You are on page 1of 13

TEKNOLOGI INFORMASI DAN MANAJEMEN SDM

MAKALAH
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah konsentrasi MSDM
(SIM dan Manajemen Sumber Daya Manusia)

Irwan Siswanto (A10070078)

Ridwan Kadarusman (A10060055)

Muhammad Nizar (A10060309)

Aditya Candra K (A1006114)

Chaeril fahmi (A10070059)

Fanny rosdiyani juniar (A10070064)

Bobby Arianto P.S (A10070053)

STIE EKUITAS
Jln. Phh. Mustopha no.31 Bandung
2010
1. Pengertian Teknologi Informasi
Banyak ahli yang telah merumuskan pengertian teknologi. Tetapi pemahaman tentang
definisi yang dikemukakan oleh para pakar tersebut memiliki determinasi yang relatif berbeda
dan masih selalu menjadi perdebatan yang seolah belum tuntas. Untuk memberikan gambaran,
beberapa pendefisian teknologi disampaikan seperti berikut. Ahimsa (antropolog dari Universitas
Negeri Gajah Mada), mengartikan bahwa teknologi itu bisa berupa:
a. Peralatan atau benda,
b. Pengetahuan menggunakan peralatan/benda tersebut, dan
c. Perilaku dari pemakai atau pengguna peralatan/benda tadi.

Sementara itu, Taufik (BPPT) memberikan pengertian umum “teknologi” sebagai


“sehimpunan cara, peralatan, metode, informasi, dan pengorganisasian yang dimanfaatkan untuk
menghasilkan produk (barang dan/atau jasa) atau secara umum untuk memecahkan persoalan
tertentu (menjawab persoalan pragmatis), berlandaskan kaidah keilmuan. Dengan demikian,
teknologi menunjukkan tekanan pada sisi pragmatis dalam konteks tujuan tertentu (know-how)
atas dasar pengetahuan yang melatarbelakanginya (know-why). Secara umum, pengertian
Teknologi adalah upaya komprehensif memadukan pengetahuan teknik/mekanisme yang
mengarah kepada kebutuhan manusia, kehidupan ekonomi, sosial, budaya, politik, pertahanan
dan keamanan agar kehidupan manusia lebih baik dan nyaman.
Berikut ini disampaikan pengertian informasi dari berbagai sumber. Menurut Gordon B.
Davis dalam bukunya Management Informations System : Conceptual Foundations, Structures,
and Development menyebut informasi sebagai data yang telah diolah menjadi bentuk yang
berguna bagi penerimanya dan nyata, berupa nilai yang dapat dipahami di dalam keputusan
sekarang maupun masa depan. Menurut Barry E. Cushing dalam buku Accounting Information
System and Business Organization, dikatakan bahwa informasi merupakan sesuatu yang
menunjukkan hasil pengolahan data yang diorganisasi dan berguna kepada orang yang
menerimanya.
Oleh karena itu, teknologi informasi “Information Technolgy”, dapat diartikan
merupakan kombinasi teknologi/komputer yang digunakan untuk pengolahan data, menyimpan
data dan untuk menyebar-luaskan informasi. Teknologi informasi (TI) dapat diartikan juga yaitu
seperangkat alat yang membantu anda bekerja dengan informasi dan melakukan tugas-tugas
yang berhubungan dengan pemrosesan informal. Teknologi informasi tidak hanya terbatas pada
teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memroses dan
menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan
informasi. Ada empat unsur pokok dalam TI yaitu:
1. Human SDM ( manusia), dominan
2. Machine Mesin (komputer), hanya merupakan pendukung manusia
3. Information (informasi) atau data
4. Komunikasi (saluran telpon)

Syarat yang diperlukan jika kita akan menerapkan teknologi informasi, yaitu :
1. Dana
2. Sumber daya manusia
3. Hardware (perangkat keras)
4. Software (perangkat lunak)
5. Listrik
6. Telekomunkasi
7. Informasi (data)
8. Dokumen (bahan pustaka)
9. Alat tulis tantor

2. Pengertian Manajemen SDM


Teknologi tidak terlepas dari kehidupan Manusia, karena itu SDM dapat dimanfaatkan
secara paralel dengan perkembangan teknologi, teknologi hanya ada karena diciptakan manusia
dengan kemampuan berpikir yang sistematis, analitis, mendalam dan dalam jangka panjang
dengan penelitian dan pengembangan melahirkan iptek, yaitu cara-cara ilmiah untuk
menghasilkan barang dan jasa. Teknologi dapat dimanfaatkan manusia untuk penyempurnaan
proses nilai tambah. Teknologi merupakan penggerak utama proses nilai tambah yang berjalan
terus menerus. Semakin efisien dan produktif dalam proses nilai tambah, maka semakin
meningkat taraf hidup manusia. Kehadiran teknologi dalam kehidupan manusia berarti hadirnya
kemungkinan peningkatan kemampuan berproduksi dan penghantar peningkatan taraf hidup di
dalam masyarakat guna mempertahankan hidup dan kehidupan. Manajemen sumber daya
manusia (MSDM), adalah suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur sumber daya yang dimiliki
oleh individu dapat digunakan secara maksimal sehingga tujuan (goal) menjadi maksimal. Atau
juga Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada
ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya untuk dapat
menunjang aktifitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Bagian atau unit yang biasanya mengurusi sdm adalah departemen sumber daya manusia atau
dalam bahasa inggris disebut HRD atau human resource department.
Menurut A.F. Stoner manajemen sumber daya manusia adalah suatu prosedur yang
berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau perusahaan dengan orang-
orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi
memerlukannya.
MSDM didasari pada suatu konsep bahwa setiap karyawan adalah manusia bukan mesin
dan bukan semata menjadi sumber daya bisnis. Kajian MSDM menggabungkan beberapa bidang
ilmu seperti psikologi, sosiologi, dll. Menurut Henry Simamora dalam Manajemen Sumber
Daya Manusia : Manajemen sumber daya manusia juga menyangkut desain dan implementasi
sistem perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karier,
evaluasi kinerja, kompensasi karyawan dan hubungan ketenagakerjaan yang baik. Manajemen
sumber daya manusia melibatkan semua keputusan dan praktek manajemen yang mempengaruhi
secara lansung sumber daya manusianya (2006:5).
Departemen Sumber Daya Manusia Memiliki Peran, Fungsi, Tugas dan Tanggung
Jawab :
2.1 Melakukan persiapan dan seleksi tenaga kerja / Preparation and selection
a. Persiapan
Dalam proses persiapan dilakukan perencanaan kebutuhan akan sumber daya
manusia dengan menentukan berbagai pekerjaan yang mungkin timbul. Yang
dapat dilakukan adalah dengan melakukan perkiraan / forecast akan pekerjaan
yang lowong, jumlahnya, waktu, dan lain sebagainya.
Ada dua faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan persiapan, yaitu faktor
internal seperti jumlah kebutuhan karyawan baru, struktur organisasi, departemen
yang ada, dan lain-lain. Faktor eksternal seperti hukum ketenagakerjaan, kondisi
pasa tenaga kerja, dan lain sebagainya.
b. Rekrutmen tenaga kerja / Recruitment.
Rekrutmen adalah suatu proses untuk mencari calon atau kandidat pegawai,
karyawan, buruh, manajer, atau tenaga kerja baru untuk memenuhi kebutuhan sdm
oraganisasi atau perusahaan. Dalam tahapan ini diperluka analisis jabatan yang
ada untuk membuat deskripsi pekerjaan / job description dan juga spesifikasi
pekerjaan / job specification.
c. Seleksi tenaga kerja / Selection
Seleksi tenaga kerja adalah suatu proses menemukan tenaga kerja yang tepat dari
sekian banyak kandidat atau calon yang ada. Tahap awal yang perlu dilakukan
setelah menerima berkas lamaran adalah melihat daftar riwayat hidup / cv /
curriculum vittae milik pelamar. Kemudian dari cv pelamar dilakukan penyortiran
antara pelamar yang akan dipanggil dengan yang gagal memenuhi standar suatu
pekerjaan. Lalu berikutnya adalah memanggil kandidat terpilih untuk dilakukan
ujian test tertulis, wawancara kerja / interview dan proses seleksi lainnya.
2.2 Pengembangan dan evaluasi karyawan / Development and evaluation
Tenaga kerja yang bekerja pada organisasi atau perusahaan harus menguasai
pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Untuk itu diperlukan suatu
pembekalan agar tenaga kerja yang ada dapat lebih menguasai dan ahli di bidangnya
masing-masing serta meningkatkan kinerja yang ada. Dengan begitu proses
pengembangan dan evaluasi karyawan menjadi sangat penting mulai dari karyawan pada
tingkat rendah maupun yang tinggi.
2.3 Memberikan kompensasi dan proteksi pada pegawai / Compensation and protection
kompensasi adalah imbalan atas kontribusi kerja pegawai secara teratur dari
organisasi atau perusahaan. Kompensasi yang tepat sangat penting dan disesuaikan
dengan kondisi pasar tenaga kerja yang ada pada lingkungan eksternal. Kompensasi yang
tidak sesuai dengan kondisi yang ada dapat menyebabkan masalah ketenaga kerjaan di
kemudian hari atau pun dapat menimbulkan kerugian pada organisasi atau perusahaan.
Proteksi juga perlu diberikan kepada pekerja agar dapat melaksanakan pekerjaannya
dengan tenang sehingga kinerja dan kontribusi perkerja tersebut dapat tetap maksimal
dari waktu ke waktu.

3. Implementasi Teknologi Informasi Terhadap Manajemen SDM


Implementasi teknologi informasi (TI) adalah suatu bentuk perubahan di dalam
perusahaan atau organisasi. Dengan begitu, kita tidak bisa memisahkan persoalan teknis, yang
terkait dengan TI, dengan persoalan non-teknis, seperti manajemen perubahan. Hal ini harus
dipikirkan dan dicarikan solusinya secara komprehensif demi kesuksesan implementasi TI
tersebut. Hanya saja, pengalaman menunjukkan bahwa seringkali suatu proyek implementasi TI
menganggap manajemen perubahan sebagai persoalan sekunder, sehingga tidak dipikirkan
dengan baik. Seringkali perhatian yang sangat serius diberikan hanya pada aspek teknis TI. Hal
inilah yang berpotensi menggagalkan proyek implementasinya di berbagai perusahaan atau
organisasi.
Berbagai literatur menunjukkan setidaknya ada tiga jenis kesalahan (error) yang
berkaitan dengan TI ini. Pertama, kesalahan teknis (technical error) yang berkaitan dengan
kualitas teknis yang rendah. Kedua, kesalahan fungsional (functionality error) yang berkaitan
dengan ketidaksesuaian antara fungsi teknologi dengan kebutuhan perusahaan atau organisasi.
Ketiga, kesalahan manusia (human error) yang secara garis besar berkaitan dengan kemampuan
(skill) dan kemauan (motivation) karyawan untuk menggunakan teknologi tersebut.
Ketiga jenis kesalahan ini sudah harus dipikirkan sejak awal proyek implementasi
tersebut dimulai. Tulisan ini akan memberikan perhatian khusus pada kesalahan ketiga, yaitu
human error, yang terkait dengan kemampuan melakukan manajemen perubahan sejalan dengan
implementasi TI dalam perusahaan.
Galbraith, Downey, dan Kates dalam buku mereka yang berjudul “Designing Dynamics
Organization” pada tahun 2002 mengungkapkan suatu model yang menggambarkan empat fase
dalam desain organisasi. Inti dari model tersebut adalah, desain organisasi diturunkan dari
strategi perusahaan atau organisasi. Jika terjadi suatu perubahan pada desain organisasi, maka itu
sebagai akibat dari perubahan strategi.
Jika ditelusuri lebih lanjut, perubahan strategi adalah akibat dari perubahan lingkungan
bisnis, baik eksternal maupun internal perusahaan atau organisasi. Lebih lanjut, diungkapkan
bahwa terdapat empat komponen penting dalam desain organisasi, yaitu : (1) struktur organisasi,
(2) proses dan kemampuan, (3) sistem remunerasi, serta (4) manusia di organisasi itu sendiri. Di
manakah letaknya TI? Ternyata mereka menempatkannya sebagai bagian dari proses dan
kemampuan.
Jika bersandar pada model Galbraith, Downey, dan Kates, maka kita dapat
menyimpulkan bahwa implementasi TI di suatu perusahaan atau organisasi tidaklah sesuatu yang
berdiri sendiri.
Setidaknya ada beberapa hal yang dapat kita simpulkan. Yakni, (1) Implementasi TI
haruslah mengacu dan selaras dengan strategi bisnis perusahaan atau organiasi. (2) Implementasi
TI sebagai bagian dari proses dan kapabilitas, harus memperhatikan proses dan kapabilitas itu
sendiri, serta tiga komponen lainnya, yaitu struktur organisasi, sistem remunerasi, serta manusia
di perusahaan atau organisasi. (3) Implementasi TI harus didahului oleh suatu rencana tindakan
yang rinci, termasuk semua aspek yang berkaitan di luar TI itu sendiri. (4) Implementasi TI di
suatu perusahaan atau organisasi berarti mengubah sesuatu di dalam perusahaan atau organisasi
tersebut. Dengan Begitu, implementasi TI adalah suatu perubahan di dalam perusahaan atau
organisasi, sehingga kita harus melihat model-model yang berlaku dalam manajemen perubahan.
Menurut hemat penulis, model manajemen perubahan yang sangat baik diartikulasikan
oleh John P. Kotter dengan delapan langkah manajemen perubahan seperti yang diungkapkan
dalam bukunya yang berjudul “Leading Change” pada tahun 1996, serta Dean Anderson dan
Linda Ackerman Anderson dengan sembilan langkah perubahan yang jika dirincikan menjadi 21
langkah perubahan, seperti yang mereka ungkapkan dalam buku berjudul “The Change Leader’s
Roadmap” pada tahun 2001.
Kotter mengungkapkan delapan langkah perubahan, yaitu (1) membangun situasi
perlunya perubahan, (2) membangun koalisi atau kelompok kerja untuk perubahan, (3)
membangun visi dan strategi untuk perubahan, (4) mengomunikasikan visi perubahan ke semua
pihak di dalam perusahaan atau organisasi, (5) melakukan perubahan melalui pemberdayaan, (6)
menciptakan kemenangan atau hasil baik jangka pendek, (7) melakukan konsolidasi dan
melanjutkan perubahan yang diperlukan, dan (8) menanamkan pendekatan-pendekatan baru
tersebut dalam budaya kerja.
Lebih lanjut, Kotter mengungkapkan setidaknya ada tiga kemampuan yang dibutuhkan
pemimpin perubahan, yaitu (1) kemampuan mendiagnosa kemungkinan-kemungkinan penolakan
perubahan, (2) kemampuan menangani semua bentuk penolakan yang ada, serta (3) kemampuan
memilih strategi untuk melakukan perubahan.
Sedang Anderson dan Anderson mengungkapkan langkah-langkah yang jauh lebih rinci,
walaupun pada prinsipnya sama dengan Kotter. Anderson dan Anderson mengungkapkan
sembilan langkah perubahan, yaitu (1) melakukan persiapan untuk melakukan perubahan, (2)
membangun visi, menciptakan komitmen di seluruh kalangan di dalam organisasi, serta
membangun kapasitas untuk perubahan, (3) mempelajari situasi saat ini dengan rinci, (4)
memformulasikan kondisi apa yang diinginkan oleh perubahan, (5) menganalisis dampak dari
perubahan ini nantinya, (6) merencanakan dan mengorganisasikan perubahan, (7) melakukan
perubahan, (8) menunjukkan dan merayakan kemenangan sebagai hasil perubahan, serta (9)
mempelajari apa-apa yang penting selama perubahan berlangsung.
Menurut hemat penulis, pada prinsipnya model perubahan John P. Kotter tidak berbeda
jauh dengan model Dean Anderson dan Linda Ackerman Anderson. Perbedaan mendasar hanya
terletak pada urutan langkah perubahan, sedang komponen-komponennya relatif hampir sama.
Jika kita sepakat bahwa implementasi TI dalam perusahaan atau organisasi merupakan
suatu bentuk perubahan, dan tunduk pada hukum-hukum manajemen perubahan, maka hal akan
berimplikasi pada kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang manajer proyek TI. Manajer
proyek TI juga harus membekali dirinya dengan kemampuan manajemen perubahan yang
meliputi berbagai keahlian berikut:
➢ Kemampuan membangun koalisi dengan berbagai pihak atau unit kerja lainnya di
dalam perusahaan. Jika tidak dilakukan, maka proyek TI yang dicanangkan akan
mendapatkan dukungan yang kecil, atau bahkan tidak sama sekali, dan tentu saja ini
menggiring proyek tersebut ke arah kegagalan. Koalisi diperlukan karena seperti
konsep Galbraith, Downey, dan Kates, implementasi TI bukanlah sesuatu yang
berdiri sendiri. Ini terkait dengan berbagai aspek lainnya di dalam perusahaan atau
organisasi, sehingga seorang manajer proyek TI harus mendapatkan dukungan dari
manajer lain, seperti manajer sumber daya manusia, manajer unit fungsional, dan
tentunya manajemen puncak.
➢ Kemampuan mengomunikasi visi dengan baik. Mengapa kita perlu teknologi yang
baru? Apa salahnya teknologi yang ada saat ini? Apa dampaknya terhadap bisnis?
Keunggulan kompetitif apa yang dijanjikan teknologi baru tersebut? Bayangkan jika
semua pertanyaan ini tidak terjawab, maka bisa dipastikan manajemen puncak
perusahaan dan para manajer unit kerja lainnya akan menolak gagasan implementasi
teknologi baru, apalagi memberi dukungan.
➢ Kemampuan memanajemeni tim lintas fungsional dengan baik. Jika selama ini
seorang manajer proyek TI dianggap hanya cukup memiliki kemampuan
memanajemeni tim yang terdiri dari para pekerja TI, maka sesungguhnya hal itu
keliru. Proyek TI melibatkan berbagai pihak di dalam perusahaan, sehingga anggota
timnya juga terdiri dari berbagai pihak dari unit-unit di dalam perusahaan atau
organisasi. Karakteristik anggota tim ini tentu saja beragam, dan di sinilah manajer
proyek TI dituntut keahliannya dalam mamanajemeni tim.
Penyiapan SDM IT Indonesia
Indonesia tidak tinggal diam dalam menghadapi kelangkaan SDM IT ini. Di satu sisi dia
merupakan bencana, tapi disisi lain dia merupakan peluang. Indonesia yang dikenal sebagai
pengirim tenaga kerja buruh ke luar negeri sekarang memiliki potensi untuk mengirimkan skilled
workers ke luar negari. Ini merupakan peluang bagi para pekerja Indonesia. Meskipun demikian,
peluang ini harus dicermati karena setiap negara di dunia pun ingin menggunakan kesempatan
ini. Beberapa inisiatif di bidang Teknologi Informasi sudah dilakukan di Indonesia. Makalah ini
akan menyajikan beberapa inisiatif tersebut, khususnya yang berkaitan dengan pendidikan atau
penyiapan SDM. Perlu diingat bahwa SDM yang dihasilkan ada dua kelompok, yaitu SDM yang
terampil menggunakan produk TekInfo (IT user) dan SDM yang terampil menghasilkan produk
TekInfo (IT producer).

Program Sekolah 2000


Program Sekolah 2000 merupakan program kerja dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII). Tujuan khusus dari program ini adalah untuk menjaring sekolah-sekolah
seluruh Indonesia dengan Internet.

Siswa Indonesia harus mulai dikenalkan dengan Internet dari sejak dini. Kemampuan
menggunakan Internet sama pentingnya dengan kemampuan menggunakan telepon. Coba anda
bayangkan apabila ada siswa SMU yang tidak dapat menggunakan telepon. Tentu anda akan
merasa aneh. Tidak lama lagi, hal yang sama akan terjadi juga dengan e-mail. Perlu diingat
bahwa kemampuan menggunakan telepon tidak mengharuskan seseorang memiliki fasilitas
telepon di rumah. Dia dapat menggunakan fasilitas wartel. Hal yang sama dengan fasilitas e-
mail, yaitu siswa tidak harus memiliki komputer dan modem sendiri untuk mampu menggunakan
e-mail. Ada wartel yang dapat digunakan untuk mengirim dan menerima email. Dengan kata
lain, siswa Indonesia tidak gagap teknologi dan akan memiliki kesempatan yang sama dengan
siswa di luar negeri.

Ada beberapa hambatan yang dialami dalam pelaksanaan program Sekolah 2000 ini, antara lain:

• Kemampuan finansial sekolah dalam mengadakan fasilitas komputer dan sambungan ke


jaringan Internet. Diskon dari PT Telkom tentunya bisa mengurangi permasalahan ini.
• Kemampuan mengelola fasilitas komputer yang berkelanjutan. Perawatan fasilitas
membutuhkan biaya dan SDM yang terampil (yang langka).
Informasi lengkap mengenai program Sekolah 2000 dapat dilihat dari situ web Sekolah 2000.

Program SMK-TI
Salah satu cara mengatasi krisis SDM di bidang Teknologi Informasi adalah dengan
menghasilkan SDM di setiap tingkat. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan sekolah
yang diharapkan dapat menghasilkan tenaga yang siap pakai. Hasil pengamatan kami
menunjukkan bahwa SMK dapat diarahkan untuk menempati posisi operator, technical support,
help desk, dan web designer. Untuk itu dibuatkan kurikulum dan program khusus untuk
mendidik SMK dalam bidang Teknologi Informasi.

Saat ini tengah berlangung program khusus SMK-TI untuk beberapa sekolah di Indonesia. Pada
bulan Januari tahun 2001 akan dilakukan pengujian sertifikasi terhadap para peserta program ini.

Program Diploma IT
Satu tingkat di atas lulusan SMK dan SMU adalah tingkat diploma. Banyak perusahaan
menginginkan tenaga kerja level diploma yang telah memiliki pengalaman kerja.

Program Sarjana IT
Perguruan tinggi yang menghasilkan sarjana di bidang Teknologi Informasi sudah banyak.
Namun ternyata kualitas lulusannya belum memadai. Dalam suatu diskusi dengan seorang
pelaku bisnis software mengatakan bahwa umumnya perguruan tinggi di Indonesia umumnya
menghasilkan programmer akan tetapi belum mampu menghasilkan software engineer. Menurut
pengamatannya saat ini hanya ITB dan UI yang mampu menghasilkan software engineer. Untuk
itu perguruan tinggi lain perlu dibina agar dapat menghasilkan lulusan dengan kualitas software
engineer.

Bangsa Indonesia masih lebih menjunjung gelar dibandingkan kemampuan. Pemikiran seperti ini
harus mulai ditinggalkan. Dalam era sekarang ini kemampuan lebih utama daripada gelar.

Program Pasca Sarjana IT


Bidang Teknologi Informasi membutuhkan tenaga yang memiliki keahlian cukup tinggi. Untuk
itu inisiatif jenjang S2 (masters) di bidang Teknologi Informasi sudah mulai terlihat dilakukan di
berbagai perguruan tinggi. ITB memiliki beberapa program S2 di khusus bidang Teknologi
Informasi dan bidang yang terkait dengan Teknologi Informasi (seperti bidang Multimedia).
Salah satu program yang sedang dikembangan adalah S2 IT di Cikarang bekerjasama dengan
Lippo. Program ini merupakan salah satu langkah kerjasama institusi pendidikan dengan
industri.

Program Profesional
Program-program yang telah disebut dahulu umumnya berhubungan dengan institusi pendidikan
formal. Akan tetapi jika kita lihat volume keluaran institusi pendidikan formal, maka kita masih
membutuhkan banyak SDM lagi. Selain itu, bidang IT umumnya tidak membutuhkan gelar
melainkan kemampuan (skill). Untuk itu perlu adanya program pendidikan yang sifatnya
profesional dan terus menerus. Khususnya di bidang IT, kegiatan ini dapat dinaungi di tempat
yang sering disebut sebagai IT Training Center.

Kegiatan Pendukung
Selain kegiatan atau inisiatif yang langsung terjun ke bidang pendidikan, ada beberapa inisiatif
lain yang mendukung penyiapan SDM. Beberapa hal tersebut akan dibahas pada bagian di bawah
ini.

Standar Sertifikasi
Untuk mengetahui tingkat kemampuan seseorang perlu dilakukan pengujian. Hal ini
membutuhkan sebuah standar sertifikasi. PPAUME1 ITB dan APJII bekerjasama dalam
membuat standar sertifikasi bidang IT, khususnya untuk tenaga kerja yang akan bekerja di
Penyedia Jasa Internet (PJI atau Internet Service Provider). Standar yang khusus untuk jenis
industri yang lain juga perlu dikembangkan.

Kegiatan standarisasi ini masih pada taraf awal dan masih membutuhkan dukungan dari semua
pihak. Standarisasi ini juga akan mencoba mengadopsi standar yang berlaku di dunia.

Standar sertifikasi juga berhubungan dengan kurikulum. Untuk itu perlu dikembangkan
kurikulum yang mendukung standar sertifikasi tersebut.

Fasiltas Pendukung
Upaya penyiapan SDM sebaiknya didukung oleh teknologi komunikasi dan informasi.
Perkembangan Internet memungkinkan seseorang belajar dari jarak jauh. Konsep pendidikan
terbuka dan jarak jauh (distance learning) dapat diterapkan untuk membina SDM IT.

Adanya Internet juga memungkinkan pengembangan Digital Library yang dibutuhkan agar siswa
atau pelajar dapat mengakses informasi terbaru. Selain digital library, perpustakaan konvensional
masih tetap dibutuhkan. Toko buku juga sangat dibutuhkan.

Pendekatan Open Source (membuka source code software) dan Open Content (membuka cara
mendistribusi tulisan atau karya lain yang bukan program komputer) juga perlu diperluas agar
mempermudah penyebaran informasi dan pengetahuan. Pendekatan ini juga tidak melanggar
HaKI (Intellectual Property Right, IPR).

Penelitian
Penelitian merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya. Penelitian membantu meningkatkan
kualitas SDM kita. Dalam kaitannya dengan Teknologi Informasi, saat ini sedang berjalan
program RUSNAS (Riset Unggulan Strategis Nasional) dalam bidang Teknologi Informasi dan

1
Mikroelektronika (TIMe). Pada tahun ini RUSNAS difokuskan pada tiga topik (produk), yaitu
Wireless Multimedia Internet, Radio Sonde, dan Fress Software Components.

Bandung High Tech Valley


Bandung High Tech Valley (BHTV) merupakan salah satu inisiatif untuk menciptakan sebuah
ecosystem yang kondusif untuk menjalankan kegiatan bisnis yang “high-tech”2. Inisiatif lain
antara lain Bali Camp, dan Cybercity (di beberapa tempat yang masing-masing menamakan ciber
city). Saat ini nampaknya belum terdapat synergy diantara inisiatif-inisiatif tersebut. Di masa
yang akan datang akan terjadi kerjasama antar inisiatif tersebut. Pembicaran sudah dimulai.

Dukungan Pemerintah
Situasi ekonomi Indonesia menjadi salah satu sebab menurunnya daya beli masyarakat.
Pendidikan dalam bentuk training umumnya cukup mahal bagi sebagian orang. Perlu
dikembangkan paket-paket pelatihan yang terjangkau. Pemerintah dapat memberikan bantuan
kepada masyarakat melalui bantuan kredit untuk pendidikan, potongan pajak bagi perusahaan
yang meningkatkan kualitas SDMnya melalui pendidikan.

Penutup
Makalah singkat ini tentunya tidak dapat mendiskusikan semua hal yang berhubungan dengan
penyiapan SDM di era Teknologi Informasi ini. Namun, penulis berharap bahwa makalah ini
dapat memberikan sedikit gambaran mengenai berbagai inisiatif yang ada di Indonesia dalam
rangka menyiapkan SDM. Kendala lain yang tidak dibahas pada makalah ini yang ternyata
cukup penting adalah penguasaan bahasa Inggris.

You might also like