You are on page 1of 6

Nama Peserta:

Nama Wahana: RSUD


Topik: Atresia ani dan vistula rektovagina
Tanggal (Kasus): 19-11-2014
Nama Pasien: An. Z
Tanggal Presentasi:
Tempat Presentasi:
Obyektif Presentasi:
Keilmuan
Keterampilan
Diagnostik
Manajemen
Neonatus

No RM:
Nama Pendamping: dr. S
Penyegaran
Masalah

Bayi Anak Remaja

Dewasa

Tinjauan Pustaka
Istimewa
Lansia

Bumil

Deskripsi:
An. S, 1 bulan, dibawa oleh keluarga karena perut anak dirasakan membesar terus
menerus. Keluarga pasien menyatakan anak masih bisa buang air besar tetapi dirasakan
semakin sedikit seiring berjalannya waktu. Terkadang feses tampak di depan liang
kemaluan. Pasien sempat dibawa ke RS di tidore untuk dilakukan pemeriksaan dan
dinyatakan tidak ada lubang anus. Pasien saat ini masih minum ASI, nafsu makan masih
seperti biasa. Mual dan muntah disangkal.
Pasien dapat buang air kecil dengan baik, tidak ada riwayat gangguan bentuk tulang.
Pasien adalah anak kedua dan lahir normal. Sebelumnya tidak ada riwayat serupa pada
keluarga maupun anak sebelumnya.
Tujuan: mengetahui tanda tanda atresia ani.
Tinjauan Pustaka
Riset
Kasus
Audit
Bahan Bahasan:
Presentasi dan Diskusi
Email
Pos
Cara Membahas: Diskusi
Data Pasien
Nama: An. Z
No Registrasi:
Nama Klinik: UGD
Telpon:
Terdaftar Sejak: 19-11-2014
Data Utama dan Bahan Diskusi
1. Diagnosis / Gambaran Klinis
Atresia Ani dengan fistula rektovagina.
2. Riwayat Pengobatan
Pasien sudah pergi ke RS Tidore dan dinyatakan tidak ada anus kemudian dirujuk.
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit
Pasien belum pernah mengalami riwayat penyakit yang sama.
4. Riwayat Keluarga
Keluarga pasien belum pernah mengalami riwayat penyakit yang sama.
5. Riwayat Pekerjaan
Belum bekerja.
6. Lain-lain:
Daftar Pustaka
1. Arensman RM, et al. Pediatric Surgery. Landes Bioscience: Texas. 2000
2. Kliegman, et al. Nelson Textbook of Pediatric 18th edition. Saunders: Philadelphia. 2007
3. Pediatric Imperforate Anus. Medscape Reference
http://emedicine.medscape.com/article/929904-overview
1

Hasil Pembelajaran
1. Perumusan masalah berdasarkan data klinik yang diterima dan penentuan diagnosis
atresia ani dan vistula rektovagina
2. Pemeriksaan fisik yang sesuai untuk menentukan atresia ani dan vistula rektovagina
3. Penatalaksanaan atresia ani dan vistula rektovagina

1. Subyektif
An. S, 1 bulan, dibawa oleh keluarga karena perut anak dirasakan membesar terus
menerus. Keluarga pasien menyatakan anak masih bisa buang air besar tetapi dirasakan
semakin sedikit seiring berjalannya waktu. Terkadang feses tampak di depan liang
kemaluan.
2. Objektif
Hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium:
Kesadaran: Compos Mentis (GCS=15)
Berat badan: 4 Kg
N: 100 x/menit teratur, kuat, penuh; RR: 40 x/menit; Suhu: 37C.
Mata: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-.
Pemeriksaan jantung, paru dalam batas normal
Pemeriksaan abdomen: distensi, timpani, bising usus +, nyeri tekan Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2 detik
Anus: tidak ada
Alat kelamin: tampak vistula bilateral di introitus vagina
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap
Leukosit 6200/uL
Limfosit 2500/uL
Monosit 1700/uL
Granulosit 2000/uL
Eritrosit 3,83 x 106
CT: 815

Hb 12 g/dL
Ht 34,5 %
MCV 90,1 fL
MCH 31,3 pg
Trombosit 408000 /uL
BT: 210

Diagnosis ditegakkan berdasarkan:


1. Gejala klinis yang berupa perut kembung, tidak ada lubang anus, feses tampak di liang
vagina.
2. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tidak ada lubang anus dan tampak vistel di liang
vagina.
3. Assessment
Atresia ani adalah suatu kelainan kongenital tanpa anus atau anus tidak sempurna,
termasuk di dalamnya agenesis ani, agenesis rektum dan atresia rektum. Insiden 1:5000
2

kelahiran yang dapat muncul sebagai sindroma VACTREL (Vertebra, Anal, Cardial,
Esofageal, Renal, Limb).
Klasifikasi dibagi berdasarkan tatalaksana yang akan dilakukan menjadi 2 kelompok
berdasarkan kebutuhannya untuk kolostomi.
Neonatus dengan fistula kutaneus, anal stenosis, atau anal membaran dapat
ditatalaksana dengan perbaikan primer (primary repair), tanpa kolostomi protektif.
Neonatus dengan fistula rektouretra, fistula rektovesika, anorektal agenesis tanpa

fistula, atresia ani, fistula vestibular, atau malformasi kloaka membutuhkan kolostomi
protektif sebelum perbaikan primer.

Gejala yang menunjukan terjadinya atresia ani terjadi dalam waktu 24-48 jam. Gejala
itu dapat berupa perut kembung, muntah, tidak bisa buang air besar. Apabila dalam 24 jam
pertama bayi tidak mengeluarkan mekonium, bayi dapat mengalami kembung kemudian
terjadi muntah (gejala obstruksi rendah). Apabila terbentuk fistula, feses dapat keluar
sedikit tetapi tidak melalui anus. Pada laki laki, biasanya terdapat fistula yang mengarah
ke uretra sehingga urin bercampur dengan mekonium, sedangkan perempuan fistel
mengarah ke vestibulum sehingga perlu dilakukan sondase untuk menilai arah vestibulum.
Apabila mengarah ke anus menandakan letak rendah sedangkan letak tinggi mengarah ke
rektum.

Dapat dibagi menjadi 2 jenis lesi:

Lesi letak rendah:


o Rektum telah turun hingga ke kompleks sfingter.
o Pada laki laki biasanya muncul meconium staining di daerah perineum,
tampak tanda tanda pembukaan kulit (fistula anocutaneus)
o Pada perempuan, anus terletak lebih anterior dari perineum ke daerah fistula
fourchette yang memiliki mukosa lembab di daerah himen.

Lesi letak tinggi:


o Rektum belum turun hingga ke kompleks sfingter.
o Pada laki laki, tidak tampak adanya tanda tanda pembukaan kulit tetapi
sering memiliki fistula ke traktus urinarius baik uretra atau buli buli.
Terdapat beberapa jenis fistula yang mungkin terjadi:
Fistula rektouretral (paling sering pada laki - laki): mekanisme sfingter
penting, sakrum dapat tidak berkembang, dan tampak anal dimple.
Fistula rectoprostatik: sakrum berkembang tidak baik, skrotum dapat
bifida, terdapat anal dimple di dekat skrotum.
Fistula retrovesikular: mekanisme sfingter berkembang dengan tidak
baik, hipoplastik sakrum atau tidak ada sakrum.
o Pada perempuan, sering tampak fistula rectovagina. Selain itu juga dapat timbul
anomali kloaka (penyatuan rektum, vagina, dan uretra).
Sebagian besar bayi dengan atresia ani memiliki satu atau lebih abnormalitas yang

mengenai sistem lain. Insidennya berkisar antara 50% - 60%. Kelainan tersebut sering
disingkat menjadi VACTERL (vertebral, anal, cardiac, tracheal, esophageal, renal, limb).
Pemeriksaan Penunjang
Penciteraan

Radiografi Sakrum. Tujuan dilakukan pemeriksaan rontgen untuk menilai posisi


bayangan ujung rectum yang berisi udara dan berhubungan dengan garis
pubococcygeus.
Foto Wangensteen Rice/ Invertogram. Teknik ini dilakukan dengan posisi knee chest
dimana posisi kepala di bawah sedangkan bokong di atas. Pada bokong diberikan
marker kemudian sinar dipancarkan dari lateral sehingga dapat dinilai jarak dari
ujung rectum ke marker tersebut. Jika jarak <1cm, yaitu letak rendah. > 1 cm, yaitu
letak tinggi. Syarat dilakukan pemeriskaan foto, yaitu usia minimal 18 jam dan tidak
ada fistula. Udara secara normal akan mencapai rektum 18-24 jam sesudah lahir,
sehingga foto dapat dibuat sesudah waktu tersebut. Metode interpretasi dengan
menarik garis pubis-coccygeus kemudian melihat letak bayangan udara. Apabila
4

udara di atas garis menandakan letak tinggi sedangkan udara di bawah garis
menandakan letak rendah.
Tatalaksana disesuaikan dengan klasifikasi atresia ani yang ditemukan:
1

Letak Rendah
Bayi baru lahir dengan lesi atresia ani letak rendah dapat menggunakan prosedur
perbaikan primer, satu tahap tanpa perlu untuk kolostomi. Untuk stenosis anal di
mana pembukaan anus di lokasi normal, pelebaran saja biasanya kuratif. Dilatasi
yang dilakukan setiap hari oleh penjaga, dan ukuran dilator yang meningkat secara
progresif (dimulai dengan 8-9 Perancis dan meningkat perlahan-lahan untuk 14
sampai 16 Perancis).

Letak Tinggi
Bayi dengan atresia ani letak tinggi tradisional memerlukan kolostomi sebagai
bagian pertama dari rekonstruksi tiga tahap. Usus besar benar-benar dibagi di daerah
sigmoid, dengan usus proksimal sebagai kolostomi dan usus distal sebagai fistula
mukosa. Pemisahan lengkap dari usus meminimalkan kontaminasi tinja ke daerah
fistula rectourinarius, dan mungkin mengurangi risiko urosepsis. Selanjutnya, usus
distal dapat dievaluasi radiografi untuk menentukan lokasi dari fistula rectourinarius.
Prosedur tahap kedua biasanya dilakukan 3 sampai 6 bulan kemudian dan terdiri dari
pembedahan membagi fistula rectourinary atau rektovaginal dengan tarik-melalui
terminal dubur kantong ke posisi anal normal. Tahap ketiga dan terakhir adalah
penutupan kolostomi, yang dilakukan beberapa bulan kemudian.

Medikamentosa yang dapat diberikan


Untuk nyeri: Acetaminophen (15 mg/kg tiap 4 jam) atau morphine sulfat (0.05-0.1
mg/kg IV tiap 2 4 jam)
Antibiotik : ampicillin (50 mg/kg tiap 6 jam), gentamicin (2 mg/kg tiap 8-12 jam), dan
clindamycin (10 mg/kg tiap 8 jam).

4. Plan
Tatalaksana pada pasien ini:
Pasang naso gastric tube
IVFD: D5 Saline 20 tpm
Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang keadaan penyakit pasien
Konsul dokter spesialis bedah
Jawaban konsul dokter spesialis bedah
Cefotaxime 125 mg/12 jam IV skin test dulu
Rencanakan foto abdomen knee chest
Rencanakan Kolostomi

You might also like