You are on page 1of 44

MAKALAH

KONSEP DASAR GERONTIK

Disusun oleh:

2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yang
diridhoi Allah SWT.
Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk dapat lebih memahami
tentang KONSEP DASAR GERONTIK. mudah-mudahan makalah ini bisa
membantu bagi mahasiswa untuk bekal nanti di lapangan.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis
yang membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini. Amin.

Sukabumi, September 2015


Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................i


DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang......................................................................................1

1.2

Rumusan Masalah.................................................................................2

1.3

Tujuan ..................................................................................................3

1.4

Manfaat ................................................................................................3

BAB II KAJIAN TEORITIS


2.1

Konsep Dasar Keperawatan Gerontik ..................................................4

2.2

Teori Teori Penuaan...........................................................................7

2.3

Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia..........................21

2.4

Program-program Nasional untuk Lansia.............................................33

BAB III PENUTUP


3.1

Kesimpulan...........................................................................................40

3.2

Saran.....................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah menurunkan
angka kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini
berdampak pada meningkatnya usia harapan hidup bangsa Indonesia dan
meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia.
Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia
tercatat sebagai paling pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025.
Jumlah lansia yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada
tahun 2020, atau sebesar 11,37 persen dari jumlah penduduk. Itu berarti
jumlah lansia di Indonesia akan berada di peringkat empat dunia, di bawah
Cina, India, dan Amerika Serikat.
Menurut data demografi internasional dari Bureau of the Census
USA (1993), kenaikan jumlah lansia Indonesia antara tahun 1990-2025
mencapai 414%, tertinggi di dunia. Kenaikan pesat itu berkait dengan usia
harapan hidup penduduk Indonesia.
Dalam sensus Badan Pusat Statistik (BPS) 1998, harapan hidup
penduduk Indonesia rata-rata 63 tahun untuk kaum pria, dan wanita 67
tahun. Tetapi menurut kajian WHO (1999) harapan penduduk Indonesia
rata-rata 59,7 tahun, menempati peringkat ke-103 dunia. Nomor satu
adalah Jepang (74,5 tahun).
Perhatian pemerintah terhadap keberadaan lansia sudah meningkat.
GBHN 1993 mengamanatkan agar lansia yang masih produktif dan
mandiri

diberi

kesempatan

berperan

aktif

dalam

pembangunan..

Pemerintah juga menetapkan tanggal 29 mei sebagai Hari Lansia Nasional,


sedang DPR menerbitkan UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lansia.
Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula
penderita golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda

dengan segmen populasi lain, populasi lanjut usia dimanapun selalu


menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibanding
populasi lain. Disamping itu, oleh karena aspek disabilitas yang tinggi
pada segmen populasi ini selalu membutuhkan derajat keperawatan yang
tinggi.
Keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan
profesi keperawatan yang memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan
yang spesifik, sehingga di bidang keperawatan pun saat ini ilmu
keperawatan lanjut usia berkembang menjadi suatu spesialisasi yang mulai
berkembang.
Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan
atas Gerontologic nursing (gerontic nursing) dan geriatric nursing sesuai
keterlibatannya dalam bidang yang berlainan. Gerontologic nurse atau
perawat gerontologi adalah perawat yang bertugas memberikan asuhan
keperawatan pada semua penderita berusia diatas 65 tahun (di Indonesia
dan Asia dipakai batasan usia 60 tahun) tanpa melihat apapun
penyebabnya dan dimanapun dia bertugas. Secara definisi, hal ini berbeda
dengan perawat geriatrik, yaitu mereka yang berusia diatas 65 tahun dan
menderita lebih dari satu macam penyakit (multipel patologi), disertai
dengan berbagai masalah psikologik maupun sosial.
1.2

Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.

1.3

Bagaimana konsep dasar lanjut usia ?


Apa saja teori-teori penuaan ?
Bagaimana perubahan bio, psikososial, dan kultural pada lansia ?
Apa saja program-program nasional untuk lansia ?

Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


a.
b.

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas III


Agar mahasiswa mampu memahami dan membuat Konsep
Keperawatan Komunitas Gerontik.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.4

a.
b.
c.

Mengetahui dan memahami konsep dasar keperawatan gerontik


Mengetahui dan memahami teori-teori penuaan
Mengetahui dan memahami perubahan biologis, psikologi, social,

d.

cultural
Program-program nasional untuk lansia.

Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
a.

Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep dasar

b.
c.

keperawatan gerontik
Mahasiswa mengetahui dan memahami teori-teori penuaan
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami perubahan biologis,

d.

psikologi, social, cultural


Mahasiswa dapat mengetahui program-program nasional untuk
lansia.

BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1

Konsep Dasar Keperawatan Gerontik

2.1.1 Pengertian Lanjut Usia


Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia (Budi Anna Keliat, 1999 dalam Buku Siti Maryam, dkk,
2008). Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998
tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun. (R. Siti Maryam, dkk, 2008: 32)
2.1.2 Batasan Lanjut Usia
Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur.
1.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)


Lanjut Usia meliputi:
a.

Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai

b.

59 tahun.
Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74

c.

tahun.
Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90

d.

tahun.
Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90
tahun.

2.

Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan lanjut usia sebagai


berikut:
a.
Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b.
Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c.

Lansia risiko tinggi


Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes
RI, 2003).

d.

Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI,

e.

2003).
Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).

2.1.3 Tipe Lanjut Usia


Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000 dalam
buku R. Siti Maryam, dkk, 2008).
Tipe tersebut dapat dibagi sebagai berikut:
1.

Tipe arif bijaksana


Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah
hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi
panutan.

2.

Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif
dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi
undangan.

3.

Tipe tidak puas


Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga
menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani,
pengkritik dan banyak menuntut.

4.

Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan
agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.

5.

Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,


menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen
(ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militant dan serius, tipe
pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe
putus asa (benci pada diri sendiri).
Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai
berdasarkan

kemampuan

untuk

melakukan

aktivitas

sehari-hari

(indeks

kemandirian Katz), para lansia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu
lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan langsung keluarganya,
lansia mandiri dengan bantuan secara tidak langsung, lansia dengan bantuan
badan sosial, lansia di panti werda, lansia yang dirawat di rumah sakit, dan lansia
dengan gangguan mental.
2.1.4

Proses Penuaan
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah


sel-sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami
penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Seiring
dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan
atau yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif.

2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penuaan


R. Siti Maryam, dkk, 2008 menyebutkan factor-faktor yang mempengaruhi
penuaan adalah sebagai berikut:
1. Hereditas (Keturunan/Genetik)

2.
3.
4.
5.
6.
2.2

Nutrisi (Asupan Makanan)


Status Kesehatan
Pengalaman Hidup
Lingkungan
Stress

Teori Teori Penuaan

2.2.1 Menurut Betty Newman


Sebenarnya secara individual tahap proses penuaan terjadi pada orang
dengan usia berbeda, masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang
berbeda, tidak ada satu faktor pun ditemukan untuk mencegah proses penuaan.
1. Teori-Teori Biologi
a.
Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatic Theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara generic
untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan

biokimia

yang

diprogram

oleh

molekul-

molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami


mutasi.
Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel
kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).
b.

Pemakaian dan Rusak kelebihan usaha dan stress menyebabkan

c.

sel-sel tubuh lelah (terpakai).


Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut
teori akumulasi dari produk sisa. Sebagai contoh adanya pigmen
Lipofuchine di sel otot jantung dan sel susunan syaraf pusat
pada orang lanjut usia yang mengakibatkan mengganggu sel itu

d.
e.

sendiri.
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan

f.

kekurangan gizi.
Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat
diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang

tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh


menjadi lemah dan sakit.
Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar timus yang ada
pada usia dewasa berinvolusi dan semenjak itu terjadilah
kelainan autoimun (menurut Goldteris dan Brocklehurst).
g.

Teori Immunology Slow Virus (Immunology Slow Virus


Theory)
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia
dan masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan
kerusakan organ tubuh.

h.

Teori Stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan

tubuh.

Regenerasi

jaringan

tidak

dapat

mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan


usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
i.

Teori Radikal Bebas


Radikal bebas dapat terbentuk di dalam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan
oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan
proton. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

j.

Teori Rantai Silang


Sel-sel

yang

tua

atau

usang,

reaksi

kimianya

menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen,


ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan, dan
hilangnya fungsi.
k.

Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel
yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.

2.

Teori Kejiwaan Sosial


a. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)

1) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah


kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada
lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut
banyak dalam kegiatan sosial.
2) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup
dari lanjut usia.
3) Mempertahankan hubungan antara system sosial dan
individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut
usia.
b. Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada
lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori di atas.
Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
seseorang yang lanjut usia dipengaruhi oleh tipe personality
yang dimiliknya.
c. Teori Pembebasan (Didengagement Theory)
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat
dan kemunduran individu oleh Cummning dan Henry 1961.
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara berangsur-angsur mulai melepasuikan diri dari
kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering
terjadi kehilangan ganda (Triple Loss), yakni:
1) Kehilangan peran (Loss of Role)
2) Hambatan kontak sosial (Restrastion of Contacts and
Relation Ships)
3) Berkurangnya komitmen (Reuced Commitment to Social
Mores and Values).
2.2.2 Menurut Barbara Cole Donlon

Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang
dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia
tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu fenomena yang
kompleks dan multi dimensional yang dapat di observasi di dalam satu sel dan
berkembang sampai pada keseluruhan sistem. ( Mickey and Patricia, 2006)
Walaupun hal itu terjadi pada tingkat kecepatan yang berbeda, di dalam parameter
yang cukup sempit, proses tersebut tidak tertandingi.
Teoriteori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi
oleh Barbara Cole Donlon di kelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu
teori biologis dan psikososial (Tabel 2-1). Penelitian yang terlibat dengan jalur
biologi telah memusatkan perhatian pada indikator yang dapat dilihat dengan jelas
pada proses penuaan, banyak pada tingkat seluler, sedangkan ahli teori psikososial
mencoba untuk menjelaskan bgaimana proses tersebut dipandang dalam kaitan
dengan kepribadian dan perilaku.
Tabel 2-1 Teori-Teori Penuaan
Teori Biologis
Genetika

Tingkat Perubahan
Gen yang diwariskan

Dipakai dan rusak

lingkungan
Kerusakan oleh radikal bebas

(Wear and Tear)


Lingkungan

Meningkatnya pajanan terhadap hal-hal

Imunitas

yang berbahaya
Integritas sistem tubuh untuk melawan

Neuroendokrin

kembali
Kelebihan

Teori Psikologis
Kepribadian
Tugas Perkembangan
Disengagment
Aktivitas
Kontinuitas

hormon
Tingkat Proses
Introvert lawan ekstrovert
Maturasi sepanjang rentang kehidupan
Antisipasi menarik diri
Membantu mengembangkan usaha
Pengembangan individualitas

1.

Teori Biologis

10

atau

&

kurangnya

dampak

produksi

Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik


penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan,
pajang usia, dan kematian. Perubahan perubahan dalam tubuh
termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama
dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan
penyakit.
Seiring dengan berkembangnya kemampuan kita untuk
menyelidiki komponen-komponen yang kecil dan sangat kecil, suatu
pemahaman tentang hubungan hal-hal yang mempengaruhi penuaan
ataupun tentang penyebab penuaan yang sebelumnya tidak diketahui,
sekarang telah mengalami peningkatan. Walaupun bukan merupakan
suatu definisi penuaan, tetapi lima kerakteristik penuaan telah dapat
di identifikasi oleh para ahli (Tabel 2-2). Teori biologis juga mencoba
untuk menjelaskan mengapa orang mengalami penuaan dengan cara
yang berbeda dari waktu ke waktu dan faktor apa yang
mempengaruhi umur pajang, perlawanan terhadap organisme, dan
kematian atau perubahan seluler. Suatu pemahaman tentang
perspektif biologi dapat memberikan pengetahuan pada perawat
tentang faktor resiko spesifik dihubungkan dengan penuaan dan
bagaimana

orang

dapat

dibantu

untuk

meminimalkan

atau

menghindari risiko dan memaksimalkan kesehatan.


a. Teori Genetika
Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan
terutama dipengaruhi oleh pembentukan gen dan dampak
lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut teori
genetika, penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar
diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu untuk merubah
sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang
hidup dan panjang usia telah ditentukan sebelumnya. Teori
genetika terdiri dari teori asam deoksiribonukleat (DNA), teori
ketepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teori glokogen.

11

Teori teori ini menyatakan bahwa proses replikasi pada


tingkatan seluler menjadi tidak teratur karena adanya informasi
tidak sesuai yang diberikan dari inti sel. Molekul DNA menjadi
saling bersilangan (crosslink) dengan unsur yang lain sehingga
mengubah

informasi

genetik.

Adanya

crosslink

ini

mengakibatkan kesalahan pada tingkat seluler yang akhirnya


menyebabkan sistem dan organ tubuh gagal untuk berfungsi.
Bukti yang mendukung teori teori ini termasuk perkembangna
radikal bebas, kolagen, dan lipofusin.
Selain itu, peningkatan frekuensi kanker dan penyakit
autoimun yang dihubungkan dengan bertambhnya umur
menyatakn bahwa mutasi atau kesalahan terjadi pada tingkat
molekuler dan seluler.

12

Tabel 2-2 Karakteristik Biologis Penuaan


a. Peningkatan usia harapan hidup, tetapi mortalitas tidak dapat
dihindari.
b. Penuaan dapat ditemukan di dalam sel, molekul, jaringan,
dan massa tulang.
c. Perusakan bersifat progresif dan tidak tertandingi serta
memengaruhi semua sistem hidup.
d. Diperlukan waktu yang panjang untuk kembali dari periode
serangan, kelelahan, dan stress.
e. Peningkatan kerentanan terhadap infeksi, kanker, dan
penyakit lain yang berhubungan dengan pertambahan usia.
b. Teori Wear-And-Tear (Dipakai dan Rusak)
Teori Wear-And-Tear (Dipakai dan Rusak) mengusulkan
bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat
merusak

sintesis

DNA,

sehingga

mendorong

malfungsi

molekuler dan akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung teori


ini

percaya

bahwa

tubuh

akan

mengalami

kerusakan

berdasarkan suatu jadwal. Radikal bebas adalah contoh dari


produk sampah metabolime yang menyebabkan kerusakan
ketika akumulasi terjadi. Radikal bebas adalah molekul atau
atom dengan suatu elektron yang tidak berpasangan. Ini
merupakan jenis yang sangat reaktif yang dihasilkan dari reaksi
selama metabolisme. Radikal bebas dengan cepat dihancurkan
oleh sistem enzim pelindung pada kondisi normal. Beberapa
radikal bebas berhasil lolos dari proses perusakan ini dan
berakumulasi di dalam struktur biologis yang penting, saat itu
kerusakan organ terjadi.
Karena laju metabolisme terkait secara langsung pada
pembentukan radikal bebas, sehingga ilmuan memiliki hipotesis
bahwa tingkat kecepatan produksi radikal bebas berhubungan
dengan penentuan waktu rentang hidup. Pembatasan kalori dan
efeknya pada perpanjangan hidup mungkin berdasarkan pada

13

teori ini. Namun, orang lain percaya bahwa pembatasan kalori


mungkin menggunakan efeknya melalui sistem neuroendokrin.
c. Teori Imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam
sistem imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika orang
bertambah tua, pertahanan mereka terhadap organisme asing
mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk
menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi.
Seiring dengan berkurangnya fungsi sistem imun,
terjadilah peningkatan dalam respons autoimun tubuh. Ketika
orang mengalami penuaan, mereka mungkin mengalami
penyakit autoimun seperti artritis reumatoid dan alergi terhadap
makanan dan faktor lingkungan yang lain.
Penganjur teori ini sering memusatkan pada peran
kelenjar timus. Berat dan ukuran kelenjar timus menurun seiring
dengan bertambahnya umur, seperti halnya kemampuan tubuh
untuk diferensiasi sel T. Karena hilangnya proses diferensiasi sel
T, tubuh salah mengenali sel yang tua dan tidak beraturan
sebagai benda asing dan menyerangnya. Selain itu, tubuh
kehilangan

kemampuannya

unutk

meningkatkan

respons

terhadap sel asing, terutama bila menghadapi infeksi.


Pentingnya

pendekatan

pemeliharaan

kesehatan,

pencegahan penyakit dan promosi kesehatan terhadap pelayanan


kesehatan, terutama pada saat penuaan terjadi tidak dapat
diabaikan. Walaupun semua orang memerlukan pemeriksaan
rutin untuk memastikan deteksi dini dan perawatan seawal
mungkin, tetapi pada usia lanjut, kegagalan melindungi sistem
imun yang telah mengalami penuaan memalui pemeriksaan
kesehatan dapat mendorong kearah kematian awal yang tidak
terduga.

14

Selain itu, program imunisasi secara nasional untuk


mencegah kejadian dan penyebaran epidemi penyakit, seperti
pneumonia dan influenza diantara orang usia lanjut juga
mendukung dasar teoretis praktek keperawatan.
d. Teori Neuroendokrin
Teori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan hal-hal
seperti yang telah terjadi pada struktur dan perubahan pada
tingkat molekul dan sel, nampak sangaat mengagumkan dalam
beberapa situasi. Sebagai contoh, diskusi sebelumnya tentang
kelenjar timus dan sistem imun serta interaksi antara saraf dan
endokrin.
Pada kasus selanjutnya, para ahli telah memikirkan
bahwa penuaan terjadi oleh karena adanya suatu perlambatan
dalam sekresi hormon tertentu yang mempunyai suatu dampak
pada reaksi sistem saraf. Hal ini lebih jelas ditunjukkan dalam
kelenjar hipofisis, tiroid, adrenal dan reproduksi.
Salah satu area neurologi yang mengalami gangguan
secara universal akibat penuaan adalah waktu reaksi yang
diperlukan untuk menerima, memproses, dan bereaksi terhadap
perintah. Dikenal sebagai perlambatan tingkah laku, respons ini
kadang-kadang diinterpretasikan sebagai tindakan melawan,
ketulian,

atau

kurangnya

pengetahuan.

Pada

umumnya,

sebenarnya yang terjadi bukan satupun dari hal-hal tersebut,


tetapi orang lanjut usia sering dibuat untuk merasa seolah-olah
mereka tidak kooperatif atau tidak patuh. Perawat dapat
memfasilitasi

proses

pemberian

perawatan

dengan

memperlambat instruksi dan menunggu respons mereka.


2.

Teori Psikologis

15

cara

Teori psikologis memusatkan perhatian pada perubahan sikap


dan perilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari
implikasi

biologi

pada

kerusakan

anatomis.

Untuk

tujuan

pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik dikombinasikan


dengan perubahan psikologis.
Masing-masing individu, muda, setengah baya, atau tua,
adalah unik dan memiliki pengalaman, melalui serangkaian kejadian
dalam kehidupan dan melalui banyak peristiwa. Selama 40 tahun
terakhir, beberapa teori telah berupaya untuk menggambarkan
bagaimana perilaku dan sikap pada awal tahap kehidupan dapat
memengaruhi reaksi manusia sepanjang tahap akhir hidupnya.
Pekerjaan ini disebut proses penuaan yang sukses. Contoh dari
teori-teori ini termasuk teori kepribadia.
a. Teori Kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan
yang subur dalam tahun-tahun akhir kehidupannya dan telah
merangsang penelitian yang pantas dipertimbangkan. Teori
kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis
tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia.
Menurut Jung 1960, mengembangkan suatu teori
pengembangan kepribadian orang dewasa yang memandang
kepribadian sebagai ekstrovert atau introvert. Ia berteori bahwa
keseimbangan antara kedua hal tersebut adalah penting bagi
kesehatan. Dengan menurunnya tanggung jawab dan tuntutan
dari keluarga dan ikatan sosial, yang sering terjadi di kalangan
lansia, jung percaya bahwa orang akan menjadi lebih introvert.
Di dalam konsep interioritas dari Jung, separuh kehidupan
manusia berikutnya digambarkan dengan memiliki tujuannya
sendiri,yaitu untuk mengembangkan kesadaran diri sendiri
melalui aktivitas yang dapat merefleksikan dirinya sendiri.

16

Jung melihat tahap akhir kehidupan sebagai waktu ketika


orang mengambil suatu inventaris dari hidup mereka, suatu
waktu untuk lebih melihat ke belakang daripada melihat ke
depan. Selama proses refleksi ini, lansia harus menghadapi
kenyataan

hidupnya

secara

retrospektif.

Lansia

sering

menemukan bahwa hidup telah memberikan satu rangkaian


pilihan yang sekali dipilih, akan membawa orang tersebut pada
suatu arah yang tidak bisa diubah. Walupun peneysalan terhadap
beberapa aspek kehidupan sering terjadi, tetapi banyak lansia
menyatakan suatu perasaan kepuasan dengan apa yang telah
mereka penuhi.
b. Teori Tugas perkembangan
Beberapa ahli teori terkenal sudah menguraikan proses
maturasi dalam kaitannya dengan tugas yang harus dikuasai
pada berbagai tahap sepanjang rentang hidup manusia. Hasil
penelitian Erickson (Vital Involvment in Old Age, 1986)
mungkin teori terbaik yang dikenal dalam bidang ini. Tugas
perkembanagn adalah aktivitas dan tantangan yang harus
dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam
hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses. Erickson
menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat
kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan
integritas.
Pada kondisi tidak adanya pencapaian perasaan bahwa ia
telah menikmati kehidupan yang baik, maka lansia tersebut
berisiko untuk disibukkan dengan rasa penyesalan atau putus
asa. Minat yang terbaru dalam konsep ini sedang terjadi pada
saat ahli gerontologi dan perawat gerontologi memeriksa
kembali tugas perkembangan lansia.

17

c. Teori Disengagement
Teori Disengagement (teori pemutusan hubungan),
dikembangkan pertama kali pada awal tahun 1960-an,
menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari peran
bermasyarakat dan tanggung jawabnya.(Comming dan Henry,
1961)
Menurut ahli teori ini, proses penarikan diri ini dapat
diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting untuk
fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia
dikatakan akan bahagia apabila kontak sosial telah berkurang
dan tanggung jawab telah diambil oleh generasi yang lebih
muda. Manfaat pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah
agar ia dapat menyediakan waktu untuk merefleksikan
pencapaian hidupnya dan untuk menghadapi harapan yang tidak
terpenuhi, sedangkan manfaatnya bagi masyarakat adalah dalam
rangka memindahkan kekuasaan generasi tua kepada generasi
muda.
Teori ini banyak menimbulkan kontroversi, sebagai
karena penelitian ini dipandang cacat dan karena banyak lansia
yang menentang postulat yang dibangkitkan oleh teori untuk
menjelaskan

apa

yang

terjadi

di

dalam

pemutusan

ikatan/hubungan. Sebagai contoh, di bawah kerangka kerja teori


ini, pensiun wajib menjadi suatu kebijakan sosial yang harus
diterima. Dengan meningkatnya rentang waktu kehidupan alami,
pensiun pada usia 65 tahun berarti bahwa seorang lanjut usia
yang sehat dapat berharap untuk hidup 20 tahun lagi. Bagi
banyak individu yang sehat dan produktif, prospek dari suatu
langkah yang lebih lambat dan tanggung jawab yang lebih
sedikit merupakan hal yang tidak diinginkan. Jelasnya, banyak
lansia dapat terus menjadi anggota masyarakat produktif yang
baik sampai mereka berusia 80-90 tahun.

18

d. Teori Aktivitas
Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori
aktivitas penuaan, yang berpendapat bahwa jalan menuju
penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. Havighurst
yang pertama menulis tentang pentingnya tetap aktif secara
sosial sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat untuk
lansia pada tahun 1952. Sejak saat itu, berbagai penelitian telah
memvalidasi hubungan positif antara mempertahankan interaksi
yang penuh arti dengan orang lain dan kesejahteraan fisik dan
mental orang tersebut.
Gagasan

pemenuhan

kebutuhan

seseorang

harus

seimbang dengan pentingnya perasaan dibutuhkan oleh orang


lain. Kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang penuh
arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya adalah
suatu komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia.
Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran
pada lansia secara negatif memengaruhi kepuasan hidup. Selain
itu, penelitian terbaru menunjukkan pentingnya aktivitas mental
dan fisik yang berkesinambungan untuk mencegah kehilangan
dan pemeliharaan kesehatan sepanjang masa

kehidupan

manusia.
e. Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas, juga dikenal sebagai suatu teori
perkembangan, merupakan suatu kelanjutan dari kedua teori
sebelumnya

dan

mencoba

untuk

menjelaskan

dampak

kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan


diri agar mencapai kebahagiaan dan terpenuhinya kebutuhan di
usia tua. (Verdery, 1997)
Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu
sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi

19

bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap


perubahan akibat penuaan.
Ciri kepribadian dasar dikatakan tetap tidak berubah
walupun usianya telah lanjut. Selanjutnya, ciri kepribadian
secara khas menjadi lebih jelas pada saat orang tersebut
bertambah tua. Seseorang yang menikmati bergabung dengan
orang lain dan memiliki kehidupan sosial yang aktif akan terus
menikmati gaya hidupnya ini sampai usianya lanjut.
Orang yang menyukai kesendirian dan memiliki jumlah
aktivitas yang terbatas mungkin akan menemukan kepuasaan
dalam melanjutkan gaya hidupnya ini. Lansia yang terbiasa
memiliki kendali dalam membuat keputusan mereka sendiri
tidak akan dengan mudah menyerahkan peran ini hanya karena
usia mereka yang telah lanjut.
Selain itu, individu yang telah melakukan manipulasi
atau abrasi dalam interaksi interpersonal mereka selama masa
mudanya tidak akan tiba-tiba mengembangkan suatu pendekatan
yang berbeda di dalam masa akhir kehidupannya.
Ketika perubahan gaya hidup dibebankan pada lansia
oleh

perubahan

sosial-ekonomi

atau

faktor

kesehatan,

tidak

diketahui

permasalahan mungkin akan timbul.


Kepribadian

yang

tetap

selama

pertemuan atau kunjungan singkat kadang-kadang dapat


menjadi fokal dan juga menjadi sumber kejengkelan ketika
situasi mengharuskan adanya suatu perubahan di dalam
pengaturan tempat tinggal. Keluarga yang berhadapan dengan
keputusan yang sulit tentang perubahan pengaturan tempat
tinggal untuk seorang lansia sering memerlukan banyak
dukungan.

20

Suatu pemahaman tentang pola kepribadian lansia


sebelumnya dapat memberikan pengertian yang lebih diperlukan
dalam proses pengambilan keputusan ini.
2.3

Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia


Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung

rambut sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya


umur. Menurut Nugroho (2000) perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai
berikut:
2.3.1

Perubahan Biologis
1. Sel
Jumlah sel menjadi menurun atau lebih sedikit, ukuran sel
lebih besar, berkurangnya cairan intra seluler, menurunnya proporsi
protein di otak; otot; ginjal; darah dan hati, jumlah sel otak menurun,
terganggunya mekanisme perbaikan sel. Otak menjadi atrofi
(beratnya berkurang 5-10%), lekukan otak akan menjadi lebih
dangkal dan melebar.
2. Perubahan Sistem Persyarafan
Struktur

dan

fungsi

system

saraf

berubah

dengan

bertambahnya usia. Berkurangnya massa otak progresif akibat


berkurangnya sel syaraf yang tidak bisa diganti. Terjadi penurunan
sintesis dan neuro transmitter utama. Impuls saraf dihantarkan lebih
lambat, sehingga lansia memerlukan waktu yang lebih lama
untukmerespons dan bereaksi.
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan
menurun, berat otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca
indra sehingga mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan
pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih
sensitif terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah,
kurang sensitif terhadap sentuhan.

21

Waktu reaksi yang lama menyebabkan lansia beresiko


mengalami kecelakaan dan cedera. Kehilangan kesadaran atau
pingsan dapat terjadi bila orang tersebut berdiri terlalu cepat dari
posisi berbaring atau duduk. Perawat harus menasehati orang
tersebut untuk menunggu waktu merespons terhadap rangsang dan
bergerak lebih pelaVn. Kebingungan yang terjadi tiba-tiba mungkin
merupakan gejala awal infeksi atau perubahan kondisi fisik
(pneumonia, infeksi saluran kencing, interaksi obat, dehidrasi dan
lainnya).
3. Perubahan Penglihatan
Karena sel-sel baru terbentuk di permukaan luar lensa mata,
maka sel tengah yang tus akan menumpuk dan menjadi kuning,
kaku, padat dan berkabut. Jadi, bagian luar lensa yang masih elastic
untuk berubah bentuk (akomodasi) dan berfokus pada jarak jauh dan
dekat.
Lansia

memerlukan

waktu

yang

lebih

lama

untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungan gelap dan terang dan


memerlukan sinar yang lebih terang untuk melihat benda yang
sangat dekat. Meskipun kondisi visual patologis bukan merupakan
bagian penuaan normal, namun terjadi peninekatan penyakit mata
pada lansia.
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa
lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul
sklerosis, daya membedakan warna menurun.
4. Perubahan Pendengaran
Kehilangan kemampuan untuk mendengar nada berfrekuensi
tinggi terjadi pada usia pertengahan. Ini disebabkan karena
perubahan telinga dalam yang irreversible. Lansia sering tidak
mampu mengikuti percakapan karena nada konsonan frekuensi

22

tinggi (huruf f, s, th, ch, sh, b, t, p) semuanya terdengar sama.


Ketidakmampuan berkomunikasi, membuat mereka terasa terisolasi
dari menarik diri dari pergaulan social. Bila dicurigai ada gangguan
pendengaran, maka harus dilakukan kajian telinga dan pendengaran.
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada
bunyi suara atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti
kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran
timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
Kehilangan pendengaran menyebabkan lansia berespons
tidak sesuai dengan yang diharapkan, tidak memahamin percakapan,
dan

menghindari

interaksi

social.

Perilaku

ini

sering

disalahkaprahkan sebagai kebingungan atau senile.


5. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian pada
semua kelompok umur termasuk lansia. Angka kematian akibat
penyakit kardiovaskuler juga meningkat dengan meningkatnya usia.
Perubahan structural yang normal dari penuaan yang terjadi pada
jantung dan system vascular mengakibatkan kemampuannya untuk
berfungsi secara efisien menurun.
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan
jantung menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun,
kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah, kurangnya
efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan
posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan
tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg dan tekanan darah
meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah
perifer, sistole normal 170 mmHg, diastole normal 95 mmHg.
Hipertensi sistolik pernah dipercaya sebagai bagian dari
proses penuaan normal. Hipertensi, merupakan masalah yang banyak
ditemui pada populasi lansia. Hipertensi merupakan faktor resiko

23

yang menonjol bagi semua kelompok usia terhadap penyakit


kardiovaskuler dan stroke.
Pada individu lansia, diagnosis hipertensi diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Hipertensi sistolik saja dimana tekanan sistolik terukur melebihi
160 mmhg, dengan tekanan distolik normal atau mendekati
normal (di bawah 90 mmhg).
b. Hipertensi esensial dimana tekanan diastoliknya lebih besar atau
sama dengan 90 mmhg berapapun tekanan sistoliknya.
c. Hipertensi sekunder atau hipertensi yang dapat disebabkan oleh
penyebab yang mendasarinya.
6. Perubahan Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai
suatu thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran
terjadi beberapa faktor yang mempengaruhinya yang sering
ditemukan antara lain: temperatur tubuh menurun (hipotermi) yang
secara fisiologis keadaan ini akibat metabolisme yang menurun,
keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot. Pada kondisi
ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat pula menggigil,
pucat, dan gelisah.
7. Perubahan Sistem Respirasi
Perubahan sistem respirasi yang berhubungan dengan usia
yang mempengaruhi kapasitas dan fungsi paru meliputi yang
berikut : peningkatan diameter anterioposterior dada, kolaps
osteoporotic vertebra yang mengakibatkan kifosis (peningkatan
kurvatura konveks tulang belakang), kalsifikasi kartilago kosta dan
penurunan mobilitas alveoli. Peningkatan rigiditas atau hilangnya
recoil elastisitas paru mengakibatkan peningkatan volume residual
paru dan penurunan kapasitas vital.

24

Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,


menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun
dan

kedalaman

nafas

turun.

Kemampuan

batuk

menurun

(menurunnya aktivitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg,


CO2 arteri tidak berganti.
8. Sistem Gastrointestinal
Fungsi traktus gastrointestinal biasanya tetap adekuat
sepanjang hidup. Namun demikian beberapa orang lansia mengalami
ketidaknyamanan akibat motilitas yang melambat. Peristaltic di
esophagus kurang efisien pada lansia. Selain itu, sfingter
gastroesofagus gagal berelaksasi dan keluhan utama biasanya
berpusat bpada perasaan penuh, nyeri ulu hati, dan gangguan
pencernaan.
Banyak gigi yang tanggal, sensitivitas indra pengecap
menurun, pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung
menurun, waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering
timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun.
Peningkatan kesehatan untuk sistem gastrointestinal pada
lansia dapat dipandu untuk meningkatkan fungsi gastrointestinalnya
untuk mengikuti praktik peningkatan kesehatan seperti; menggosok
gigi setiap hari, perawatan gigi yang teratur, menghindari aktivitas
berat setelah makan, makan makanan tinggi serat, diet rendah lemak,
minum banyak air, menjaga kebiasaan defekasi secara teratur, dan
menghindari laksatif dan antasida.
9. Sistem Genitourinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya
menurun sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita
sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir mongering, elastisitas

25

jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual


intercrouse berefek pada seks sekunder.
Peningkatan kesehatan sistem genitourinaria dilakukan
dengan mengonsumsi cairan yang mencukupi sangat penting untuk
mencegah infeksi kandung kemih dan memelihara keseimbangan
caira.
Masalah kontinensia urin dan sering berkemih dapat
dikurangi bila individu lansia mengikuti petunjuk berikut:
a. Selalu dekat dengan fasilitas kamar mandi
b. Berkemih secara teratur
c. Melatih otot dasar panggul
Latihan otot dasar panggul sangat berguna dalam mengurangi
gejala stress dan dorongan inkontinensia. Karena untuk mencapai
control muskulus yang baik diperlukan latihan beberapa minggu,
maka individu lansia harus didorong untuk melakukan latihan secara
teratur.
10. Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH,
FSH, LH), penurunan sekresi hormon kelamin misalnya: estrogen,
progesterone, dan testoteron.
11. Sistem Kulit
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan
proses keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya
elastisitas akibat penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari
menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan
fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.

12. Sistem Muskuloskeletal

26

Penurunan progresif dan gradual masa tulang mulai terjadi


sebelum usia 40 tahun. Kehilangan densitas tulang yang massif akan
mengai]kibatkan osteoporosis. Kondisi ini kebanyakan terjadi pada
wanita pasca menopausedan berhubungan dengan inaktivitas,
masukan kalsium yang tidak adekuat, dan kehilangan estrogen.
Perubahan

tersebut

mengakibatkan

penurunan

mobilitas,

keseimbangan dan fungsi organ internal berkurangnya ukuran otot


dan kehilangan kekuatan, fleksibilitas, dan ketahanannya sebagai
akibat penurunan aktivitas pada lnsia yang ditandai dengan nyeri
punggung.
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan
pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon
mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga
gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.
Peningkatan

kesehatan

tulang

pada

lansia

dengan

osteoporosis. Osteoporosis merupakan masalah yang sering terjadi


pada wanita lansia. Demineralisasi yang terjadi pada osteoporosis
dipercepat dengan hilangnya estrogen, inaktivitas, dan diet rendah
kalsium tinggi fosfat. Perawat dapat menganjurkan:
a. Masukan tinggi kalsium
b. Diet rendah fosfor
c. Olahraga
Peningkatan kesehatan untuk fungsi musculoskeletal dengan
melaksanakan Program olahraga rutin harus dijalankan seumur hidup
atau dimulai pada lansia. Aksioma gunakan atau kamu kehilangan
sangat sesuai dengan kapasitas fisik lansia.
Hambatan terbesar untuk berolahraga adalah perilaku
masyarakat secara keseluruhan dan perilaku negative lansia itu
sendiri. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dengan
mmberi semangat dan menantang lansia untuk berpartisipasi dalam
program olahraga dengan teratur.

27

13. Perubahan Sistem Reproduksi


Perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita antara
lain vagina mengalami kontraktur dan mengecil, ovari menciut,
uterus mengalami atrofi, atrofi payudara, atrofi vulva, selaput lendir
vagina menurun.
Sedangkan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi
pria antara lain ada penurunan secara berangsur-angsur meskipun
testis masih dapat memproduksi spermatzoa, dan sebanyak 75%
pria usia di atas usia 65 tahun mengalami pembesaran prostat.
Tabel 2-3 Perubahan Pada Usia Lanjut
Perubahan
Sistem Kardiovaskular
Penurunan curah jantung: penurunan
kemampuan
merespons
stress:
frekuensi jantung dan volume
sekuncup tidak meningkat dengan
kebutuhan
maksimal:
kecepatan
pemulihan
jantung
lebih
lambat; peningkatan tekanan darah.
Sistem Pernapasan
Peningkatan volume residual paru;
penurunan kapasitas vital; penurunan
pertukaran gas dan kapasitas difusi,
penurunan efisiensi batuk
Sistem Integumen
Penurunan perlindungan terhadap
trauma dan pajanan matahari;
penurunan perlindungan terhadap
suhu yang ekstrim; berkurangnya
sekresi minyak alami dan berkeringat.
Sistem Reproduksi
Wanita : penyempitan dan penurunan
elastisitas vagina; penurunan sekresi
vagina
Pria : penurunan ukuran penis dan
testis

Temuan Subyektif dan Obyektif


Keluhan keletihan dengan peningkatan
aktivitas waktu pemulihan frekuensi
jantung meningkat. Telakanan darah
normal < 140/90 mmHg.

Peningkatan Ke
Olahraga secara
merokok, maka
garam ; berpartis
tekanan darah se
berat badan.

Keletihan dan sesak nafass setelah


beraktivitas; gangguan penyembuhan
jaringan akibat penurunan oksigensi;
kesulitan membatukan secret.

Olahraga secara
cairan untuk m
imunisasi influe
infeksi traktus re

Kulit Nampak tipis dan keriput; keluhan


cedera, memar dan terbakar matahari;
keluhan tidak tahan panas; struktur
tulang menonjol; kulit kering

Hindari pajanan
ruangan); berpa
suhu dalam ru
seminggu; lumas

Wanita : nyeri saat berhubungan Mungkin mem


kelamin, perdarahan vagina setelah esterogen/antibio
berhubungan seksual, gatal dan iritasi kelamin; carilah
vagina; orgasme melambat.
Pria : ereksi dan pencapaian orgasme
melambat.

28

Pria dan wanita: respons seksual yang


melambat
Sistem Muskuloskeletal
Kehilangan
kepadatan
tulang;
kehilangan ukuran dan kekuatan otot;
degenerasi tulang rawan sendi

Penurunan tinggi badan, rentan terhadap


fraktur,
kifosis,
keluhan
nyeri
punggung.
Kehilangan
kekuatan,
fleksibiltas dan ketahanan. Keluhan
nyeri sendi
Sistem Genitourinarius
Retensi urin
Pria dan wanita; kapasitas kandung Kesulitan berkemih
kemih menurun, keterlambatan rasa Urgensi, frekuensi dan ketahanan.
ingin berkemih.
Keluhan nyeri sendi.

Berolahraga sec
batasi masukan
tambahan hormo

Kunjungi dokte
dari toilet, paka
banyak air, pert
perineal.

Sistem Gastrointestinal
Keluhan mulut kering
Gunakan es bat
Penurunan salivasi, kesulitan menelan Keluhan sesak, nyeri ulu hati, dan setiap hari. Mak
makanan, perlambatan pengosongan gangguan pencernaan.
gigi berkala.
esophagus dan lambung, penurunan
motilitas GI.

2.3.2

Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:
1. Perubahan fisik.
2. Kesehatan umum.
3. Tingkat pendidikan.
4. Hereditas.
5. Lingkungan.
6. Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya
kekakuan sikap.
7. Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.
8. Kenangan lama tidak berubah.
9. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal,
berkurangnya penampilan, persepsi, dan ketrampilan psikomotor
terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan dari
faktor waktu.

29

2.3.3

Perubahan Psikososial
1. Perubahan lain adalah

adanya

perubahan

psikososial

yang

menyebabkan rasa tidak aman, takut, merasa penyakit selalu


mengancam sering bingung panik dan depresif.
2. Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan
sosioekonomi.
3. Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan
status, teman atau relasi.
4. Sadar akan datangnya kematian.
5. Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.
6. Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.
7. Penyakit kronis.
8. Kesepian, pengasingan dari lingkungan sosial.
9. Gangguan syaraf panca indra.
10. Gizi
11. Kehilangan teman dan keluarga.
12. Berkurangnya kekuatan fisik
2.3.4

Perubahan kultural
1. Kolektifitas Etnis
Adalah kelompok dengan asal yang umum, perasaan identitas
dan memiliki standart perilaku yang sama. Individu yang bedasarkan
dalam kelompok seperti itu mengikuti budaya oleh norma-norma
yang menentukan jalan ikiran dan perilaku mereka. (Harwood, 1981)
2. Shok Budaya
Adalah salah satu sebab karena bekerja dengan individu yang
latar belakang kulturnya berbeda. Shock budaya sebagai perasaan
yang tidak ada yang menolong ketidaknyamanan dan kondisi
disoirentasi yang dialami oleh orang luar yang berusaha beradaptasi
secara komprehensif atau secara efektif dengan kelompok yang
berbeda akibat akibat paraktek nilai-nilai dan kepercayaan.
( Leininger, 1976)

30

Perawat dapat mengurangi shock budaya dengan mempelajari


tentang perpedaan kelompok budaya dimana ia terlibat. Pemting
untuk perawat mengembangkan hormat kepada orang lain yang
berbeda budaya sambil menghargai perasaan dirinya. Praktik
perawatan kesehatan memerlukan toleransi kepercayaan yang
bertentangan dengan perawat.
3. Pola Komunikasi
Kendala yang paling nyata timbul bila kedua orang berbicara
dengan bahasa ang berbeda. Kebiasaan berbahasa dari klien adalah
salah satu cara untuk melihat isi dari budaya. Menurut Kluckhohn
1972, bahwa tiap bahasa adalah merupakan jalan khusus untuk
meneropong dan interprestasi pengalaman tiap bahasa membuat
tatanan seluruhnya dari asumsi yang tidak disadari tetang dunia dan
penghidupan. Kendala untuk komunkasi bisa saja terjadi walaupun
individu berbicara dengan bahasa yang sama.
Perawat kadang kesulitan untuk menjelaskan sesuatu dengan
bahasa yang sederhana, bebas dari bahasa yang jlimet yang klien
bisa menagkap. Sangat penting untuk menentukan ahwa pesan kita
bisa diterima dan dimengerti maksudnya .
4. Jarak Pribadi dan Kontak
Jarak pribadi adalah ikatan yang tidak terlihat dan fleksibel.
Pengertian tentang jarak pribadi bagi perawat kesehatan masyarakat
memungkinkan proses pengkajian dan peningkatan interaksi perawat
klien. Profesional kesehatan merasa bahwa mereka mempunyai ijin
keseluruh daerah badan klien. Kontak yang dekat sering diperlukan
perawat saat pemeriksaan fisik, perawat hendaknya berusaha untuk
mengurangi kecemasan dengan mengenal kebutuhan individu akan
jarak dan berbuat yang sesuai untuk melindungi hak privasi.
5. Pandangan Sosiokultural tentang Penyakit dan Sakit

31

Budaya mempengaruhi harapan dan persepsi orang mengenai


gejala cra memberi etika kepada penyakit, juga mempengaruhi
bilamana, dan kepada siapa mereka harus mengkomunikasikan
masalah masalah kesehatan dan berapa lama mereka berada dalam
pelayanan. Karena kesehatan dibentuk oleh faktor faktor budaya,
maka terdapat variasi dari perilaku pelayanan kesehatan, status
kesehatan, dan pola pola sakit dan pelayanan didalam dan diantara
budaya yang berbeda beda.
Perilaku pelayanan kesehatan merujuk kepada kegiatankegiatan sosial dan biologis individu yang disertai penghormatan
kepada mempertahankan akseptabilitas status kesehatan atau
perubahab kondisi yang tidak bisa diterima. Perilaku pelayanan
kesehatan dan status kesehatan saling keterkaitkan dan sistem
kesehatan. (Elling, 1977)
2.4

Program-program Nasional untuk Lansia


1.

Posyandu Lansia
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk
masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah
disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu lansia merupakan
pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan
kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program
Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga,
tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
Tujuan Posyandu Lansia
Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain :
a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di
masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan kebutuhan lansia

32

b. Mendekatkan

pelayanan

dan

meningkatkan

peran

serta

masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping


meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.
Sasaran posyandu lansia
Sasaran langsung:
a. Pra usia lanjut (pra senilis) 45-59 thn
b. Usia lanjut 60-69 thn
c. Usia lanjut risiko tinggi: usia lebih dari 70 thn atau usia lanjut
berumur 60 thn atau lebih dgn masalah kesehatan
Sasaran tidak langsung:
a.
b.
c.
d.
e.

Keluarga dimana usia lanjut berada


Masyarakat di lingkungan usia lanjut
Organisasi sosial yg peduli
Petugas kesehatan
Masyarakat luas

Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia


Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja,
pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung
pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu
wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang
menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu
balita, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja,
dengan kegiatan sebagai berikut :
a.

Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat

b.

badan dan atau tinggi badan


Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan,
indeks massa tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti
pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di meja

c.

II ini.
Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini
juga bisa dilakukan pelayanan pojok gizi.

33

Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia


Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti
kegiatan posyandu antara lain :
a. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu.
Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat
diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehariharinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan
mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat
dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang
melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan
lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan
sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk
selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia
b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit
dijangkau
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah
menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau
kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan
fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini
berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi
lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk
menjangkau

lokasi

posyandu

tanpa

harus

menimbulkan

kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat
mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan
posyandu. Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor
eksternal dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu
lansia.
c. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun
mengingatkan lansia untuk datang ke posyandu.
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong
minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu

34

lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila


selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar
lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal
posyandu,

dan

berusaha

membantu

mengatasi

segala

permasalahan bersama lansia.


d. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu.
Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas
merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk
mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut,
lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan
yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena
sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi
terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan
potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila
individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya
suatu respons.
Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia
Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi
pemeriksaan Kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan
dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih
awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah
kesehatan yang dihadapi.
Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di
Posyandu Lansia seperti:
a.

Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan


dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi,
berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan
sebagainya.

35

b.

Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan


dengan mental emosional dengan menggunakan pedoman

c.

metode 2 (dua ) menit.


Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa

d.

tubuh (IMT).
Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan

e.

stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.


Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau

f.

cuprisulfat
Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal

g.

adanya penyakit gula (diabetes mellitus).


Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni

h.

sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal.


Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan

i.

atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.


Penyuluhan Kesehatan.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan

kondisi setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT)


dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan
kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk
meningkatkan kebugaran.
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia,
dibutuhkan, sarana dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan
(gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja dan kursi, alat tulis,
buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran
tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium
sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia.
2.

Puskesmas Lansia
Tujuan pelaksanaan kegiatan dalam program usia lanjut adalah :
a.

Melaksanakan penyuluhan secara teratur dan berksinambungan


sesuai kebutuhan melalui berbagai media mengenai kesehatan

36

usia lanjut.Usaha ini dilakukan terhadap berbagai kelompok


sasaran yaitu usia lanjut sendiri, keluarga dan masyarakat
dilingkungan usia lanjut.
Melaksanakan penjaringan usia lanjut resiko tinggi, pemeriksaan

b.

berkala usia lanjut dan memberi petunjuk upaya pencegahan


penyakit, gangguan psikososial dan bahaya kecelakaan yang
dapat terjadi pada usia lanjut.
Melaksanakan diagnose dini,

c.

pengobatan,perawatan

dan

pelayanan rehabilitative kepada usia lanjut yang membutuhkan


dan memberi petunjuk mengenai tindakan kuratif atau
rehabilitative yang harus dijalani, baik kepada usia lanjut
d.

maupun keluarganya.
Melaksanakan rujukan medic ke fasilitas rumah sakit untuk
pengobatan, perawatan atau rehabilitative bagi usia lanjut yang
membutuhkan

termasuk

mengusahakan

kemudahan-

kemudahannya.

Kegiatan yang dilaksanakan antara lain :


a.
b.
c.
d.
e.

Pemeriksaan tekanan darah,


pengobatan secara umum,
penyuluhan terkait dengan penyakit yang diderita (face to face),
mengirimkan pasien untuk operasi katarak setiap tahun,
senam lansia bila ada program dari dinas kesehatan dan rujukan
medic ke Rumah sakit.

3.

Terapi pada lansia


a. Terapi Modalitas : Untuk mengisi waktu luang bagi lansia
b. Terapi Aktifitas Kelompok : Untuk meningkatkan kebersaman
dan bertukar pengalaman
c. Terapi Musik : Untuk meningkatkan gairah hidup
d. Terapi Berkebun : Untuk melatih kesabaran

37

e. Terapi dengan Binatang : Untuk meningkatkan kasih sayang dan


mengisi waktu luang
f. Terapi Kognitif : Agar daya ingat tidak menurun
g. Life Review Terapi : Meningkatkan gairah hidup dan harga diri
h. Terapi Keagamaan : Meningkatkan rasa nyaman menjelang
kematian

38

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Batasan lanjut usia menurut WHO terbagi menjadi 5
yaitu usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun, lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun,
lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun, usia
sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.
Teori teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan
terjadi oleh Betty Newman di kelompokkan kedalam dua kelompok besar,
yaitu teori biologi dan kejiwaan sosial. Sedangkan teori penuaan menurut
Barbara Cole Donlon di kelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu
teori biologis dan psikososial.
Penelitian yang terlibat dengan jalur biologi telah memusatkan
perhatian pada indikator yang dapat dilihat dengan jelas pada proses
penuaan, banyak pada tingkat seluler, sedangkan ahli teori psikososial
mencoba untuk menjelaskan bgaimana proses tersebut dipandang dalam
kaitan dengan kepribadian dan perilaku.
Kesejahteraan individu lansia tergantung pada faktor fisik, mental,
sosial dan lingkungan. Pengkajian total meliputi evaluasi sistem tubuh
utama, status social dan mental, dan kemampuan individu untuk berfungsi
secara mandiri meskipun menderita penyakit kronis.

3.2

Saran
1. Mahasiswa

Keperawatan

mampu

memahami

tentang

konsep

keperawatan gerontik.
2. Mahasiswa Keperawatan dapat bekerja sama dengan perawat
kesehatan komunitas dan populasi untuk memperbaiki kembali
kesehatan lansia.

39

3. Semoga makalah ini menjadi salah satu bahan untuk menambah


wawasan mengenai konsep keperawatan komunitas.

40

DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan usia lanjut dan Geriatrik. Jakarta: EGC.
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Ed 2. Jakarta : EGC.
Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika.
Anderson, Elizabeth T. dan Judith McFarlane. Buku Ajar Keperawatan
Komunitas: Teori dan Praktik, Ed. 3. Jakarta: EGC.
Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Ekasari, Mia Fatma, dkk. 2006. Panduan Pengalaman Belajar Lapangan:
Keperawatan Keluarga, Keperawatan Gerontik, Keperawatan
Komunitas. /Jakarta: EGC.
Smeltzer, Susan. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Volume 1 Brunner and
Suddarth. Jakarta : EGC.

You might also like