You are on page 1of 17

BAB I

KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. B

Umur

: 32 tahun

Alamat

: Bojonegara

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Status Perkahwinan : Sudah menikah


Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan

: Buruh

Bangsa

: Jawa

Agama

: Islam

Tanggal Masuk RS : 5 Mei 2015

a. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis pada 11 Mei 2015 pukul 15.00WIB.
Keluhan Utama
Nyeri di tungkai kiri sejak enam hari yang lalu, setelah kecelakaan tertimpa pagar pada hari
Sabtu kemarin.
Keluhan Tambahan
Os mengeluhkan tungkai kirinya sulit digerakkan dan terlihat memar dan bengkak
dibandingkan tungkai yang satu lagi. Demam, pusing, batuk, nyeri perut, mual dan muntah
disangkal. BAK dan BAB tidak ada keluhan.
1

Riwayat Penyakit Sekarang


Os mengeluhkan nyeri dirasakan terus menerus, bertambah berat apabila digerakkan dan
berkurang apabila istirahat. Tungkai kiri Os sulit digerakkan karena nyeri dan terlihat memar
dan bengkak dibandingkan tungkai yang satu lagi.
Riwayat Penyakit Dahulu
Os mengaku mengalami kecelakaan terjatuh ditimpa pagar pada Sabtu pagi kemarin. Saat
ingin menutup pagar, pagar yang besar dan berat itu tiba-tiba terjatuh ke arah os dan dia
berusaha menahan pagar itu daripada menimpanya dan akhirnya terjatuh ditimpa pagar
setelah usahanya gagal. Os terjatuh di aspal dengan posisi menahan pagar, dimana kedua-dua
kaki tertekuk mendekati tubuhnya dan didahului dengan pantat yang mengenai aspal pertama
kali saat jatuh. Os juga mengaku kepalanya tidak terbentur apa-apa dan terdengar bunyi krek
di tulang. Setelah jatuh, Os sempat pingsan dan riwayat sakit kepala hebat, muntah, buang air
kecil dan buang air besar di tempat disangkal. Os juga tidak dapat langsung berdiri kembali
setelah jatuh dan ditolong oleh warga sekitar serta Os sempat melakukan pengobatan alternatif
dengan diurut di dukun. Setelah nyeri di tungkai kanannya tidak berkurang, os dibawa ke IGD
RSUD Cilegon dengan warga sekitar untuk mendapat penanganan lebih lanjut dan dirawat di
RSUD Cilegon pada Sabtu sore itu juga.
Pasien tidak pernah mengalami hal seperti ini, tidak pernah dirawat di rumah sakit maupun
mendapat tindakan operasi sebelumnya. Riwayat hipertensi, diabetes melitus dan asma
disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama. Riwayat hipertensi, diabetes
melitus dan asma disangkal.
Riwayat Kebiasaan
Merokok dan minum alkohol disangkal. Os mengaku setiap sore berkebun di kebunnya.
Riwayat Pengobatan
Os menyangkal adanya alergi obat ataupun makanan.

b. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran

: Compos mentis

Kesan sakit

: Tampak sakit sedang

Kesan gizi

: Gizi cukup

Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi

: 84x/menit

Suhu

: 36.5 C

Pernapasan

: 16x/menit

I. Status Generalis
Kepala : Normocephal, simetris, rambut warna hitam dan distribusi merata, jejas (-)
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor, refleks cahaya
langsung/tidak langsung +/+
Hidung : Deviasi septum nasi (-), concha tidak oedem, mukosa tidak hiperemis, sekret (-)
Telinga : Simetris, liang telinga lapang, membran timpani intak, refleks cahaya MT (+/+),
serumen (+)
Mulut : Tonsil normal, faring normal, gigi geligi lengkap.
Leher : Trakea di tengah, KGB dan tiroid tidak teraba membesar
Thorak:
Jantung
Inspeksi: Ictus cordis tampak di ICS V LMC kiri
Palpasi: Ictus cordis teraba di ICS V LMC kiri
Perkusi: Batas jantung dalam batas normal
3

Auskultasi: S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)


Paru
Inspeksi: Bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada simetris saat statis dan dinamis,
retraksi (-), ketinggalan gerak (-)
Palpasi: Pergerakan dinding dada simetris, vokal fremitus simetris kanan-kiri, ketinggalan
gerak (-)
Perkusi: Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi: Suara napas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi: datar,
Palpasi: Teraba supel, nyeri tekan (-), massa(-), hepar/lien tidak teraba
Perkusi: Timpani di seluruh lapang abdomen, asites (-)
Auskultasi: Bising usus (+), normal 2x/menit.
Ekstremitas: Akral hangat pada keempat ekstremitas, edema pada tungkai kiri.

II. Status Lokalis (Regio Femoris Sinistra)


Look: Memar (+), oedem (+), jejas (-), perdarahan (-), rotasi (+), angulasi (-), deformitas (-)
Feel: Teraba hangat, nyeri tekan (+), bengkak (+), pulsasi (+), panjang tungkai kiri 82cm,
panjang tungkai kanan 84cm
Move: ROM aktif-pasif terbatas akibat nyeri, krepitasi (-)

c. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium, tanggal 5 Mei 2015, 15:10:25
Leukosit

: 13.1 ribu/uL (meningkat)

Hemoglobin : 13.2 g/dL (menurun)


Hematokrit : 38% (menurun)
Trombosit : 213 ribu/uL
Laboratorium, tanggal 6 Mei 2015, 15:53:44
Waktu perdarahan : 200 menit
Waktu pembekuan : 1300 menit
AST/SGOT

: 17mU/dL

ALT/SGPT

: 15 mU/dl

Ureum

: 18 mg/uL

Kreatinin

:1.00

Natrium

: 141 mmol/L

Kalium

: 3.8 mmol/L

Klorida

: 105 mmol/L

Foto rontgen femur sinistra AP dan lateral, tanggal 5 Mei 2015


Kesan: Fraktur femur sinistra 1/3 distal

d. RESUME
Laki-laki, usia 32 tahun datang dengan keluhan nyeri ditungkai kiri sejak enam hari yang
lalu setelah kecelakaan tertimpa pagar pada hari Sabtu kemarin. Nyeri dirasakan terus
menerus, bertambah berat apabila digerakkan dan berkurang apabila istirahat. Os
mengeluhkan tungkai kirinya sulit digerakkan karena nyeri dan terlihat memar dan bengkak
dibandingkan tungkai yang satu lagi. Keluhan lain tidak dikeluhkan. Os juga mengaku
mengalami kecelakaan terjatuh ditimpa pagar saat ingin menutupnya pada Sabtu pagi
kemarin. Os terjatuh di aspal dengan posisi kedua-dua kaki tertekuk mendekati tubuhnya
menahan pagar dan didahului dengan pantat yang mengenai pertama kali. Os juga mengaku
kepalanya tidak terbentur apa-apa dan terdengar bunyi krek di tulang. Setelah jatuh, Os
sempat pingsan dan riwayat sakit kepala hebat, muntah, buang air kecil dan buang air besar di
tempat disangkal. Os juga tidak dapat langsung berdiri kembali setelah jatuh dan ditolong
oleh warga sekitar serta Os sempat melakukan pengobatan alternatif dengan diurut di dukun.
Setelah nyeri di tungkai kanannya tidak berkurang, os dibawa ke IGD RSUD.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tampak sakit sedang, tandatanda vital dan status generalis dalam batas normal. Didapatkan status lokalis (Regio Femoris
Sinistra), Look: Memar (+), oedem (+), jejas (-), perdarahan (-), rotasi (+), angulasi (-),
deformitas (-). Feel: Teraba hangat, nyeri tekan (+), bengkak (+), pulsasi (+), panjang tungkai
kiri 82cm, panjang tungkai kanan 84cm. Move: ROM aktif-pasif terbatas akibat nyeri,
krepitasi (-)
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 13.1 ribu/uL (meningkat), hemoglobin
13.2 g/dL (menurun), hematokrit 38% (menurun), dan trombosit 213 ribu/uL. Pada
pemeriksaan foto rontgen didapatkan kesan fraktur femur sinistra 1/3 distal.

e. DIAGNOSIS KERJA
Fraktur tertutup 1/3distal femur sinistra

f. PENATALAKSANAAN
- Rawat inap
- IVFD RL 20 tetes/menit
- Tablet asam mefenamat 3x500g
- Skin traksi (beban 3kg)
- Pro op ORIF (Open Reduction Internal Fixation) elektif
Persiapan:

Sedia alat/implant
Sedia darah PRC 500cc

g. PROGNOSIS
Ad Vitam

: Ad bonam

Ad Sanationam : Dubia ad bonam


Ad Functionam : Dubia ad bonam

Follow up:

Tanggal 16 Mei 2015


S : Nyeri di tungkai kiri tetapi sudah berkurangan
O :
Tampak sakit sedang
TD: 120/80 mmHg
N : 84x/menit
S : 36.5 C
P : 16x/menit
Status Lokalis (Regio Femoris Sinistra)
Look: Memar (+), oedem (+),
Feel: Teraba hangat, nyeri tekan (+), bengkak (+)
Move: ROM aktif-pasif terbatas akibat nyeri
A : Pro op ORIF
P :
- IVFD RL 20 tetes/menit
- Tablet asam mefenamat 3x500g
- Skin traksi (beban 3kg)

Tanggal 22 Mei 2015


S: Nyeri di tungkai kiri berkurangan
O:
Tampak sakit sedang
TD: 120/80 mmHg
N : 84x/menit
S : 36.5 C
P : 16x/menit
Status Lokalis (Regio Femoris Sinistra)
Look: Memar (+), oedem (+),
Feel: Teraba hangat, nyeri tekan (+), bengkak (+)
Move: ROM aktif-pasif terbatas akibat nyeri
A: Pro op ORIF
P:
- IVFD RL 20 tetes/menit
- Tablet asam mefenamat 3x500g
- Skin traksi (beban 3kg), 2jam sementara

TINJAUAN PUSTAKA

FRAKTUR FEMUR
Definisi
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi mungkin tak
lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau perimpilan korteks; biasanya patahan itu
lengkap dan fragmen tulang bergeser. Bilamana tidak ada luka yang menghubungkan fraktur
dengan udara luar atau permukaan kulit atau kulit diatasnya masih utuh ini disebut fraktur
tertutup (atau sederhana), sedangkan bila terdapat lukayang menghubungkan tulang yang
fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit yang cenderung untuk mengalami kontaminasi
dan infeksi ini disebut fraktur terbuka.
Epidemiologi
Klasifikasi alfanumerik pada fraktur, yang dapat digunakan dalam pengolahan komputer,
telah dikembangkan oleh (Muller dkk., 1990). Angka pertama menunjukkan tulang yaitu :
1.Humerus2.Radius/Ulna3.Femur 4.Tibia/Fibula Sedangkan angka kedua menunjukkan
segmen, yaitu :1.Proksimal 2.Diafiseal 3.Distal 4.Maleolar Untuk fraktur femur yang terbagi
dalam beberapa klasifikasi misalnya saja pada fraktur collum, fraktur subtrochanter femur ini
banyak terjadi pada wanita tua dengan usia lebih dari 60 tahun dimana tulang sudah
mengalami osteoporotik, trauma yang dialami oleh wanita tua ini biasanya ringan (jatuh
terpeleset di kamar mandi)sedangkan pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami
kecelakaan. Sedangkan fraktur batang femur, fraktur supracondyler, fraktur intercondyler,
fraktur condyler femur banyak terjadi pada penderita lakilaki dewasa karena kecelakaan
ataupun jatuh dari ketinggian. Sedangkan fraktur batang femur pada anak terjadi karena jatuh
waktu bermain dirumah atau disekolah
Etiologi
Pada dasarnya tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan daya
pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat :
Peristiwa trauma tunggal. Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tibatiba
dan berlebihan, yangdapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan atau
terjatuh dengan posisi miring, pemuntiran, atau penarikan.
10

-Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena; jaringan lunak juga
pasti rusak. Pemukulan (pukulan sementara) biasanya menyebabkan fraktur melintang dan
kerusakan pada kulit diatasnya; penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur
komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.
- Bila terkena kekuatan tak langsung tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari
tempat yang terkena kekuatan itu; kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin tidak
ada.Kekuatan dapat berupa :1. Pemuntiran (rotasi), yang menyebabkan fraktur spiral 2.
Penekukan (trauma angulasi atau langsung) yang menyebabkan fraktur melintang 3.
Penekukan dan Penekanan, yang mengakibatkan fraktur sebagian melintang tetapi disertai
fragmen kupukupu berbentuk segitiga yang terpisah 4. Kombinasi dari pemuntiran,
penekukan dan penekanan yang menyebabkan fraktur obliq pendek 5. Penarikan dimana
tendon atau ligamen benarbenar menarik tulang sampai terpisah.
Tekanan yang berulangulang. Retak dapat terjadi pada tulang, seperti halnya pada logam
dan benda lain, akibat tekanan berulangulang.
Kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik). Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang
normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh
(misalnya pada penyakit paget)
Klasifikasi
Klasifikasi fraktur femur dapat dibagi dalam :
a. FRAKTUR COLLUM FEMUR:Fraktur collum femur dapat disebabkan oleh trauma
langsung yaitu misalnya penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor
langsung terbentur dengan benda keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma
tidak langsung yaitu karena gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah, dibagi
dalam :
Fraktur intrakapsuler (Fraktur collum femur)
Fraktur extrakapsuler (Fraktur intertrochanter femur)
b. FRAKTUR SUBTROCHANTER FEMUR
Ialah fraktur dimana garis patahnya berada 5 cm distal dari trochanter minor, dibagi dalam
beberapa klasifikasi tetapi yang lebih sederhana dan mudah dipahami adalah klasifikasi
Fielding & Magliato, yaitu :tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minor tipe 2 :
garis patah berada 1 -2 inch di bawah dari batas atas trochanter minor tipe 3 : garis patah
berada 2 -3 inch di distal dari batas atas trochanterminor

11

c. FRAKTUR BATANG FEMUR (dewasa). Fraktur batang femur biasanya terjadi karena
trauma langsung akibat kecelakaan lalulintas dikota kota besar atau jatuh dari ketinggian,
patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan
penderita jatuh dalam shock, salah satu klasifikasi fraktur batang femur dibagi berdasarkan
adanya luka yang berhubungan dengan daerah yang patah. Dibagi menjadi :- tertutupterbuka, ketentuan fraktur femur terbuka bila terdapat hubungan antara tulang patahdengan
dunia luar dibagi dalam tiga derajat, yaitu ; Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia
luar timbul luka kecil, biasanya diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam menembus
keluar. Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm) luka ini disebabkan karena benturan dariluar.
Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan lunak banyak yang ikut
rusak (otot, saraf, pembuluh darah)
d. FRAKTUR BATANG FEMUR (anak anak)
e. FRAKTUR SUPRACONDYLER FEMUR. Fraktur supracondyler fragment bagian distal
selalu terjadi dislokasi ke posterior, hal ini biasanya disebabkan karena adanya tarikan dari
otot otot gastrocnemius, biasanya fraktur supracondyler ini disebabkan oleh trauma
langsung karena kecepatan tinggi sehingga terjadi gaya axial dan stress valgus atau varus dan
disertai gaya rotasi.
f. FRAKTUR INTERCONDYLAIR Biasanya fraktur intercondular diikuti oleh fraktur
supracondular, sehingga umumnya terjadi bentuk T fraktur atau Y fraktur.
g. FRAKTUR CONDYLER FEMUR Mekanisme traumanya biasa kombinasi dari gaya
hiperabduksi dan adduksi disertai dengan tekanan pada sumbu femur keatas
Gambaran Klinik
Biasanya terdapat riwayat cedera, diikuti dengan ketidak mampuan menggunakan tungkai
yang mengalami cedera, fraktur tidak selalu dari tempat yang cedera. Suatu pukulan dapat
menyebabkan fraktur pada kondilus femur, batang femur, pattela, ataupun acetabulum. Umur
pasien dan mekanisme cedera itu penting, kalau fraktur terjadi akibat cedera yang ringan
curigailah lesi patologik. Nyeri, memar dan pembengkakan adalah gejala yang sering
ditemukan, tetapi gejala itu tidak membedakan fraktur dari cedera jaringan lunak, deformitas
jauh lebih mendukung.
Tandatanda umum, tulang yang patah merupakan bagian dari pasien penting untuk
mencari bukti ada tidaknya1. Syok atau perdarahan 2. Kerusakan yang berhubungan dengan
otak, medula spinalis atau visera 3. Penyebab predisposisi (misalnya penyakit paget) Tanda
tanda lokal a. Look : Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang
12

abnormal,angulasi, rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting adalah
apakah kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur, cedera
terbuka b. Feel : Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian distal dari
fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera pembuluh darah adalah
keadaan darurat yang memerlukan pembedahan c. Movement :Krepitus dan gerakan abnormal
dapat ditemukan, tetapi lebih penting untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan
sendisendi dibagian distal cedera.
Diagnosis
-Anamnesis : pada penderita didapatkan riwayat trauma ataupun cedera dengan keluhan
bagian dari tungkai tidak dapat digerakkan.
- Pemeriksaan fisik :- Look : Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang
abnormal, angulasi,rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting adalah
apakah kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur, cedera
terbuka. - Feel : Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian distal dari
fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera pembuluh darah adalah
keadaan darurat yang memerlukan pembedahan- Movement :Krepitus dan gerakan abnormal
dapat ditemukan, tetapi lebih penting untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan
sendisendi dibagian distal cedera.

-Pemeriksaan penunjang :Pemeriksaan dengan sinar x harus dilakukan dengan 2 proyeksi


yaitu anterior posterior dan lateral, kekuatan yang hebat sering menyebabkan cedera pada
lebih dari satu tingkat karena itu bila ada fraktur pada kalkaneus atau femur perlu juga diambil
foto sinar x pada pelvis dan tulang belakang.
Penatalaksanaan
1 . T e r a p i k o n s e r v a t i f : - Proteksi
- Immobilisasi saja tanpa reposisi- Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips- Traksi
2. Terapi operatif ORIF
Indikasi ORIF :- Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosis tinggiFraktur yang tidak bisa direposisi tertutup- Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit

13

dipertahankan- Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan
operasi.
Cara operatif/ pembedahan pada saat ini adalah metode penatalaksanaan yang paling
banyak keunggulannya. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka.
Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan
sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan
fragmen-fragmen tulang yang telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi
dengan tangan agar menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmenfragmen tulang ini dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa pen,sekrup,pelat,dan
paku.
Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antaralain :
-Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah
-Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dansaraf yang berada didekatnya
-Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai
-Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasiyang lain
-Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin,terutama pada kasus-kasus yang tanpa
komplikasi dan dengan kemampuan mempertahankan fungsi sendi dan fungsi otot hampir
normal selama penatalaksanaan dijalankan.
Excisional Arthroplasty.
Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi- Excisi fragmen dan pemasangan
endoprosthesis. Dilakukan excisi caput femur dan pemasangan endoprosthesis Moore.
Tindakan debridement dan posisi terbuka
Penyembuhan fraktur :
Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur adalah imobilisasi fragmen tulang, kontak
fragmen tulang minimal, asupan darah yang memadai, nutrisi yang baik, latihan pembebanan
berat badan untuk tulang panjang, hormon-hormon pertumbuhan tiroid, kalsitonin, vitamin D,
steroid anabolik.
1 . F a s e P e r a d a n g a n : Pada saat fraktur ada fase penjendalan dan nekrotik di ujung
atau sekitar fragmen fraktur, proses peradangan akut faktor eksudasi dan cairan yang kaya
protein ini merangsang lekosit PMN dan Makrofag yang fungsinya fagositosis jendalan darah
dan jaringan nekrotik
14

2 . F a s e P r o l i f e r a s i : Akibat jendalan darah 1 2 hari terbentuk fibrin yang


menempel pada ujung ujung fragmen fraktur, dimana fibrin ini berfungsi sebagai anyaman
untuk perlekatan sel sel yang baru tumbuh sehingga terjadi neovaskularisasi dan terbentuk
jaringan granulasi atau procallus yang semakin lama semakin memadat sehingga terjadi
fibrocartilago callus yabg bertambah banyak dan terbentuklah permanen callus
yangtergantung banyak atau sedikitnya celah pada fraktur
3. Fasa remodelling. Permanen callus diserap dan diganti dengan jaringan tulang sedangkan
sisanya direabsorbsi sesuai dengan bentuk dan anatomis semula.
Komplikasi
Penyebab komplikasi fraktur secara umum dibedakan menjadi dua yaitu bisa karena trauma
itu sendiri, bisa juga akibat penanganan fraktur yang disebut komplikasi iatrogenik.
Komplikasi Umum :
Syok hipovolemia (karena perdarahan yang banyak), syok neurogenik (karena nyeri yang
hebat), koagulopati diffus, gangguan fungsi pernafasan. Komplikasi ini dapat terjadi dalam
waktu 24 jam pertama pasca trauma, dan setelah beberapa hari atau minggu dapat terjadi
gangguan metabolisme yaitu peningkatan katabolisme, emboli lemak, tetanus, gas ganggren,
trombosit vena dalam (DVT).
Komplikasi Lokal :
Jika komplikasi yang terjadi sebelum satu minggu pasca trauma disebut komplikasi dini, jika
komplikasi terjadi setelah satu minggu pasca trauma disebut komplikasi lanjut.Ada beberapa
komplikasi yang terjadi yaitu :
-Infeksi, terutama pada kasus fraktur terbuka.
-Osteomielitis yaitu infeksi yang berlanjut hingga tulang.
-Atropi otot karena imobilisasi sampai osteoporosis.
- Malunion : Bila tulang sembuh dengan fungsi anatomis abnormal (angulasi, perpendekan,
atau rotasi) dalam waktu yang normal
-Delayed union yaitu penyambungan tulang yang lama.
-Non union yaitu tidak terjadinya penyambungan pada tulang yang fraktur dalam 20minggu.
-Artritis supuratif, yaitu kerusakan kartilago sendi.
-Dekubitus, karena penekanan jaringan lunak oleh gips.
-Lepuh di kulit karena elevasi kulit superfisial akibat edema.
-Terganggunya gerakan aktif otot karena terputusnya serabut otot,

15

-Sindroma kompartemen karena pemasangan gips yang terlalu ketat sehingga mengganggu
aliran darah
-Kekakuan sendi/kontraktur

16

DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.2004
2. Apley, A. Graham. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley; Alih Bahasa Edi
Nugroho; Edisi ke-7, Penerbit widya Medika, Jakarta. 364-374
3. Schwartz, Shires, Spencer. Intisari prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6. Jakarta : EGC.2000
4. Djoko Simbardjo. Fraktur Batang Femur. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bagian
Bedah FKUI.
3. Dandy DJ. Essential Orthopaedics and Trauma. Edinburg, London, Melborue,
New York: ChurchillLivingstone, 1989.
4. Salter/ Textbook of Disorders and injuries of the Musculoskeletal System.
2nd ed. Baltimore/London:Willians & Wilkins, 1983.
5. Rosenthal RE. Fracture and Dislocation of the Lower Extremity. In: Early Care of the
Injured Patient, edIV. Toronto, Philadelphia: B.C. Decker, 1990
6. Anatomi dan Fisiologi Tulang Femur. Available at http://doctorology.net/?p=307. Accessed
11 Mei 2012.

17

You might also like