Professional Documents
Culture Documents
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012
TESIS
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012
1i
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012
ii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL 23 April 2012
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Mengetahui
Direktur
Program Pascasarjana
Universitas Udayana
iii
Ketua
Anggota
iv
NAMA
NIM
0990761006
PROGRAM STUDI :
ILMU BIOMEDIK
JUDUL TESIS
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka
saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010
dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
vi
Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk
menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas
Udayana. Ucapan terima kasih ditujukan juga pada Prof. Dr. Made Budiarsa,
M.A. selaku Asisten Direktur I dan Prof. Dr. Ir. Ketut Budi Susrusa, MS selaku
Asisten Direktur II. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada dr. Ida Bagus
Ngurah, M.For, Kepala Laboratorium Farmakologi Universitas Udayana dan Prof.
dr. I Gusti Made Aman, Sp. FK, selaku Koordinator Laboratory Animal Unit,
Bapak Gede Wiranatha selaku staf Laboratory Animal Unit, bagian Farmakologi
Universitas Udayana yang telah banyak membantu pelaksanaan penelitian.
Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada
Drs. I Ketut Tunas, MSi, yang telah membantu dalam melakukan analisis statistik
sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan
pula kepada para penguji tesis, yaitu Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M.Sc.,Sp.And,
Prof. dr. N. Tigeh Suryadhi, MPH.Ph.D dan Dr. dr. Ida Sri Iswari, Sp.MK.M.Kes,
yang telah memberikan masukan, saran, dan koreksi sehingga tesis ini dapat
terwujud seperti ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Ibu dan mendiang Ayah tercinta yang senantiasa mendorong penulis untuk maju
dan memperluas wawasan pengetahuan. Akhirnya penulis sampaikan terima kasih
kepada suami tercinta, Ketut Suryadi Putra yang banyak memberi motivasi untuk
tetap semangat dan banyak belajar, serta anak Teniya, Divara, Oming dan Rara
tersayang, yang dengan penuh kesabaran telah memberikan kepada penulis
kesempatan untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini. Ucapan terima
vii
kasih juga penulis tujukan kepada staf administrasi serta rekan-rekan sejawat di
Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik Kekhususan Anti Aging
Medicine atas bantuan dan dukungan selama penulis menyelesaikan tesis ini.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu
melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan
dan penyelesaian tesis ini.
viii
ABSTRAK
PEMBERIAN EKSTRAK AIR LIDAH BUAYA (ALOE VERA L.)
MEMPERBAKI PROFIL LIPID DARAH TIKUS JANTAN WISTAR
DENGAN DISLIPIDEMIA
Dislipidemia adalah suatu kelainan metabolisme lemak yang ditandai oleh
kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida serta penurunan kadar
kolesterol HDL. Dislipidemia merupakan faktor resiko terjadinya aterosklerosis,
dan dapat berkembang menjadi penyakit kardiovaskular. Pengobatan alamiah
yang relatif murah dan aman terus diupayakan, salah satunya adalah ekstrak air
lidah buaya. Ekstrak air lidah buaya ini diduga dapat memperbaiki profil lipid
darah karena zat aktif glukomanan yang terkandung didalamnya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pemberian ekstrak air lidah buaya dapat memperbaiki
profil lipid darah pada tikus yang menderita dislipidemia.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan menggunakan
randomized pretest-posttest control group design yang dilaksanakan di animal
unit Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Dalam
penelitian ini digunakan 18 tikus putih jantan (albino rat) sebagai sampel. Selama
30 hari seluruh tikus putih jantan diberikan diet tinggi kolesterol, setelah itu tikus
putih jantan dipilih secara random dan dibagi menjadi 2 kelompok, masingmasing berjumlah 9 ekor tikus, yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
Kelompok kontrol diberikan diet tinggi kolesterol dan plasebo yang berupa
aquadest selama 14 hari, kelompok perlakuan diberi diet tinggi kolesterol dan
ekstrak air lidah buaya 1,5 ml (1500 mg)/200grBB/hari. Semua kelompok
dilakukan pemeriksaan profil lipid darah diawal dan akhir perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok ekstrak air lidah buaya
dengan dosis 1,5 ml (1500 mg)/200grBB/hari terjadi penurunan kolesterol total
secara bermakna dari 212,33 6,81 menjadi 176,26 4,04 (p < 0,05), penurunan
kolesterol LDL secara bermakna dari 141,71 9,46 menjadi 98,09 5,09 (p <
0,05) penurunan trigliserida secara bermakna dari 115,58 3,54 menjadi 89,30
2,91 (p < 0,05), serta peningkatan kolesterol HDL secara bermakna dari 47,65
3,08 menjadi 62,74 6,26 (p < 0,05).
Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak air lidah buaya 1,5 ml
(1500 mg)/200grBB/hari dapat menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol
LDL, trigliserida, serta meningkatkan kadar kolesterol HDL darah tikus putih
jantan (albino rat) dislipidemia secara signifikan. Hasil penelitian ini sebagai
referensi untuk penelitian selanjutnya dan diharapkan dapat digunakan dalam
menangani dislipidemia pada manusia setelah melalui berbagai tahapan penelitian.
Kata kunci : Ekstrak air lidah buaya, profil lipid darah, tikus putih jantan (albino
rat), dislipidemia
ix
10
ABSTRACT
ADMINISTRATION OF ALOE VERA L. WATER EXTRACT IMPROVED
BLOOD LIPID PROFILE OF WHITE MALE RATS
(ALBINO RAT) WITH DYSLIPIDEMIA
Dyslipidemia is a blood lipid metabolism disorder characterized by
increased levels of total cholesterol, LDL cholesterol, and triglycerides and
decreased HDL cholesterol. Dyslipidemia is a risk factor for atherosclerosis, and
can progress to cardiovascular disease, and lead cause of death. Natural treatments
that are relatively inexpensive and safe continue to be pursued, one of which is an
aqueous extract of aloe vera. The glucomannan rich extract can be argued that
aloe vera water extract can improve blood lipid profile in rats suffering from
dyslipidemia.
This experimental study with a pretest-posttest design randomized control
group design was perfomed at Laboratory Animal Unit, Department of
Pharmacology Faculty of Medicine, Udayana University. This study conducted
with 18 male white rats (albino rat) as sample, wich were chosen randomly and
devided into 2 group, i.e control group and treatment group . For 30 days the
entire white male rats were given high-cholesterol diet, after which the white male
rats were randomly selected and divided into 2 groups, 9 rats as control group, and
9 rats for treatment group water extract of aloe vera. The control group was given
high-cholesterol diet and placebo in the form of distilled water for 14 days, the
treatment group water extract of aloe vera was given a diet high in cholesterol and
aloe vera extract 1.5 ml of water (1500 mg) a day. All the blood lipid profile
examination at the beginning and end of treatment.
The results showed that the water extract of aloe vera with a dose of 1.5 ml
(1500 mg)/200 gr/day decreased total cholesterol significantly from 212.33 6.81
to 176.26 4.04 (p <0.05), LDL cholesterol decreased significantly from 141.71
9.46 to 98.09 5.09 (p <0.05) were significantly decreased triglycerides from
115.58 3.54 to 89.30 2.91 (p <0.05), and HDL cholesterol increased
significantly from 47.65 3.08 to 62.74 6.26 (p <0.05).
In this study it can be concluded that administration water extract of aloe
vera 1.5 ml (1500 mg)/200 gr/day can decrease total cholesterol, LDL cholesterol,
triglycerides, and increase blood levels of HDL cholesterol of dyslipidemia male
white rats (albino rat) significantly. The results of this study as a reference for
future studies and is expected to be used in dealing with dyslipidemia in humans
after going through various stages of research.
Key words: water extracts of aloe vera, blood lipid profile, white male rats (albino
rat), dyslipidemia
11
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM..................................................................................
PRASYARAT GELAR............................................................................
ii
iii
iv
vi
ABSTRAK ..............................................................................................
ix
ABSTRACT ............................................................................................
xi
xvi
xviii
xix
xx
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................
xi
12
10
11
12
13
13
16
16
17
17
18
18
19
20
20
20
21
2.3 Aterosklerosis.............................................................................
23
24
26
31
xii
13
32
35
35
37
39
40
41
43
43
43
43
44
45
45
45
45
46
46
48
49
49
xiii
14
51
52
52
53
53
53
54
56
58
59
59
59
60
61
62
62
62
xiv
63
15
64
64
65
66
67
67
67
68
70
6.2 Pengaruh Air Lidah Buaya terhadap Profil Lipid Darah ..............
70
74
76
76
77
LAMPIRAN ...........................................................................................
83
xv
16
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
23
Tabel 5.2
22
Tabel 5.1
16
58
Tabel 5.3
Tabel 5.4
62
Tabel 5.8
61
Tabel 5.7
60
Tabel 5.6
59
Tabel 5.5
59
Rerata
Trigliserida
antara
Sebelum
dengan
Sesudah
Perlakuan ..............................................................................
xvi
63
63
17
Tabel 5.9
64
65
Tabel 5.11 Rerata HDL antara Sebelum dengan Sesudah Perlakuan .......
66
67
68
68
xvii
18
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
12
Gambar 2.2
15
Gambar 2.3
19
Gambar 2.4
30
Gambar 2.5
32
Gambar 2.6
33
Gambar 2.7
35
Gambar 3.1
39
Gambar 4.1
51
Gambar 4.2
55
Gambar 5.1
Gambar 5.2
Gambar 5.3
64
Gambar 5.4
61
66
xviii
69
19
DAFTAR SINGKATAN
BB
Berat badan
Cm
Centimeter
dl
Desiliter
FDA
HDL
HMG-KoA
Hidroksimetil Glutarat-Koenzim A
IDL
Kg
Kilogram
LD50
LDL
LPL
Lipoprotein Lipase
LRP
LSD
mg
milli gram
ml
Mililiter
MONICA
MPS
Mukopolisakarida
Besar sampel
nm
Nanometer
Populasi
PJK
PKV
Penyakit Kardiovaskular
PTU
Propil Tiourasil
Random
Ra
Random alokasi
RNA
Rebonucleic Acid
Sampel
SDF
VLDL
xix
20
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
83
Lampiran 2.
84
Lampiran 3.
85
Lampiran 4.
86
Lampiran 5.
87
xx
BAB I
PENDAHULUAN
darah, makin tinggi angka kejadian kelainan kardiovaskular. Begitu juga dengan
makin rendah kadar kolesterol maka makin rendah kejadian penyakit
kardiovaskular. Setiap penurunan kadar kolesterol total 1% menghasilkan
penurunan risiko mortalitas kardiovaskular sebesar 2%. Begitu juga dengan kadar
kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein). Penurunan LDL sebesar 1 mg/dL
menurunkan risiko kejadian kardiovaskular sebesar 1% (Anwar, 2004).
Di Indonesia prevalensi dislipidemia semakin meningkat. Penelitian
MONICA (Multinational Monitoring of Trends Determinants in Cardiovascular
Diseases) I di Jakarta tahun 1988 menunjukkan bahwa kadar rata-rata kolesterol
total pada wanita adalah 206,6 mg/dl dan pria 199,8 mg/dl. Pada tahun 1993
terjadi peningkatan dimana rata-rata kolesterol total wanita menjadi 213 mg/dl
dan pria 204 mg/dl. Apabila dipakai batas kadar kolesterol > 250 mg/dl sebagai
batasan
hiperkolesterolemia
maka
pada
MONICA
didapatkan
hiperkolesterolomia sebesar 13,45% untuk wanita dan 11,4% untuk pria. Pada
MONICA II meningkat menjadi 16,2% untuk wanita dan 14% untuk pria (Anwar,
2004).
Faktor genetik atau bawaan, kurangnya aktivitas fisik, meningkatnya stress
maupun perubahan pola makan, merupakan faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya dislipidemia. Diet merupakan upaya utama dalam menanggulangi
tingginya kadar lemak darah, selain melakukan olah raga teratur. Bila usaha ini
gagal, perlu dipertimbangkan untuk memulai penggunaan obat-obatan yang
berfungsi menurunkan lemak darah. Obat penurun kadar kolesterol darah kadang
membuat pasien pasrah karena tidak mampu membelinya. Maka pengobatan
bermanfaat untuk pengobatan adalah jeli yang diambil dari daging daunnya. Hasil
uji fitokimia ekstrak air lidah buaya mengandung saponin,vitamin A dan
vitamin E (Jatnika dan Saptoningsih, 2009). Pada penelitian Umi, tahun 2007
telah membuktikan bahwa senyawa-senyawa tersebut dapat menurunkan kadar
lemak darah pada hewan coba. Kadar kolesterol dan trigliserida mengalami
penurunan setelah pemberian jus lidah buaya dengan dosis efektifnya yaitu 1,5
ml/200gr BB/hari .
Lidah buaya kaya akan nutrisi, terutama mukopolisakarida (MPS),
senyawa kompleks karbohidrat yang dibangun oleh ribuan molekul glukosa,
mannosa, dan galaktosa. Dalam lidah buaya terdapat kandungan bahan aktif yang
tinggi berupa glukomanan, yang merupakan polisakarida terbesar yang
terkandung dalam daging (empelur) lidah buaya (Purbaya, 2003). Kandungan
komposisi polisakarida lidah buaya dalam fraksi jumlah per%mol pada setiap
jaringan adalah 1) arabinosa pada daging 1,92 dan gel 1,15, 2) xylosa pada daging
terkandung 2,34 dan gel 1,38, 3) glukomanan pada daging sebesar 73,10 dan gel
76,49, 4) galaktosa pada daging 4,97 dan gel 3,50, 5) rhamnosa daging 1,69 dan
gel 0,84 dan 6) fucosa pada daging sebesar 1,94 dan gel 0,64 (Gallaher et al.,
2002).
Glukomanan dapat menurunkan kadar kolesterol darah dengan dua cara:
Pertama, glukomanan bergabung dengan kolesterol di dalam asam empedu
(cairan berwarna kekuningan yang diproduksi oleh hati untuk memecah lemak di
dalam usus kecil). Sebagian besar kolesterol di dalam asam empedu akan
dikeluarkan bersama serat sebagai bahan buangan dan tidak diserap lagi.
Kolesterol
merupakan
bahan
dasar
pembentuk
asam
empedu.
Untuk
Tujuan umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pemberian ekstrak air lidah
buaya dapat memperbaiki profil lipid darah pada tikus yang menderita
dislipidemia.
1.3.2
Tujuan khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui ekstrak air lidah buaya dapat menurunkan kadar
kolesterol total pada tikus dislipidemia.
1.3.2.2 Untuk mengetahui ekstrak air lidah buaya dapat menurunkan kadar
kolesterol LDL pada tikus dislipidemia.
1.3.2.3 Untuk mengetahui ekstrak air lidah buaya dapat menurunkan kadar
trigliserida pada tikus dislipidemia.
1.3.2.4 Untuk mengetahui ekstrak air lidah buaya dapat meningkatkan kadar
kolesterol HDL pada tikus dislipidemia.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat Ilmiah
Dari hasil penelitian diharapkan adanya tambahan wawasan pengetahuan
tentang potensi ekstrak air lidah buaya dalam memperbaiki profil lipid dan dapat
digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
1.4.2
Manfaat Klinis
Pemanfaatan lidah buaya dalam dunia kesehatan secara klinis ekstrak air
lidah buaya dapat memperbaiki profil lipid dan sebagai obat alternatif dalam
menangani dislipidemia.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penuaan
Setiap manusia akan melalui suatu proses kehidupan, dimulai dari
pembuahan, kelahiran, tumbuh kembang anak, pencapaian usia dewasa,
mengalami proses penuaan, menjadi tua dan berakhir dengan kematian. Penuaan
merupakan suatu proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh makhluk hidup
(Nies et al., 2003).
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan menciptakan paradigma baru tentang
perawatan kesehatan serta pendekatan baru terhadap proses penuaan serta
penanganannya. Masa depan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan memberikan janji
untuk melakukan eliminasi terhahadap ketidakmampuan, deformitas, nyeri,
penyakit, penderitaan serta kesedihan di masa tua (Goldman dan Klatz, 2003).
Sebuah studi yang dilakukan (Nies et al., 2003) untuk mengidentifikasi
pola makan dan pola hidup yang mempengaruhi kehidupan yang sehat di usia tua,
melibatkan 1091 laki-laki dan 1109 perempuan usia 70-75 tahun berasal dari
Belgia, Prancis, Denmark, Italia, Belanda, Portugal, Spanyol, New Zealand, dan
Polandia. Hasilnya menunjukkan, pola hidup tidak sehat seperti kebiasaan
merokok, diet tidak sehat, aktivitas fisik rendah meningkatkan risiko kematian.
Individu yang tidak aktif dan perokok memiliki risiko penurunan status kesehatan
dibandingkan
individu
yang aktif
dan
tidak
merokok.
Penelitian
ini
menyimpulkan pola hidup sehat pada usia tua secara positif menurunkan risiko
kematian serta memperlambat ketidakmampuan.
10
Faktor-faktor
yang
pada
dasarnya
dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara
lain gen, hormon yang berkurang, sistem kekebalan yang menurun, dan radikal
bebas sedangkan faktor eksternal yang utama adalah diet yang tidak sehat, gaya
hidup yang tidak sehat, kemiskinan, dan lingkungan (Djuanda, 2005; Pangkahila,
2007).
Berbagai faktor di atas itulah yang menyebabkan terjadinya proses
penuaan, sehingga orang menjadi tua, sakit dan akhirnya meninggal. Namun,
kalau faktor penyebab itu dapat dihindari, proses penuaan tentu dapat dicegah,
diperlambat, bahkan mungkin dihambat, dan kualitas hidup dapat dipertahankan.
Lebih jauh, ini berarti usia harapan hidup menjadi lebih panjang dengan kualitas
hidup yang baik. Dengan demikian, kita dapat menentukan faktor mana yang
dapat dihindari atau diatasi agar proses penuaan dapat dicegah atau diperlambat;
Pada dasarnya semua sistem atau fungsi tubuh mengalami penurunan karena
proses penuaan, salah satunya adalah penurunan fungsi sistem kardiovaskular
(Pangkahila, 2007).
2.1.1 Biomarker Penuaan
Penuaan dapat diketahui dengan mengukur atau melihat tanda atau
perubahan yang terjadi dibandingkan sebelumnya, yang disebut biomarker. Tanda
atau perubahan yang terjadi dapat digunakan sebagai parameter. Dalam kaitan
dengan penyakit tertentu, biomarker merupakan parameter adanya penyakit atau
berat ringannya suatu penyakit (Pangkahila, 2007).
11
12
13
2.2.2 Fosfolipid
Fosfolipid dibentuk di hati dan menempati urutan ke dua kandungan lipid
dalam tubuh. Fungsi utamanya adalah membentuk membran sel. Fosfolipid
mempunyai kekhususan karena bersifat polar dan non polar atau disebut juga
amfilitik. Sifat amfilitik inilah yang merupakan bagian penting dalam peranan
biologik fosfolipid dalam membran sel. Karena mempunyai daya tarik yang sama
terhadap zat larut air dan zat larut lemak, fosfolipid merupakan bahan struktur sel
yang efektif. Di dalam darah fosfolipid berfungsi sebagai alat angkut lipid
(Almatsier, 2009).
2.2.3 Kolesterol
Kolesterol adalah salah satu lemak tubuh yang berada dalam bentuk bebas
dan ester dengan asam lemak, merupakan komponen utama selaput sel otak dan
saraf (Murray et al., 2000). Kolesterol adalah suatu substansi yang berasal dari
lemak, ditemukan pada otak, hati, darah dan empedu. Kolesterol diproduksi
terutama di hati (Goldman dan Klatz, 2007). Kolesterol di dalam tubuh terutama
diperoleh dari hasil sintesis di dalam hati. Bahan bakunya diperoleh dari
karbohidrat, protein dan lemak. Jumlah yang disintesis tergantung pada kebutuhan
tubuh dan jumlah yang diperoleh dari makanan (Almatsier, 2009).
Pengendalian jumlah kolesterol dalam tubuh terjadi pada organ hati. Organ
ini merupakan pusat biosintesis dan degradasi kolesterol tubuh. Apabila asupan
kolesterol dan lemak dari makanan berlebih, maka hati sedemikian rupa akan
menjaga agar konsentrasi kolesterol tubuh tetap normal dengan cara mengurangi
laju biosintesis kolesterol dan meningkatkan sekresi kolesterol melalui cairan
enpedu sehingga jumlah kolesterol berkurang. Dengan regulasi dari hati, maka
14
15
Asetil-koenzim A
Asetoasetil-koenzim A
Hidroksimetilglutarat-koenzim (HMG)
HMG-KoA reduktase
Mevalonat
Mevalonat fosfat
Mevalonat pirofosfat
Diemetilalil Pirofosfat Isopentenil pirofosfat
Isopentenil transfer RNA
Protein terisoprenolat
Geranil pirofosfat
Famesil Pirofosfat
Skualin Lanosterol
Kolesterol
16
2. Esofagus
3. Lambung
4. Usus halus Asam empedu mengemulsi lemak. Lipase berasal dari pankreas
dan dinding usus halus menghidrolis lipid menjadi gliserol dan
asam lemak. Fosfolipase berasal dari pankreas menghidrolisis
fosfolipid dan kolesterol esterase berasal dari pankreas
menghidrolisis ester kolesterol.
5. Usus besar Sedikit lemak dan kolesterol yang terkurung dalam serat
makanan, dikeluarkan melalui feses.
17
Jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat mengalami lipogenesis
menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai trigliserida (Ahuja,
2003).
2.2.6 Transpor Lipid
Lipid sukar larut dalam air, pengangkutannya dalam tubuh berbentuk
kompleks dengan protein yang disebut lipoprotein (Pusparini, 2006). Lipoprotein
merupakan gabungan molekul lipid dan protein yang disintesis di dalam hati.
Seperempat sampai sepertiga bagian dari lipoprotein adalah protein dan
selebihnya lipid. Konsentrasi total lipoprotein dalam plasma rata-rata sekitar
700mg/dl (Almatsier, 2009).
Lipid ditranspor melalui jalur eksogen, endogen dan jalur balik kolesterol.
Jalur eksogen dan endogen melibatkan trigliserida dan kolesterol LDL, sedangkan
jalur balik melibatkan kolesterol HDL (Wahyudi, 2009).
2.2.6.1 Jalur Eksogen
Pada jalur ini, lipid yang berasal dari makanan masuk ke dalam usus halus
dan dicerna. Hasil pencernaan akan diabsorpsi ke dalam membran mukosa usus
halus. Monogliserida dan asam lemak bebas akan diubah kembali menjadi
trigliserida. Trigliserida bersama dengan kolesterol, fosfolipid dan apoB48
membentuk lipoprotein kilomikron (Dominiczak, 2005; Wahyudi, 2009).
Kilomikron ini kemudian masuk ke saluran limfe menuju aliran darah
melalui duktus torasikus hingga sampai pada jaringan perifer. Trigliserida yang
ada pada kilomikron dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL) menjadi
asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak ini dapat digunakan sebagai energi
dan juga dapat diubah kembali menjadi trigliserida. Sel-sel otot cendrung
18
19
20
2.2.8
Dislipidemia
21
a. Riwayat
keluarga
dengan
hiperlipidemia,
faktor
genetik
cenderung
22
1. Kadar yang diinginkan dan diharapkan masih aman (desirable) adalah <
200 mg/dl.
2. Kadar yang sudah mulai meningkat dan harus diwaspadai untuk mulai
dikendalikan (borderline high) adalah 200-239 mg/dl.
3. Kadar yang tinggi dan berbahaya (high) adalah > 240 mg/dl.
Tabel 2.2
Pedoman Klinis untuk Menghubungkan Profil Lipid dengan Risiko Terjadinya
Penyakit Kardiovaskular (PKV) (Anwar, 2004).
Diinginkan
Diwaspadai
Berbahaya
mg/dl
mg/dl
mg/dl
<200
200-239
> 240
- Tanpa PKV
< 130
130 -159
> 160
- Dengan PKV
< 100
Kolesterol HDL
> 45
36-44
< 35
-Tanpa PKV
< 200
200-399
> 400
-Dengan PKV
< 150
Kolesterol total
Kolesterol LDL
Trigliserida
23
Tabel 2.3
Kadar Kolesterol Total Dapat Juga Menggambarkan
Kadar Kolesterol LDL (Anwar, 2004)
Kolesterol Total
Kolesterol LDL
240 mg/dl
160 mg/dl
200 mg/dl
120 mg/dl
160 mg/dl
100 mg/dl
2.3 Aterosklerosis
Penyakit jantung koroner dapat disebabkan oleh aterosklerosis yang
dipercepat terjadinya oleh beberapa faktor, antara lain peningkatan kadar
kolesterol darah. Suatu survei yang dilakukan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia tahun 1992 menunjukkan bahwa aterosklerosis telah menjadi pembunuh
nomor satu di Indonesia (Muchtadi, 2005b).
Pola makanan modern sekarang yang banyak mengandung kolesterol,
disertai intensitas makan yang tinggi dan stres yang menekan sepanjang hari,
sehingga kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan. Kolesterol tersebut
akan menempel pada permukaan sebelah dalam dinding pembuluh darah koroner,
melekat lapis demi lapis secara perlahan-lahan, sehingga mengakibatkan
pembuluh darah menyempit dan tidak elastis yang dikenal sebagai aterosklerosis
(Juheini, 2002).
Lesi lemak yang terbentuk pada permukaan dalam dinding arteri disebut
plak ateromatosa (Rahayu, 2007). Plak aterosklerotik ini akan mengakibatkan
menyempitnya rongga pembuluh darah dan menurunkan tingkat elastisitas
24
25
lain menyebutkan bahwa lidah buaya berasal dari bombay yang kian menyebar ke
seluruh pelosok dunia termasuk ke Indonesia pada abad ke-17 (Jatnika dan
Saptoningsih, 2009).
Tanaman lidah buaya diberi nama Aloe vera L. oleh Carl Von Linme pada tahun
1720. Beberapa jenis Aloe yang umum dibudidayakan diantaranya Aloe perryl,
Aloe ferox, Aloe arborescens, Aloe barbadensis, dan Aloe chinensis yang populer
adalah Aloe barbadensis, yang berasal dari pulau Barbados Amerika Tengah.
Jenis ini memiliki kandungan terbaik dan dimanfaatkan untuk pengobatan
(Rostita, 2008).
Menurut beberapa ahli, Aloe vera L. dianggap sebagai anggota keluarga
tumbuhan kaktus atau jenis xerovit, terutama karena sifat atau karakteristiknya
lebih mirip dengan kaktus. Tumbuhan ini dapat hidup di lingkungan kering atau di
daerah gurun (Jatnika and Saptoningsih, 2009).
Tumbuhan ini memiliki daun yang agak runcing berbentuk taji, tebal,
tepinya bergigi permukaan berbintik-bintik dan dilapisi lapisan seperti lilin.
Panjang daun dapat mencapai 50-75 cm, dengan berat 0,5 kg 1 kg, lebar 2-6 cm
(Purbaya, 2003).
Letak daun lidah buaya berhadap-hadapan dan mempunyai bentuk yang sama,
yakni daun tebal dengan ujung yang runcing mengarah ke atas. Setiap jenis lidah
buaya yang satu dan yang lain memiliki penampakan fisik daun yang berbeda.
Bunga lidah buaya memiliki warna bervariasi, berkelamin dua (bisexual)
dengan ukuran panjang 25-4 mm. Bunga ini berbentuk seperti lonceng, terletak di
ujung atau suatu tangkai yang keluar dari ketiak daun dan bercabang.
26
Panjang tangkai 50-100 cm dan berstekstur cukup keras, serta tidak mudah patah.
Bunga lidah buaya mampu bertahan 1-2 minggu (Jatnika dan Saptoningsih, 2009).
Batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh daun-daun yang rapat dan
sebagian terbenam dalam tanah. Umumnya batang lidah buaya tidak terlalu besar
dan relatif pendek (sekitar 10 cm). Jika pelepah daun lidah buaya (Aloe vera L.)
telah dipotong atau dipanen beberapa kali, batang akan tampak dengan jelas
(Purbaya, 2003).
Biji dihasilkan dari bunga yang telah mengalami penyerbukan. Lidah
buaya jenis barbadensis dan aloe chinensis tidak membentuk biji atau tidak
mengalami penyerbukan, tetapi berkembang biak secara vegetatif. Kemudian akar
lidah buaya berserabut pendek dan tumbuh menyebar di batang bagian bawah
tanaman dan tumbuh ke arah samping, sehingga tanaman mudah tumbang karena
akan tidak cukup kuat menahan beban daun lidah buaya yang cukup berat.
Panjang akarnya mencapai 30-40 cm (Jatnika dan Saptoningsih, 2009).
2.4.1
hanya sebagai obat luar tetapi untuk mengobati luka dalam, seperti radang saluran
pencernaan. Sampai sekarang ini manfaat lidah buaya masih banyak dikenal dan
semakin luas fungsi atau kegunaannya, sehingga disebut-sebut sebagai tanaman
ajaib yang serba guna di abad modern ini. Melalui teknologi yang terus
berkembang dengan semakin canggih ditemukan berbagai senyawa kimia dalam
daging daun lidah buaya, antara lain : glukosa, asam amino, polisakarida dan
monosakarida (Rostita, 2008).
27
Selain itu, terdapat lebih 200 komponen aktif seperti vitamin, mineral,
enzim, protein dan terdapat kandungan bahan aktif yang tinggi berupa
glukomanan.
Menurut Purbaya (2003), lidah buaya kaya akan nutrisi terutama
mukopolisakarida (MPS), senyawa kompleks karbohidrat yang dibangun ribuan
molekul gula manosa, glukosa, dan galaktosa. MPS mempunyai rantai gula
panjang dan tidak dapat dipecah, masuk ke dalam aliran darah atau membrane sel
dengan proses pinositosis. Sebab itu lidah buaya dapat menyokong sistem
kekebalan tubuh.
Glukomanan adalah polisakarida terbesar yang terkandung dalam empulur
Aloe vera (Purbaya, 2003). Polisakarida (glukomanan) menurut Danhof (2001)
adalah : 1) menurunkan kolesterol total; 2) menurunkan trigliserida; 3)
menurunkan phospolipid; 4) menurunkan asam lemak non-ester; 5) menaikkan
HDL-kolesterol dalam tubuh; dan 6) menurunkan LDL-kolesterol.
Glukomanan adalah serat tinggi yang penting untuk membersihkan sistem
pencernaan, yang merupakan serat larut (Selulose Dietary Fiber/SDF) karena
dapat menyerap 200 kali berat air.
28
: plantae
Divisi
: spermatophyta
Subdivisi
: angiospermae
Kelas
: monocotyledoneae
Bangsa
: liliflorae
Suku
: liliceae
Genus
: aloe
Spesies
: aloe vera
95,51%
a. Lemak
0,050-0,090 gr
b. Karbohidrat (Polisakarida)
0,300 gr
c. Protein
0,010-0061 gr
d. Vitamin A
4,59 iu
e. Vitamin C
3,47 mg
29
Beberapa unsur vitamin dan mineral tersebut dapat berfungsi sebagai pembentuk
antioksidan alami, seperti vitamin C, vitamin E, vitamin A, magnesium, dan zinc.
Antioksidan tersebut berguna untuk mencegah penuaan dini, serangan jantung dan
berbagai penyakit degeneratif.
Pada daun lidah buaya mengandung juga sejumlah asam amino arginin, asparagin,
asam aspartat, alanin, serin, valin, glutamat, treonin, glisin, lisin, dan isoleusin
(Astawan, 2009).
Vitamin E berperanan sebagai antioksidan atau penangkap radikal bebas
(free radical scavenger) terutama di membran sel. Vitamin E mempunyai peranan
penting dalam menghambat reaksi berantai peroksidasi lipid pada membran
(Geissler, 2005).
Tocotrienol (fraksi vitamin E) direkomendasikan oleh FDA (Food Drug
Administration)
sebagai
obat
untuk
hiperkolesterolemia,
dengan
cara
30
sampai ke cairan darah. Glukomanan juga bekerja dalam usus mengikat asam
lemak dan menghambat penyerapan asam lemak sehingga menghambat
biosintesis kolesterol. Kedua hal tersebut diduga yang menyebabkan kadar
kolesterol darah menurun (Soeharto, 2000).
Saponin dapat menurunkan tingkat absorpsi kolesterol dan meningkatkan
ekskresi sehingga secara langsung dapat mengurangi kolesterol dalam tubuh
(Wang et al., 2002).
Lidah Buaya
Batang
Akar
Daun
Bunga
31
2.4.2 Glukomanan
Glukomanan adalah polisakarida dari jenis hemiselulosa yang terdiri dari
rantai glukosa, mannose, dan galaktosa. Glukomanan merupakan
Dietary Fiber, dimana satu gram
Selulose
32
33
34
Asetil-koenzim A
Asetoasetil-koenzim A
Hidroksimetilglutarat-koenzim (HMG)
HMG-KoA reduktase
Lidah buaya (Aloe vera)
Mevalonat
Mevalonat fosfat
Mevalonat pirofosfat
Diemetilalil Pirofosfat Isopentenil pirofosfat
Isopentenil transfer RNA
Protein terisoprenolat
Geranil pirofosfat
Famesil Pirofosfat
Skualin Lanosterol
Kolesterol
Gambar 2.6 Glukomanan dan Profil Lipid
(Mahfouz, 2000)
35
36
Jenis galur ini dikembangkan di Institut Wistar pada tahun 1906 untuk
digunakan dalam biologi dan penelitian medis. Saat ini tikus wistar ini menjadi
salah satu strain tikus paling populer digunakan untuk penelitian laboratorium.
Ciri tikus ini adalah mempunyai kepala lebar, telinga panjang, dan memiliki ekor
panjang yang tidak melebihi panjang tubuhnya (Anonim, 2011).
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS
37
38
terdiri dari ikatan rantai glukosa, mannose, dan galaktosa. Zat ini secara alami
terdapat pada tanaman dan tidak dapat tercerna secara enzimatik menjadi bagianbagian yang dapat dicerna oleh saluran cerna. Glukomanan sangat efektif dalam
menyerap asam empedu yang akan mengemulsi lemak dan membawanya keluar
bersama feces, akibatnya kolesterol yang diikat oleh serat glukomanan tersebut
tidak sampai ke cairan darah.
Penelitian pada binatang percobaan tikus yang diberi makanan tinggi
kolesterol dicampur dengan ekstrak lidah buaya, mampu menurunkan kadar LDL
dan meningkatkan HDL.
Penelitian ini ditujukan untuk membuktikan efektivitas lidah buaya dalam
menurunkan profil lipid pada tikus dislipidemia. Tikus yang diberi diet tinggi
kolesterol secara terus menerus sehingga terjadi dislipidemia kemudian diberi
ekstrak lidah buaya. Dengan demikian ekstrak air lidah buaya dapat menurunkan
kadar kolesterol darah, sehingga dapat memperbaiki profil lipid dan aman untuk
dikonsumsi.
39
Faktor eksternal
1. Genetik
2. Hormonal
1. Diet (tinggi
lemak jenuh/
kolesterol)
2. Kurangnya
aktivitas fisik
Tikus Dislipidemia
1.
2.
3.
4.
Kolesterol Total
Trigliserida
Kolesterol LDL
Kolesterol HDL
Gambar 3.1
Konsep Penelitian
40
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1
Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimen murni laboratorik yang memakai Pre
Test-Post Test Control Group Design (Pocock, 2008). Tikus yang sudah
dislipidemia setelah diberikan diet tinggi kolesterol dibagi secara acak menjadi
dua kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok kontrol sedangkan
kelompok kedua merupakan kelompok perlakuan.
O1
P0
O2
O3
P1
O4
Ra
Populasi sampel
Sampel
Ra
O1
41
42
O2
O3
O4
P0
P1
Langkah awal adalah membuat kondisi tikus seragam, semua tikus coba
diberi diit standar (HN51) selama 7 hari. Selanjutnya, untuk mendapatkan tikus
coba dislipidemia, semua tikus diberikan pakan standar ditambah makanan tinggi
kolesterol selama 28 hari. Pada tahap ini dilakukan pengujian kadar kolesterol
total, trigliserida, LDL dan HDL (data pretest). Selanjutnya tikus diberikan
ekstrak air lidah buaya secara oral sesuai dosis seperti yang dinyatakan pada
Gambar 4.1 selama 14 hari. Langkah akhir adalah pemeriksaan kadar total
kolesterol, trigliserida, LDL dan HDL (data post test). Pada penelitian ini
digunakan ekstrak air lidah buaya yang diperoleh dari Laboratorium Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Udayana.
43
4.2
4.3
4.3.1
Populasi Penelitian
1. Populasi target : seluruh tikus yang diberikan perlakuan dengan diet tinggi
kolesterol ditambah plasebo (air suling) dan diet tinggi kolesterol
ditambah ekstrak air lidah buaya.
2. Populasi terjangkau : tikus putih (rattus norvegicus) jantan galur wistar
berumur empat bulan dengan berat 180-200 gram yang dislipidemia.
4.3.2
Kriteria Sampel
44
2 2
1 2 2
x f ( , )
Keterangan :
n
= Besar sampel
= SD (Standar Deviasi)
= 0,05
= 0,10
f(,)
Berdasarkan data penelitian yang sudah ada Umi ( 2007) tentang Pengaruh
Jus Lidah Buaya Terhadap Kadar LDL dan HDL Serum Darah Tikus
diperoleh : Rerata kadar kolesterol HDL kelompok kontrol = 40,4. Rerata
kadar kolesterol HDL kelompok perlakuan = 53,5 dan simpangan baku
kontrol = 8,4.
n
2(8,4) 2
x10,5
(53,5 40,4) 2
= 8,6 9
Dalam penelitian diharapkan jumlah sampel ditambah 20% sehingga menjadi
n
= 10,8
= 11
45
Variabel Penelitian
4.4.1
Variabel Bebas
Variabel bebas : ekstrak air lidah buaya.
4.4.2
Variabel Tergantung
Variabel tergantung :
1. Kadar kolesterol total darah
2. Kadar trigliserida darah
3. Kadar LDL darah
4. Kadar HDL darah
46
47
masing-masing diukur dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan (pre testpost test) (Dachriyanus et al., 2007)
4. Kolesterol adalah bagian dari lipid yang struktur dasarnya terbentuk dari inti
sterol dan bermanfaat terutama untuk membentuk membran. Kadar normalnya
pada tikus 106 mg/dl (Umi, 2007).
5. Trigliserida adalah bagian dari lipid yang terdiri dari asam lemak dan gliserol
yang berfungsi terutama untuk menyediakan energi. Kadar normalnya pada
tikus 68 mg/dl (Umi, 2007).
6. LDL adalah lipoprotein berdensitas rendah yang bersifat aterogenik yang
dapat melekat pada dinding arteri dan mengganggu aliran darah. Kadar
normalnya pada tikus 19 mg/dl (Umi, 2007).
7. HDL adalah lipoprotein berdensitas tinggi yang bersifat non aterogenik yang
membawa kelebihan LDL di jaringan perifer ke hepar. Kadar normalnya pada
tikus 77 mg/dl (Umi, 2007).
8. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan atau
penurunan kadar HDL. Tikus dikatakan dislipidemia bila kadar kolesterol total
serum lebih dari 200 mg/dl (Sunarsih dan Prasetyastuti, 2008).
9. Diet tinggi kolesterol adalah makanan yang dibuat dengan campuran khusus
untuk meningkatkan kadar kolesterol yang terdiri dari :
Kuning telur
5%
Lemak hewan
10%
48
Minyak goreng
1%
100%
49
2.
Tikus diadaptasi selama tujuh hari dan diberikan makanan standar yang
berupa HBS pellet secara ad libitum.
3.
4.
5.
50
6.
7.
8.
9.
51
4.7.1 Pembuatan sediaan ekstrak air lidah buaya (Aloe vera L.)
Diblender
52
Pemberian dosis ekstrak air lidah buaya dalam penelitian ini adalah 1500 mg/200
gr BB/hari (1,5 ml/200 gr BB/hari), mengacu dari penelitian Umi tahun 2007
dimana dosis paling efektif dalam menurunkan kolesterol, LDL, dan
meningkatkan HDL adalah 1,5 ml/200 grBB/hari.
53
berupa ekstrak air lidah buaya dengan dosis 1500 mg/200 gr BB tikus (1,5 ml/
200 gr BB tikus) diberikan setiap pagi selama 14 hari.
4.7.4 Pengambilan darah tikus
Pengambilan darah dilakukan pada pembuluh darah besar tikus yaitu dari
medial canthus sinus orbitalis. Darah yang didapatkan dimasukkan kedalam
tabung khusus kemudian dikirimkan ke laboratorium PAU Universitas Gadjah
Mada.
4.7.5 Pengamatan
Setelah dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol serum tikus, maka data
yang didapatkan dikumpulkan dan analisa data.
54
55
Tikus 22 ekor
Kelompok Kontrol
Diet tinggi kolesterol
+plasebo dg. Vol. 1,5
ml selama 14 hari
Kelompok Perlakuan
Diet tinggi kolesterol
+ekstrak air lidah buaya
dg. dosis 1500 mg/200g
BB tikus ( 1,5 ml
selama 14 hari)
56
57
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 22 tikus putih jantan jenis Wistar
(albino rat) dislipidemia sebagai sampel, yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok
masing-masing berjumlah 11 ekor tikus, yaitu kelompok kontrol dan kelompok
ekstrak air lidah buaya. Dalam pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data,
uji homogenitas data, uji komparabilitas, dan uji efek perlakuan.
5.1 Uji Normalitas Data
Data Kolesterol Total, LDL, HDL, dan Trigliserida baik sebelum
perlakuan maupun sesudah perlakuan pada masing-masing kelompok diuji
normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan
data berdistribusi normal (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1
Hasil Uji Normalitas masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Perlakuan
Kolesterol Total kontrol Pre test
Kolesterol Total ekstrak air lidah buaya Pre test
Trigeliserida kontrol Pre test
Trigeliserida ekstrak air lidah buaya Pre test
HDL kontrol Pre test
HDL ekstrak air lidah buaya Pre test
LDL kontrol Pre Test
LDL ekstrak air lidah buaya Pre test
Kolesterol Total kontrol Post test
Kolesterol Total ekstrak air lidah buaya Post test
Trigeliserida kontrol Post Test
Trigeliserida ekstrak air lidah buaya Post test
HDL kontrol Post Test
HDL ekstrak air lidah buaya Post test
LDL kontrol Post test
LDL ekstrak air lidah buaya Post test
58
Keterangan
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
11
0,156
0,173
0,707
0,733
0,713
0,762
0,123
0,240
0,499
0,330
0,603
0,934
0,752
0,089
0,744
0,313
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
59
Keterangan
0,135
2,338
0,081
1,076
0,627
0,000
0,703
0,691
0,717
0,142
0,779
0,223
0,438
0,994
0,412
0,416
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
Rerata Kolesterol
Total (mg/dl)
SB
11
212,02
6,44
11
212,33
6,81
Kelompok Subjek
0,11
0,913
60
Rerata Kolesterol
Total (mg/dl)
SB
11
215,98
5,26
11
176,26
4,04
Kelompok Subjek
19,86
0,001
61
ekstrak air lidah buaya dianalisis dengan uji t-paired dan hasilnya disajikan pada
Tabel 5.5 berikut.
Tabel 5.5
Rerata Kolesterol Total antara Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Kelompok
Sebelum
Sesudah
212,026,44
215,985,26
0,133
212,336,81
176,264,04
0,001
Kolesterol Total
250,00
212,02 215,98
212,33
176,26
mg/dl
200,00
150,00
Pre
100,00
Post
50,00
0,00
Air Suling
Air
Suling
Kontrol
Kontrol
Ekstrak
Air Lidah
Ekstrak
AirBuaya
Lidah(1500 mg)
BuayaPerlakuan
(1500 mg)
Perlakuan
Gambar 5.1 Kolesterol Total Sesudah di Berikan Ekstrak Air Lidah Buaya
62
5.4 Trigliserida
5.4.1 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata trigliserida
antar kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol dan sebelum
diberikan perlakuan berupa ekstrak air lidah buaya. Hasil analisis kemaknaan
dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.6 berikut.
Tabel 5.6
Rerata Trigeliserida antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Rerata Trigliserida
Kelompok Subjek
n
SB
t
P
(mg/dl)
Plasebo (air suling)
11
115,98
2,36
11
115,58
3,54
0,31
0,760
63
Tabel 5.7
Rerata Trigliserida antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
N
Rerata Trigeliserida
(mg/dl)
SB
11
119,53
2,83
Kelompok Subjek
Plasebo (air suling)
Ekstrak air lidah buaya
11
89,30
24,69
0,001
2,91
Sebelum
Sesudah
115,982,36
119,532,83
0,078
115,583,54
89,302,91
0,001
64
ekstrak air lidah buaya mengalami penurunan secara bermakna sebesar 26,28
(22,74%).
Trigliserida
115,98
119,53
115,58
120,00
89,30
100,00
mg/dl
80,00
60,00
Pre
40,00
Post
20,00
0,00
Air
AirSuling
Suling
Kontrol
Kontrol
Ekstrak
AirAir
Lidah
Buaya
(1500 mg)
Ekstrak
Lidah
Buaya
Perlakuan
(1500 mg)
Perlakuan
5.5 HDL
5.5.1 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata HDL antar
kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol dan sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak air lidah buaya. Hasil analisis kemaknaan dengan uji tindependent disajikan pada Tabel 5.9 berikut.
Tabel 5.9
Rerata HDL antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Rerata HDL
Kelompok Subjek
n
SB
T
(mg/dl)
Plasebo (air suling)
11
49,92
2,65
11
47,65
3,08
1,85
P
0,079
65
Rerata HDL
(mg/dl)
SB
11
49,67
2,95
11
62,74
6,26
Kelompok Subjek
6,26
0,001
66
Sebelum
Sesudah
49,922,65
49,672,95
0,801
47,653,08
62,746,26
0,001
HDL
62,74
70,00
60,00
49,92
49,67
47,65
mg/dl
50,00
40,00
Pre
30,00
Post
20,00
10,00
0,00
Air Suling
Air Suling
Kontrol
Kontrol
Ekstrak
AirAir
Lidah
Buaya
(1500 mg)
Ekstrak
Lidah
Buaya
Perlakuan
(1500 mg)
Perlakuan
67
5.6 LDL
5.6.1 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata LDL antar
kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol dan sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak air lidah buaya. Hasil analisis kemaknaan dengan uji tindependent disajikan pada Tabel 5.12 berikut.
Tabel 5.12
Rerata LDL antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Rerata LDL
Kelompok Subjek
n
SB
t
(mg/dl)
Plasebo (air suling)
11
137,45
3,72
11
141,71
9,46
1,39
p
0,180
68
Tabel 5.13
Rerata LDL antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek
Plasebo (air suling)
Ekstrak air lidah buaya
Rerata LDL
(mg/dl)
SB
11
144,16
4,41
11
98,09
22,69
0,001
5,09
Sebelum
Sesudah
137,453,72
144,164,41
0,052
141,719,46
98,095,09
0,001
69
ekstrak air lidah buaya mengalami penurunan secara bermakna sebesar 43,62
(30,78%).
LDL
160,00
137,45
144,16
141,71
140,00
98,09
mg/dl
120,00
100,00
80,00
Pre
60,00
Post
40,00
20,00
0,00
Air suling
Air Suling
Kontrol
Kontrol
Ekstrak
Air Lidah
BuayaBuaya
(1500 mg)
Ekstrak
Air Lidah
Perlakuan
BAB VI
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
70
71
lidah adalah 47,653,08. Rerata LDL kelompok plasebo adalah 137,453,72 dan
rerata kelompok ekstrak air lidah buaya adalah 141,719,46. Uji perbandingan pre
test antara kedua kelompok dengan t-independent menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan bermakna perubahan profil lipid darah antara kelompok
kontrol dengan kelompok perlakuan (p > 0,05). Hal ini berarti bahwa profil lipid
pada kedua kelompok adalah sama atau dengan kata lain kedua kelompok
sebelum diberikan perlakuan profil lipidnya tidak berbeda (p > 0,05).
Uji perbandingan sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol dan ekstrak
air lidah buaya antara kedua kelompok menggunakan t-independent. Rerata
Kolesterol Total kelompok plasebo adalah 215,985,26 dan rerata kelompok
ekstrak air lidah buaya adalah 176,264,04. Rerata Trigliserida kelompok plasebo
adalah 119,532,83 dan rerata kelompok ekstrak air lidah buaya adalah
89,302,91. Rerata HDL kelompok plasebo adalah 49,672,95 dan rerata
kelompok ekstrak air lidah buaya adalah 62,746,26. Rerata LDL kelompok
plasebo adalah 144,164,41 dan rerata kelompok ekstrak air lidah buaya adalah
98,095,09. Uji perbandingan post test antara kedua kelompok dengan
t-independent menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna perubahan profil
lipid darah antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Hal ini berarti
bahwa terjadi perubahan profil lipid secara bermakna pada kedua kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak air lidah buaya (p<0,05).
Peningkatan kadar kolesterol dalam darah (hiperkolesterolemia) dapat
terjadi karena adanya kelainan genetik, gangguan metabolisme, stres, kurangnya
aktivitas fisik atau olah raga, diet tinggi kolesterol (Anwar, 2004). Kolesterol yang
72
73
76,49, galaktosa daging 4,97 dan gel 3,50, rhamnosa daging 1,69 dan gel 0,84 dan
fucosa daging 1,94 dan gel 0,64 (Gallaher et al., 2002). Glukomanan dapat
menurunkan kadar kolesterol darah melalui proses bergabungnya dengan
kolesterol di dalam asam empedu (cairan berwarna kekuningan yang diproduksi
oleh hati untuk memecah lemak di dalam usus kecil). Sebagian besar kolesterol di
dalam asam empedu akan dikeluarkan bersama serat sebagai bahan buangan dan
tidak diserap lagi. Kolesterol merupakan bahan dasar pembentuk asam empedu.
Untuk menggantikan asam empedu yang hilang, kolesterol dikeluarkan dari
peredaran darah. Peristiwa ini dapat menurunkan kadar kolesterol. Selain
bergabung dengan kolesterol, serat di dalam usus mengikat asam lemak sehingga
menghambat penyerapan asam lemak yang akhirnya menghalangi sintesis
kolesterol (Soeharto, 2000). Sedangkan saponin dalam lidah buaya dapat
menurunkan tingkat absorpsi kolesterol dan meningkatkan ekskresi sehingga
secara langsung dapat mengurangi kolesterol dalam tubuh (Wang et al., 2002).
Rendahnya kadar kolesterol dalam darah ada hubungannya dengan kandungan
serat makanan. Secara fisiologis, serat makanan yang larut (SDF) lebih efektif
dalam mereduksi plasma kolesterol yaitu low density lipoprotein (LDL), serta
meningkatkan kadar high density lipoprotein (HDL) (Siagian, 2003).
Beberapa studi tentang penggunaan suplemen glukomanan dengan
beberapa gram/hari akan efektif menurunkan kolesterol total darah, LDLkolesterol dan trigliserida, dan dalam beberapa kasus dapat menaikkan HDLkolesterol (Siagian, 2000). Lebih lanjut diketahui bahwa adanya kadar HDL yang
tinggi akan mencegah terjadinya penimbunan LDL pada dinding pembuluh darah.
74
75
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pemberian ekstrak air lidah buaya pada tikus
putih jantan jenis Wistar didapatkan simpulan sebagai berikut:
1. Pemberian ekstrak air lidah buaya oral dapat menurunkan kadar kolesterol
total tikus dislipidemia.
2. Pemberian ekstrak air lidah buaya oral dapat menurunkan kadar kolesterol
LDL tikus dislipidemia.
3. Pemberian ekstrak air lidah buaya oral dapat menurunkan kadar
trigliserida tikus dislipidemia.
4. Pemberian ekstrak air lidah buaya oral dapat meningkatkan kadar
kolesterol HDL tikus dislipidemia.
7.2 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah:
1. Perlu dilakukan penelitian serupa pada manusia atau uji klinis, karena
sudah diketahui bahwa konsumsi lidah buaya tidak membahayakan bagi
manusia.
2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ekstrak lidah
buaya terhadap jenis penyakit yang lain.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang adanya keefektifan
penggunaan glukomanan dibandingkan dengan obat-obatan.
76
77
DAFTAR PUSTAKA
Adam,
Praktis
78
Dachriyanus, Katrin, D.O., Oktarina, R., Ernas, O., Suhatri, Mukhtar, M.H. 2007.
Uji Efek Mangostin terhadap Kadar Kolesterol Total, Trigliserida,
Kolesterol HDL, dan Kolesterol LDL Darah Mencit Putih Jantan serta
Penentuan Lethal Dose (LD 50). J Sains Tek Far. 12 (2): 64-72.
Dalimartha, N.S. 2001. 36 Resep Tumbuhan untuk Menurunkan Kolesterol.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Dalimartha, N.S. 2005. Resep Tumbuhan Obat untuk Menurunkan Kolesterol.
Surabaya : Penebar Swadaya.
Danhof, I.E. 2001. Information of Aloe Vera. Jakarta : Department of Biology
Faculty of Mathematics and Sciences University of Indonesia Depok
Internal Uses of Aloe Vera.
Djuanda, E. 2005. Anti Aging : Rahasia Awet Muda. Cetakan ke-2. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI. Hal. 1-8.
Doina, C. 2006. Study Regarding The Hipocholesterolemiant Effect Of isolavonts
Supplements Obtained from Trifalium Pretense. Agrobot: Cluj.
Dominiczak, M.H. 2005. Lipids and Lipoproteins. Medical Biochemistry. Second
Edition. Philadelphia: Elsevier Murby. H. 225-243.
Elstein, M. 2005. Cholesterol, Low density Lipoprotein (LDL), High density
Lipoprotein (HDL), Triglycerides and Apoproteins A-1 and B. You have
the power! Australia: Aliart. H.238.
Fikri, F. 2009. Bahaya Kolesterol Memahami, Mendeteksi & Mengontrol
Kolesterol. Yogyakarta : Katahati. Hal. 1-59.
Gallaher, D.D., Gallaher, C.M., Mahrt,G.J. 2002. A Glucomanan and Chitosan
Fiber Suplement Decrease Plasma Cholesterol and Increase Cholesterol
in overweight Normocholesterolemic Humans. I AM Coll Nutri 21 (5).
Goldman, R., Klatz, R. 2003. The New Anti Aging Revolution. Australasian
Edition. Theories of Aging. Page : 19-32.
Grundy, S.M. 2004. Preventium and Management of Dyslipidemia and The
Metabolic Syndrome in Obese Patients. Handbook of Obesity. Second
Edition. New York : Marcel Dekker. Inc. h. 116.
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2007. Keseimbangan Diet; Aturan Pemberian
Makanan; Obesitas dan Kelaparan; Vitamin dan Mineral. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Terjemahan Irawati et. al. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC. H. 916-918.
79
from:
80
81
82
from :
83
Lampiran 1
TABEL KONVERSI PERHITUNGAN DOSIS LAURENCE & BACHARACH
(Kusumawati, 2004)
Mencit
Mencit
20 gr
1.0
Tikus
200 gr
7.0
Marmot
400 gr
12.25
Kelinci
1,5 kg
27.8
Kucing
2 kg
29.7
Kera
4 kg
64.1
Anjing
12 kg
124.2
Manusia
70 kg
387.9
0.14
1.0
1.74
3.9
4.2
9.2
17.8
56.0
0.08
0.57
1.0
2.25
2.4
5.2
10.2
31.5
0.04
0.25
0.44
1.0
1.08
2.4
4.5
14.2
0.03
0.23
0.41
0.92
1.0
2.2
4.1
13.0
0.016
0.11
0.19
0.42
0.45
1.0
1.9
6.1
0.008
0.06
0.1
0.22
0.24
0.52
1.0
3.1
0.0026
0.018
0.031
0.07
0.076
0.16
0.32
1.0
20 gr
Tikus
200 gr
Marmot
400 gr
Kelinci
1,5 kg
Kucing
2 kg
Kera
4 kg
Anjing
12 kg
Manusia
70 kg
84
Lampiran 2
Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Kelompok
Kolesterol_ Air suling
total_pre
ekstrak air lidah buaya
Trigeliserida Air suling
_pre
ekstrak air lidah buaya
HDL_pre
LDL_pre
Air suling
ekstrak air lidah buaya
Air suling
Statistic
.193
.208
.155
.177
.155
df
Shapiro-Wilk
Sig.
11
11
11
11
11
Statistic
df
Sig.
.200
.894
11
.156
.200
.898
11
.173
.200
.955
11
.707
.200
.957
11
.733
.200
.955
11
.713
.109
.224
.164
11
11
11
.200
.127
.200*
.959
.886
.909
11
11
11
.762
.123
.240
.206
11
.200*
.938
11
.499
.173
11
.200*
.921
11
.330
11
.200
.947
11
.603
.200
.975
11
.934
.958
11
.752
.149
.137
11
.107
11
.200
.326
.204
11
11
.122
.200*
.661
.958
11
11
.089
.744
.161
11
.200*
.919
11
.313
85
Lampiran 3
Uji t-independent
Group Statistics
Kelompok
Kolesterol_
total_pre
Air suling
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean
11 2.1202E2
6.43719
1.94088
11 2.1233E2
6.80565
2.05198
11 1.1598E2
2.35669
.71057
11 1.1558E2
3.54302
1.06826
HDL_pre
Air suling
11
49.9191
2.64999
.79900
11
47.6518
3.08134
.92906
Air suling
11 1.3745E2
3.71739
1.12083
11 1.4171E2
9.45769
2.85160
LDL_pre
F
Koleste Equal variances
rol_
assumed
total_
Equal variances
pre
not assumed
Triglise Equal variances
rida_
assumed
pre
Equal variances
not assumed
HDL_
pre
Equal variances
assumed
.135
2.338
.081
Equal variances
not assumed
LDL_
pre
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
1.076
Sig.
.717
Std.
Error
Sig. (2- Mean Differen
tailed) Difference
ce
df
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper
-.11
20
.913
-.31273 2.8245
-6.2045 5.57902
-.11
19.9
.913
-.31273 2.8245
-6.2057 5.5802
.310
20
.760
.39818 1.28300
-2.2781 3.07447
.310
17.40
.760
.39818 1.28300
-2.3039 3.10034
1.850
20
.079
2.26727 1.22538
-.28882 4.82337
1.850
19.56
.079
2.26727 1.22538
-.29250 4.82705
.223 -1.388
20
.180
-1.388 13.018
.188
.142
.779
86
Lampiran 4
Uji t-independent
Group Statistics
Kelompok
Kolesterol_
total_post
Air suling
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
11 2.1598E2
5.26496
1.58745
11 1.7626E2
4.03858
1.21768
11 1.1953E2
2.82989
.85325
11 89.2955
2.91443
.87873
HDL_post
Air suling
11 49.6709
2.94884
.88911
11 62.7355
6.26090
1.88773
Air suling
11 1.4416E2
4.41224
1.33034
11 98.0891
5.08975
1.53462
LDL_post
F
Kolesterol Equal variances
_total_
assumed
post
Equal variances not
assumed
Trigliseri Equal variances
da_post assumed
.627
.000
Sig.
.438
.994
Equal variances
assumed
.703
.412
.691
.416
t
19.855
Std.
Error
Sig. (2Mean Differenc
tailed) Difference
e
df
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper
20
35.54938 43.89607
19.855 18.741
35.53134 43.91411
24.688
20
27.68324 32.79313
24.688 19.983
27.68310 32.79327
-6.261
20
-6.261 14.229
22.685
20
41.83710 50.31017
22.685 19.605
41.83163 50.31565
87
Lampiran 5
Uji t-paired
Kelompok = ekstrak air lidah buaya
Paired Samples Statisticsa
Mean
Pair 1
LDL_pre
1.4171E2
Std. Deviation
Std. Error
Mean
11
9.45769
2.85160
LDL_post
98.0891
11
a. Kelompok = ekstrak air lidah buaya
5.08975
1.53462
Correlation
11
Sig.
.086
.802
Std.
Mean Deviation
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std.
Error
Mean
Lower
Upper
df
10
LDL_pre
Std. Deviation
Std. Error
Mean
1.3745E2
11
3.71739
1.12083
LDL_post 1.4416E2
a. Kelompok = Air suling
11
4.41224
1.33034
Sig. (2tailed)
.000
88
Correlation
11
Sig.
.612
.045
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std.
Error
Mean
Lower
Upper
df
10
HDL_pre
47.6518
Std. Deviation
Std. Error
Mean
11
3.08134
.92906
HDL_post
62.7355
11
a. Kelompok = ekstrak air lidah buaya
6.26090
1.88773
Correlation
11
.046
Sig.
.894
Sig. (2tailed)
.052
89
Mean
Pair HDL_pre 1 HDL_post
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std.
Error
Mean
Lower
Upper
df
Sig. (2tailed)
10
HDL_pre
Std. Deviation
Std. Error
Mean
49.9191
11
2.64999
.79900
HDL_post
49.6709
a. Kelompok = Air suling
11
2.94884
.88911
Correlation
11
Sig.
.360
.277
Mean
Pair 1 HDL_pre HDL_post
Std.
Deviati
on
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper
df
10
Sig. (2tailed)
.801
.000
90
Trigliserida_pre
Std. Deviation
Std. Error
Mean
1.1558E2
11
3.54302
1.06826
Trigliserida_post
89.2955
a. Kelompok = ekstrak air lidah buaya
11
2.91443
.87873
Trigliserida_pre &
Trigliserida_post
a. Kelompok = ekstrak air lidah buaya
Correlation
11
Sig.
.503
.115
2.628
3.26437
73E1
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper
Sig. (2tailed)
df
26.708
10
.000
Trigliserida_pre
Trigliserida_post
a. Kelompok = Air suling
Std. Deviation
Std. Error
Mean
1.1598E2
11
2.35669
.71057
1.1953E2
11
2.82989
.85325
91
Correlation
Pair 1
Trigliserida_pre &
Trigliserida_post
a. Kelompok = Air suling
11
Sig.
.952
.000
Pair Trigliserida_
1
pre Trigliserida_
post
95% Confidence
Interval of the
Difference
Mean
Std.
Devia
tion
Std.
Error
Mean
-3.55273
.92654
Lower
Upper
df
Sig. (2tailed)
10
Std. Deviation
Std. Error
Mean
11
6.80565
2.05198
11
4.03858
1.21768
Kolesterol_total_pre &
Kolesterol_total_post
a. Kelompok = ekstrak air lidah buaya
Correlation
11
.492
Sig.
.124
.078
92
Std.
Std. Error
Mean Deviation Mean
Pair Kolesterol_total_
3.6069
1
pre - Kolesterol_
1E1
total_post
5.96304
Lower
Upper
Sig. (2tailed)
df
10
.000
Kolesterol_total_pre
Std. Error
Mean
Std. Deviation
2.1202E2
11
6.43719
1.94088
Kolesterol_total_post 2.1598E2
a. Kelompok = Air suling
11
5.26496
1.58745
Correlation
Pair 1
Kolesterol_total_pre &
Kolesterol_total_post
a. Kelompok = Air suling
11
Sig.
.602
.050
Mean
Pair Kolesterol_
1
total_pre Kolesterol_
total_post
Std.
Deviatio
n
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper
t
-2.471
df
10
Sig. (2tailed)
.133