You are on page 1of 25

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

ANALISIS PERSAMAAN SIMULTAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL,


KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, RISIKO, KEBIJAKAN HUTANG
DAN KEBIJAKAN DIVIDEN DALAM PERSPEKTIF TEORI KEAGENAN
Imanda Firmantyas Putri
Mohammad Nasir

Abstract
Agency conflict appears because of contract that is made by agent as the
manager and principal as the owner of the company. Agency conflict can be
reduced by releasing set of policies that is used to monitor agent as the manager
of the company.
This research is analizing the relationship between managerial ownership,
institutional ownership, risk, debt policy and dividend policy which are included
as strategic variables in companys policy making of Indonesians model market.
Identification is done to examine determined variabels which related to agency
theory. Investment opportunity set, free cash flow, size, profit, fixed asset,
investment and value of equity is used as determined variables (exogenous
variables).
This researchis focused onmanufacturing companies listed in Jakarta Stock
Exchange for period 2000-2004. The method of data collection is pooling method
and result 166 firm observation. The statistical method used by this research is
two stage least square regression to minimize bias that is exist in ordinary least
square analizing.
The result of this research shows that endogenous variables have in
interdependence relationship. It is showed from fit in parameters on each
variable.
Key words: Agency Theory, Managerial Ownership, Institutional Ownership,
Risk, Debt Policy and Dividend Policy Investment Opportunity Set, Free Cash
Flow, Size, Profit,Fixed Asset, Investment, Value of Equity.

Mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang

Dosen tetap Universitas Diponegoro Semarang

Padang, 23-26 Agustus 2006K-AKPM 18

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG


I.

PENDAHULUAN
Perusahaan dipandang sebagai sekumpulan kontrak antara manajer

perusahaan dan pemegang saham. Penunjukan manajer oleh pemegang saham


untuk mengelola perusahaan dalam kenyataannya seringkali menghadapi masalah
dikarenakan tujuan perusahaan berbenturan dengan tujuan pribadi manajer.
Dengan kewenangan yang dimiliki, manajer bisa bertindak dengan hanya
menguntungkan dirinya sendiri dan mengorbankan kepentingan para pemegang
saham. Hal ini mungkin terjadi karena adanya perbedaan informasi yang dimiliki
oleh keduanya. Perbedaan informasi ini disebut sebagai asymmetric information.
Pihak pemilik dapat membatasi divergensi kepentingannya dengan memberikan
tingkat insentif yang layak kepada manajer dan harus bersedia mengeluarkan biaya
pengawasan atau monitoring cost untuk mencegah hazard dari manajer. Biaya-biaya
tersebut disebut sebagai biaya keagenan atau agency cost. Ada beberapa pendekatan
yang dapat dilakukan untuk mengurangi agency cost, diantaranya adalah pertama,
dengan meningkatkan kepemilikan dari dalam (insider ownership) atau kepemilikan
manajerial, menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Agus (2001) penambahan
kepemilikan manajerial memiliki keuntungan

untuk mensejajarkan kepentingan

manajer dan pemegang saham. Kedua, dengan menggunakan kebijakan hutang.


Easterbrook (1984) berargumen bahwa pemegang saham akan melakukan monitoring
terhadap manajemen namun bila biaya monitoring tersebut terlalu tinggi maka mereka
akan menggunakan pihak ketiga (debtholders dan atau bondholders) untuk membantu
mereka melakukan monitoring. Debtholders yang sudah menanamkan dananya di
perusahaan dengan sendirinya akan berusaha melakukan pengawasan terhadap
penggunaan dana tersebut. Ketiga, melalui peningkatan Dividend Payout Ratio (DPR)
atau rasio dividen terhadap laba bersih. Crutchley dan Hansen (1989) menyatakan
bahwa pembayaran dividen akan menjadi alat monitoring sekaligus bonding bagi
manajemen. Keempat, dengan cara mengaktifkan monitoring melalui investor-investor
institusional. Adanya kepemilikan oleh institutional investor seperti perusahaan
asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lain akan mendorong
peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena
kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk
mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen.
Penelitian ini bermaksud untuk menguji hubungan antara kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, risiko, kebijakan hutang dan kebijakan
Padang, 23-26 Agustus 2006K-AKPM 18

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG


dividen dengan menggunakan basis agency theory dan disesuaikan dengan kondisi
di Indonesia dengan menggabungkan penelitian dari Chen dan Steiner (1999),
Wahidahwati (2002) dan Fitri dan Mamduh (2003) dan menambahkan variabelvariabel eksogen alternatif

yang diduga dapat lebih menjelaskan perilaku

perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam meminimalkan agency cost-nya.


Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan apakah terdapat hubungan
interdependensi yang signifikan antara kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, risiko, kebijakan hutang dan kebijakan dividen serta apakah terdapat
hubungan antara variabel eksogen terhadap kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional,

risiko,

kebijakan

hutang

dan

kebijakan

dividen

dengan

menggunakan metode analisis kuadrat terkecil dua tahap (two stage least square
atau 2SLS) pada suatu sistem persamaan yang mencakup satu persamaan untuk
masing-masing kebijakan tersebut. Pengamatan dilakukan dari tahun 2000-2004,
yang dianggap mewakili kondisi Indonesia pasca krisis dan dilakukan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ karena perusahaan pemanufakturan
cukup sensitif untuk setiap kejadian.
II.

TINJAUAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

Kepemilikan Manajerial
Shleifer dan Vishny (1986) dalam Theresia (2002) menemukan kepemilikan
institusional berpengaruh secara positif terhadap kepemilikan manajerial.
Kepemilikan institusional secara mayoritas akan mengurangi kemungkinan
perusahaan untuk diakuisisi, sehingga meningkatkan keinginan manajer untuk
memperbesar kepemilikan pada perusahaan. Namun sebaliknya, menurut Fitri dan
Mamduh (2003) semakin tinggi kepemilikan institusional maka akan semakin
meningkatkan pengawasan pihak eksternal terhadap perusahaan.
Menurut Crutchley dan Hansen (1989) serta Chen dan Steiner (1999)
terdapat hubungan positif antara risiko dengan kepemilikan manajerial. Hubungan
ini terjadi pada manajer yang risk taker. Peningkatan risiko menyebabkan
perusahaan mengurangi pembayaran dividen tetapi meningkatkan kepemilikan
manajerial dan hutang. Namun Wahidahwati (2002) menemukan adanya
hubungan negatif antara risiko dan kepemilikan manajerial.
Proporsi hutang yang besar akan menempatkan manajer di bawah
pengawasan debtholders dan manajer cenderung tidak menyukai pengawasan oleh
debtholders tersebut, sehingga pengaruh kebijakan hutang terhadap kepemilikan
Padang, 23-26 Agustus 2006K-AKPM 18

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG


manajerial adalah negatif. Kontras dengan pernyataan diatas, Fitri dan Mamduh
(2003) menyatakan adanya pengaruh positif. Pernyataan ini berdasarkan pada
asumsi bahwa penggunaan hutang akan mengurangi kebutuhan penerbitan saham
baru sehingga meningkatkan proporsi kepemilikan manajerial.
Hubungan antara dividen dan kepemilikan manajerial dapat dijelaskan
melalui free cash flow hypothesis (FCF) (Jensen, 1986). Melalui hipotesis ini
kebijakan dividen digunakan untuk mempengaruhi kepemilikan manajerial
sehingga mengurangi biaya keagenan yang berkaitan dengan FCF. Penelitian
tersebut membuktikan bahwa terdapat hubungan substitusi antara kebijakan
dividen dan kepemilikan manajerial.
Hipotesis yang dapat dibentuk adalah sebagai berikut:

H1a : Kepemilikan institusional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap


kepemilikan manajerial

H1b : Kebijakan pengambilan risiko mempunyai pengaruh yang signifikan


terhadap kepemilikan manajerial

H1c : Kebijakan hutang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap


kepemilikan manajerial

H1d : Kebijakan dividen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap


kepemilikan manajerial
Kepemilikan Institusional
Dengan tingginya kepemilikan manajerial, para investor institusional akan
mendapatkan kesempatan kontrol perusahaan yang lebih sedikit. Ini berarti bahwa
hubungan antara kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional adalah
negatif. Hubungan ini sesuai dengan penelitian Fitri dan Mamduh (2003)
Risiko mempunyai hubungan negatif dan signifikan terhadap kepemilikan
institusional. Tingginya risiko yang dihadapi perusahaan meningkatkan risiko
kebangkrutan dan volatilitas dari pendapatan, hal ini akan mengurangi minat
institusi untuk melakukan investasi pada saham perusahaan itu karena institusi
lebih mementingkan pada stabilitas pendapatan (Fitri dan Mamduh, 2003).
Menurut Crutchley et al (1999), pengaruh kebijakan hutang terhadap
kepemilikan institusional adalah positif. Kebijakan hutang yang tinggi
menyebabkan perusahaan dimonitor oleh pihak debtholders. Karena monitoring
dalam perusahaan yang ketat tadi menyebabkan manajer akan bertindak sesuai
Padang, 23-26 Agustus 2006K-AKPM 18

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG


dengan kepentingan debtholders dan shareholders, sehingga kondisi ini akan
menarik masuknya kepemilikan institusional.
Variabel

kebijakan

dividen

mempunyai

pengaruh

positif

terhadap

kepemilikan institusional. Dari sudut pandang investor, investor institusional


mungkin akan lebih tertarik untuk berinvestasi pada saham dengan dividen yang
tinggi dan mekanisme monitoring yang ketat.
Hipotesis yang dapat dibentuk adalah sebagai berikut:

H 2a : Kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap


kepemilikan institusional

H 2b : Kebijakan pengambilan risiko mempunyai pengaruh yang signifikan


terhadap kepemilikan institusional

H 2c : Kebijakan hutang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap


kepemilikan institusional

H 2d : Kebijakan dividen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap


kepemilikan institusional
Risiko
Chen dan Steiner (1999) mengobservasi bahwa kepemilikan manajerial
secara positif mempengaruhi risiko yang konsisten dengan argumen bahwa
tingginya kepemilikan manajerial akan mengakibatkan konflik antara stockholders
dan bondholders sehingga mengakibatkan ketidakkompakan dan meningkatkan
risiko perusahaan.
Hasil penelitian Fitri dan Mamduh (2003) menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang negatif dan signifikan antara variabel kepemilikan institusional
terhadap risiko. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin kuat
kendali yang dilakukan oleh pihak eksternal terhadap perusahaan, sehingga
menyebabkan rendahnya risiko perusahaan. Hasil ini memperkuat asumsi bahwa
kepemilikan institusional efektif digunakan sebagai alat monitoring manajemen.
Melalui hipotesis financial leverage dalam Chen dan Steiner (1999) dapat
dijelaskan bahwa kebijakan hutang berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap risiko. Perusahaan menggunakan financial leverage (hutang) untuk
mendanai sebagian besar aktivanya. Peningkatan hutang akan meningkatkan
risiko

financial

distress

dan

kebangkrutan

sehingga

kebijakan

hutang

berhubungan positif terhadap risiko. Peningkatan risiko keuangan berarti


Padang, 23-26 Agustus 2006K-AKPM 18

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG


menimbulkan konflik sehingga diperlukan pengaturan terhadap penggunaan
hutang untuk mengurangi konflik keagenan.
Berdasar pada free cash flow hypothesis dapat dinyatakan bahwa pengaruh
dividen terhadap risiko adalah negatif, dimana semakin tinggi dividen
menyebabkan semakin berkurangnya free cash flow dalam perusahaan dan secara
otomatis mengurangi konflik keagenan sehingga akan mengurangi risiko yang
akan dihadapi oleh perusahaan (Fitri dan Mamduh, 2003)
Hipotesis yang dapat dibentuk adalah sebagai berikut:

H 3a : Kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap


kebijakan pengambilan risiko

H 3b : Kepemilikan institusional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap


kebijakan pengambilan risiko

H 3c : Kebijakan hutang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan


pengambilan risiko

H 3d : Kebijakan dividen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan


pengambilan risiko

Kebijakan Hutang
Dalam Chen dan Steiner (1999) didapatkan bahwa kepemilikan manajerial
dan kebijakan hutang memiliki hubungan negatif. Hal ini dikarenakan adanya
faktor substitusi antara keduanya.
Semakin tinggi kepemilikan institusional maka diharapkan semakin kuat
kontrol internal terhadap perusahaan dimana akan dapat mengurangi agency cost
pada perusahaan. Adanya kontrol ini akan membuat manajer menggunakan
hutang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
financial distress dan kebangkrutan perusahaan (Crutchley, et al, 1999).
Chen dan Steiner (1999) menunjukkan bahwa pada kondisi risiko tinggi
manajer memilih proyek berisiko tinggi dengan tujuan mendapat return tinggi.
Pengurangan risiko dilakukan dengan menggunakan pendanaan hutang dari pihak
kreditur. Namun penggunaan hutang pada tingkat risiko tinggi dapat mengurangi
biaya keagenan ekuitas namun memicu biaya keagenan hutang.
Megginson (1997) dalam Mahadwarta (2002) menyatakan bahwa free cash
flow hypothesis dapat digunakan untuk memprediksi hubungan interdependensi
Padang, 23-26 Agustus 2006K-AKPM 18

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG


antara

kebijakan

hutang

dan

kebijakan

dividen

perusahaan.

Dividen

mempengaruhi hutang dengan hubungan yang positif. Perusahaan yang


membagikan dividennya dalam jumlah besar memerlukan tambahan dana melalui
hutang untuk membiayai investasinya.
Hipotesis yang dapat dibentuk adalah sebagai berikut:

H 4a : Kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap


kebijakan hutang

H 4b : Kepemilikan institusional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap


kebijakan hutang

H 4c : Kebijakan pengambilan risiko mempunyai pengaruh yang signifikan


terhadap kebijakan hutang

H 4d : Kebijakan dividen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan


hutang
Kebijakan Dividen
Semakin banyak saham yang dimiliki oleh manajer akan semakin
menurunkan masalah keagenan sehingga membuat dividen tidak perlu dibayarkan
pada risiko yang tinggi. Dalam hal ini berarti kepemilikan manajerial
mempengaruhi kebijakan dividen secara negatif.
Dengan jumlah investasi yang tinggi, investor institusional melakukan
monitoring yang semakin ketat dan menghalangi perilaku oportunis manajer.
Monitoring oleh investor institusional ini dapat mengurangi agency cost dalam hal
ini yaitu biaya yang ditanggung pemilik untuk mengawasi agen seperti biaya
audit, sehingga dividen yang dibayarkan juga menurun. Kehadiran kepemilikan
institusional memiliki efek substitusi bagi pembayaran dividen untuk mengurangi
biaya keagenan.
Menurut Chen dan Steiner (1999), variabel risiko mempunyai hubungan
negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Dengan tingginya risiko bisnis
yang dihadapi oleh perusahaan akan diantisipasi dengan kebijakan pembayaran
dividen yang rendah. Dividen yang rendah dapat digunakan digunakan untuk
menghindari pemotongan dividen di masa mendatang sehingga pengalokasian
sebagian keuntungan pada laba ditahan dapat digunakan untuk investasi lebih
lanjut.

Padang, 23-26 Agustus 2006K-AKPM 18

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG


Melalui penjelasan balancing model of agency cost, Megginson (1997)
dalam Mahadwarta (2002) menyatakan bahwa kebijakan hutang mempengaruhi
kebijakan dividen dengan hubungan yang negatif. Perusahaan dengan tingkat
hutang yang tinggi akan berusaha untuk mengurangi agency cost of debt-nya
dengan mengurangi hutang, sehingga untuk membiayai investasinya digunakan
pendanaan dari aliran kas internal. Pemegang saham akan merelakan aliran kas
internal yang sebelumnya dapat digunakan untuk pembayaran dividen untuk
membiayai investasi.
Hipotesis yang dapat dibentuk adalah sebagai berikut:

H 5a : Kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap


kebijakan dividen

H 5b : Kepemilikan institusional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap


kebijakan dividen

H 5c : Kebijakan pengambilan risiko mempunyai pengaruh yang signifikan


terhadap kebijakan dividen

H 5d : Kebijakan hutang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan


dividen
Kerangka Pikir
Kepemilikan
Manajerial

Kepemilikan
Institusional

Kebijakan
Hutang

Kebijakan
Dividen

Risiko
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Model Hipotesis

Padang, 23-26 Agustus 2006K-AKPM 18

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG


III. METODE PENELITIAN
Model Penelitian
Model penelitian ini terdiri dari lima persamaan pada lima variabel endogen
dan tujuh variabel eksogen, sebagai berikut :
X1

= 1 + 11 X 2 + 12 X 3 + 13 X 4 + 14 X 5 + 15 X 10 + 16 X 11 + 1

(1)

X2

= 2 + 21 X 1 + 22 X 3 + 23 X 4 + 24 X 5 + 25 X 8 + 2

(2)

X3

= 3 + 31 X 1 + 32 X 2 + 33 X 4 + 34 X 5 + 35 X 10 + 3

(3)

X4

= 4 + 41 X 1 + 42 X 2 + 43 X 3 + 44 X 5 + 45 X 6 + 46 X 8 + 47 X 9 + 4

(4)

X5

= 5 + 51 X 1 + 52 X 2 + 53 X 3 + 54 X 4 + 55 X 7 + 56 X 8 + 57 X 12 + 5 (5)

Dimana :
X1

= Proporsi kepemilikan saham manajerial terhadap total saham (MOWN)

X2

= Proporsi kepemilikan saham institusional dan blockholders terhadap


total saham (INST)

X3

= Risiko bisnis perusahaan, standar deviasi dari return, dimana; return


didapat dari pengurangan closing price bulan i oleh closing price bulan i-1
dibandingkan dengan closing price bulan i-1 (RISK)

X4

= Debt to Equity, total hutang terhadap total ekuitas (DEBT)

X5

= Dividend Payout Ratio, dividen kas dibagi net income (DPR)

X6

= Rasio free cash flow, aliran kas operasi dikurangi pembelanjaan modal
dan modal kerja bersih (FCF)

X7

= Set Kesempatan Investasi, jumlah lembar saham beredar dikali harga


saham penutupan dan dibandingkan dengan total ekuitas (IOS)

X8

= Rasio laba operasi terhadap total aset (PROFIT)

X9

= Rasio aktiva tetap terhadap total aktiva (FASSET)

X 10

= Ukuran Perusahaan, logaritma natural dari total aset (SIZE)

X 11

= Logaritma natural dari total ekuitas perusahaan (VAL)

X 12

= Level pembelanjaan modal, logaritma natural total aset dikurangi total


aset tahun sebelumnya (INV)

1 - 5 = Konstanta(intercept)
1 - 57 = Koefisien regresi
Padang, 23-26 Agustus 2006K-AKPM 18

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

1 - 5 = Galat
Sampel dan Data Penelitian
Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama tahun 2000 - 2004 yang
melaporkan keuangan yang lengkap. Terdapat sebanyak 758 populasi yang akan
dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Pemilihan sampel dilakukan dengan
metode purposive sampling dan diperoleh data perusahaan sebanyak 166 yang
memenuhi kriteria yang dimaksud. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder dan diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan.
Model Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan model persamaan two stage
least square karena kondisi identifikasi menunjukkan over dan exactly identified.
Uji Hausman dilakukan dalam penelitian ini untuk mengetahui apakah variabelvariabel endogen dalam persamaan ini saling berkorelasi secara dua arah.
IV. HASIL PENELITIAN
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan institusional secara statistik berpengaruh positif signifikan
terhadap kepemilikan manajerial pada 0.001. Berdasarkan hasil tersebut hipotesis
1a diterima. Andil dalam pembuatan keputusan atau hak bicara manajer akan
berkurang apabila persentase saham milik manajer menjadi lebih kecil sebagai
akibatnya bertambahnya saham institusional. Manajer tidak menginginkan apabila
tidak mempunyai hak suara dalam perusahaan yang dikelolanya. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin meningkatnya kepemilikan institusional maka
manajer juga berusaha meningkatkan kepemilikan sahamnya..
Hubungan anatara kebijakan pengambilan risiko dan

kepemilikan

manajerial adalah negatif signifikan terhadap pada 0.009. Berdasarkan hasil


tersebut hipotesis 1b diterima. Hubungan kedua variabel diatas menunjukkan arah
negatif yang berarti sesuai dengan penelitian Wahidahwati (2002) namun tidak
sesuai dengan hasil penelitian Crutchley dan Hansen (1989). Hasil penelitian ini
mengindikasikan bahwa di Indonesia, khususnya pada perusahaan-perusahaan
yang menjadi sampel penelitian, pada tingkat risiko yang masih rendah sekalipun
manajer sudah mempunyai sifat enggan terhadap risiko (risk averse).

Padang, 23-26 Agustus 2006K-AKPM 18

10

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG


Kebijakan hutang mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap
kepemilikan manajerial pada 0.000. Berdasarkan hasil tersebut hipotesis 1c
diterima. Estimasi parameter yang negatif berlawanan dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Fitri dan Mamduh (2003), Wahidahwati (2002)
namun sesuai dengan penelitian Agus Sartono (2001), Chen dan Steiner (1999)
yang menyatakan bahwa dengan level hutang yang tinggi bisa menyebabkan
risiko kebangkrutan yang berarti meningkatkan risiko yang tidak dapat
didiversifikasi bagi manajer. Sebagai respon balik, manajer akan mengurangi
tingkat kepemilkan sahamnya .
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan 2SLS didapatkan bahwa
kebijakan hutang secara statistik berpengaruh positif signifikan terhadap
kepemilikan manajerial pada 0.000, sehingga hipotesis 1d diterima. Hasil ini
sesuai dengan penelitian Wahidahwati (2002) dan dapat dijelaskan bahwa
semakin tinggi tingkat rasio dividen, maka mengindikasikan tingkat kepercayaan
manajer atas tingkat earning masa depan, sehingga manajer menginginkan
keuntungan dari pembayaran dividen dimasa depan dan akan segera
meningkatkan kepemilikan sahamnya. Manajer menganggap risiko dividen lebih
kecil daripada capital gain yang akan diterima.
Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kepemilikan
manajerial.

Dengan

semakin

besarnya

ukuran

suatu

perusahaan,

akan

meningkatkan proporsi saham termasuk saham manajerial. Nilai ekuitas


berpengaruh negatif signifikan terhadap kepemilikan manajerial. Hasil ini
konsisten dengan penelitian Chen dan Steiner (1999), yang mengasumsikan
bahwa semakin meningkatnya nilai ekuitas perusahaan, semakin meningkat pula
kendala-kendala finansial yang dihadapi perusahaan, sehingga membuat manajer
enggan untuk meningkatkan kepemilikannya.
Kepemilikan Institusional
Hasil penelitian menunjukkan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
signifikan dan mempunyai arah positif terhadap kepemilikan institusional pada
0.259. Jadi hipotesis 2a ditolak. Hubungan positif antara kepemilikan manajerial
dan kepemilikan institusional ini sesuai dengan hasil penelitian Crutchley (1999).
Apabila manajer meningkatkan sahamnya maka dikhawatirkan perusahaan akan
menjadi perusahaan keluarga atau perusahaan pribadi, sehingga keputusan yang
dilakukan perusahaan akan lebih menjurus kepada kepentingan oportunistik
Padang, 23-26 Agustus 2006K-AKPM 18

11

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG


manajer. Oleh karena itu, untuk mengimbangi saham manajer dan mengurangi
biaya agensi maka diperlukan pengawasan dari pihak institusional.
Estimasi parameter antara kebijakan pengambilan risiko dan kepemilikan
institusional menunjukkan arah positif, namun tidak signifikan terhadap pada
0.160, sehingga hipotesis 2b ditolak. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian
Fitri dan Mamduh (2003). Dengan meningkatnya risiko yang dihadapi oleh
perusahaan dalam rangka investasi proyek baru berarti meningkat pula dana yang
dibutuhkan oleh perusahaan untuk membiayai investasi proyek ini, oleh karena itu
perusahaan akan memperbanyak jumlah saham dan dengan begitu juga akan
meningkatkan saham yang dimiliki oleh institusi.
Hipotesis 2c yang menyatakan bahwa kebijakan hutang berpengaruh
signifikan terhadap kepemilikan institusional ditolak karena estimasi parameter
menunjukkan arah positif pada hubungan antara kebijakan hutang dan
kepemilikan institusional, namun tidak signifikan pada 0.336. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Fitri dan Mamduh (2003) dan Crutchley et al (1999).
Kebijakan hutang menyebabkan perusahaan dimonitor oleh pihak debtholders.
Monitoring

dalam

perusahaan

yang

ketat,

mendorong

institusi

untuk

meningkatkan sahamnya pada perusahaan yang bersangkutan.


Kebijakan dividen secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap
kepemilikan institusional pada 0.636. Estimasi parameter negatif pada hubungan
antara kebijakan dividen dan kepemilikan institusional tidak sesuai dengan hasil
penelitian Fitri dan Mamduh (2003). Faktor substitusi antara dividen dan
kepemilikan institusional melandasi hubungan negatif antara kebijakan dividen
dan kepemilikan institusional. Dengan pembayaran dividen yang tinggi akan
mengurangi agency cost, sehingga keberadaan institusi sebagai mekanisme
monitoring sudah tidak dibutuhkan lagi.
Profitabilitas

berpengaruh

negatif

signifikan

terhadap

kepemilikan

institusional. Keuntungan yang tinggi dimanfaatkan oleh manajer untuk


memperoleh keuntungan sehingga mengurangi proporsi kepemilikan institusional.
Risiko
Berdasarkan hasil bahwa kepemilikan manajerial secara statistik tidak
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan pengambilan risiko maka hipotesis 3a
ditolak. Hubungan antara kepemilikan manajerial dan kebijakan pengambilan
risiko yang negatif sesuai dengan Fitri dan Mamduh (2003). Manajer yang risk
Padang, 23-26 Agustus 2006K-AKPM 18

12

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG


averse melakukan diversifikasi secara optimal untuk mengurangi risiko pribadi.
Pada saat kekayaan pribadi tidak terdiversifikasi, manajer menuntut insentif tinggi
untuk mengimbangi risiko yang diterima. Semakin tinggi tingkat risiko
perusahaan, manajer akan mengurangi keterlibatannya dalam kepemilikan untuk
mengurangi kemungkinan kehilangan kekayaan pribadi mereka.
Terdapat signifikansi lemah pada hubungan antara kepemilikan institusional
terhadap kebijakan pengambilan risiko pada 0.094. Berdasarkan hasil tersebut
maka hipotesis 3b diterima. Estimasi parameter positif pada hubungan antara
kepemilikan institusional dan kebijakan pengambilan risiko ini tidak sesuai
dengan hasil penelitian Fitri dan Mamduh (2003).
Secara statistik kebijakan hutang tidak berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan pengambilan risiko pada 0.542, jadi hipotesis 3c ditolak. Estimasi
parameter negatif pada hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian
Fitri dan Mamduh (2003). Dengan tingginya risiko yang dihadapi oleh perusahaan
membuat perusahaan mengurangi hutangnya untuk menghindari tidak terbayarnya
hutang di kemudian hari. Selain itu dengan tingginya level risiko perusahaan
membuat debtholders berpikir dua kali untuk memberikan dana dalam bentuk
hutang kepada perusahaan.
Berdasarkan pengujian 2SLS didapatkan bahwa kebijakan dividen secara
statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan pengambilan risiko.
Hasil ini berarti hipotesis 3d ditolak. Hubungan positif antara kebijakan dividen
dan kebijakan pengambilan risiko ini sesuai dengan hasil penelitian Wahidahwati
(2002). Tingginya dividen yang dibayarkan oleh perusahaan untuk menarik minat
investor membuat perusahaan mengalokasikan dananya untuk dividen dan akan
meningkatkan tingkat risiko yang dihadapi perusahaan. Hal ini mengindikasikan
banyaknya perusahaan yang dalam melakukan pembayaran dividen tidak
mempertimbangkan tingkat risiko yang ditanggung.
Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan
pengambilan risiko. Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian Chen dan Steiner
(1999). Semakin besar perusahaan maka akan semakin tinggi pula risiko yang
dihadapi karena pelaksanaan investasi proyek-proyek bereturn sekaligus berisiko
tinggi.

Padang, 23-26 Agustus 2006K-AKPM 18

13

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG


Kebijakan Hutang
Tingginya kepemilikan manajerial semakin memungkinkan tindakan
oportunis manajer sehingga meresahkan shareholders. Pengunaan hutang dapat
menjadi solusi atas permasalahan ini. Penggunaan hutang akan meningkatkan
monitoring dari bondholders dan membuat shareholders lebih tenang karena
pembiayaan investasi tidak menggunakan dananya sehingga mengurangi risiko
dari shareholders. Penjelasan diatas sesuai dengan hasil penelitian ini dimana
kepemilikan manajerial secara statistik berpengaruh negatif signifikan terhadap
kebijakan hutang pada 0.001. Hipotesis 4a diterima.
Kepemilikan institusional secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan hutang, sehingga hipotesis 4b yang menyatakan bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang, ditolak. Hubungan
positif antara kepemilikan institusional dan kebijakan hutang ini sesuai dengan hasil
penelitian Fitri dan Mamduh (2003)
Hipotesis 4c yang menyatakan bahwa kebijakan pengambilan risiko berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan hutang, diterima berdasarkan hasil yang signifikan pada
0.000. Hubungan negatif antara kebijakan pengambilan risiko dan kebijakan hutang ini
sesuai dengan penelitian Jensen, Solberg dan Zorn (1992). Pengurangan risiko
bertujuan untuk mendapatkan pendanaan melalui hutang. Karena pihak debtholders
tidak akan mempercayakan dananya pada perusahaan dengan risiko tinggi.
Pengaruh kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang tidak signifikan pada
0.126. Hubungan positif antara kebijakan dividen dan kebijakan hutang yang
mengindikasikan bahwa banyak perusahaan di Indonesia yang menggunakan
dananya untuk melakukan pembayaran dividen demi menarik investor alih- alih
untuk membayar hutang yang sebenarnya masih harus dilunasi. Hubungan ini
sesuai dengan penelitian Fitri dan Mamduh (2003).
Free cash flow (FCF) secara statistik berpengaruh negatif signifikan
terhadap kebijakan hutang. Hal ini menunjukkan bahwa setelah krisis, manajer
berusaha meningkatkan kestabilan perusahaan dengan cara menggunakan FCF
untuk membayar hutang, karena hutang yang terlalu tinggi meningkatkankan
resiko kebangkrutan. Berkurangnya hutang diharapkan keuntungan dari investasi
dan operasi perusahaan pada tahun selanjutnya tidak hanya digunakan untuk
membayar hutang namun juga dapat digunakan untuk keperluan reinvestment.
Aktiva tetap berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Dengan
Padang, 23-26 Agustus 2006K-AKPM 18

14

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG


tingginya aktiva tetap yang dimiliki perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan
dalam kondisi stabil dan tidak memerlukan level hutang yang tinggi. Profitabilitas
tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Arah hubungan
menunjukkan arah negatif. Pada tingkat profitabilitas rendah, perusahaan akan
menggunakan hutang untuk membiayai operasionalnya sebagai mekanisme
transfer kekayaan antara kreditur kepada prinsipal (Fitri dan Mamduh, 2003).
Kebijakan Dividen
Berdasarkan hasil pengujian didapatkan bahwa kepemilikan manajerial secara
statistik berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen pada 0.010. Hipotesis 5a
diterima. Estimasi parameter positif pada hubungan antara kepemilikan manajerial dan
kebijakan dividen ini sesuai dengan hasil penelitian Wahidahwati (2002). Hasil ini
mengindikasikan bahwa bila manajer memiliki saham perusahaan yang tinggi, maka
kekayaannya semakin tidak terdiversifikasi dengan baik, oleh karena itu manajer akan
mengharapkan return atas opportunity cost lebih besar yaitu dari pembagian dividen
yang lebih tinggi.
Kepemilikan institusional secara statistik berpengaruh negatif signifikan
terhadap kebijakan dividen pada 0.051. Semakin tinggi kepemilikan institusional
maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan dan mengurangi biaya
keagenan, sehingga perusahaan akan cenderung untuk memberikan dividen yang
lebih rendah.
Hipotesis 5c yang menyatakan bahwa kebijakan pengambilan risiko
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, diterima. Estimasi parameter
positif pada hubungan antara kebijakan pengambilan risiko dan kebijakan dividen
menunjukkan bahwa kebanyakan perusahaan tidak mempertimbangkan risiko saat
membayar dividen.
Penelitian ini mendapatkan bahwa kebijakan hutang tidak berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini menunjukkan bahwa setelah krisis
perusahaan memerlukan tambahan dana dalam waktu singkat untuk kegiatan
bisnisnya. Oleh karena itu, manajer lebih memilih pembiayaan dengan hutang.
Dengan dana hutang, perusahaan gopublic di Indonesia ingin menarik perhatian
investor untuk menanamkan sahamnya serta menunjukkan pada masyarakat luas
bahwa kondisi perusahaan telah pulih dari krisis, dengan membagikan dividen.
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan 2SLS didapatkan bahwa IOS tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap dividen. Profitabilitas dan investasi
Padang, 23-26 Agustus 2006K-AKPM 18

15

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG


berpengaruh signifikan lemah terhadap dividen pada 0.079 dan 0.075. Arah hubungan
keduanya menunjukkan arah negatif.
V.

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN


Hasil analisis penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan interdependensi

antar semua variabel endogen, walaupun pada beberapa variabel terdapat


hubungan yang signifikan, namun adanya arah yang bersesuaian antar masingmasing variabel merupakan cerminan dari adanya hubungan interdependensi antar
masing-masing variabel (LAMPIRAN II). Tidak signifikannya beberapa hasil
yang didapat mungkin dikarenakan penelitian ini tidak sepenuhnya memenuhi uji
Hausman serta adanya keterbatasan dalam jumlah sampel dalam penelitian ini
Penelitian yang selanjutnya diharapkan dapat menggunakan jumlah observasi
yang lebih banyak, menggunakan Three Stage Least Square untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik serta menambah variabel-variabel eksogen lain untuk
memperoleh hasil yang lebih memuaskan.

Padang, 23-26 Agustus 2006K-AKPM 18

16

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Daftar Pustaka
Agrawal,Anup dan Nagarajan,N.J. 1990. Corporate Capital Structure. Agency
Cost, and Ownership Control: The Case of All-Equity Firms. Journal of
Finance.Vol.45,No. 4,hlm.1325-1331
Agus Sartono. 2001. Kepemilikan Orang Dalam (Insider Ownership), Utang dan
Kebijakan Dividen : Pengujian Empirik Teori Keagenan (Agency
Theory). Jurnal Siasat Bisnis. Vol.2 :107-117
Chen, Carl R dan Steiner, Thomas L. 1990. Managerial Ownership and Agency
Conflict : A Nonlinier Simultaneous Equation Analysis of Managerial
Ownership, Risk Taking, Debt Policy, and Dividend Policy. The
Financial Review. Vol 34, hal 119-136
Cruthley,C E dan R S Hansen. 1989. A Test of Agency Theory of Managerial
Ownership, Corporate Leverage, and Corporate Dividens. Financial
Management. Hal 36-46
Faizal. 2004. Analisis Agency Costs, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme
Corporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi VII. Ikatan
Akuntansi Indonesia
Ghozali,Imam. 2005. Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro:Semarang
Ghozali,Imam. 2006. Analisis Multivariate Lanjutan Dengan Program SPSS.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro:Semarang
Gujarati, D.N. 1995. Basic Econometrics. Third Edition, McGraw-Hill
International Edition
Hanafi, Mamduh M dan Halim, Abdul. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Unit
Penerbit dan Percetakan AMP-YKPN
Jensen, M C. 1976. Theory of The Firm:Managerial Behavior, Agency Cost, and
Ownership Structure. Journal of Financial Economics
Jensen, M C. 1986. Agency Cost of Free Cash Flow, Corporate Finance and Take
Over. American Economic Review .Vol.76
Jensen, G.R,D.P Solberg dan T.S. Zorn. 1992. Simultaneous Determination of
Insider Ownership, Debt and Dividend Policies. Journal of
Quantitative Analysis,247-263
Kallapur,S dan Mark A. Trombley. 1999. The Assosiation between Investment
Opportunity Set Proxies and Realized Growth. Journal of Business
Finance and Accounting 26 Vol. 3 hal. 505-519
Lestari, Holidya.2004.Pengaruh Kebijakan Utang, Kebijakan Dividen,Risiko Dan
Profitabilitas
Perusahaan
terhadap
Set
Kesempatan
Investasi.Simposium Nasional Akuntansi VII. Ikatan Akuntansi
Indonesia
Mahadwartha, Putu Anom. 2003. Uji Teori Keagenan dalam Hubungan
Interdependensi antara Kebijakan Utang dan Kebijakan Dividen.
Simposium Nasional Akuntansi V. Ikatan Akuntansi Indonesia
Nugroho,J.A. dan Jogiyanto Hartono. 2002. Confirmatory Factor Analysis
Gabungan Proksi Investment Opportunity Set dan Hubungannya
terhadap Realisasi Pertumbuhan. Simposium Nasional Akuntansi V.
Ikatan Akuntansi Indonesia
Sunarsih. 2004. Analisis Simultanitas Kebijakan Hutang dan Kebijakan Maturitas
Hutang serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Siasat
Bisnis. Vol.1, hal :65-84
Padang, 23-26 Agustus 2006K-AKPM 18

17

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG


Tarjo. 2005. Analisa Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial terhadap
Kebijakan Utang pada Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia. Vol. 8, hal : 82-104
Theresia. 2003. Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, dan Pengaruhnya
Terhadap Kepemilikan Saham Institusional (Studi pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Maksi. Vol. 3, hal 98-114.
Uyara, Ali Sani dan Tuasikal, Askam. 2002. Moderasi Aliran Kas Bebas Terhadap
Hubungan Rasio Pembayaran Dividend dan Pengeluaran Modal Dengan
Earning Response Coefficient. Simposium Nasional Akuntansi V.
Ikatan Akuntansi Indonesia
Wahidahwati. 2002. Kepemilikan Manajerial dan Agency Conflict : Analysis
Persamaan Simultan Non Linier dari Kepemilikan Manajerial,
Penerimaan Risiko (Risk Taking),Kebijakan Utang dan Kebijakan
Dividen. Simposium Nasional Akuntansi V. Ikatan Akuntansi
Indonesia
Widhanaputra. 2004. The Effect of Free Cash Flows to The Relationship Between
Investment Returns, Dividend Policy, and Stock Returns. Simposium
Nasional Akuntansi VII. Ikatan Akuntansi Indonesia
Zulhawati. 2004. Analisis Dampak Kepemilikan Saham oleh Insider pada
Kebijakan Hutang dalam Mengontrol Konflik Keagenan. Kompak, No.
11 :240-249

Padang, 23-26 Agustus 2006K-AKPM 18

18

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

LAMPIRAN I
HASIL OUTPUT 2SLS
Regression
ANOVA
Model
1 Regressio
n
Residual
Total

Sum of
Squares
.345

df

.674
1.019

159
165

Mean
Square
.058

Sig.

13.587

.000

.004

a Predictors: (Constant), RISK1, DPR1, DEBT1, INST1, VAL, SIZE


b Dependent Variable: MOWN

Coefficients
Unstandar
Standardiz
dized
ed
Coefficient
Coefficient
s
s
Model
B Std. Error
Beta
1 (Constant)
-.832
.345
SIZE 8.271E-02
.016
1.639
LVAL -6.955E-02
.013
-1.304
INST1
.727
.220
.521
DEBT1 -1.013E-02
.002
-.478
DPR1
.386
.060
1.062
RISK1
-.398
.151
-.305

Sig.

-2.411
5.146
-5.250
3.309
-5.875
6.408
-2.629

.017
.000
.000
.001
.000
.000
.009

Sig.

1 Regressio
5
3.073
n
Residual
4.957
160
.031
Total
5.433
165
a Predictors: (Constant), RISK1, DPR1, DEBT1, PROFIT, MOWN1
b Dependent Variable: INST

.011

a Dependent Variable: MOWN

ANOVA
Model

Sum of
Squares
.476

df

Padang, 23-26 Agustus 2006K-AKPM 18

Mean
Square
.095

19

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG


Coefficients
Unstandar
Standardiz
dized
ed
Coefficient
Coefficient
s
s
Model
B Std. Error
Beta
1 (Constant)
.609
.067
PROFIT
-.577
.191
-.261
MOWN1
.504
.445
.128
DEBT1 4.331E-03
.004
.088
DPR1 -4.750E-02
.100
-.057
RISK1
.377
.267
.125

Sig.

9.042
-3.016
1.132
.966
-.475
1.412

.000
.003
.259
.336
.636
.160

Sig.

.830

.530

a Dependent Variable: INST

ANOVA
Model
1 Regressio
n
Residual
Total

Sum of
Squares
.465

df

17.930
18.395

160
165

Mean
Square
.093
.112

a Predictors: (Constant), DPR1, INST1, DEBT1, MOWN1, SIZE


b Dependent Variable: RISK

Coefficients
Unstandar
Standardiz
dized
ed
Coefficient
Coefficient
s
s
Model
B Std. Error
Beta
1 (Constant)
-1.534
1.128
SIZE 3.622E-02
.028
.169
MOWN1
-.582
.803
-.080
INST1
1.114
.662
.188
DEBT1 -5.211E-03
.009
-.058
DPR1
.292
.191
.189

Sig.

-1.360
1.302
-.724
1.683
-.611
1.534

.176
.195
.470
.094
.542
.127

Sig.

3.999

.000

a Dependent Variable: RISK

ANOVA
Model

Sum of
Squares
1 Regressio 2264.963
n
Residual 12784.767
Total 15049.730

df
7
158
165

Mean
Square
323.566
80.916

a Predictors: (Constant), RISK1, DPR1, FASSET, PROFIT, MOWN1, INST1, FCF


b Dependent Variable: DEBT

Padang, 23-26 Agustus 2006K-AKPM 18

20

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG


Coefficients
Unstandar
Standardiz
dized
ed
Coefficient
Coefficient
s
s
Model
B Std. Error
Beta
1 (Constant)
33.326
32.172
FCF -1.311E-11
.000
-1.602
FASSET
-12.036
5.602
-.259
PROFIT
-61.142
38.580
-.525
MOWN1
-98.691
30.351
-.475
INST1
52.462
34.132
.309
DPR1
7.231
4.643
.164
RISK1 -276.089
72.079
-1.738

Sig.

1.036
-3.358
-2.149
-1.585
-3.252
1.537
1.557
-3.830

.302
.001
.033
.115
.001
.126
.121
.000

Sig.

1.408

.206

a Dependent Variable: DEBT


a Dependent Variable: DEBT

ANOVA
Model
1 Regressio
n
Residual
Total

Sum of
Squares
7.719

df

123.742
131.460

158
165

Mean
Square
1.103
.783

a Predictors: (Constant), RISK1, DEBT1, PROFIT, INV, MOWN1, IOS, INST1


b Dependent Variable: DPR

Coefficients
Unstandar
Standardiz
dized
ed
Coefficient
Coefficient
s
s
Model
B Std. Error
Beta
1 (Constant)
14.603
7.596
IOS
.138
.134
.197
PROFIT
-8.690
4.919
-.798
INV
-.185
.103
-.350
MOWN1
7.732
2.965
.398
INST1
-17.127
8.701
-1.081
DEBT1 3.776E-02
.043
.157
RISK1
7.798
3.663
.525

Sig.

1.923
1.029
-1.767
-1.793
2.607
-1.968
.876
2.129

.056
.305
.079
.075
.010
.051
.382
.035

a Dependent Variable: DPR

Padang, 23-26 Agustus 2006K-AKPM 18

21

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

LAMPIRAN II
Hubungan Interdependensi Variabel Endogen
Variabel

Variabel dependen

Independen

INSIDER

INSIDER

INST

RISK

DEBT

DIV

INST

RISK

DEBT

DIV

LAMPIRAN III
UJI HAUSMAN
Regression
ANOVA
Model

Sum of
Squares

df

Mean
Square

Sig.

1 Regression

.260

.043

9.067

.000

Residual

.759

159

.005

Total

1.019

165

a Predictors: (Constant), RES RISK, RES DEBT, RES DPR, RES INST, SIZE, VAL
b Dependent Variable: MOWN

Padang, 23-26 Agustus 2006K-AKPM 18

22

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG


Coefficients
Unstandardi
zed
Coefficients

Standardize
d
Coefficients

Sig.

.000
.621

Model
B
1 (Constant)
.506
SIZE -4.295E-03

Std. Error
.096
.009

Beta
-.085

5.268
-.496

VAL -1.283E-02
RES INST
-.163
RES DEBT 1.284E-03

.009
.032
.001

-.241
-.358
.144

-1.402
-5.167
2.093

.163
.000
.038

RES DPR -4.029E-03


RES RISK 5.051E-03

.006
.016

-.044
.021

-.640
.308

.523
.758

Sum of
Squares

df

Mean
Square

Sig.

1 Regression

1.462

.292

11.782

.000

Residual

3.971

160

.025

Total

5.433

165

a Dependent Variable: MOWN

ANOVA
Model

a Predictors: (Constant), RES RISK, PROFIT, RES DEBT, RES DPR, RES MOWN
b Dependent Variable: INST

Coefficients
Unstandardi
zed
Coefficients

Standardize
d
Coefficients

Sig.

41.966

.000

Model
1 (Constant)

B
.710

Std. Error
.017

Beta

PROFIT
RES MOWN

-.589
-1.214

.150
.196

-.266
-.427

-3.938
-6.181

.000
.000

RES DEBT

2.488E-03

.001

.121

1.762

.080

RES DPR

1.877E-02

.014

.090

1.313

.191

RES RISK -9.796E-03

.037

-.018

-.262

.794

a Dependent Variable: INST

Padang, 23-26 Agustus 2006K-AKPM 18

23

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG


ANOVA
Model

Sum of
Squares

df

Mean
Square

Sig.

1 Regression

.091

.018

.159

.977

Residual

18.304

160

.114

Total

18.395

165

a Predictors: (Constant), RES DPR, SIZE, RES DEBT, RES INST, RES MOWN
b Dependent Variable: RISK

Coefficients
Unstandardi
zed
Coefficients

Standardize
d
Coefficients

Sig.

Model
B
1 (Constant) -3.812E-02
SIZE 8.994E-03
RES MOWN
.174

Std. Error
.454
.017
.471

Beta
.042
.033

-.084
.532
.369

.933
.596
.712

RES INST -4.534E-02


RES DEBT -6.144E-04

.173
.003

-.023
-.016

-.263
-.201

.793
.841

RES DPR -7.931E-03

.031

-.021

-.257

.797

a Dependent Variable: RISK

ANOVA
Model

Sum of
Squares

df

Mean
Square

Sig.

1 Regression

942.469

134.638

1.508

.168

Residual

14107.261

158

89.286

Total

15049.730

165

a Predictors: (Constant), RES RISK, FASSET, RES DPR, RES MOWN, FCF, PROFIT,
RES INST
b Dependent Variable: DEBT

Padang, 23-26 Agustus 2006K-AKPM 18

24

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG


Coefficients
Unstandardi
zed
Coefficients
Model
1

Standardize
d
Coefficients

Sig.

(Constant)
FCF
PROFIT
FASSET
RES MOWN

B
3.552
-3.730E-13
.446
-6.395
30.391

Std. Error
1.953
.000
9.869
3.721
12.904

Beta
-.046
.004
-.138
.203

1.819
-.545
.045
-1.719
2.355

.071
.587
.964
.088
.020

RES INST
RES DPR
RES RISK

7.922
-.515
-.423

4.779
.861
2.243

.143
-.047
-.015

1.658
-.598
-.188

.099
.551
.851

a Dependent Variable: DEBT

ANOVA
Model

Sum of
Squares

df

Mean
Square

Sig.

1 Regression

5.828

.833

1.047

.401

Residual

125.632

158

.795

Total

131.460

165

a Predictors: (Constant), RES RISK, INV, RES DEBT, RES INST, IOS, PROFIT, RES
MOWN
b Dependent Variable: DPR

Coefficients
Unstandardi
zed
Coefficients
Model
B
1 (Constant)
.488
IOS 4.764E-02
PROFIT
1.096
INV -1.647E-02

Standardize
d
Coefficients

Sig.

Std. Error
1.040
.056
.897
.043

Beta
.068
.101
-.031

.470
.852
1.222
-.385

.639
.395
.223
.701

RES MOWN

-.939

1.240

-.067

-.757

.450

RES INST

.588

.453

.114

1.299

.196

RES DEBT -5.065E-03

.008

-.050

-.628

.531

RES RISK -5.369E-02

.212

-.020

-.254

.800

a Dependent Variable: DPR

Padang, 23-26 Agustus 2006K-AKPM 18

25

You might also like