Professional Documents
Culture Documents
Berbicara mengenai filsafat, yang perlu diketahui terlebih dahulu bahwa filsafat
adalah induk dari segala disiplin ilmu pengetahuan yang kini berkembang sebagai bahan
acuan/ajar, terutama di kalangan mahasiswa serta pelajar-pelajar meski banyak pendangan
kontradiktif mengenai hal itu. Dikatakan sebagai induk ilmu pengetahuan, karena salah satu
sumber ilmu pengetahuan pada masa pra-disiplin ilmu, pemikiran secara filsafati menjadi
acuan berpikir para pemikir visioner, yang saat ini disebut sebagai filosof atau filsuf, seperti
Plato, Socrates, Aristoteles, Phytagoras, dan lain sebagainya yang memiliki pemikiran yang
tentunya berbeda-beda.
Berpikir secara filsafati atau filosofis tak lepas dengan cara berpikir yang kini
berkembang di sebagian kalangan mahasiswa, yakni kritis, analis, sertamenuntut pemikiran
yang visioner. M. Dimyathi juga menuturkan bahwa kegiatan penalaran secara filosofis dapat
dikategorikan sebagai kegiatan analisis, pemahaman, diskripsi, penilaian, penafsiran, dan
perekaan.1
Phytagoras2 dengan pemikirannya yang sangat termasyur tentang bilangan matematik,
sebagai seorang ahli matematika abadi, yang telah membuahkan dalil-dalil yang abadi pula,
seperti jumlah dari luas dua sisi sebuah segitiga siku-siku adalah sama dengan luas sisi
miringnya (a2 + b2 = c2), tak lepas dengan pemikiran filsafati yang selama hidupnya diamini
sebagai pemikiran yang universal untuk berbagai macam fenomena serta rahasia alam ini.
Olehnya itu, menjadi sebuah keharusan dalam memposisikan filsafat sebagai disiplin
ilmu tersendiri yang harus dan tetap harus eksis dalam kehidupan pemikiran setiap manusia
tanpa terkecuali. Akan tetapi, perlu diketahui juga bahwa filsafat tidak akan pernah menjawab
segala persoalan dari fenomena-fenomena serta rahasia-rahasia di balik alam yang fana ini
(ketuhanan, kemanusiaan, dan alam). Orang yang menggeluti filsafat atau bisa dikatakan
berpikir secara filsafati terhadap segala hal, hanya akan mengetahui seperti apa jalan yang
harus ditempuh, cara melangkahkan kaki, dalam menjawab segala persoalan dari fenomenafenomena tersebut.
Sebagai induk ilmu, berarti segala disiplin ilmu yang kini mandiri serta berkembang,
masih sangat erat kaitannya dengan filsafat, bahkan tidak akan pernah putus dari apa yang
dinamakan filsafat. Seperti yang telah dipahami bahwa disiplin ilmu apapun, yang kini
mandiri serta berkembang, pasti mempunyai asal-usul tersendiri dalam eksistensinya. Tak ada
disiplin ilmu yang berdiri hingga perkembangannya begitu saja tanpa ada yang melatarbelakangi.3 Olehnya, setiap disiplin ilmu pasti memiliki filosofi tersendiri (asal-usul
eksistensinya).
Dengan menilik tema penulisan ini, yang menjadi pertanyaan kemudian ialah
mengapa filsafat ilmu kemudian harus ditarik ke ranah perspektif studi Islam? Ini yang
kemudian akan menjadi salah satu inti pembahasan dalam makalah ini. Karena pada
Tugas Akhir Semester Mata Kuliah Epistemologi yang diampuh oleh Drs. Muzairi; dikumpulkan pada
saat Ujian Akhir Semester.
Mahasiswa Angkatan 2011; Jurusan Aqidah dan Filsafat Fak.Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran
Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta; NIM: 11510008
1
M. Dimyati. 2001. Dilema Pendidikan Ilmu Pengetahuan. Malang : IPTI. Hal. 1
2
Pemikirannya tentang bilangan diutarakan dalam Filsafat Umum (Muzairi : 2009) hal. 48
3
Hukum ini biasa dikatakan sebagai hukum kausalitas (sebab-akibat). Adanya suatu akibat, karena
ada yang menyebabkan atau sebab yang menyebabkan akibat itu terjadi.
dasarnya, sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh Prof. Dr. Einstein, Filsafat tanpa
agama4 = lumpuh, sedangkan agama tanpa filsafat = pincang.5
Jadi, untuk memahami pembahasan mengenai filsafat ilmu dalam perspektif studi
Islam, dapat didekati dari permasalahan pokok tentang apa itu filsafat, filsafat ilmu, serta
studi Islam itu sendiri. Telah diketahui bahwa filsafat merupakan disiplin dan sistem
pemikiran tentang enam jenis persoalan yang saling berhubungan satu sama lain, yakni
berhubungan dengan yang ada, pengetahuan, metode, penyimpulan, moralitas dan
keindahan, yang di dalam studi filsafat dikenal dengan metafisika, epistemologi, metodologi,
logika, etika dan estetika.6 Secara keseluruhan, filsafat mempelajari keenam jenis persoalan
tersebut berdasarkan kegiatan penalaran reflektif dan hasil refleksinya terwujud dalam
pengetahuan filsafati.
Perlu diketahui pula bahwa pengetahuan filsafati yaitu kebenarannya hanya bisa
dipertanggungjawabkan secara logis. Metodenya disebut metode rasional yang mengandalkan
pemikiran akal. Cara kerja metode ini ialah dengan cara mencari kebenaran terhadap sesuatu
dengan cara memikirkannya secara logis. Olehnya itu, dapat dikatakan bahwa filsafat adalah
sejenis pengetahuan manusia yang logis saja, tentang objek-objek yang abstrak. Objek
penelitiannya memanglah konkret, tetapi yang ingin diketahuinya, hanyalah bagian
abstraknya saja. Sekali lagi, suatu teori filsafat bisa dikatakan benar, jika ia dapat
dipertanggungjawabkan secara logis dan sampai kapanpun atau untuk selama-lamanya tidak
akan pernah dapat dibuktikan dalam pemahaman secara empiris.
1962) V.
6
The Liang Gie. 1998. Suatu Konsepsi Kearah Penertiban Bidang Filsafat. Yogyakarta: Karya Kencana.
11 dalam http://nursalimrembang.wordpress.com/2011
7
Dijelaskan dalam Filsafat Pendidikan Islam (Arifin : 1993) BUMI AKSARA; hal. 1
Dr. Muhammad Fadil Al-Djamaly, Guru Besar Pendidikan di Universitas Tunisia dalam Filsafat
Pendidikan Islam (Arifin : 1993) hal. 16
DAFTAR PUSTAKA
Marimba, Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. ALMARIF, 1962.
The Liang Gie. 1998. Suatu Konsepsi Kearah Penertiban Bidang Filsafat. Yogyakarta: Karya
Kencana. 11 dalam http://nursalimrembang.wordpress.com/2011