You are on page 1of 6

Masalah Sosial dalam Pendidikan

Sekolah adalah tempat di mana anak-anak belajar dan mempersiapkan


diri untuk hidup di masa depan, sehingga perlu untuk menyediakan
lingkungan pendidikan yang tepat sehingga siswa bisa mendapatkan
pendidikan dengan benar.
Di sekolah, siswa diajarkan pelajaran
tentang bahasa, matematika, ilmu
pengetahuan, sejarah dan sejumlah
mata pelajaran lainnya. Mereka bisa
berpartisipasi dalam kegiatan
olahraga, bersosialisasi dengan
rekan-rekan mereka dan belajar
bagaimana menyesuaikan diri dalam
situasi sosial yang berbeda. Namun
disamping itu terdapat hambatan
dalam perkembangan anak-anak di sekolah, yang berasal dari berbagai
masalah sosial yang juga dapat mengganggu sistem pendidikan kita.
Masalah Sosial dalam Pendidikan

Masyarakat telah berubah dalam beberapa dekade terakhir. Angka


perceraian yang meningkat dan banyak anak sekolah yang
dibesarkan dalam keluarga orang tua tunggal. Seringkali di dalam
keluarga yang broken home akan dapat mempengaruhi kesehatan
emosional siswa dan hal ini dapat menurunkan kinerja di sekolah.
Namun ketika anak-anak yang dibesarkan di rumah, di mana
terdapat kedua orang tua maka kebutuhan emosional terpenuhi.
Anak-anak milik kelompok etnis tertentu menjadi anak didik yang
lebih lambat dibandingkan dengan yang lain.
Satu masalah sosial dalam pendidikan adalah diferensiasi
berdasarkan jenis kelamin. Anak perempuan memiliki peluang yang
lebih rendah dibandingkan dengan anak laki-laki untuk belajar, di
bagian tertentu dari masyarakat.
Beberapa masalah sosial timbul karena strata ekonomi siswa. Siswa
yang berasal dari keluarga tidak mampu bersekolah di sekolah yang
tidak memiliki fasilitas yang baik. Hal ini secara otomatis
menempatkan mereka pada posisi yang kurang menguntungkan,
bila dibandingkan dengan siswa yang bersekolah di sekolah yang
baik.
Pergaulan dalam lingkungan sekolah membawa dampak positif
maupun negatif. Terkadang juga muncul kelompok-kelompok

tertentu pada siswa di sekolah yang memunculkan kubu-kubu yang


saling bertentangan.
Masalah etika juga termasuk di dalam masalah sosial pendidikan
yang juga mempengaruhi siswa.
Metode pengajaran dari guru yang kurang menarik bagi siswa akan
membuat daya kreativitas menurun.

Untuk mengatasi masalah ini pihak-pihak yang terkait harus membuat


kebijakan-kebijakan tertentu dan memastikan untuk menerapkannya
dengan benar. Selain itu perubahan sikap masyarakat juga diperlukan
untuk memastikan bahwa masalah-masalah sosial dalam pendidikan
tidak berkembang lebih jauh.
Secara garis besar ada dua solusi untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut, yaitu:

1. Solusi sistemik, yakni solusi dengan


mengubah sistem-sistem sosial yang
berkaitan dengan sistem pendidikan.
Seperti diketahui sistem pendidikan
sangat berkaitan dengan sistem
ekonomi yang diterapkan. Sistem
pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan
dalam konteks sistem ekonomi
kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain
meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik,
termasuk pendanaan pendidikan.
2. Solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait
langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan
masalah kualitas guru dan prestasi siswa.

Solusi untuk masalah-masalah teknis


dikembalikan kepada upaya-upaya praktis
untuk meningkatkan kualitas sistem
pendidikan. Rendahnya kualitas guru,
misalnya, di samping diberi solusi
peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi
dengan membiayai guru melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan
untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya,
diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi
pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan,
dan sebagainya.
Maka dengan adanya solusi-solusi tersebut diharapkan pendidikan di
Indonesia dapat bangkit dari keterpurukannya, sehingga dapat
menciptakan generasi-generasi baru yang ber-SDM tinggi, berkepribadian
pancasila dan bermartabat.
Namun sebenarnya yang menjadi masalah mendasar dari pendidikan di
Indonesia adalah sistem pendidikan di Indonesia itu sendiri yang
menjadikan siswa sebagai objek, sehingga manusia yang dihasilkan dari
sistem ini adalah manusia yang hanya siap untuk memenuhi kebutuhan
zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap zamannya.

Masalah Sosial dalam Sampah

Kata sampah bukanlah hal yang baru bagi kita, Jika kita mendengar kata
ini pasti terlintas dibenak kita sampah adalah semacam kotoran,
setumpuk limbah, sekumpulan berbagai macam benda yang telah
dibuang ataupun sejenisnya yang menimbulkan bau busuk yang
menyengat hidung. Dengan kata lain sampah dapat diartikan sebagai
material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses yang
cenderung merusak lingkungan di sekitarnya. Sampah merupakan salah
satu dari sekian banyak masalah sosial yang dihadapi masyarakat.

Bagi sebagian dari masyarakat sampah


bukanlah
masalah, hal inilah yang sangat
mengkhwatirkan. Padahal sampah itu
merupakan masalah yang paling besar
terhadap lingkungan sekitar kita, coba
anda lihat sekitar lingkungan anda
sudah bersihkah dari sampah? coba
bayangkan jika sampah terus menerus
dibuang berserakan ditengah jalan dan
dibuang ditempat sungai atau selokoan
air rumah anda. Pasti anda sudah langsung mengetahuinya karena betapa
kotor dan kumuhnya daerah yang dipenuhi sampah selain itu juga sangat
berdampak buruk bagi kita yang berada di sekitar sampah tersebut.
Sampah dapat membawa dampak yang sangat buruk bagi kesehatan
masyarakat apabila tidak dapat ditanggulangi. Sebagian dari kita pun
tidak menyadari bahwa setiap hari terjadi penumpukan sampah baik
sampah yang organik (sampah yang dapat diuraikan) maupun anorganik
(sampah yang tidak dapat diuraikan).
Sebenarnya sampah tidak lah salah tetapi yang salah adalah perbuatan
dari manusianya itu sendiri dalam membuang sampah. Sampah pastinya
diakibatkan oleh manusia itu sendiri, perlu diketahui bahwa banyak
penyebab yang diakibatkan dari manusia dalam membuang sampah
ataupun limbah secara sembarangan, yakni:
Di dalam pikiran sebagian masyarakat pada umumnya menganggap
bahwa membuang sampah sembarangan ini bukanlah hal yang salah dan
wajar untuk dilakukan. Norma dari lingkungan sekitar seperti keluarga,
sekolah, masyarakat, atau bahkan tempat pekerjaan. Pengaruh
lingkungan merupakan suatu faktor besar didalam munculnya suatu
perilaku. Contohnya, pengaruh lingkungan seperti membuang sampah
sembarangan, akan menjadi faktor besar dalam munculnya perilaku
membuang sampah sembarangan. Seseorang akan melakukan suatu
tindakan yang dirasa mudah untuk dilakukan. Jadi, orang tidak akan
membuang sampah sembarangan jika tersedianya banyak tempat
sampah. Tempat yang asal mulanya terdapat banyak sampah, bisa
membuat orang yakin bahwa membuang sampah sembarangan
diperbolehkan ditempat tersebut. Jadi, warga sekitar tanpa ragu untuk
membuang sampahnya di tempat tersebut.
Sampah-sampah yang berserakan, terutama pada tumpukan sampah
yang berlebihan dapat menyebabkan pertumbuhan organisme-organisme
yang membahayakan, mencemari udara, tanah dan air. Sehingga dampak

tersebut dapat menyebabkan cukup banyak masalah bagi manusia dan


lingkungan, antara lain :

Diare, kolera, dan tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat
mencemari air tanah yang biasa di minum masyarakat.
Penyakit DBD (Demam Berdarah) dapat juga meningkat dengan
cepat di daerah dengan pengelolaan sampahnya yang tidak
memadai.
Sampah yang dibuang begitu saja berkontribusi dalam
mempercepat pemanasan global, karena sampah dapat
menghasilkan gas metan (CH4) yang dapat merusak atmosfer bumi.
Rata-rata tiap satu ton sampah padat menghasilkan 50 kg gas
metan.
Sampah dapat menyebabkan banjir. Sampah yang dibuang
sembarangan, salah satunya yang dibuang ke sungai atau aliran air
lainnya. Lama kelamaan akan menumpuk dan menyumbat aliran
air, sehingga air tidak dapat mengalir dengan lancar dan akan
meluap menyebabkan banjir.

Saran menanggulangi dampak tersebut bagi manusia dan lingkungannya,


antara lain :

Janganlah membuang sampah sembarangan.


Buanglah sampah pada tempatnya.
Jagalah kebersihan sejak dini. Kegiatan menjaga
kebersihan ini dapat dimulai dengan
mengangkat sampah yang ada disekitar kita dan
membuangnya ke tempat sampah yang tersedia.
Pilihlah barang-barang yang dapat dipakai
berulang kali, hindari seusaha mungkin dalam pemakaian barang
barang sekali pakai. Gunakanlah prinsip 3R yaitu
reduce(mengurangi), reuse(menggunakan kembali),
recycle(mendaur ulang).
Sebagai generasi muda, kita harus menyadari bahwa sampah itu
merupakan ancaman yang sangat besar untuk masa depan bangsa.
Untuk itu, sebagai generasi muda kita harus menumbuhkan kreasikreasi baru dalam memanfaatkan sampah.

Tugas IPS

Nama : Anisa Melinda Suharto


Kelas : IV A
Sekolah
: SDN Gunung 01 Pagi
Tentang : Permasalahan Sosial

You might also like