You are on page 1of 44

GambaranSekilasIndustriKakao

Sekretariat Jenderal

2007

KATA PENGANTAR

Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ke-3 dunia


setelah Pantai Gading dan Ghana. Ditinjau dari segi produktivitas,
Indonesia masih berada di bawah produktivitas rata-rata negara lain
penghasil kakao. Selama ini kakao lebih banyak diekspor dalam wujud biji
kering kakao dibandingkan hasil olahannya, sehingga nilai tambahnya
terhadap perekonomian sedikit.
Dengan melihat kondisi potensi lahan, industri kakao, pasar kakao
baik dalam negeri maupun luar negeri serta membandingkannya dengan
nilai perdagangan kakao Indonesia dan dunia, buku ini menyajikan paket
informasi berkaitan dengan industri kakao/cokelat. Di samping
menerangkan berbagai aspek kondisi terkini, buku ini memberi ulasan
tentang peluang investasi industri berbasis kakao, baik pada usaha hulu,
hilir, produk samping, serta infrastruktur yang mendukung bisnis tersebut.
Dalam membahas peluang investasi tersebut, diuraikan industri-industri
yang prospektif untuk dikembangkan, lokasi industri, serta perkiraan
besarnya investasi yang dibutuhkan, baik oleh masyarakat maupun
pemerintah. Unsur-unsur penunjang perekonomian nasional seperti sektor
perkebunan, sektor industri pengolahan kakao dan sektor perdagangan
dapat memanfaatkan paket informasi ini serta menggunakannya sebagai
referensi pengembangan bisnisnya pada bidang masing-masing.
Kami berharap buku tersebut dapat menjadi sumber informasi,
acuan, serta pemacu para investor untuk melakukan investasi pada
industri yang berbasis kakao di Indonesia. Di samping itu, buku ini juga
dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam merumuskan berbagai
kebijakan guna memacu investasi pada usaha berbasis kakao. Semoga
dengan adanya Paket Informasi Kakao ini bisa menambah khasanah
informasi bagi para stake-holder dalam menunjang pengembangan
industri kakao nasional.

Tim Penyusun
Pusat Data dan Informasi

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

..................................................................................

..................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN

............................................................................

.................................................................

B. Varietas, Kategori dan Pemeliharaan Tanaman Kakao .....

A. Latar Belakang
1. Varietas

............................................................................

2. Kategori Kakao

.................................................................

3. Pemeliharaan Tanaman Kakao

2
3

................................

C. Syarat Pertumbuhan Kakao ......................................................

1. Tanah/lahan

.................................................................

2. Iklim ......................................................................................

D. Perkembangbiakan .................................................................

E. Panen

......................................................................................

F. Proses pengolahan biji kakao menjadi cokelat ....................

1. Pemeraman buah

......................................................

2. Pemecahan buah

......................................................

3. Fermentasi ...........................................................................

4. Perendaman dan Pencucian ..........................................

10

5. Pengeringan

................................................................

11

6. Penyortiran/Pengelompokan ..........................................

11

7. Penyimpanan

11

................................................................

G. Kesehatan dan Nutrisi

.....................................................

BAB II POTENSI INDUSTRI KAKAO INDONESIA

12

........................

14

A. Industri Pengolahan Kakao .....................................................

14

1. Wilayah Potensi (Industri Pengolahan Kakao)

.........

14

....................................................

15

B. Perkembangan Kakao Indonesia .........................................

16

2. Jumlah Pelaku Usaha


1. Standar Mutu Kakao

....................................................

16

2. Pohon Industri Kakao

....................................................

18

3. Kebutuhan dan Produksi Kakao Indonesia ...................

18

4. Ekspor Kakao Indonesia Berdasarkan HS 4 Digit

........

20

5. Impor Kakao Indonesia Berdasarkan HS 4 Digit

........

21

........................................

23

A. Produksi Biji Kakao Dunia

...................................................

23

B. Konsumsi Biji Kakao Dunia

...................................................

24

C. Harga Kakao Dunia ..............................................................

24

D. Perkembangan Kakao Dunia

........................................

25

1. Ekspor Kakao Dunia Berdasarkan HS 4 Digit ..................

26

2. Impor Kakao Dunia Berdasarkan HS 4 Digit ..................

27

BAB III POTENSI PASAR KAKAO DUNIA

3. Trend Pertumbuhan EksporImpor Dunia


Berdasarkan HS 4 Digit

..................................................

E. Ekspor/Impor Negara Pesaing

28

.......................................

29

F. Negara Tujuan Ekspor Kakao Indonesia ............................

33

G. Negara Pengimpor Kakao Indonesia

34

BAB IV KESIMPULAN
LAMPIRAN

.............................

BAB I
PENDAHULUAN

H.

Latar Belakang
Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai
jenis makanan yang salah satunya adalah cokelat. Cokelat dihasilkan
dari biji buah kakao yang telah mengalami serangkaian proses
pengolahan sehingga bentuk dan aromanya seperti yang terdapat di
pasaran. Biji buah kakao (cokelat) yang telah difermentasi dijadikan
serbuk yang disebut cokelat bubuk. Cokelat dalam bentuk bubuk ini
banyak dipakai sebagai bahan untuk membuat berbagai macam
produk makanan dan minuman, seperti susu, selai, roti, dan lainlain.
Buah cokelat yang tanpa biji dapat difermentasi untuk dijadikan
pakan ternak.
Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan
yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional,
khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan
dan devisa negara. Disamping itu kakao juga berperan dalam
mendorong

pengembangan

wilayah

dan

pengembangan

agroindustri. Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah menyediakan


lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala
keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur
Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa terbesar ke tiga
sub sektor perkebunan setelah karet dan minyak sawit dengan nilai
sebesar US $ 701 juta.
Perkebunan kakao di Indonesia mengalami perkembangan
pesat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir dan pada tahun 2002
areal perkebunan kakao Indonesia tercatat seluas 914.051 ha.
Perkebunan kakao tersebut sebagian besar (87,4%) dikelola oleh
rakyat dan selebihnya 6,0% dikelola perkebunan besar negara serta
6,7%

perkebunan

besar

swasta.

Jenis

tanaman

kakao

yang

diusahakan sebagian besar adalah jenis kakao curah dengan sentra


produksi utama adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan
Sulawesi Tengah. Disamping itu juga diusahakan jenis kakao mulia
oleh perkebunan besar negara di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Dari segi kualitas, kakao Indonesia tidak kalah dengan kakao
dunia

dimana

bila

dilakukan

fermentasi

dengan

baik

dapat

mencapai cita rasa setara dengan kakao yang berasal dari Ghana
dan kakao Indonesia mempunyai kelebihan yaitu tidak mudah
meleleh sehingga cocok bila dipakai untuk blending. Sejalan dengan
keunggulan tersebut, peluang pasar kakao Indonesia cukup terbuka
baik ekspor maupun kebutuhan dalam negeri. Dengan kata lain,
potensi untuk menggunakan industri kakao sebagai salah satu
pendorong pertumbuhan dan distribusi pendapatan cukup terbuka.
Meskipun

demikian,

agribisnis

kakao

Indonesia

masih

menghadapi berbagai masalah kompleks antara lain produktivitas


kebun masih rendah akibat serangan hama penggerek buah kakao
(PBK), mutu produk masih rendah serta masih belum optimalnya
pengembangan produk hilir kakao. Hal ini menjadi suatu tantangan
sekaligus peluang bagi para investor untuk mengembangkan usaha
dan meraih nilai tambah yang lebih besar dari agribisnis kakao.
I.

Varietas, Kategori dan Pemeliharaan Tanaman Kakao


1. Varietas
a. Criolo (fine cocoa atau kakao mulia)
Jenis

varietas

Criolo

mendominasi

pasar

kakao

hingga

pertengahan abad 18, akan tetapi saat ini hanya beberapa


saja pohon Criolo yang masih ada.
b. Forastero
Verietas ini merupakan kelompok varietas terbesar yang diolah
dan ditanami.
c. Trinitario / Hibrida
Merupakan hasil persilangan antara jenis Forastero dan Criolo.

2. Kategori Kakao
Dalam komoditas perdagangan kakao dunia dibagi menjadi dua
kategori besar biji kakao :
b. kakao mulia (fine cocoa)
Secara umum, Kakao mulia diproduksi dari varietas Criolo
c. kakao curah (bulk or ordinary cocoa)
Kakao curah berasal dari jenis Forastero
3. Pemeliharaan Tanaman Kakao
a. Pemangkasan
Pemangkasan pohon pelindung dilakukan agar dapat berfungsi
untuk jangka waktu yang lama. Pemangkasan dilakukan
terhadap cabang-cabang yang tumbuh rendah dan lemah.
Pohon dipangkas sehingga cabang terendah akan berjarak
lebih dari 1 m dari tajuk tanaman kakao. Pemangkasan ini
merupakan

usaha

mempertahankan

untuk
umur

meningkatkan
ekonomis

produksi

tanaman.

dan

Dengan

pemangkasan maka akan mencegah serangan hama dan


penyakit, membentuk tajuk pohon, memelihara tanaman dan
memacu produksi.
b. Penyiangan
Tujuannya

adalah

untuk

mencegah

persaingan

dalam

penyerapan air dan unsur hara serta mencegah hama dan


penyakit. Penyiangan harus dilakukan secara rutin, minimal satu
bulan sekali dengan menggunakan cangkul, koret atau dicabut
dengan tangan.
c. Pemupukan
Pemupukan dilakukan setelah tanaman kakao berumur dua
bulan di lapangan. Pemupukan pada tanaman yang belum
menghasilkan dilakukan dengan cara menaburkan pupuk
secara merata dengan jarak 15 cm 50 cm (untuk umur 2 10

bulan) dan 50 cm 75 cm (untuk umur 14 20 bulan) dari


batang utama. Sedang untuk tanaman yang menghasilkan,
penaburan pupuk dilakukan pada jarak 50 cm 75 cm dari
batang

utama.

Penaburan

pupuk

dilakukan

dalam

alur

sedalam 10 cm.
d. Penyiraman
Penyiraman tanaman kakao yang tumbuh dengan kondisi
tanah

yang

baik

memerlukan

banyak

menyebabkan
Penyiraman

dan

kondisi

dilakukan

memiliki

air.

Air

tanah
pada

pohon
yang

pelindung
berlebihan

tidak
akan

menjadi

sangat

lembab.

tanaman

muda,

terutama

tanaman yang tidak memiliki pohon pelindung.


e. Pemberantasan hama dan penyakit
Pemberantasan hama dilakukan dengan penyemprotan
pestisida

dalam

dua

tahap.

Pertama,

bertujuan

untuk

mencegahsebelum diketahui ada hama yang menyerang.


Kadar dan jenis pestisida disesuaikan. Tahap yang kedua
adalah usaha pemberantasan hama, dimana jenis dan kadar
pestisida yang digunakan ditingkatkan. Contoh pestisida yang
digunakan: Deltametrin (Decis 2,5 EC), Sihalotrin (Metador 25
EC) dan lain-lain.
Hama yang sering menyerang tanaman kakao antara lain
belalang (Valanga Nigricornis), ulat jengkal (Hypsidra talaka
Walker),

kutu

putih

(Planoccos

lilaci),

penghisap

buah

(Helopeltis sp.), dan penggerek batang (Zeuzera sp.). Insektisida


yang sering digunakan untuk pemberantasan belalang, ulat
jengkal, dan kutu putih antara lain adalah Decis, Cupraycide,
Lebaycide, Coesar dan Atabron. Penghisap buah dapat
diberantas dengan Lebaycide, Cupraycide dan Decis.
Penyakit yang sering ditemukan dalam budidaya kakao,
yaitu penyakit jamur upas dan jamur akar. Penyakit tersebut

disebabkan oleh jamur Oncobasidium thebromae. Selain itu


juga sering dijumpai penyakit busuk buah yang disebabkan oleh
Phytoptera sp.
J.

Syarat Pertumbuhan Kakao


Habitat alam tanaman kakao berada di hutan beriklim tropis.
Kakao merupakan tanaman tropis yang suka akan naungan (Shade
Loving

Plant)

dengan

potensi

hasil

bervariasi

50-120

buah/pohon/tahun. Varietas yang umum terdiri atas : Criolo,


Forastero, dan Trinitario (hibrida) yang merupakan hasil persilangan
Criolo dan Forastero. Forastero lebih sesuai di dataran rendah,
sedangkan Criolo dapat ditanam sampai dengan dataran agak
tinggi. Criolo terdiri atas kultivar South American Criolos dan Central
American Criolos, sedangkan Forastero terdiri atas kultivar Lower
Amazone Hybrid (LAH) dan Upper Amazone Hybrid (UAH).
UAH mempunyai karakter produksi tinggi, cepat mengalami fase
generatif/berbuah setelah umur 2 tahun, tahan penyakit VSD
(Vascular Streak Dieback), masa panen sepanjang tahun dan
fermentasinya hanya 6 hari.
3. Tanah/lahan
a. Tinggi tempat
tanaman Kakao dapat tumbuh sampai ketinggian tempat
maksimum 1200 m dpl, ketinggian tempat optimum adalah 1600 m dpl
b. Topografi
kemiringan lereng maksimum 40o
c. Hidrologi
Tanaman kakao sangat sensitif bila kekurangan air, sehingga
tanahnya

harus

memiliki

penyimpanan/ketersediaan

maupun saluran (drainase) yang baik

air

d. Sifat fisik tanah


Solum > 90 cm tanpa ada lapisan padas, Tekstur lempung liat
berpasir komposisi pasir 50%, debu 10 - 20%, liat 30 - 40%.
Konsistensi gembur sampai agak teguh dengan permeabilitas
sedang sampai baik, kedalaman air tanah minimal 3 m. Kakao
memerlukan tanah dengan struktur kasar yang berguna untuk
memberi ruang agar akar dapat menyerap nutrisi yang
diperlukan sehingga perkembangan sistem akar dapat optimal
e. Sifat kimia tanah
Sifat kimia dari tanah bagian atas merupakan hal yang paling
penting karena akar-akar akan menyerap nutrisi. Kemasaman
tanah (pH) optimum 6.06.75, Kakao tidak tahan terhadap
kejenuhan Al tinggi, Kejenuhan basa minimum 35%, kalsit
(CaCO3) dan gips (CaSO2) masing-masing tidak boleh lebih
dari 1% dan 0.5%, KTK top soil: 12 me/100 g, KTK sub soil: 5
me/100 g, KTK Mg:20 me/100 g, dan kandungan bahan organik
> 3%.
f. Letak Lintang : 200 LU - 200 LS
g. Jenis tanah
sesuai pada tanah regosol, sedangkan tanah latosol kurang
baik
4. Iklim
a. Curah hujan
Curah hujan merupakan unsur iklim terpenting. Pepohonan
sangat

sensitif

terhadap

kadar

air.

Curah

hujan

yang

dibutuhkan harus tinggi dan terdistribusi dengan baik sepanjang


tahun. Tingkat curah hujan yang baik per tahun berkisar antara
1500 mm 2500 mm. Curah hujan saat musim kemarau
sebaiknya lebih kurang dari 100 mm per bulan dan tidak lebih
dari tiga bulan

b. Temperatur
Temperatur maksimum 300-320 C, minimum 180-210 C, dan
temperatur optimum 26.60 C
c. Sinar matahari
intensitas 75% dari cahaya penuh pada tanaman dewasa, 50%
pada tanaman muda, dan 25% di pembibitan
d. Kelembaban > 80%
e. Kecepatan angin ideal 2-5 m/detik akan sangat membantu
dalam penyerbukan
K.

Perkembangbiakan
Tanaman

kakao

dikembangbiakan

dari

bibit.

Bibit

akan

berkecambah dan memproduksi tanaman yang baik jika diambil dari


pot tidak lebih dari 15 hari.
1. Stek
Pohon dipotong antara 2 atau 5 daun dan 1 atau 2 pucuk.
Dedaun dipotong setengah dan potongan tadi ditanam di pot
dengan ditutupi lembaran polythene hingga akar mulai tumbuh.
2. Penyilangan
Pucuk dipotong dari pohon dan ditempel dibawah kulit kayu di
pohon lain. Potongan tadi kemudian diikat dengan tali rapia dan
plester lilin yang terbuat dari plastik bening untuk mencegah
hilangnya kelembaban. Bila pucuk mulai tumbuh maka pohon tua
yang terletak diatas harus dipotong
3. Cangkok
Kulit kayu diambil potongannya kemudian ditutupi dengan serbuk
kayu dan sehelai polythene. Area tadi akan memproduksi akarakar dan batang dapat dipotong untuk kemudian ditanam

L.

Panen
Buah kakao dapat dipanen apabila terjadi perubahan warna
kulit pada buah yang telah matang. Sejak fase pembuahan sampai
menjadi buah dan matang, kakao memerlukan waktu sekitar 5 bulan.
Buah matang dicirikan oleh perubahan warna kulit buah dan biji yang
lepas dari kulit bagian dalam. Bila buah diguncang, biji biasanya
berbunyi.

Keterlambatan

waktu

panen

akan

berakibat

pada

berkecambahnya biji di dalam.


Terdapat tiga perubahan warna kulit pada buah kakao yang
menjadi kriteria kelas kematangan buah di kebun-kebun yang
mengusahakan kakao. Secara umum kriteria tersebut tersaji pada
Tabel.
Tabel-1:Perubahan Warna dan Pengelompokan Kelas Kematangan Buah
(Sumber : Tumpal H.S. Siregar,dkk.,2003)

Perubahan

Bagian Kulit Buah yang Mengalami

Kelas

Warna

Perubahan Warna

Kematangan Buah

Kuning
Kuning

M.

Pada alur buah


Pada alur buah dan punggung
alur buah

C
B

Kuning

Pada seluruh permukaan buah

Kuning tua

Pada seluruh permukaan buah

A+

Proses pengolahan biji kakao menjadi cokelat


Harga biji kakao Indonesia relatif rendah dan dikenakan
potongan harga dibandingkan dengan harga produk sama dari
negara produsen lain. Faktor penyebab mutu kakao beragam adalah
minimnya sarana pengolahan, lemahnya pengawasan mutu serta
penerapan teknologi pada seluruh tahapan proses pengolahan biji
kakao rakyat yang tidak berorientasi pada mutu. Kriteria mutu biji

kakao meliputi aspek fisik, cita rasa dan kebersihan serta tahapan
proses produksinya. Proses pengolahan buah kakao menentukan
mutu

produk

akhir

kakao,

karena

dalam

proses

ini

terjadi

pembentukan calon cita rasa khas kakao dan pengurangan cita rasa
yang tidak dikehendaki, misalnya rasa pahit dan sepat.
1. Pemeraman buah
Buah yang telah dipanen dikumpulkan dan dikelompokkan
berdasarkan

kelas

kematangannya.

Biasanya

dilakukan

pemeraman untuk memperoleh keseragaman kematangan buah


dan memudahkan pengeluaran biji dari buah kakao. Pemeraman
dilakukan di tempat yang teduh, lamanya sekitar 5-7 hari.
2. Pemecahan buah
-

Buah kakao dipecah atau dibelah untuk mendapatkan biji


kakao. Pemecahan buah dapat menggunakan pemukul kayu
atau memukulkan buah satu dengan buah lainnya. Perlu
diingat untuk menghindari kontak langsung biji kakao dengan
benda-benda logam karena dapat menyebabkan warna biji
kakao menjadi kelabu

Biji kakao dikeluarkan lalu dimasukkan dalam ember plastik atau


wadah lain yang bersih, sedang empulur yang melekat pada
biji dibuang

3. Fermentasi
Tujuan fermentasi adalah untuk mematikan lembaga biji agar tidak
tumbuh sehingga perubahan-perubahan di dalam biji akan
mudah terjadi, seperti warna keping biji, peningkatan aroma dan
rasa, perbaikan konsistensi keping biji dan untuk melepaskan
selaput lendir. Selain itu untuk menghasilkan biji yang tahan
terhadap hama dan jamur. Biji kakao difermentasikan di dalam
kotak kayu berlubang, dapat terbuat dari papan atau keranjang
bambu. Fermentasi memerlukan waktu 6 hari. Dalam proses
fermentasi terjadi penurunan berat sampai 25%.

Ada dua cara fermentasi :


1. Fermentasi dengan kotak/peti fermentasi
a. Biji kakao dimasukkan dalam kotak terbuat dari lembaran
papan yang berukuran panjang 60 cm dengan tinggi 40 cm
(kotak dapat menampung 100 kg biji kakao basah) setelah
itu kotak ditutup dengan karung goni/daun pisang.
b. Pada hari ke 3 (setelah 48 jam) dilakukan pembalikan agar
fermentasi biji merata.
c. Pada hari ke 6 biji-biji kakao dikeluarkan dari kotak fermentasi
dan siap untuk dijemur.
2. Fermentasi menggunakan keranjang bambu
a. Keranjang bambu terlebih dahulu dibersihkan dan dialasi
dengan daun pisang baru kemudian biji kakao dimasukan
(keranjang dapat menampung 50 kg biji kakao basah)
b. Setelah biji kakao dimasukan keranjang ditutup dengan
daun pisang.
c. Pada hari ke 3 dilakukan pembalikan biji dan pada hari ke 6
biji-biji dikeluarkan untuk siap dijemur.
4. Perendaman dan Pencucian
Tujuan perendaman dan pencucian adalah untuk menghentikan
proses fermentasi dan memperbaiki kenampakan biji. Perendaman
berpengaruh

terhadap

proses

pengeringan

dan

rendemen.

Selama proses perendaman berlangsung, sebagian kulit biji kakao


terlarut sehingga kulitnya lebih tipis dan rendemennya berkurang.
Sehingga proses pengeringan menjadi lebih cepat. Setelah
perendaman, dilakukan pencucian untuk mengurangi sisa-sisa
lendir yang masih menempel pada biji dan mengurangi rasa asam
pada biji, karena jika biji masih terdapat lendir maka biji akan
mudah menyerap air dari udara sehingga mudah terserang jamur
dan akan memperlambat proses pengeringan.

5. Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air dalam biji dari
60% sampai pada kondisi kadar air dalam biji tidak dapat
menurunkan kualitas biji dan biji tidak ditumbuhi cendawan.
Pengeringan dapat dilakukan dengan dengan menjemur di
bawah sinar matahari atau secara buatan dengan menggunakan
mesin pengering atau kombinasi keduanya. Dengan sinar matahari
dibutuhkan waktu 2-3 hari, tergantung kondisi cuaca, sampai
kadar air biji menjadi 7-8%. Sedangkan dengan pengeringan
buatan berlangsung pada temperatur 65 68 C.
6. Penyortiran/Pengelompokan
Biji kakao kering dibersihkan dari kotoran dan dikelompokkan
berdasarkan mutunya. Sortasi dilakukan setelah 1-2 hari dikeringkan
agar kadar air seimbang, sehingga biji tidak terlalu rapuh dan tidak
mudah rusak, sortasi dapat dilakukan dengan menggunakan
ayakan yang dapat memisahkan biji kakao dari kotoran.
Pengelompokan kakao berdasarkan mutu :

Mutu A : dalam 100 g biji terdapat 90-100 butir biji

Mutu B : dalam 100 g biji terdapat 100-110 butir biji

Mutu C : dalam 100 g biji terdapat 110-120 butir biji

7. Penyimpanan
Biji kakao kering dimasukkan ke dalam karung goni. Tiap karung
goni diisi 60 kg biji kakao kering kemudian karung tersebut disimpan
dalam ruangan yang bersih, kering dan memiliki lubang pergantian
udara. Antara lantai dan wadah biji kakao diberi jarak 8 cm dan
jarak dari dinding 60 cm. Biji kakao dapat disimpan selama 3
bulan.

N.

Kesehatan dan Nutrisi


Di masa lalu, cokelat dipercaya sebagai makanan tinggi kalori
untuk memompa energi, misalnya bagi para atlet dan tentara.
Semakin banyak riset yang dilakukan dalam bidang kesehatan dan
kandungan nutrisi untuk meneliti kakao dan cokelat. Riset menemukan
indikasi bahwa beberapa komponen yang terkandung dalam kakao
dapat membantu mencegah penyakit cardiovascular dan dapat
mengurangi

resiko

kanker.

Tapi

bagaimanapun

hal

tersebut

tenggelam oleh anggapan bahwa cokelat sebagai penyebab


obesitas. Sebagian orang mengklasifikasikan cokelat sebagai junk
food karena kandungan kalorinya yang tinggi.
Seiring dengan semakin besarnya perhatian terhadap aspek
kesehatan dan kandungan nutrisi dari kakao dan cokelat, sekretariat
ICCO (International Cocoa Organization) berinisiatif untuk ikut terlibat
dalam perdebatan, dengan tujuan untuk menyampaikan kepada
publik suatu gambaran obyektif mengenai konsumsi kakao dan
cokelat dipandang dari sisi status kesehatan dan kandungan nutrisi
terhadap konsumen. Sebagai hasilnya, sekretariat telah membuat
rancangan dari "Inventory of Health and Nutritional Attributes of
Cocoa and Chocolate" sebagai rancangan pertama dari program
aksi terhadap aspek kesehatan dan kandungan nutrisi dari kakao dan
cokelat.
Inventarisasi meneliti bukti dari keuntungan-keuntungan

dari

kakao terhadap penderita cardiovascular. Keuntungan-keuntungan


tersebut tidak hanya berasal dari lemak kakao, tapi bahkan lebih
penting

lagi,

karena

biji

kakao

phytochemicals yang merupakan

mengandung

sejumlah

besar

komponen psikologi aktif yang

dapat ditemukan pada tanam-tanaman, seperti anggur, apel, teh,


buah-buahan, sayuran dan lain-lain. Kelompok tersebut disebut
flavonoids. Ada hal lain yang membuktikan bahwa flavonoids kakao
dapat memberikan keuntungan dalam bidang kesehatan.

Disebut sebagai anti-oksidan yang kuat dan dipercaya dapat


membantu daya tahan sel-sel tubuh terhadap kerusakan yang
disebabkan oleh radikal bebas, yang terbentuk oleh serangkaian
proses termasuk saat tubuh memerlukan oksigen untuk menghasilkan
energi. Hasil laboratorium dan penelitian telah mengindikasikan
bahwa flavonoids kakao dapat mencegah oksidasi kolesterol-LDL
yang dapat menyebabkan penyakit jantung. Timbul juga fakta
bahwa kakao dan cokelat dapat mengurangi resiko beberapa jenis
kanker. Keuntungan tersebut berasal dari phytochemicals yang
terkandung dalam kakao, selain flavonoids.

BAB II
POTENSI INDUSTRI KAKAO INDONESIA

C. Industri Pengolahan Kakao


1. Wilayah Potensi (Industri Pengolahan Kakao)
Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ketiga di dunia
setelah negara Pantai Gading dan Ghana. Tiga

besar negara

penghasil kakao sebagai berikut ; Pantai Gading (1.276.000 ton),


Ghana (586.000 ton), Indonesia (456.000 ton). Luas lahan tanaman
kakao Indonesia lebih kurang 992.448 Ha dengan produksi biji kakao
sekitar 456.000 ton per tahun, dan produktivitas rata-rata 900 Kg per
ha .
Daerah penghasil kakao Indonesia adalah sebagai berikut:
Sulawesi Selatan 184.000 ton (28,26%), Sulawesi Tengah 137.000 ton
(21,04%), Sulawesi Tenggara 111.000 ton (17,05%), Sumatera Utara
51.000 ton (7,85%), Kalimantan Timur 25.000 ton (3,84%), Lampung
21.000 ton (3,23%) dan daerah lainnya 122.000 ton (18,74%).
Menurut

usahanya

perkebunan

kakao

Indonesia

dikelompokkan dalam 3 (tiga) kelompok yaitu ; Perkebunan Rakyat


887.735 Ha, Perkebunan Negara 49.976 Ha dan Perkebunan Swasta
54.737 Ha.

Gambar-1:Luas Lahan dan Produksi Kakao


(Sumber : Pusat Data dan Informasi Departemen Perindustrian)

2. Jumlah Pelaku Usaha


Meskipun sebagian besar hasil perkebunan kakao Indonesia
diekspor dalam bentuk bahan mentah, di dalam negeri juga
terdapat industri pengolahan kakao. Industri pengolahan kakao
banyak berada di pulau Jawa. Jumlah pelaku usaha yang bergerak
dalam bidang pengolahan kakao dapat dilihat pada lampiran.

Gambar-2:Penyebaran Industri Kakao


(Sumber : Pusat Data dan Informasi Departemen Perindustrian)

D. Perkembangan Kakao Indonesia


6. Standar Mutu Kakao
Tabel-2:Standar Nasional Indonesia Biji Kakao (SNI 01 2323 2000)
(Sumber : www.kadin-indonesia.or.id)

No.

Karakteristik

Mutu

Mutu II

Sub
Standar

1.

Jumlah biji/100 gr

**

**

**

2.

Kadar air, %(b/b) maks

7,5

7,5

>7,5

3.

Berjamur, %(b/b) maks

>4

4.

Tak Terfermentasi %(b/b) maks

>8

5.

Berserangga, hampa, berkecambah,

>6

%(b/b) maks
6.

Biji pecah, % (b/b) maks

7.

Benda asing % (b/b) maks

8.

Kemasan kg, netto/karung

62,5

62,5

62,5

Keterangan:
* Revisi September 1992
* Ukuran biji ditentukan oleh jumlah biji per 100 gr.
AA Jumlah biji per 100 gram maksimum 85
A Jumlah biji per 100 gram maksimum 100
B Jumlah biji per 100 gram maksimum 110
C Jumlah biji per 100 gram maksimum 120
Substandar jumlah biji per 100 gram maksimum > 120.
Untuk jenis kakao mulia notasinya dengan F (Fine Cocoa)

7. Pohon Industri Kakao


Gambar-3:Pohon Industri Kakao
(Sumber : www.kadin-indonesia.or.id)

8. Kebutuhan dan Produksi Kakao Indonesia


Kebutuhan kakao dalam negeri masih dianggap sedikit,
sekitar 250 ribu ton per tahun. Sementara produksi kakao Indonesia
mencapai 445000 ton per tahun. Namun rendahnya kebutuhan
kakao nasional itu bukan tanpa sebab. Hal ini karena pemerintah
menetapkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10% untuk setiap kakao
yg dibeli pabrik di dalam negeri. Sebaliknya, apabila petani

mengekspor produknya ke luar negeri, maka tidak dikenakan PPN.


Dengan demikian petani lebih suka melakukan ekspor.
Produksi Indonesia 456 ribu ton biji kakao. Di ekspor dalam
bentuk biji 365 ribu ton dan sisanya 121 ribu ton diolah di dalam
negeri. Produksi coklat olahan sebanyak 96 ribu ton meliputi cocoa
butter dan cocoa powder
a. Ekspor coklat olahan pada tahun 2006 adalah 80.991 Ton dengan
nilai US$. 175.314.000 dengan rincian sebagai berikut :
1. Cocoa Butter 36.942 ton dengan nilai US$ 145.995.000
2. Cocoa Powder 25.423 ton dengan nilai US$ 20.707.000
3. Cocoa cake 17.354 ton dengan nilai US$ 6.647.000
4. Cocoa liquor 1.272 ton dengan nilai US$ 1.965.000
b. Sedangkan Volume dan Nilai Impor Biji Kakao dan Kakao Olahan
Indonesia

Tahun

2006

adalah

26.412

ton

dengan

US$38.333.000 dengan rincian sebagai berikut :

1. Cocoa bean 21.763 ton dengan nilai US$.32.209.000


2. Cocoa powder 4.372 ton dengan nilai US$ 5.730.000
3. Cocoa liquor 225 ton dengan nilai US$ 348.000
4. Cacao cake 42 ton dengann nilai US$ 16.000
5. Cocoa Butter 10 ton dengan nilai US$ 30.000

nilai

9. Ekspor Kakao Indonesia Berdasarkan HS 4 Digit


Tabel-3:Ekspor Kakao Indonesia Berdasarkan HS 4 Digit
(Sumber : Pusat Data dan Informasi Departemen Perindustrian)
HS

DESKRIPSI

2001

COCOA BEANS,WHOLE OR
1801 BROKEN,RAW OR ROASTED
COCOA SHELLS, HUSKS, SKINS AND
1802 OTHER COCOA WASTE
COCOA PASTE, WHETHER OR NOT
1803 DEFATTED

2002

2003

2004

2005

2006

305,416,868

581,389,679

463,600,311

413,964,503

508,820,534

676,841,385

4,256,758

584,730

217,996

380,409

451,202

1,354,725

9,333,366

15,277,984

13,682,594

9,716,380

10,816,823

12,144,319

1804 COCOA BUTTER, FAT AND OIL

61,153,324

89,648,810

121,185,883

108,690,368

144,494,993

179,133,440

COCOA POWDER, NOT


CONTAINING ADDED SUGAR OR
1805 OTHER SWEETENING MATTER

20,505,201

45,213,135

56,768,189

45,869,616

30,913,198

28,230,712

CHOCOLATE AND OTHER FOOD


PREPARATIONS CONTAINING
1806 COCOA (+)

28,620,489

35,536,024

34,461,008

20,503,035

16,350,389

17,702,057

Grafik-1:Ekspor Kakao Indonesia Berdasarkan HS 4 Digit

Ekspor Kakao Indonesia


Tahun

700,000,000

2001

600,000,000

2002

500,000,000

2003

400,000,000

2004

300,000,000

2005

200,000,000

2006

CHOCOLATE AND OTHER FOOD


PREPARATIONS CONTAINING COCOA (+)

COCOA POWDER, NOT CONTAINING ADDED


SUGAR OR OTHER SWEETENING MATTER

COCOA BUTTER, FAT AND OIL

COCOA PASTE, WHETHER OR NOT DEFATTED

COCOA SHELLS, HUSKS, SKINS AND OTHER


COCOA WASTE

100,000,000
COCOA BEANS,WHOLE OR BROKEN,RAW OR
ROASTED

US $

800,000,000

Grafik ekspor kakao Indonesia menunjukkan adanya kenaikan


pada beberapa komoditi, dimana nilai ekspor yang paling besar
disumbang oleh komoditi cocoa beans, whole or broken, raw or
roasted yang besarnya sekitar 74 %. Kenaikan ekspor kakao mentah
berbanding terbalik dengan produk olahan yang relatif mengalami
penurunan ekspor mengindikasikan bahwa pengusaha kakao lebih
memilih mengekspor kakao dalam bentuk biji daripada mengolah
kakao di dalam negeri. Gejala semacam ini tidak baik.
10. Impor Kakao Indonesia Berdasarkan HS 4 Digit
Tabel-4:Impor Kakao Indonesia berdasarkan HS 4 digit
(Sumber : Pusat Data dan Informasi Departemen Perindustrian)
HS

DESKRIPSI

COCOA BEANS,WHOLE OR
1801 BROKEN,RAW OR ROASTED

2001

2002

2003

2004

2005

27,611,854

40,225,649

52,618,682

50,991,355

49,222

35,702

1,167,052

40,412

1,746,354

228,273

651,465

269,593

740,243

931,043

48,777

57,681

48,765

686,928

86,694

33,354

COCOA POWDER, NOT


CONTAINING ADDED SUGAR OR
1805 OTHER SWEETENING MATTER

4,731,628

6,952,806

8,470,817

10,863,666

9,338,698

10,200,688

CHOCOLATE AND OTHER FOOD


PREPARATIONS CONTAINING
1806 COCOA (+)

14,359,298

19,027,745

20,816,047

26,249,026

34,999,984

29,636,535

COCOA SHELLS, HUSKS, SKINS AND


1802 OTHER COCOA WASTE
COCOA PASTE, WHETHER OR NOT
1803 DEFATTED
1804 COCOA BUTTER, FAT AND OIL

48,006,760

2006
43,187,316
55,640

Grafik:-2:Impor Kakao Indonesia Berdasarkan HS 4 Digit

Impor Kakao Indonesia


60,000,000

Tahun

US $

50,000,000

2001
2002

40,000,000

2003

30,000,000
2004

2006

Impor

kakao

COCOA PASTE, WHETHER OR NOT


DEFATTED

COCOA SHELLS, HUSKS, SKINS AND


OTHER COCOA WASTE

Grafik

COCOA BEANS,WHOLE OR
BROKEN,RAW OR ROASTED

Indonesia

menunjukkan

CHOCOLATE AND OTHER FOOD


PREPARATIONS CONTAINING COCOA
(+)

10,000,000

COCOA POWDER, NOT CONTAINING


ADDED SUGAR OR OTHER
SWEETENING MATTER

2005

COCOA BUTTER, FAT AND OIL

20,000,000

kecenderungan

penurunan impor pada komoditi cocoa beans, whole or broken, raw or


roasted namun kecenderungan kenaikan impor komoditi chocolate
and other food preparation containing cocoa yang merupakan produk
olahan akhir kakao. Meskipun Indonesia banyak melakukan ekspor
kakao mentah, namun impor kakao mentah juga menunjukkan
peringkat yang paling tinggi yang disebabkan oleh kebutuhan biji
kakao yang berkualitas tinggi. Gejala dimana impor produk olahan
akhir kakao juga tinggi ini tidak baik karena seharusnya kakao yang
melimpah dapat diolah di dalam negeri sehingga ketergantungan
impor kakao dapat dikurangi.

BAB III
POTENSI PASAR KAKAO DUNIA
A. Produksi Biji Kakao Dunia
Tabel-5:Produksi Biji Kakao Dunia
(Sumber : www.icco.org)
Produksi Biji Kakao Dunia ( ribu ton )
2001/02

2002/03
2231

70.40%

2550

2004/05
72.10%

2379

2005/06

Afrika

1952

Kamerun

131

160

162

184

168

Pantai Gading

68.10%

2003/04

70.30%

2577

1265

1352

1407

1286

1387

Ghana

341

497

737

599

741

Nigeria

185

173

180

200

170

Lainnya

31

50

64

110

Amerika

377

Brazil

124

163

163

171

162

Ekuador

81

86

117

116

115

Lainnya

173

Asia & Oceania

538

Indonesia

455

410

430

460

470

Malaysia

25

36

34

29

30

Papua Nugini

38

43

39

48

48

Lainnya

19

21

22

23

20

2867

3169

3537

3382

3592

Total Dunia

13.20%

428

13.50%

179
18.70%

510

462

13.10%

182
16.10%

525

443

112
13.10%

157
14.80%

560

71.80%

447

12.40%

170
16.60%

568

15.80%

Tahun 2002 sampai 2006, Indonesia tetap menjadi produsen


kakao terbesar ketiga setelah Pantai Gading dan Ghana. Dan saat ini
Indonesia menjadi produsen bahan baku kakao kedua setelah Pantai
Gading dengan menguasai 6% pasar dunia. Kendati produsen kakao
terbesar dunia, faktanya industri kakao sulit tumbuh dan berkembang di
Indonesia. Menurut Ketua umum Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI)
Piter Jasman, industri kakao lokal ada 15 perusahaan, tidak termasuk
asing.
Indonesia berhasil menjadi produsen kakao ketiga terbesar dunia
berkat keberhasilan dalam program perluasan dan peningkatan
produksi yang mulai dilaksanakan sejak awal tahun 1980 an.

B. Konsumsi Biji Kakao Dunia


Tabel-6:Konsumsi Biji Kakao Dunia
(Sumber : www.icco.org)
Konsumsi Biji Kakao Dunia ( ribu ton )
2001/02

2002/03
44.40%

1282
195

193

225

235

302

Belanda

418

450

445

460

470

Lainnya

669

677

676

680

690

Afrika

421

Pantai Gading

290

315

335

364

360

Lainnya

131

131

131

130

147

Amerika

767

Brazil

173

26.60%

814

14.50%

26.40%

196

1346

446

852

41.60%

1375

2005/06

Jerman

447

42.90%

2004/05

Eropa

14.60%

1320

2003/04

14.40%

493

26.30%

853

207

41.10%

14.80%

25.50%

209

1462

507

856

403

410

410

419

426

Lainnya

192

208

235

225

207

Asia & Oceania

416

Indonesia

105

115

120

115

120

Malaysia

105

150

203

250

250

499

16.20%

575

17.70%

622

14.60%

24.60%

223

Amerika Serikat

14.40%

42.10%

18.60%

651

Lainnya

206

234

252

257

281

Total dunia

2885

3079

3238

3343

3476

18.70%

Konsumsi kakao cenderung meningkat tiap tahun terutama di


negara-negara

maju.

Negara

konsumen

kakao

terbesar

masih

dipegang negara-negara Eropa sebanyak 42,10%. Permintaan tinggi


kakao berasal dari Belanda, Amerika Serikat dan Jerman.
C. Harga Kakao Dunia
Hal yang sangat menentukan tingkat harga di pasar internasional
adalah mutu biji kakao. Oleh karena itu perlu adanya perhatian
produsen kakao Indonesia terhadap kualitas biji kakao yang diekspor.
Harga biji kakao Indonesia relatif rendah dan dikenakan
potongan harga dibandingkan dengan harga produk sama dari
negara produsen lain. Pokok utama permasalahan rendahnya nilai
mutu kakao Indonesia di pasar internasional disebabkan antara lain
oleh hama dan umur tanaman yg sudah sangat tua. Di pasar dunia
terutama

Eropa,

mutu

kakao

Indonesia

dinilai

rendah

karena

mengandung keasaman yang tinggi, rendahnya senyawa prekursor

flavor, dan rendahnya kadar lemak, sehingga harga kakao Indonesia


selalu mendapatkan potongan harga cukup tinggi sekitar 15% dari ratarata harga kakao dunia.
Tabel-7:Harga Kakao Dunia
(Sumber : www.icco.org)

Tahun

US$ per ton

2001

1088.7

2002

1778.0

2003

1754.9

2004

1548.4

2005

1538.1

2006

1590.7

2007

1934.6

D. Perkembangan Kakao Dunia


Di pasar dunia terutama eropa, mutu kakao Indonesia dinilai
rendah karena mengandung keasaman yang tinggi, rendahnya
senyawa prekursor flavor, dan rendahnya kadar lemak, sehingga harga
kakao Indonesia selalu mendapatkan potongan harga cukup tinggi
sekitar 15% dari rata-rata harga kakao dunia.
Permintaan biji kakao dunia hingga saat ini diperkirakan sekitar
2.848.900 ton per tahun dengan rincian pasar:Eropa 1.495.100 ton,
Amerika Serikat 1.008.500 ton, Asia dan Oceania 278.100 ton, dan Afrika
67.200 ton. Pertumbuhan kebutuhan meningkat terus dan dikhawatirkan
suatu saat akan terjadi kekurangan pasokan biji kakao. Produksi kakao
Indonesia hanya 15% dari produksi dunia.

1. Ekspor Kakao Dunia Berdasarkan HS 4 Digit


Tabel-8:Ekspor Kakao Dunia berdasarkan HS 4 digit
(Sumber : www.intracen.org)
HS

DESKRIPSI

2001

1800 All industries in sector 18

2002

2003

2004

2005

12,369,102 14,754,800 18,849,953 20,486,892 21,432,148

Chocolate and other food preparations containing


1806 cocoa

7,616,059

8,133,014

9,944,886 11,742,618 12,465,457

1801 Cocoa beans, whole or broken, raw or roasted

2,487,482

3,452,719

4,370,127

4,197,725

4,268,487

1804 Cocoa butter, fat and oil

1,117,857

1,403,208

1,815,129

2,088,624

2,635,511

1805 Cocoa powder, without added sugar

547,831

865,383

1,397,410

1,356,508

980,043

1803 Cocoa paste, whether or not defatted

582,867

879,626

1,283,809

978,058

947,216

16,899

20,688

38,383

112,400

99,669

1802 Cocoa shells, husks, skins and other cocoa waste

Grafik-3:Ekspor Kakao Dunia berdasarkan HS 4 digit

Ekspor Kakao Dunia


25,000,000

Tahun
2001

20,000,000

15,000,000

2003
2004

10,000,000
2005

5,000,000

Cocoa shells, husks, skins and other


cocoa waste

Cocoa paste, whether or not defatted

Cocoa powder, without added sugar

Cocoa butter, fat and oil

Cocoa beans, whole or broken, raw or


roasted

Chocolate and other food preparations


containing cocoa

0
All industries in sector 18

US $

2002

2. Impor Kakao Dunia Berdasarkan HS 4 Digit


Tabel-9:Impor Kakao Dunia berdasarkan HS 4 digit
(Sumber : www.intracen.org)
HS

DESKRIPSI

2001

1800 All industries in sector 18

2002

2003

2004

2005

12,252,036 14,794,008 19,474,903 20,733,182 22,033,874

Chocolate and other food preparations containing


1806 cocoa

7,333,645

8,009,193

9,794,624 11,480,731 12,280,000

1801 Cocoa beans, whole or broken, raw or roasted

2,593,339

3,481,792

5,041,891

4,484,876

4,738,517

1804 Cocoa butter, fat and oil

2,768,839

1,160,242

1,451,895

1,965,433

2,176,059

1805 Cocoa powder, without added sugar

552,524

872,993

1,367,755

1,338,778

1,052,043

1803 Cocoa paste, whether or not defatted

594,439

948,808

1,270,857

1,193,652

1,121,174

17,602

27,739

33,021

40,466

34,910

1802 Cocoa shells, husks, skins and other cocoa waste

Grafik-4:Impor Kakao Dunia berdasarkan HS 4 digit

Impor Kakao Dunia


25,000,000

Tahun

20,000,000

2001
2002

15,000,000

2003
2004
2005

5,000,000

Cocoa shells, husks, skins and


other cocoa waste

Cocoa paste, whether or not


defatted

Cocoa powder, without added


sugar

Cocoa butter, fat and oil

Cocoa beans, whole or broken, raw


or roasted

Chocolate and other food


preparations containing cocoa

0
All industries in sector 18

US $

10,000,000

3. Trend Pertumbuhan EksporImpor Dunia Berdasarkan HS 4 Digit


Tabel-10:Trend Pertumbuhan Ekspor Impor Dunia berdasarkan HS 4 digit
(Sumber : www.intracen.org)

HS

Trend

DESKRIPSI

1800 All industries in sector 18


1801 Cocoa beans, whole or broken,
raw or roasted
1802 Cocoa shells, husks, skins and other
cocoa waste
1803 Cocoa paste, whether or not
1804 Cocoa butter, fat and oil
1805 Cocoa powder, without added
Chocolate and other food
1806 preparations containing cocoa

EKSPOR
Pertumbuhan

(%)
1.153
1.136

IMPOR
Pertumbuhan

Trend

(2004-2005)
4.614

(%)
1.163

(2004-2005)
6.273

1.686

1.149

6.962

1.114
1.235
1.175

-11.327
-3.153
26.184
-27.753

1.157
1.239
1.187
1.162

5.655
27.241
-21.418
-6.072

1.145

6.156

1.191

-13.730

1.689

Grafik-5:Trend Pertumbuhan Ekspor Impor Dunia berdasarkan HS 4 digit


Trend & Pertumbuhan Impor Kakao Dunia
2004 - 2005

Trend & Pertumbuhan Ekspor Kakao Dunia


2004 - 2005

30.000

30.000

Trend

Trend

Pertumbuhan

Pertumbuhan

20.000

20.000

10.000
10.000

-30.000

Cocoa powder, without added sugar

Chocolate and other food preparations


containing cocoa

Cocoa butter, fat and oil

Cocoa paste, whether or not defatted

-20.000

Cocoa beans, whole or broken, raw or


roasted

-10.000

All industries in sector 18

Cocoa powder, without added sugar

Chocolate and other food preparations


containing cocoa

Cocoa butter, fat and oil

0.000
Cocoa shells, husks, skins and other cocoa
waste

-40.000

Cocoa paste, whether or not defatted

-30.000

Cocoa shells, husks, skins and other


cocoa waste

-20.000

All industries in sector 18

-10.000

Cocoa beans, whole or broken, raw or


roasted

0.000

Kekurangan pasokan biji kakao dunia sebesar 200 ribu ton.


Dengan

perhitungan

bahwa

pertumbuhan

kebutuhan

akan

meningkat dan dikhawatirkan suatu saat akan terjadi kekurangan


pasokan biji kakao. Kekurangan biji kakao dalam negeri sebesar 121
ribu ton (Utilisasi kapasitas masih 40%).
E. Ekspor/Impor Negara Pesaing
Negara-negara produsen kakao di dunia antara lain adalah
Brazil, Kamerun, Ghana, Nigeria, Equador, Pantai Gading, Republik
Dominika, Indonesia, dan Malaysia. Di antara negara negara
penghasil kakao tersebut, pada tahun 1996 Indonesia berada pada
tingkat ketiga setelah Pantai Gading (Cote dIvoire) dan Ghana,
walaupun berdasarkan luas kebun yang di panen berada diurutan
ketujuh. Di Indonesia, sebagian besar biji kakao di ekspor ke luar negeri.
Permintaan yang tinggi untuk kakao banyak dari negara Belanda,
Amerika, dan Italia.
Pemasaran

biji

kakao

Indonesia

telah

mencapai

pasar

Internasional. Sebagian besar biji kakao Indonesia di ekspor ke luar


negeri, walaupun sudah ada beberapa industri pengolahan biji kakao
menjadi produk setengah jadi. Perkembangan ekspor biji kakao dari
Indonesia relatif menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun,
sehingga

ini

merupakan

peluang

bagi

Indonesia

untuk

dapat

memperoleh pendapatan devisa dari komoditi ini. Hal yang sangat


menentukan tingkat harga di pasar internasional adalah mutu biji
kakao. Oleh sebab itu, yang perlu diperhatikan oleh produsen kakao
terutama Indonesia adalah kualitas dari biji kakao yang diekspor.
Pokok utama permasalahan dinilai rendahnya mutu kakao
Indonesia di pasar Internasional antara lain disebabkan oleh hama dan
umur tanaman yang sudah sangat tua. Akibat dari buruknya mutu
kakao Indonesia ini, ekspor kakao Indonesia selalu mengalami
automatic detention oleh Amerika Serikat sejak tahun 1991 sampai

sekarang. Selain itu, pembeli kakao di luar negeri selalu memotong


harga

biji

kakao

Indonesia

karena

biji

kakao

Indonesia

tidak

terfermentasi.
Data pada tabel di bawah ini menunjukkan posisi beberapa
negara sebagai eksportir maupun importir kakao yang ditinjau dari
komoditi kakao secara keseluruhan baik kakao mentah maupun produk
olahan kakao. Pada tahun 2005 Belanda menduduki peringkat
pertama

sebagai

negara

pengekspor

kakao/cokelat

di

dunia,

sedangkan Indonesia menduduki peringkat ke-9. Perbedaan antara


keduanya adalah, Belanda lebih banyak mengekspor produk hasil
olahan kakao sedangkan Indonesia lebih banyak mengekspor kakao
mentah (biji kakao). Negara pengimpor kakao terbesar di dunia tahun
2005 diduduki oleh Amerika Serikat dan Indonesia menduduki peringkat
ke-38.

Tabel-11:Peringkat negara-negara pengekspor kakao dari tahun 2001-2005 ( ribu dolar )


(Sumber : www.intracen.org)
2001
Rank

2002

Negara

Nilai

Total Dunia

12,369,102

Belanda

1,439,454

Jerman

Belgia

Perancis

859,176

Rank

2003

Negara

Nilai

Total Dunia

14,754,800

Belanda

1,640,443

1,193,422

Jerman

1,112,130

Belgia

Perancis

Rank

2004

Negara

Nilai

Total Dunia

18,849,953

Belanda

2,166,507

1,332,271

Jerman

1,258,930

Belgia

1,027,725

Perancis

Rank

2005

Negara

Nilai

Rank

Negara

Total Dunia

20,486,892

Nilai

Total Dunia

21,432,148

Belanda

2,414,972

Belanda

2,536,644

1,661,940

Pantai Gading

2,181,938

1,576,960

Jerman

2,053,501

Jerman

2,069,936

Pantai Gading

1,354,060

Belgia

1,892,655

2,060,325

Belgia

1,942,065

Amerika Serikat

731,698

Indonesia

701,034

Ghana

839,680

Perancis

1,484,579

Perancis

1,287,120

Inggris

484,017

Amerika Serikat

654,848

Kanada

732,696

Ghana

1,071,124

Ghana

1,032,621

Kanada

482,646

Kanada

553,120

Amerika Serikat

723,693

Amerika Serikat

790,877

Amerika Serikat

823,228

Indonesia

391,086

Inggris

537,258

Indonesia

623,933

Kanada

759,169

Kanada

748,233

Italia

324,018

Italia

384,007

Inggris

580,075

Inggris

612,139

Indonesia

667,993

10

Swiss

311,703

10

Swiss

292,763

10

Italia

498,425

10

Italia

594,899

10

Italia

648,258

11

Indonesia

549,348

Keterangan:
Peringkat negara ini dilihat dari nilai ekspor kakao secara keseluruhan baik itu kakao maupun produk cokelat lainnya

Tabel-12:Peringkat negara-negara pengimpor kakao dari tahun 2001-2005 ( ribu dolar )


(Sumber : www.intracen.org)
2001
Rank

2002

2003

2004

2005

Negara

Nilai

Rank

Negara

Nilai

Rank

Negara

Nilai

Rank

Negara

Nilai

Rank

Negara

Nilai

Total Dunia

12,252,036

Total Dunia

14,794,008

Total Dunia

19,474,903

Total Dunia

20,733,182

Total Dunia

22,033,874

Amerika Serikat

1,626,927

Amerika Serikat

1,840,373

Amerika Serikat

2,524,286

Amerika Serikat

2,611,408

Amerika Serikat

2,906,429

Jerman

1,278,866

Perancis

1,504,550

Perancis

1,960,194

Jerman

2,180,114

Jerman

2,077,893

Perancis

1,174,652

Jerman

1,458,872

Jerman

1,923,994

Perancis

2,054,198

Perancis

1,908,009

Belanda

953,691

Belanda

1,167,062

Belanda

1,795,202

Belanda

1,615,653

Belanda

1,742,888

Inggris

857,204

Inggris

1,056,331

Inggris

1,205,640

Inggris

1,377,886

Inggris

1,565,419

Belgia

544,918

Belgia

703,834

Belgia

968,200

Belgia

1,008,351

Belgia

1,115,022

Kanada

475,230

Kanada

546,287

Kanada

685,759

Kanada

796,783

Kanada

757,693

Jepang

436,108

Jepang

474,623

Italia

623,572

Italia

622,297

Italia

677,056

Italia

333,642

Italia

423,094

Jepang

611,641

Jepang

617,769

Jepang

630,771

10

Spanyol

269,147

10

Federasi Rusia

403,347

10

Spanyol

485,634

10

Spanyol

542,883

10

Federasi Rusia

568,652

43

Indonesia

45,909

37

Indonesia

63,974

37

Indonesia

81,070

38

Indonesia

86,003

38

Indonesia

85,455

Keterangan:
Peringkat negara ini dilihat dari nilai ekspor kakao secara keseluruhan baik itu kakao maupun produk cokelat lainnya

F. Negara Tujuan Ekspor Kakao Indonesia


Tabel dan grafik di bawah ini menunjukkan negara tujuan ekspor kakao
Indonesia. Ekspor kakao Indonesia pada tahun 2005 besarnya sekitar US $
668 ribu dengan negara tujuan terbesar yaitu Amerika Serikat, Malaysia,
Singapura, Brasil dan Perancis. Dari nilai ekspor tersebut, ekspor yang paling
banyak adalah Amerika Serikat dan Malaysia sebesar 59 % dari seluruh nilai
ekspor kakao. Komoditi yang diekspor dari Indonesia lebih banyak berupa
cocoa beans, whole or broken, raw or roasted untuk diolah di negara tujuan
menjadi produk cokelat olahan.
Tabel-13:Negara Tujuan ekspor Kakao Indonesia ( ribu dolar )
(Sumber : www.intracen.org)

Negara
Dunia
Amerika Serikat
Malaysia
Singapura
Brasil
Perancis

2001
391,086
153,535
75,854
36,727
12,800
0

2002
2003
2004
2005
701,034 623,933 549,348 667,993
203,019 137,245 165,771 198,376
115,629 210,295 169,193 195,804
60,402
64,307
48,394
43,273
103,549
34,238
21,741
36,291
0
0
25,032
30,423

Biji kakao Indonesia memiliki keunggulan melting point Cocoa Butter yang
tinggi, serta tidak mengandung pestisida dibanding biji kakao dari Ghana
maupun Pantai Gading.

G. Negara Pengimpor Kakao Indonesia


Disamping sebagai penghasil/pengekspor kakao dunia, Indonesia
juga melakukan impor kakao baik dalam bentuk cocoa beans, whole
or broken, raw or roasted maupun chocolate and other food
preparation containing cocoa. Tabel dan grafik di bawah ini
menunjukkan pengimpor kakao Indonesia. Impor kakao yang paling
banyak dilakukan adalah dari Pantai Gading dalam bentuk cocoa
beans, whole or broken, raw or roasted yang besarnya sekitar US $ 27
ribu atau 31,5 %. Sedangkan impor dari Malaysia berupa chocolate and
other food preparation containing cocoa yang merupakan produk
olahan kakao sebesar US $ 18,6 ribu atau 21,8 %.
Tabel-14:Negara Pengimpor Kakao Indonesia ( ribu dolar )
(Sumber : www.intracen.org)

Negara
Dunia
Pantai Gading
Malaysia
Papua Nugini
Singapura
Nigeria

2001
45,909
11,512
10,119
7,990
2,266
0

37

2002
63,974
12,278
14,016
11,685
2,554
0

2003
81,070
25,029
18,079
14,424
0
0

2004
86,003
33,543
21,622
10,411
3,097
0

2005
85,455
26,985
18,625
13,643
7,717
3,526

BAB IV
KESIMPULAN

Data produksi maupun konsumsi kakao dunia menunjukkan


adanya kestabilan dalam arti tidak terdapat fluktuasi kenaikan maupun
penurunan yang menyolok. Indonesia merupakan penghasil kakao namun
dari segi produktivitas masih rendah. Tersedianya lahan perkebunan kakao
yang

telah

ada

seharusnya

dapat

memberikan

peluang

untuk

menghasilkan produksi kakao yang lebih besar lagi dengan pengelolaan


tanaman yang tepat dan pengolahan yang tepat sehingga menghasilkan
biji kakao dengan kualitas yang tinggi. Demikian pula dilihat dari segi
pengolahan, kakao yang dihasilkan oleh petani tidak diolah secara baik
(difermentasi) tetapi sebagian besar langsung diekspor dalam bentuk biji
kakao sehingga nilai tambah yang dihasilkan sedikit.
Indonesia sebenarnya berpotensi untuk menjadi produsen utama
kakao dunia, apabila berbagai permasalahan utama yang dihadapi
perkebunan kakao dapat diatasi dan agribisnis kakao dikembangkan dan
dikelola secara baik. Pengembangan usaha maupun investasi baru di
bidang kakao dapat dilakukan mulai dari usaha pertanian primer yang
menangani perkebunan kakao, usaha agribisnis hulu dalam memenuhi
kebutuhan pertanian kakao seperti peralatan dan sarana produksi kakao,
serta usaha agribisnis hilir yang memproduksi hasil olahan biji kakao.
Untuk melaksanakan program pengembangan agribisnis kakao
tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar yang mencakup kegiatan
investasi peningkatan produktivitas kebun, biaya pengendalian hama PBK,
investasi pengembangan sistem usahatani terpadu, dan pengembangan
industri

hilir kakao

serta pembangunan infrastruktur pendukungnya

termasuk kegiatan penelitian dan pengembangan hasil penelitian.


Untuk mencapai tujuan dan sasaran pengembangan agribisnis
kakao, dukungan kebijakan yang diperlukan antara lain: Pemerintah perlu
mendorong terbentuknya usaha-usaha industri cokelat skala UKM dan
38

pemasaran yang efisien; peningkatan mutu kakao ditempuh melalui


penerapan teknologi pascapanen yang berorientasi pada kebutuhan
pasar; dan upaya pengurangan hambatan-hambatan ekspor seperti
automatic detention (potongan harga) regulasi lain dari negara konsumen
dapat dilakukan melalui perbaikan mutu secara berkelanjutan, kerjasama
antara kelompok tani dan eksportir maupun prosesor, serta menghindari
publikasi yang berlebihan tentang hama dan penyakit tanaman kakao.

39

LAMPIRAN

Daftar Perusahaan Pengolahan Kakao/Cokelat

NO

NAMA
PERUSAHAAN

TENAGA
KERJA

ALAMAT

PROVINSI

KABUPATEN

MILK CARAMELS, TK

SUMBER
PANGESTU, PT

MILK
CARAMELS
KOPI OSE &
KAKAO KERING

45

JL. CHINCONA 2 - 4

JAWA
BARAT

BANDUNG

47

RAYA JEMBER, JL DESA


KALIBARU KULON

Jawa Timur

BANYUWANGI

GANPANI TRADING,
PT

PENGERINGAN
KAKAO

20

JLN. BINJAI KM.16,3

SUMATERA
UTARA

DELI
SERDANG

BUANA ESTATE, PT

PENGERINGAN
BIJI KAKAO

28

CINTA RAJA/JL. SM.RAJA


NO.170 MEDAN

SUMATERA
UTARA

LANGKAT

CARGIL INDO
COCOA, PT

PENGOLAHAN
COKLAT

100

JL KIMA 9

SULAWESI
SELATAN

MAKASAR

CARGIL INDONESIA,
PT

BIJI KAKAO

209

JL KAPASA KAMPUNG BIRA

SULAWESI
SELATAN

MAKASAR

COMEXTRA
MAYORA, PT

COKLAT
KERING

189

JL SALODONG NO 66

SULAWESI
SELATAN

MAKASAR

COCOA BUTTER

151

KIMA X KAV A/6,JL

SULAWESI
SELATAN

MAKASAR

COKLAT
KERING

83

TEGALHARJO, DESA

Jawa Timur

BANYUWANGI

8
9

EFFEM
INDONESIA,PT
GLEN-FALLOCH,
NV.PP

PRODUKSI

10

KALISEPANJANGPURWOJOYO, PTPN
XII(PERSER

KAKAO &
KARET

1347

KALISEPANJANG/PURWOJOYO,
DSN

Jawa Timur

BANYUWANGI

11

PAMOR GANDA,PT

KAKAO

101

KETAHUN JL KENANGA 23 NO
2A

BENGKU
LU

BENGKULU
UTARA

12
13
14
15
16
17

18
19
20
21
22
23

PERK. NUSANTARA
IX/PESERO, PT
PP LONDON
SUMATERA
INDONESIA BAHLIAS
PTP NUSANTARA II
KEBUN MARIKE

KAKAO

159

KEBUN GETAS SALATIGA

JAWA
TENGAH

SEMARANG

BIJI KAKAO
KERING

20

PERK BAHLIAS POS


PERDAGANGAN

SUMATERA
UTARA

SIMALUNGUN

KAKAO

577

MARIKE SALAPIAN

SUMATERA
UTARA

LANGKAT

PTP NUSANTARA IV
TINJOWAN-KAKAU

BIJI KAKAO
KIRING

662

TINJOWAN POS SEI


BEJANGKAR

SUMATERA
UTARA

SIMALUNGUN

PTP NUSANTARA XII


BANTARAN
PTP NUSANTARA XII
KEBUN
PANCURSARI
PTP NUSANTARA
XII(PERSERO)
JATIRONO
PTP VIII BUNISARI
LENDRA

BIJI KAKAU
KERING

57

PENATARAN, DS

Jawa Timur

BLITAR

KOPI, KAKAO,
CENGKEH

1650

RINGINKEMBAR, DS

Jawa Timur

MALANG

KAKAO

1321

JATIRONO, DSN; DESA


KAJARHARJO

Jawa Timur

BANYUWANGI

COKLAT BIJI

94

JL.RAYA CISOMPET- GARUT

JAWA
BARAT

GARUT

COKLAT BIJI

34

DS KARYAMANDALA KEC
SALOPA TASIKMALAYA

JAWA
BARAT

TASIKMALAYA

KAKAO

1893

KALIKEMPIT/BENDOKEREP,
DSN ;DS TULUNGREJO

Jawa Timur

BANYUWANGI

KAKAO

113

KALITELEPAK, DSN ;DESA


TULUNGREJO

Jawa Timur

BANYUWANGI

CACAO/COKLAT

28

DESA PASINDANGAN

BANTEN

LEBAK

PTP VIII PERK


BAGJANAGARA
PTPN XII(PERSERO)
KALI
KEMPIT/BENDIKER
PTPN XII(PERSERO)
KALITELEPAK
TOPASARI, PT

40

NO

24

NAMA
PERUSAHAAN
TREBLASALA
ESTATE(PTPP
LONSUM IND), PTPP

PRODUKSI

TENAGA
KERJA

ALAMAT

PROVINSI

KABUPATEN

KAKAO

269

TREBLASALA 1, DSN ;DS


KARANGHARJO

Jawa Timur

BANYUWANGI

25

UESI JAYA, CV

KAKAO

20

JL. INOWA NO.72

SULAWESI
TENGGARA

KONAWE

26

UNICOM MAKMUR

PENGOLAHAN
COKLAT

100

JL KIMA 4 P NO 3B

SULAWESI
SELATAN

MAKASAR

BIJI COKLAT

29

JL.B.ZEIN HAMID GG. LADANG


KM 7,3

SUMATERA
UTARA

MEDAN

KARET , KOPI,
KAKAO, KELAPA

419

JATIROTO, DS

Jawa Timur

JEMBER

BUTTER,
POWDER, CAKE

121

RUNGKUT INDUSTRI II/27 JL

Jawa Timur

SURABAYA

MESIS

40

COKELAT 1, JL

Jawa Timur

GRESIK

27
28
29
30

WINTRANACO
INDOTAMA,PT
(SINAR MURNI,CV)
YUNAWATI
KALIDUREN, PT
TEJA SEKAWAN
COCOA
INDUSTRIES, PT
ARES KUSUMA
RAYA, PT

31

COKLAT RANSIKI,PT

COKELAT

776

JLN.Trikora Sowi I PO.BOX 116

IRIAN JAYA
BARAT

MANOKWARI

32

DAVOMAS ABADI, PT

COKLAT

383

JL. INDUSTRI RAYA III BLOK AB


NO. 1A

BANTEN

TANGERANG

COKLAT

140

JL JABABEKA X BLOK F9-8


DESA PASIR GOMBONG

JAWA
BARAT

BEKASI

56

JL YOS SUDARSO KM.19

BANTEN

TANGERANG

136

JL.DESA SUKADAMAIRT.06/01

BANTEN

TANGERANG

33
34

INTI COCOA ABADI


INDUSTRI, PT
KAKAO MAS
GEMILANG, PT

COKLAT
POWDER
PENGOLAHAN
COKLAT

35

MAS GANDA ,PT

36

METCO INDONESIA,
PT

COKLAT
KERING

21

JLN. SEI BELUMAI NO.68

SUMATERA
UTARA

DELI
SERDANG

37

TORA NUSANTARA,
PT

COKLAT

466

JL RAYA PERANCIS NO 3
RT.021/5

BANTEN

TANGERANG

38

JAYA MAKMUR
HASTA, PT

COCOA
POWDER

129

JL INDUSTRI 6 BLOK L NO 3
DESA PASIRJAYA

BANTEN

TANGERANG

39

TOP STAR

COKLAT
BUTIRAN

28

KOMODOR YOS SUDARSO 10,


JL

Jawa Timur

PASURUAN

BUMI TANGERANG
COKLAT UTAMA, PT
CACAO WANGI
MURNI,PT
CADBURY
INDONESIA, PT.

COKLAT
OLAHAN
COKLAT
OLAHAN
COKLATPERMEN

404

JL DIPATI YUNUS 27

BANTEN

TANGERANG

95

JL.INDUSTRI VI BLOK L/3

BANTEN

TANGERANG

292

JL PULO GADUNG NO 20
KOTAK POS274

DKI
JAKARTA

JAKARTA
TIMUR

43

CERES,PT

KEMBANG
GULA

1325

JL.RAYA DAYEUHKOLOT NO84


DESA PASAWAHAN
TLP.5207421

JAWA
BARAT

BANDUNG

44

COCOA VENTURES
INDONESIA,PT

COCOA BUTTER

94

MEDAN-BELAWAN KM.10,5, JL

45

COKLAT HENDRIK

COKLAT

21

JL INDUSTRI CIMAREME

46

FAJAR MATARAM
SEDAYU, PT

COKLAT
BUTIRAN

269

JL SUKARNO HATTA NO 225


TELP KEL KOPO TLP 630087

JAWA
BARAT

BANDUNG

47

FREYA BADI
INDOTAMA, PT

PENGOLAHAN
COKLAT

236

JL. MALIGI III LOT J. NO. 2A

JAWA
BARAT

KARAWANG

48

GIZITATAPANGAN
SEJAHTERA

COKLAT

140

JL.PARALON I NO.22
GIZITAS@BDG.CENTRIN.NET.ID

JAWA
BARAT

BANDUNG

49

HARUM MANIS

COKLAT &
KEMBANG
GULA

25

PANDAN KMP SAWAH RT


013/009

DKI
JAKARTA

JAKARTA
SELATAN

50

MARBIKA SARI
KURNIA

COKLAT

20

KAMAL MUARA 3/42 002/03

DKI
JAKARTA

JAKARTA
UTARA

40
41
42

41

SUMATERA
UTARA
JAWA
BARAT

MEDAN
BANDUNG

NO
51
52

NAMA
PERUSAHAAN
MULTI ANEKA
PANGAN
NUSANTARA
MULTI SARANA
RASA AGUNG, PT

53

MUSTIKA MANIS
UTAMA, PT

54

SANITAS MURNI
UTAMA, PT

55
56

SOPONYONO
TRI DAYA
INTERNUSA

PRODUKSI

TENAGA
KERJA

ALAMAT

PROVINSI

KABUPATEN

COKLAT

62

DS. CANGKIR

Jawa Timur

GRESIK

97

JL INDUSTRI RAYA BLOK B


NO.4

BANTEN

TANGERANG

190

JL RAYA SERANG KM.13,8 NO


52

BANTEN

TANGERANG

112

KAPUK KAMAL RAYA NO. 82

DKI
JAKARTA

JAKARTA
UTARA

Jawa Timur
JAWA
BARAT

SURABAYA

COKLAT
BATANGAN
KEMBANG
GULA DAN
COKLAT
MAKANAN DARI
COKLAT
COKLAT JELLY

83

JL KENJERAN NO 303

COKLAT WAFEL

62

JL TERUSAN SURYANI 24

42

BANDUNG

Jl. Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta Selatan


www.depperin.go.id

You might also like