Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
RANNY NOVIANTI
NIM : 01.12.095
2015
KATA PENGANTAR
Tulungagung, 31 Maret
2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
.i
DAFTAR ISI
.ii
BAB I PENDAHULUAN
.1
1.1 Latar Belakang
.1
1.2 Tujuan
.1
BAB II TINJAUAN TEORI
.2
2.1 Pengertian
.2
2.2 Etiologi
.2
2.3 Patofisiologi
.3
2.4 Manifestasi klinik
.5
2.5 Komplikasi
.7
2.6 Pemeriksaan diagnostic
.
7
2.7 Penatalaksanaan
.....8
2.8 Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan
Benigna
Prostat
.9
Hipertropi
(BPH)
14
3.1 Kesimpulan
14
3.2
Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
....15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Istilah hipertrofi sebenarnya kurang tepat karena yang terjadi
adalah hiperplasia kelenjar periuretra yang mendesak jaringan prostat
yang asli ke perifer dan menjadi kapsul bedah.Prostat adalah jaringan
fibromuskuler dan jaringan kelenjar yang terlihat persis di inferior
darikandung kencing. Prostat normal beratnya + 20 gr, didalamnya berjalan
uretra posterior + 2,5 cm.Pada bagian anterior difiksasi oleh ligamentum
puboprostatikum dan sebelah inferior oleh diafragmaurogenitale.
Pada prostat bagian posterior bermuara duktus ejakulatoris yang
berjalan miring dan berakhir padaverumontanum pada dasar uretra
prostatika tepat proksimal dari spingter uretra eksternaProses
pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan
pada saluran kemih jugaterjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap
awal setelah terjadinya pembesaran prostat, resistensi pada leher
buli- buli dan daerah prostat meningkat, serta otot destrusor menebal
dan merenggang sehingga timbul sakulasi ataudivertikel. Fase
penebalan destrusor ini disebut fase kompensasi.
Apabila keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan
akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk
berkontraksi sehingga terjadiretensio urin yang selanjutnya dapat
menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas. Oleh
karenaitu penting bagi perawat untuk mempelajari patofisiologi,
manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhankeperawatan yang
komprehensif pada klien Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) beserta
keluarganya.
1.2
Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum :
Dalam penulisan makalah ini bermaksud untuk menambah
wawasan serta
pengalaman
nyata
dalam
merawat
dan
mengetahui bagaimana asuhan keperawatannya.
b.
Tujuan Khusus :
1. Mampu mengumpulkan data yang berhubungan dengan
penyakitnya.
2. Mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh pada klien BPH .
Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan
pada klien BPH. Mampu melakukan intervensi dan implementasi
untuk mengatasi masalah keperawatan yang timbul padaklien
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1
Pengertian
2.2 Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum
diketahui. Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada
hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan terjadinya
BPH adalah proses penuaan Ada beberapa factor kemungkinan
penyebab antara lain :
1.
Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan
epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi .
2.
Patofisiologi
2.4
Manifestasi Klinik
III
IV
Menurut Long (1996, hal. 339-340), pada pasien post operasi BPH,
mempunyai tanda dan gejala:
1. Hemorogi
a. Hematuri
b. Peningkatan nadi
c. Tekanan darah menurun
d. Gelisah
e. Kulit lembab
f. Temperatur dingin
2. Tidak mampu berkemih setelah kateter diangkat
3. Gejala-gejala intoksikasi air secara dini:
a. bingung
b. agitasi
c. kulit lembab
d. anoreksia
e. mual
f. muntah
2.5 Komplikasi
1. Retensi Urine
2. Perdarahan
3. Perubahan VU; trabekulasi, divertikulasi
4. Infeksi saluran kemih akibat kateterisasi
5. Hidroureter
6. Hidronefrosis
7. Cystisis, prostatitis, epididymitis, pyelonefritis.
8. Hipertensi, Uremia
9. Prolaps ani/rectum, hemorroid.
10. Gagal ginjal
2.6
Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan
biakan urin.
2. Radiologis
dengan
kelenjar
prostat
dibuang
melalui
a. Prostatektomy
merupakan
tindakan pembedahan
bagian
prostate
(sebagian/seluruh) yang memotong uretra, bertujuan untuk
memeperbaikialiran urin dan menghilangkan retensi urinaria
akut.
2.7 Penatalaksanaan
1. Non Operatif
a. Pembesaran hormon estrogen & progesteron
b. Massase prostat, anjurkan sering masturbasi
c. Anjurkan tidak minum banyak pada waktu yang pendek
d. Cegah minum obat antikolinergik, antihistamin & dengostan
e. Pemasangan kateter.
2. Operatif
Indikasi : terjadi pelebaran kandung kemih dan urine sisa 750 ml
a. TUR (Trans Uretral Resection)
b. STP (Suprobic Transersal Prostatectomy)
c. Retropubic Extravesical Prostatectomy)
d. Prostatectomy Perineal
3. Terapi medikamentosa
9
2.8
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
1)
2)
Data subyektif :
Pasien mengeluh sakit pada luka insisi.
Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual.
Pasien selalu menanyakan tindakan yang dilakukan.
Pasien mengatakan buang air kecil tidak terasa.
Data Obyektif :
Terdapat luka insisi
Takikardi
Gelisah
Tekanan darah meningkat
Ekspresi w ajah ketakutan
Terpasang kateter
2) Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme
otot spincter
b. Perubahan pola eliminasi : retensi urin berhubungan dengan
obstruksi sekunder
c. Disfungsi seksual berhubungan dengan hilangnya fungsi tubuh
d. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entre
mikroorganisme melalui kateterisasi
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
tentang penyakit, perawatannya.
3)Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan spasme otot
spincter
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasien mampu
mempertahankan derajat kenyamanan secara adekuat.
Kriteria hasil:
12
stimulan
(kopi,
teh,
Intervensi :
a. Lakukan irigasi kateter secara berkala atau terus- menerus
dengan teknik steril
b. Atur posisi selang kateter dan urin bag sesuai gravitasi dalam
keadaan tertutup
c. Observasi adanya tanda-tanda shock/hemoragi (hematuria,
dingin, kulit lembab, takikardi, dispnea)
d. Mempertahankan kesterilan sistem drainage cuci tangan
sebelum dan sesudah menggunakan alat dan observasi aliran
urin serta adanya bekuan darah atau jaringan
e. Monitor urine setiap jam (hari pertama operasi) dan setiap 2
jam (mulai hari kedua post operasi)
13
Intervensi :
a. Motivasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya yang
berhubungan dengan perubahannya
b. Jawablah setiap pertanyaan pasien dengan tepat
c. Beri
kesempatan
pada
pasien
untuk
mendiskusikan
perasaannya tentang efek prostatektomi dalam fungsi seksual
d. Libatkan kelurga/istri dalam perawatan pmecahan masalah
fungsi seksual
e. Beri penjelasan penting tentang:
a. Impoten terjadi pada prosedur radikal
b. Adanya kemungkinan fungsi seksual kembali normal
c. Adanya kemunduran ejakulasif. Anjurkan pasien untuk
menghindari hubungan seksual selama 1 bulan (3-4 minggu)
setelah operasi.
4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entre
ikroorganisme melalui kateterisasi
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 1-3 hari pasien terbebas
dari infeksi
Kriteria hasil:
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Tidak ada bengkak, aritema, nyeri
c. Luka insisi semakin sembuh dengan baik
14
Intervensi:
a. Lakukan irigasi kandung kemih dengan larutan steril.
b. Observasi insisi (adanya indurasi
(adanya sumbatan, kebocoran)
drainage
dan
kateter),
BAB III
PENUTUP
15
3.1
Kesimpulan
Walaupun Benigna Prostat Hiperplasiai selalu terjadi pada orang
tua, tetapi tak selalu disertai gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena
dua hal yaitu:
1. Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih
2. Retensi urin dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi kandung
kemih, hipertrofi kandung kemih dan cystitis.
Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan
Benigna Prostat Hiperplasia :a. Retensi urinb. Kurangnya atau
lemahnya pancaran kencing. Miksi yang tidak puas. Frekuensi kencing
bertambah terutama malam hari (nocturia)e. Pada malam hari miksi
harus mengejanf. Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi
(disuria). Massa pada abdomen bagian bawah. Hematuriai. Urgency
(dorongan yang mendesak dan mendadak untuk mengeluarkan urin).
Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksi. Kolik renall. Berat badan
turun.
Anemia Kadang-kadang tanpa sebab yang diketahui, pasien
sama sekali tidak dapat berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan
kateter. Karena urin selalu terisi dalam kandung kemih, maka mudah
sekali terjadi cystitis dan selaputnya merusak ginjal.
3.2
Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu :
Mengingat dalam setiaap permasalahan kesehatan yang
menyangkut saluran kemih,pastinya melibatkan ginjal oleh karenanya halhal yang dapat kita lakukan sebagai wujud pencegahan atau menjaga
kesehatan diantaranya perbanyaklah mengkonsumsi air mineral,minimal
8 gelas perhari atau setara dengan 2 liter air untuk melancarkan
pencernaan dan kinerja fungsi ginjal
16
DAFTAR PUSTAKA
Purnomo, Basuki B. 2000. Dasar dasar urologi. Malang: CV Infomedika.
Long, Barbara C. 1996. Pendekatan Medikal Bedah 3, Suatu pendekatan
proses keperawatan. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan
Padjajaran.
Sjamsuhidayat, R ( et al ). 1997. Buku Ajar Bedah. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran,
EGC.
Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3. Jakarta:
Penerbit
buku
kedokteran,
EGC.
Hardjowijoto, Sunaryo. 1999. Benign Prostat Hiperplasia. Surabaya: FK
UNAIR / RSUD Dr. Soetomo.
http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/30/askep-bph/
17