You are on page 1of 11

TUGAS FARMAKOTERAPI TERAPAN

SIROSIS

KELOMPOK IV :

Wahyu Relly S.

(14221110101052)

Mokh. Khoirudin AS.

(14221110101053)

Ashari Imam Sayuti

(14221110101054)

PROGRAM STUDI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2015

Sirosis
1. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. PRS

Umur

: 74 tahun

Berat Badan : Diagnosa

: Kolik Abdomen

2. SUBYEKTIF
2.1 Keluhan Utama
Kolik Abdomen
2.2 Keluhan Tambahan
Susah tidur karena sesak nafas, dan rasa tidak nyaman di sekitar dada dan perut
2.3 Riwayat Penyakit
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :
Pasien merasa nyeri perut disertai sesak menjalar ke punggung kanan dan kiri seperti
ditusuk-tusuk. BAB saat ini tidak mencret, kuning, kecoklatan. Pasien mual muntah
sudah 1 bulan. Pasien mengalami osteoporosis dan nyeri.
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) :
Pasien ada riwayat hepatitis C, sirosis sejak 2 tahun yang lalu, dan pernah mutah
darah.
2.4 Riwayat Pengobatan
Poli Geriatri :

Ciprofloxacin 2x500 mg
Cefixim 2x100
Omeprazole 1x20
Hepamez 3x1
Aldacton 1x250
Fluimucyl 3xCI
CaCO3 dan Calcitriol dihentikan karena masih muntah

Rawat Inap (RS) :


Obat
O2 3L/menit bila sesak
IUFD T500 /24 jam
Paracetamol 3x500 mg

13-Apr
v
v
v

14-Apr
v
v
v

15-Apr
v
v
v

16-Apr
v
v
v

17-Apr
v
v
v

Omeprazole 1x40mg i.v


Ondansentron 3x4 mg i.v
Spironolactone 1x50mg
Hepamerz 3x1 sach
Propanolol 2x10 mg
Lesichol 3x300 mg
Cefotaxim 2x1 gr
Levofloxacin 1x500 p.o
Asam Folat 1x3
Vit B12 3x1
Avamis 2x1
NaCl kapsul 3x2 tab
domperidon 3x10 mg
lasix 1x20 mg bila TD>100
sucralfate

v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v

v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v

v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v

v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v

v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v

2.5 Riwayat Keluarga/Sosial:


Pasien tinggal dengan anak bungsu, suami PNS. ASKES Sosial.
2.6 Alergi obat
3. OBYEKTIF
Tanda vital dan pemeriksaan Laboratorium :
Test
ApTT
AFP
Anti HCV
AsamUrat
Bilirubin Total
Bilirubin Direk
Bilirubin Indirek
Na
K
Cl
Fosfat inorganik
Gamma GT
Calcium
Kolinesterase
SGOT
SGPT
Ureum darah

Normal
31.0-47.0
Kontrol
<= 5.8
<0.90 : non reaktif
<5.7
<1.00 mg/dl
<0.30 mg/dl
0.10-0.70
132-147 meq/L
3.3-5.4 meq/L
94.0-111 meq/L
2.7-4.5 mg/dl
<36 U/L
8.8 10.2 mg/dl
<27
<36
<50

14/4
52.3
32.1
6.4
228 ribu reaktif
8.3
0.92
0.42
0.55
119
4.43
91.0
3.1
157
7.5
1723
41
16
29

15/4
42.3
32.1
6.1
250 ribu reaktif
8.5
0.91
0.36
0.50
119
3.97
90.9
2.6
153
7.6
1730
45
19
32

Pemeriksaan darah lengkap :


Test

Normal

14/4

15/4

18/4

Hb
Hct
Eritrosit
MCV
MCH
Trombosit
Leukosit

12.0-14.0
37.0-43.0
4.00-5.00
82.0-92.0
27.0-31.0
150-400 rb/ul
5.0-10.0 ribu/ul

9.5
26.9
2.88
93.4
33.0
75
3.64

10.0
28.1
3.00
93.7
33.3
72
3.89

10.0
28.2
2.99
94.3
33.4
56
3.06

4. ASSESMENT
Problem medik dan Drug Related Problem Pasien
Problem Medik
Hipertensi Porta
dan
Varices
Hemoragi

Acites

Subjek /
Obyektif
Pemeriksaan Lab,
keluhan
pasien
(muntah,
berak
dengan
feses
warna gelap)

Terapi

Analisa

DRP

Plan dan Monitoring

Propanolol
2x10mg
Omeprazole
1x40mg i.v
Sucralfate

Propanolol merupakan golongan beta


bloker yang dapat menurunkan
kontraksi porta hepatic (Basic and
Clinical Pharmacology). Hipertensi
porta dapat menyebabkan varices
hemoragi karena pada kondisi
tersebut vena disekitar esophagus
mengalami
dilatasi
sehingga
menimbulkan
adanya
varices.
Golongan beta bloker non selektif
(propanolol) dapat digunakan untuk
first line (Guideline Cirrosis).
Omeprazole
merupakan
obat
golongan PPI yang menghambat
pompa proton sehingga asam
lambung tidak disekresikan sehingga
dapat mengurangi pendarahan GI
pada pasien dengan kondisi varises
hemoragi.
Sucralfate bekerja dengan cara
meningkatkan pertahanan mukosa
esofagus (IPD).
Pasien
mengalami
penurunan
Natrium
dalam
serum
yang
menandakan
ketidakmampuan
ekskresi air bebas, sehingga terjadi
retensi air dalam tubuh (IPD).
Spironoacton diindikasikan pada

Dosis propanolol untuk terapi


varices hemoragi terlalu kecil
yaitu hanya 10 mg dua kali
sehari/under dose
Sucralfate dapat menurunkan
bioavailabilitas
golongan
quinolon (IPD).

Plan:
Terapi
dapat
diteruskan
dengan penyesuaian dosis
propanolol sebesar 20 mg dua
kali
sehari
(Guideline
Cirrhosis).
Diberi jeda waktu antara
pemberian sucralfate dengan
golongan kuinolon minimal 2
jam (IPD).

Pemeriksaan Lab Spironolacton


(retensi Na, Cl),
1x50mg
keluhan pasien
Lasix 1x20 mg
bila TD> 100
NaCl 3x2

Monitoring:
Perlu pemeriksaan endoskopi
untuk mengetahui tingkat
keparahan varices

Kriteria
udema/acites
pada
pasien belum diketahui secara
pasti. Sehingga untuk terapi
awal
cukup
menggunakan
diuretik
hemat
kalium
(Spironolakton) sebagai first

Plan:
Lasix diberikan ketika pasien
mengalami tekanan darah di
atas 100. Pemberian lasix
ditambahkan pemberian NaCl
kapsul untuk menjaga kadar

udema dan acites yang disebabkan


oleh sirosis (BNF).
Dosis spironolakton 50-100 mg/hari
pada pagi hari.
Lasix
(Furosemide)
merupakan
golongan diuretik kuat yang di
indikasikan untuk menghilangkan
udema dikarenakan retensi air (BNF).

SBP

Sirosis

Berdasarkan
dugaan adanya
Acites

Cefotaxim 2x1 gr
Levofloxacin 2x
500 mg

Pemeriksaan Lab, Hepamerz


Penyakit lainnya
sach

3x1

Adanya cairan pada acites dan udema


yang disebabkan retensi air
merupakan tempat pertumbuhan
bakteri yang baik, sehingga perlu
adanya penggunaan antibiotic untuk
pencegahan infeksi.
Cefotaxim merupakan antibiotik
golongan sefalosporin (generasi 3)
yang merupakan first choice pada
terapi SBP dengan dosis 2 gr i.v tiap
12 jam (Guidline Cirrhosis).
Levofloxacin merupakan antibiotic
golongan kuinolon spectrum luas
dengan dosis 250-500 mg dua kali
sehari selama 7 hari yang digunakan
sebagai profilaksis SBP.
Hepamerz (L-ornitine-L-aspartate)
merupakan hepatoprotektor yang di

line terapi acites (Guidline


Cirrhocis).
Lasix
dapat
menyebabkan
hipokalemia dan penurunan
kadar Na dan Cl.

eloktrolit tubuh.

Monitoring:
Perlu dilakukan pengukuran
volume
udema
dan
pemantauan BB sebelum dan
sesudah diterapi.
respon pemberian diuretik
dapat dimonitoring dengan
penurunan berat badan 0,5 kg
per hari tanpa adanya edema
atau penurunan berat badan 1
kg/hari dengan adanya edema
(IPD).
Plan:
Terapi dapat dilanjutkan
terutama untuk Levofloxacin
selama 7 hari.
Monitoring:
Perlu pemeriksaan cairan
acites/udema untuk
menentukan adanya infeksi
atau bakteri pada cairan
tersebut.

ES hepamerz memiliki kontra


indikasi dengan gangguan fungsi

Plan:
Terapi dapat diteruskan.

Lesichol
mg

Osteoporosis

Anemia

3x300

Diagnosa dokter CaCO3


dan
dan pemeriksaan
Calcitrol
lab
yang
(Dihentikan)
menunjukkan
penurunan kadar
kalsium

Pemeriksaan Lab Vitamin B12


Asam Folat

indikasikan untuk hiperamonemia


akibat penyakit hati akut atau kronik
(MIMS).
Lesichol merupakan suplemen untuk
menunjang fungsi hati (MIMS).
Indikasi CaCO3 dan Calcitrol untuk
mengatasi sumber asupan kalsium
pada penderita Osteoporosis

Asam folat dan vitamin B12


memiliki peranan dalam metabolisme
intraseluler
serta
system
hematopoiesis (IPD).

ginjal.
Monitoring:
Pemeriksaan kondisi ginjal,
monitoring kadar urea serum
CaCo3 dan Calcitrol mempunyai
efek samping mual dan muntah
(MIMS), sehingga dihentikan
pemberiannya.

Tidak diketahui anemia jenis apa


yang di derita pasien, diagnosa
hanya ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan
hematologi.
Sehingga
pengobatan
menggunakan Vitamin B12 &
Asam folat patut di evaluasi.

Plan:
Dianjurkan minum susu 3x
sehari (jika tidak alergi susu)
atau memenuhi kecukupan
gizi.
Monitoring
Pemeriksaan kadar kalsium
secara rutin, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan radiologi
dan ultrasound.
Plan:
Terapi tetap dilanjutkan sambil
dilakukan
pemeriksaan
lanjutan untuk mengetahui
jenis dan penyebab anemia
pasien
Monitoring:
Pemantauan kadar eritrosit dan
Hb pasien, pemeriksaan kadar
serum vitamin B12 & asam
folat,

Mual-muntah

Kondisi fisiologis Ondansentron 3x4


pasien
mg i.v
Domperidone
3x10 mg

Ondansentron diindikasikan untuk


mual muntah akibat radioterapi dan
kemoterapi, serta pencegahan dan
pengobatan mual dan muntah pasca

Penggunaan ondansentron pada


pasien dengan gangguan fungsi
hati maksimal 8 mg per hari
sedangkan penggunaan pada

Plan:
Pada kasus ini disarankan
untuk
menggunakan
ondansentron dengan dosis

operasi (MIMS).
Domperidon diindikasikan untuk
mual dan muntah karena berbagai
sebab, terapi simpomatik dyspepsia
fungsional (MIMS)

Nyeri

Hiperurisemia

Infeksi HVC

Kondisi fisologis Parasetamol


pasien
3x500 mg

Kadar asam urat


yang cukup tinggi

Pemeriksaan Lab

belum ada terapi

belum ada terapi

Parasetamol
merupakan
obat
analgesic
antipiretik
untuk
pengobatan yang digunakan untuk
mengurangi rasa nyeri.

Kadar asam urat yang tinggi dalam


darah
dapat
menyebabkan
penumpukan kristal asam urat pada
persendian. Penumpukan ini dapat
menyebabkan
inflamasi
dan
menimbulkan rasa nyeri pada sendi.

Anti HVC yang tinggi menunjukkan


adanya infeksi hepatitis C

kasus ini 12 mg per hari


(overdose).
Domperidon mempunyai KI
pendarahan, obstruksi mekanik
GI, dan penggunaanya harus
diperhatikan pada kondisi pasien
yang mengalami disfungsi hati
dan ginjal (MIMS).
Parasetamol mempunyai efek
samping hepatotoksik, sehingga
pemberian parasetamol untuk
pasien sirosis harus dihentikan
(IPD)

2x4mg perhari.
Monitoring:
Pemantauan frekuensi mual
muntah dalam sehari

Plan:
Digunakan penghilang nyeri
dari golongan NSAID seperti
ibuprofen
yang
hanya
digunakan ketika nyeri saja.
Monitoring:
Pemantauan gangguang GI
akibat ES ibuprofen.
Plan:
Pemberian terapi tambahan
Allopurinol 100mg/hari.
Mengurangi makanan yang
mengandung kadar purin
tinggi serta alkohol
Monitoring:
Pengecekan kadar asam urat
secara rutin
Plan:
Perubahan gaya hidup.
Terapi Penginterferon dan
Ribavirin.
Monitoring:

Pemeriksaan
laboratorium
terkait HVC secara rutin,
pemeriksaan genotip HVC
untuk ketepatan terapi

Jawaban pertanyaan :
1. Parameter data klinik apa saja dari pasien yang menunjukkan manifestasi dari liver disease?
a. Peningkatan Gamma GT
b. Penurunan MCV
c. Peningkattan ApTT
d. Peningkatan AFP
e. Peningkatan anti HVC
f. Bilirubin direk
g. Trombositopenia, leukopenia
2. Apakah pemberian antibiotik pada pasien di atas sudah tepat? Jelaskan!
Sudah tepat dikarenakan adanya cairan pada udem. pada keadaan ini bisa membuat bermacammacam bakteri dapat tumbuh seperti bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif.
Penggunaan cefotaxime pada kasus sbp digunakan sebagai terapi first line dan untuk terapi
profilaksis digunakan levofloksasin.
3. Apakah pemberian propanolol pada kasus di atas sudah tepat?
Belum tepat dikarenakan pasien diberikan propanolol dengan dosis 10 mg dua kali sehari.
Menurut guideline sirosis dengan infeksi hepatitis C terapi propanolol yang digunakan untuk
varises hemoragi dosisnya sebesar 20 mg dua kali sehari, sehingga dosis propanolol yang
diberikan pada kasus ini kurang (under dose).
4. Mengapa pasien mengalami penurunan trombosit? Apakah penurunan ini perlu diterapi?
Penurunan trombosit dikarenakan adanya kerusakan sel hepatosit hati
5. Apa fungsi lasix pada terapi pasien? Jelaskan kenapa baru diberikan pada hari ke-4?
Lasix dapat digunakan untuk pengobatan asites atau udem dan diberikan ketika pasien
mengalami tekanan darah di atas 100. Pemberian lasix pada hari ke empat dimungkinkan pada
saat itu pasien mengalami tekanan darah di atas 100 selain itu lasix diberikan terakhir karena
penggunaan lasix (diuretik kuat) dapat menurunkan kadar elektrolit dan hipokalemi. Pada
pemberian ini ditambahkan NaCl kapsul untuk mengontrol kadar elektrolit tubuh.
6. Pada kasus di atas ada penyakit yang belum diterapi. Sebutkan penyakitnya dan apa
rekomendasi terapinya?
a. Infeksi HCV
Rekomendasi : Perubahan gaya hidup dan terapi Penginterferon dan Ribavirin.
Monitoring : Pemeriksaan laboratorium terkait HVC secara rutin, pemeriksaan genotip
HVC untuk ketepatan terapi
b. Osteoporosis
Rekomendasi : Dianjurkan minum susu 3x sehari (jika tidak alergi susu) atau memenuhi
kecukupan gizi.
Monitoring
: Pemeriksaan kadar kalsium secara rutin, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
radiologi dan ultrasound.
c. Hiperurisemia
Rekomendasi : Pemberian terapi tambahan Allopurinol 100mg/hari dan mengurangi
makanan yang mengandung kadar purin tinggi serta alcohol
Monitoring : Pengecekan kadar asam urat secara rutin

DAFTAR REFERENSI

Alldredge, BK dkk. 2013. Koda kibmle & Youngs: Applied Therapeutic The Clinical Use of Drug
tenth edition. USA: Wolter Kluwer Health.
Anonim. 2011.MIMS Edisi Bahasa Indonesia Volume 12 Tahun 2011. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu
Populer.
Baxter, Karen. 2010. Stockleys Drugs Interaction ninth Edition. London: Pharmaceutical Press.
British National Formulary 58 September 2009. 2009. London: Pharmaceutical Press
Dipiro, J.T., dkk. 2008. Pharmacothrapry : Pathophysiologic Approach Sevent Edition. New York:
Mc Graw Hill.
Katzung, B.G., dkk. 2012. Basic and Clinical Pharmacology 12 th Edition. Mc Graw Hill. New
York.
Lim, J., Garcia-Tsao, G. 2009. Management and Treatment of Patients With Cirrhosis and Portal
Hypertension: Recommendations From the Department of Veterans Affairs Hepatitis C
Resource Center Program and the National Hepatitis C Program (Guidline Cirrhosis).
American of Jounal Gastroenterology. USA: Nature Publishing Group.
Ritter, J.M., dkk. 2008. A textbook of Clinical Pharmacology and Therapeutics Fifth Edition.
Hodder Arnold Arnold: London.
Sudoyo, A.W., dkk. 2009. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Interna Publishing
Sudoyo, A.W., dkk. 2009. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Interna Publishing
Tjay, T.H., dan Rahardja, K.,. 2008. Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek
Sampingnya. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

You might also like