanya perdarahan pasca probing (langsung atau tertunda).
Dari data status periodontal yang diperoleh dengan menggunakan kode tersebut,
perawatan dikategorikan sebagai berikut :
0 : tidak memerlukan perawatan
1
periodontal
1.2
Kelebihan
1. Sederhana
2. Mendapatkan data tentang status periodontal masyarakat.
3. Dapat merencanakan program penyuluhan.
4. Dapat menentukan kebutuhan perawatan (jenis tindakan, beban kerja,
kebutuhan tenaga).
5. Memantau kemajuan kondisi periodontal individu.
1.3
Kekurangan
1. Kekurangan dalam menetapkan kebutuhan perawatan
2.
3.
3.1
Definisi
Perhitungan
Skor tertinggi pada sektan dipilih sebagai skor PSR untuk sekstan. Hanya 1 skor yang
dipilih untuk tiap sekstan dalam rongga mulut. Untuk memeriksa gigi secara
individual digunakan A WHO/CPITN/PSR probe.
3.3
Kelebihan
1. Memperkenalkan metode screening yang sederhana yang sesuai dengan
kebutuhan dental record
2. Deteksi dini dari penyakit periodontal dan menyediakan monitoring status
dari pasien
3. Metode cepat screening karena hanya menilai 6 skor
4. Dokumen ini membantu melengkapi riwayat periodontal pasien
5. Dapat digunakan pada populasi yang besar
3.4
Kekurangan
1. Tidak dimaksudkan untuk pemeriksaan lengkap rongga mulut. Pada pasien
yang telah menerima perawatan periodontal sebelumnya atau dalam fase
maintenance harus menerima pemeriksaan yang komprehensif
2. Keterbatasan penggunaan system PSR pada anak karena ketidakmampuan
membedakan pseudo poket
3. Tidak menghitung epithelial attachment, keparahan penyakit dapat
underestimated
4.
4.1
Definisi