You are on page 1of 128

MAGMATIC ROCK TYPE

BENTUK BATUAN
BEKUDALAM

Extrusive rock
lava flowing down

MAGMA, LAVA AND


CRYSTALISATION

Partial melting of peridotite


( compose of olivine and pyroxine

Olv (Mg2SiO4),
Pyrx (MgSiO3) first melt in 1557 oC
pyrx= melt + Olv free of iron

Gradient geothermic pd kdlmn 200km


contl crust temp 1500oC ttp tdk
menjadikan melting

Pd Oceanic crust juga tdk trjd


melting

CMEMICAL COMPOSITION

PARTIAL MELTING

HOT SPOT

MAGMATIC DEFERENTIATION

KIMIA
MAGMA

Senyawa-senyawa non volatil


terutama terdiri dari fraksi gas
seperti CH4, CO2, HCl, H2S, SO2,
NH3, H2O. komponen ini akan
mempengaruhi magma dalam
banyak hal.

Kandungan volatil, khususnya


H2O akan menyebabkan
pecahnya ikatan Si-O-Si.
Apabila nilai viskositas rendah,
maka difusi akan bertambah
dan pertumbuhan kristal
terjadi dengan baik.
Kandungan H2O juga
mempengaruhi suhu
kristalisasi dalam magma.

Volatil dalam magma menentukan


besarnya tekanan selama
proseskenaikan magma tersebut ke
permukaan. Unsur tersbut juga
mempengaruhi pembentukan
piroklastika, awan panas dan
sebagainya, selain pengaruh lazim
pada betuk kristal dan lubang gas.

major element
Senyawa-senyawa non volatil
merupakan unsur-unsur oksida
dalam magma, yang terdiri dari
SiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO,
MgO, CaO, Na2O, K2O, TiO2,
P2O5. Jumlahnya yang
mencapai 99% ini disebut
sebagai major element.

Komposisi kimia, terutama SiO2


sangat berpengaruh terhadap
viskositas magma.
Bila SiO2 bertambah, maka viskositas
bertambah.
Magma asal yang mempunyai Al akan
relatif lebih kental dan mempunyai suhu rendah.
Sedangkan magma kaya Mg, Fe dan Ca akan
bersifat mudah mengalir dan [anas. Jika magma
toleitik dan fonolitik maka magma andesit dan
riolitik lebih kental lagi.


Menurut Green (1980)

berdasarkan unsur utama,


unsur jarang dan unsur
tanah langka produk
magmatisme daerah
subduksi mempunyai ciriciri:


Kadar TiO2 rendah,
yaitu < 1,2% pada batuan
mafik dan < 3% pada
batuan silicic.
Kadar Al2O3 yang tinggi
sekitar 16%-19% pada
batuan mafik-intermedier.

Pada palung menuju busur


vulkanik terdapat peningkatan
yang teratur kadar K2O, pada
SiO2 yang sama, dan
berhubungan dengan
kedalaman zona Benioff.
Rasio (K2O)+Na2O)/CaO
mempunyai harga tinggi pada
batuan yang terbentuk paling
jauh dari palung dan paling
muda umurnya.

Pada seri toleit busur kepulauan


dijumpai kecenderungan
pengayaan Fe dengan dominasi
terjadi pada Andesit.

Pada seri alkali busur kepulauan


terdapat sedikit sampai tidak ada
pengayaaan Fe, dan didominasi
andesit.
Pada seri silisik terdapat sedikit
sampai tidak dijumpai pengayaan
Fe.
Kelimpahan unsur-unsur
inkompatibel mendekati seri kalkalkali.

Unsur jarang (trace


element)
Unsur jarang (trace element) di
daerah penunjaman mempunyai
hubungan positif dan negatif
dengan SiO2 .
Secara umum unsur LIL (large-ion
lithopile) yang bersifat
incompatible seperti Rb, Ba, Sr dan
Pb memperlihatkan variasi yang
besar dari arah palung menuju
busur vulkanik, serta dari
batuanumur tua ke muda.


Variasi ini sesuai dengan kadar K2O dari
batuan toleit hingga shosonitik.
Unsur HFS (high fields strengt
elements) seperti Ti, Hf, Zr, Nb dan Ta
sebagaimana unsur-unsur LIL
umumnya memperlihatkan
adanyavariasi kelimpahan dalam
batuan yang teratur dari arah palung
menuju busur vulkanik.

Unsur HFS (high field strenght elements)


seperti Ti, Hf, Zr, Nb dan Ta sebagaimana
unsur LIL umumnya memperlihatkan adanya
variasi kelimpahan dalam batuan yang teratur
dari palung benuju busur vulkanik.

Berbeda dengan unsur LIL,


dibandingkan dengan batuan basalt
pada MOR maka kelimpahan unsur
HFS di jalur tunjaman tidak
menunjukkan adanya pengayaan,
namun menunjukkan adanya
penurunan. Ini terutama terjadi
pada unsur Nb (Wilson, 1989)


Pada unsur-unsur compatible seperti Ni,
V dan Cr dari batuan volkanik daerah
penunjaman menunjukkan adanya
penurunan dari toleit ke sosonit.

Dalam satu seri batuan unsur-unsur


tersebut memperlihatkan penurunan
akibat proses deferensiasi, atau dengan
kata lain ada hubungan korelasi negatif
antara unsur-unsur tersebut terhadap
SiO2.

Kelimpahan unsur tersebut lebih


rendah dibanding basal MOR,
sehingga mengindikasikan
bahwa pembentuk batuan
vulkanik tersebut bukan
merupakan magma primitif.

Kandungan total unsur


tanah langka
Kandungan total unsur
tanah langka (rare earth
element, REE) pada batuan
produk penunjaman umumnya
rendah, di bawah 100 ppm.

Batuan toleit mempunyai pola REE


yang lebih primitif, yang berbeda dengan
pola REE basal MOR.

Pola REE pda batuan alkali kapur dan
sosonitik memperlihatkan adanya
pengayaan unsur tanah langka ringan
(LREE), terutama pada seri sosonit.

Basalt daerah pemekaran secara


umum mirip dengan basal MOR
dengan tekstur khas dari basalt di
lingkungan sub marine. Komposisi
plagioklas bervariasi dari An67
sampai An 90 dengan fase masa
dasar lebih asam dari fenokrisnya.

Unsur utama pembentuk


magma dalam deskripsi
geokimia MOR dan magma seri
Boninit yang mewakili hasil
vulkanisma pemekaran terdiri
dari SiO2, TiO2, Al2O3, FeO,
MnO, MgO, CaO, Na2O, K2O
dan P2O5..

Boninit merupakan lava


dengan SiO2 > 55% dan MgO
> 9%, serta dicirikan dengan
kehadiran tinggi unsur jarang
harmonis, Ni sampai 450 ppm,
Cr sampai 1800 ppm, serta
kandungan Ti yang rendah, <
0,3%.


Magma seri Boninit ini bukan
merupakan magma hasil
fraksinasi tetapi cenderung
sebagai sebuah magma primer
hasil partial melting.

Unsur jejak di daerah pemekaran


cenderung menunjukkkan
pengayaan kation bervalensi
rendah K, Rb, Ba dan Sr. Di luar
MOR pengayaan penting terjadi
pada K dan Sr.

Unsur jejak pada MOR


menunjukkan rasio k/Rb, K/Ba,
Rb/Sr dan Zr/Nb lebih tinggi
dibanding dengan lava di daerah
pemekaran lainnya, misalnya pada
marginal sea spreading volcanism.


Letusan gunungapi merupakan
proses pergeseran energi dari
energi potensial dominan dan
panas menjadi energi kinetik
dominan dan panas.

Letusan gunungapi terjadi


karena adanya gaya yang
berasal dari dalam bumi akibat
terganggunya sistem
keseimbangan magma dan dan
sistem keseimbangan geologi.

Keseimbangan magma akan


terganggu apabila:

(1) magma yang membeku


mulai kehilangan panas.
Ketidakseimbangan dipicu
oleh hilangnya gas dalam
magma karena penurunan
temperatur,

(2) adanya perbedaan suhu


akibat pendinginan magma
yang tidak homogen sehingga
menimbulkan arus konveksi
yang mengganggu
keseimbangan hidrostatis,

(3) Epimagma turun ke kedalaman


tertentu pada kondisi tidak
seimbang.
Sebagai pencarian keseimbangan
baru terjadi difusi gas sehingga di
permukaan terjadi perubahan
epimagma menjadi hipomagma
atau piromagma,

(4) terjadi pergerakan gas


dalam piromagma ke arah
permukaan permukaan bumi
karena tekanan dalam
piromagma lebih besar dari
tekanan beban luar.

Keseimbangan magma di dalam


waduk akan terjaga apabila
tekanan hidrostatik magma sama
dengan tekanan beban yang
berada di atas waduk.

Karena setiap proses apapun akan


menyebabkan hilang atau lepasnya
gas dari magma, maka faktor
terpenting dalam letusan
gunungapi adalah tercapai atau
tidaknya keseimbangan antara
tekanan hidrostatik di dalam waduk
dan tekanan di luar waduk.


Berdasarkan mekanismenya
dikenal beberapa macam letusan
gunungapi, antara lain letusan
pusat, letusan rekahan, letusan
pundan tersebumbat, letusan
freatik, letusan celah, letusan
hidrotermal dan sebagainya.

Letusan gunungapi tidak


akan terjadi selama tekanan
dalam waduk magma lebih
kecil dibanding kekuatan
tahanan atap waduk.
Tetapi ketika pendinginan
magma terjadi, maka akan
terjadi difusi pengumpulan gas
di bagian permukaan waduk.

Apabila tahanan atap berkurang,


sementara tekanan gas terus
bertambah, maka letusan akan
terjadi. Letusan ini disebut letusan
pusat.


Magma basa yang pada
umumnya akan menghasilkan
lava cair yang bersusunan
basal olivin yang merupakan
piromagma.
Mekanisma letusan celah
terjadi apabila magma tersebut
ke atas sepanjang rekahan
abisal.

Hipomagma yang ada selama proses


kristalisasi akan menghasilkan
piromagma.
Unsur-unsur yang mudah menguap akan
mudah menyebabkan terjadinya
semburan.
Akumulasi lava basal yang luas akibat letusan celah yang besar

disebut dengan plateu basalt atau flood basalt. Apabila kandungan


gas berkurang, permukaan lava akan turun dan terjadi pembekuan
yang dimulai dari atas ke bawah, hingga akhirnya membentuk korok.

Mekanisme letusan
kepundan tersumbat

Mekanisme letusan kepundan


tersumbat terjadi
apabila terdapat magma yang
membeku pada lubang kepundan
gunnungapi yang menyebabkan
terjadinya pengumpulan tenaga di
bawah sumbat.
Apabila tenaga telah cukup untuk
menghancurkan sumbat maka akan
terjadi letusan sangat kuat.

Letusan ini disertai dengan gempa


gunungapi, guruh dan gumpalan awan debu
sampai akhirnya suatu ledakan keras dan
hamburan batu apung menutupi kawasan
tersebut.
Contoh letusan ini adalah erupsi gunungapi
Krakatau (1883) dan Tambora (1815).

Mekanisme letusan freatik


terjasi
Mekanisme letusan freatik
terjasi
apabila air hujan jatuh ke
permukaan tanah dan
bersentuhan dengan magma
atau tubuh batuan panas
lainnya.

Air yang terpanaskan akan terbentuk


akumulasi uap bertekanan tinggi.
Tekanan yang terus bertambah akan
menghancurkan lapisan penutupnya.
Letusan freatik juga dapat terjadi pada
lava yang mesuk ke dalam tubuh air,
rawa maupun laut.

letusan hidrotermal


Mekanisme letusan hidrotermal
hampir sama dengan
mekanismepada letusan freatik.
Perbedaannya terletak pada
pembentukan sistem.

Apabila uap bertekanan tinggi


tersebut sempat membentuk
sistem panas bumi, sementara
batuan penutup mulai
kehilangan daya tahannya,
maka ketika tekanan uap
semakin besar akan terjadi
letrusan hidrotermal.


Penuruan daya tahan batuan
penutup dapat disebabkan oleh
proses pelapukan, berkurangnya
nilai kohesi batuan atau karena
gempabumi.

Lava basalan mempunyai


suhu antaran 1.100 1.200
oC, lebih tinggi dari lava
andesitan yang bersuhu
antara 900 1000 oC.
Viskositas lava yang
menyertai letusan gunungapi,
khususnya lava basalan
sekitar 102 103 poise.


Proses pembentukan lava yang
bersifat cair akan berjalan
lambat. Lava akan mengalir di
alur gunungapi sebagai lava
flow atau coulee.

Jarak jangkauan aliran lava


bervariasi, namun umumnya
berkisar antara 3 25 km.
Jarak jangkauan aliran
tergantung pada kekentalan
dan jumlah lava yang
dikeluarkan.


Pada gunungapi dengan
magma yang cukup kental lava
akan membentuk lava block.
Dalam posisi tertentu, ketika
proses keluarnya lava berjalan
lambat maka akan terbentuk kubah
lava atau lava dome.

Dengan demikian bisa dipahami


bahwa kubah lava merupakan salah
satu proses aliran lava. Lava yang
sangat kental, keluar dengan
perlahan dan membeku di
permukaan akan dapat membentuk
sumbat lava.

Pada tubuh aliran lava sering dijumpai


lubang yang beragam bentuk dan ukuran.
Lubang-lubang tersebut merupakan jejak
gas yang terlarut dalam lava yang
menguap saat pembekuan. Lubang ini
akan berkembang di permukan dan
semakin berkurang ke arah dalam.
Struktur vesikular ini akan membantu
dalam menentukan batas aliran lava.

Sesuai dengan
komposisinya, aliran lava akan
membentuk struktur
permukaan yang khas.
Lava basalan yang
mempunyai kenampakan
permukaan terkeratkan disbut
lava aa.

Lava berbentuk seperti tali


disebut ropy lava.
Sedang lava pahoehoe adalah
lava basal yang mempunyai
permukaan bergelombang
halus dan gelasan.

Lava andesitan yang mempunyai


kenampakan permukaan
berbongkah menyudut disebut lava
bongkah.
Dalam aliran bongkah di bagian
tengah akan terbentuk kekar
berlembar (platty joint, platty
strusture, linear flow structure,
planar flow atructure) yang sejajar
dengan permukaan aliran.

Jenis kekar lain yang sering


dijumpai dalam aliran lava adalah
kekar mengolom (columnar joint,
columnar structure, prismatic joint,
prismatic structure) yang akan
memecah batuan menjadi kolomkolomprismatik segi enam.

AWANPANAS
AWANPANAS
Istilah awanpanas dipakai
untuk menyebut aliran
suspensi dari batu, kerikil, abu,
pasir dalam suatu masa gas
vulkanik panas yang keluar
dari gunungapi dan mengikuti
lerengnya.


Kecepatan aliran dapat
mencapai 100 km/jam dengan
jarak jangkau yang dapat menjapai
puluhan kilometer. Dari kejauhan
aliran itu seperti awan bergulung
menuruni gunungapi.

Secara internasional
awanpanas diperkenalkan
pertama kali dengan istilah
nuee ardente oleh La Croix
pada tahun 1904 untuk
melukiskan kejadian
awanpanas yang terjadi di Mt
Pelee.

Istilah nuee (awan) dan ardente

KUBAH LAVA

Istilah lava diperuntukkan bagi


bagma yang telah bencapai
permukaan bumi. Hirokawa (1980)
mendifinisikan lava sebagai suatu
massa cair yang dikeluarkan dari
dalam bumi, maupun batuan yang
berasal dari pembekuannya.

Dari sudut pandang


kejadian pembentukannya
dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu:
1. awanpanas letusan dan
2. awanpanas guguran.

Awanpanas letusan terjadi karena


hancuran magma oleh letusan.
Partikel-partikel akan terlempar
secara vertikal maupun horizontal.
Kekuatan penghancuran magma
saat letusan ditentukan oleh
kandungan gas volkanik dalam
magma.

Kejadian awan panas guguran


banyak dikendalikan oleh
tekanan magma dan gravitasi
pada kubah lava. Kubah lava
aktif, yang masih mengalami
pertumbuhan, mempunyai
temperatur sekitar 500-600
oC.

Terganggunya kubah lava


dapat menjadikan kubah lava
longsor.

proses pemicu longoran kubah lava


antara lain oleh penambahan beban
dan penambahan tekanan air pori
oleh hujan sehingga kohesivitas
antar butir mengecil, letusan lokal
akibat lekanan gas dari sebagian
tubuh kubah serta dorongan
tekanan bagma dari bawah.

You might also like