You are on page 1of 8

NAMA : RAMILYA ELVERA SILABAN

NIM

: 41090001

1. Stresor : penghalang/kesukaran yang dapat menimbulkan stress.


Sumber stressor :
a. Internal. Faktor internal stress bersumber dari diri sendiri, suatu sifat atau ciri yang
terlalu menonjol, misalnya terlalu lekas marah, terlalu bersih atau kotor, terlalu
disiplin atau sembrono, obsesif, dsb.
b. Eksternal. Faktor eksternal stress dapat bersumber dari keluarga, masyarakat, dan
lingkungan. Stressor yang berasal dari keluarga disebabkan oleh adanya perselisihan
dalam keluarga, perpisahan orang tua, adanya anggota keluarga yang mengalami
kecanduan narkoba, dsb. Sumber stressor masyarakat dan lingkungan dapat berasal
dari lingkungan pekerjaan, lingkungan sosial, atau lingkungan fisik.
Menurut Brench Grand (2000), stress ditinjau dari penyebabnya hanya dibedakan
menjadi 2 yaitu:
a. Penyebab makro. Menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti: kematian,
perceraian, pensiun, luka batin dan kebangkrutan.
b. Penyebab mikro. Menyangkut peristiwa kecil dalam kehidupan sehari-hari, seperti:
pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan dan
antri.
Stres
: usaha penyesuaian diri untuk mengembalikan keseimbangan badan dan/
jiwa yang terganggu.
Stres adalah keadaan yang dihasilkan oleh perubahan lingkungan yang diterima sebagai
suatu hal yang menantang, mengancam atau merusak keseimbangan kehidupan
seseorang. Seringkali stres didefinisikan dengan hanya melihat dari stimulus atau respon
yang dialami seseorang (Lazarus & Folkman, 1984).
Jenis-jenis stress :
a. Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah,
suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
b. Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormone,
atau gas. Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang
menimbulkan penyakit.
c. Stres psikologis, yang dapat menimbulkan keadaan :
- Frustasi, timbul bila ada stressor antara kita dan tujuan kita.
- Konflik, timbul bila kita tidak dapat memilih antara dua atau lebih macam
kebutuhan atau tujuan.
- Tekanan, timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal
dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi. Tekanan
yang berasal dari luar individu, misalnya orang tua menuntut anaknya agar
disekolahkan selalu rangking satu.
- Krisis, timbul karena stresor mendadak dan besar yang menimbulkan stress pada
individu ataupun kelompok.
Menurut Kozier & Erb, 1983 dikutip Keliat B.A., 1999, dampak stressor dipengaruhi oleh
berbagai faktor yaitu:
a. Sifat stressor . Pengetahuan individu tentang bagaimana cara mengatasi dan
darimana sumber stressor tersebut serta besarnya pengaruh stressor pada individu
tersebut, membuat dampak stress yang terjadi pada setiap individu berbeda-beda.
b. Jumlah stressor yaitu banyaknya stressor yang diterima individu dalam waktu
bersamaan. Jika individu tersebut tidak siap menerima akan menimbulkan perilaku
yang tidak baik. Misalnya marah pada hal-hal yang kecil.

c. Lama stressor, maksudnya seberapa sering individu menerima stressor yang sama.
Semakin sering individu mengalami hal yang sama maka akan timbul kelelahan
dalam mengatasi masalah tersebut.
d. Pengalaman masa lalu, yaitu pengalaman individu yang terdahulu mempengaruhi
cara individu menghadapi masalahnya.
e. Tingkat perkembangan, artimya tiap individu memiliki tingkat perkembangan yang
berbeda.
Selain itu adapula beberapa faktor yang juga ikut mempengaruhi stress, yaitu :
a. Faktor biologis-herediter, kondisi fisik, neurofisiologik dan neurohormonal.
b. Faktor psikoedukatif/ sosio cultural, perkembangan kepribadian, pengalaman dan
kondisi lain yang memengaruhinya.
2. Koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya untuk
mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi
sumber individu (Lazarus & Folkman, 1984).
Penggolongan mekanisme koping menurut Folkman dan Lazarus:
a. Planful problem solving (Problem-focused). Individu berusaha menganalisa situasi
untuk memperoleh solusi dan kemudian mengambil tindakan langsung untuk
menyelesaikan masalah.
b. Confrontative koping (Problem focus). Individu mengambil tindakan asertif yang
sering melibatkan kemarahan atau mengambil resiko untuk merubah situasi.
c. Seeking social support (Problem or emotion- focused). Usaha individu untuk
memperoleh dukungan emosional atau dukungan informasional.
d. Distancing (Emotion focused). Usaha kognitif untuk menjauhkan diri sendiri dari
situasi untuk menciptakan pandangan yang positif terhadap masalah yang dihadapi.
e. Escape Avoidanceting (Emotion focused). Menghindari masalah dengan cara
berkhayal atau berfikir dengan penuh harapan tentang situasi yang dihadapi atau
mengambil tindakan untuk menjauhi masalah yang dihadapi.
f. Self Control (Emotion focused). Usaha individu untuk menyesuaikan diri dengan
perasaan apapun dalam hubungannya dengan masalah.
g. Accepting Responcibility (Emotion Focused). Mengakui peran diri sendiri dalam
masalah dan berusaha untuk memperbaikinya.
h. Possitive Reappraisal (Emotion focused). Usaha individu untuk menciptakan arti
yang positif dari masalah yang dihadapi.
Menurut Lazarus & Folkman (1984), penanganan stres atau koping terdiri dari dua
bentuk, yaitu :
a. Koping yang berfokus pada masalah (problem-focused koping) adalah istilah Lazarus
untuk strategi kognitif untuk penanganan stres atau koping dimana individu secara
aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi
yang menimbulkan stress.
b. Koping yang berfokus pada emosi (emotion-focused koping) adalah istilah Lazarus
untuk strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap
situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian
defensif.
Penggolongan mekanisme koping menurut Vaillant:
a. Mekanisme pertahanan pathologis. Mekanisme ini membuat seseorang mengatur
pengalaman eksternal agar dapat menghindari realita yang sebenarnya. Individu
yang menampakkan mekanisme ini tampak irasional atau gila di mata orang lain,
misalnya :
- Proyeksi (Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain
terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi yang tidak dapat
ditoleransi). Contoh : seseorang menyangkal bahwa ia menyukai temannya,
berbalik menuduh bahwa temannya itu berusaha merayunya.
- Penyangkalan/denial (Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan
mengingkari realitas tersebut).

Pemisahan/splitting (Sikap mengelompokkan orang / keadaan hanya sebagai


semuanya baik atau semuanya buruk; kegagalan untuk memadukan nilai-nilai
positif dan negatif di dalam diri sendiri).
b. Mekanisme pertahanan immature. Mekanisme ini sering tampak pada orang dewasa
dan lebih sering remaja. Mekanisme ini mengurangi penderitaan dan kekhawatiran
yang dipicu karena realita yang tidak menyenangkan. Biasanya individu tersebut
tidak menyenangkan secara social karena masih immature, sulit berdamai dengan
realita yang ada, misalnya :
- Fantasi
- Acting out
- Idealisasi
- Proyeksi
c. Mekanisme pertahanan neurotic. Mekanisme ini sering pada orang dewasa.
Mekanisme ini dapat menimbulkan masalah jangka panjang, misalnya :
- Pemisahan/Displacement (Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada
seseorang/benda lain yang biasanya netral atau lebih sedikit mengancam
dirinya).
- Dissosiasi (Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari
kesadaran atau identitasnya).
- Isolasi
- Undoing (Tindakan/ perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari
tindakan/ perilaku atau komunikasi sebelumnya; merupakan mekanisme
pertahanan primitive).
- Intelektualisasi (Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari
pengalaman yang mengganggu perasaannya).
- Represi (Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls atau ingatan
yang menyakitkan atau bertentangan, dari kesadaran seseorang; merupakan
pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme lain).
d. Mekanisme pertahanan mature. Mekanisme ini meningkatkan rasa senang dan
mengontrol. Mekanisme ini membantu kita mengintergrasikan pemikiran dan emosi,
namun tetap terkontrol, misalnya :
- Altruism (tindakan sukarela untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan
imbalan dalam bentuk apapun atau disebut juga tindakan tanpa pamrih).
- Antisipasi
- Indentifikasi (Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi
berupaya dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran, perilaku dan selera
orang tersebut).
Mekanisme pembelaan ego untuk melunakkan kegagalan, menghilangkan
kecemasan, mengurangi perasaan menyakitkan karena pengalaman tidak enak serta
untuk mempertahankan perasaan layak juga harga diri. Berbagai macam mekanisme
pembelaan ego:
a. Fantasi, memuaskan keinginan yang terhalang, dengan prestasi dalam khayalan.
b. Penyangkalan, melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang tidak menyenangkan
dengan menolak menghadapi hal tersebut.
c. Rasionalisasi, berusaha membuktikan bahwa perbuatannya benar dan dapat disetujui
oleh dirinya dan orang lain.
d. Identifikasi, menambah rasa harga diri dengan menyamakan dirinya dengan orang
atau hal yang dikagumi.
e. Introyeksi, menyatukan nilai dan norma luar dengan struktur egonya sehingga
individu tidak tergantung pada belas kasihan dari luar yang dirasakan sebagai
ancaman.
f. Represi, mendorong pikiran yang menyakitkan atau berbahaya masuk ke alam sadar.
g. Regresi, mundur ke tingkat perkembangan yang kurang matang, dengan respon yang
kurang matang dan biasanya juga dengan aspirasi yang kurang.

h. Proyeksi, menyalahkan orang lain mengenai kesukaran atau keinginannya yang tidak
baik.
i. Penyusunan reaksi, mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
tantangan.
j. Sublimasi, mencari pemuasan atau menghilangkan keinginan seksual dalam kegiatan
nonseksual.
k. Kompensasi, menutupi kelemahan dengan menonjolkan sifat yang diinginkan atau
pemuasan secara berlebihan dalam satu bidang karena mengalami frustasi dalam
bidang lain.
l. Salah pindah (displacement), melepaskan perasaan terkekang, biasanya
permusuhan, pada objek yang tidak begitu berbahaya.
m. Pelepasan (undoing), meniadakan atau membatalkan suatu pikiran, kecenderungan
atau tindakan yang tidak disetujui.
n. Penyekatan emosional (emotional insulation), mengurangi keterlibatan ego dan
menarik diri menjadi pasif pasif untuk melindungi diri sendiri dari rasa sakit.
o. Isolasi (intelektualisasi, disosiasi), memutuskan pelepasan afektif karena keadaan
yang menyakitkan atau memisahkan sikap-sikap yang bertentangan dengan tembok
tahan logika.
p. Simpatisme, berusaha memperoleh simpati dengan menceritakan berbagai
kesukarannya.
q. Pemeranan (acting out), mengurangi kecemasan yang dibangkitkan oleh keinginan
terlarang dengan memberikan ekspresinya.
3. Gejala-gejala gangguan jiwa pada umumnya dapat dipahami dari dua segi,yaitu:
a. Deskriptif, hanya melukiskan bagaimana gejala itu terjadi tanpa menerangkan makna
dan dinamikanya. Misal: terjadi halusinasi berulang-ulang atau pada saat-saat
tertentu (pagi hari) tanpa menerangkan halusinasi apa dan sebagainya.
b. Psikodinamik, tidak hanya menerangkan tentang bagaimana gejala itu terjadi tetapi
juga dinamikanya. Misal : kapankah terjadinya, tentang apa gangguannya,
bagaimana prosesnya, reaksi psikologis yang ditampilkan kemudian, dan sebagainya.
Simptomatologi dalam gangguan jiwa:
1) Gangguan kesadaran/consciousness
Bila kesadaran itu baik, maka akan terjadi orientasi (waktu, tempat, dan orang) serta
pengertian yang baik dan pemakaian secara efektif informasi yang masuk (melalui
ingatan dan pertimbangan). Bila kesadaran menurun, kemampuan persepsi,
perhatian, dan pemikiran yang berkurang secara keseluruhan. Penilaian kesadaran :
a. Kuantitatif :
- Kompos mentis, kesadaran dengan respon yang meninggi terhadap rangsang,
suara-suara terdengar lebih keras (normal)
- Apatis, kesadarannya baik, bisa berkomunikasi dengan baik tetapi memerlukan
intensitas yang tinggi.
- Somnolen, kesadarannya seperti orang tidur, tidak acuh terhadapsekelilingnya,
apatis, tetapi masih dapat memberikan jawaban dan reaksi.
- Stupor, kesadarannya seperti orang yang tidur lelap, dimana ingatan,orientasi,
dan pertimbangannya sudah hilang. Kalau dirangsang hanya sedikit memberikan
respon, dengan tidak acuh atau dengan membuka mata sebentar kemudian tidur
lagi.
- Koma, keadaan pingsan, tidak memberikan respon sedikitpun terhadaprangsang
dari luar. Refleksi pupil sudah tidak ada.
- Delirium, gangguan kesadaran yang berasal dari reaksi organic akut dengan
tanda gelisah, bingung, disorientasi.
b. Kualitatif/ disorientasi : pasien tidak mengenal orang, wakti, tempat, dan situasi

2) Gangguan afek dan emosi


Afek : nada perasaan, menyenangkan/tidak, yang menyertai suatu pikiran dan
berlangsung lama, kurang disertai fisiologik. Ekspresi emosi yang terlihat mungkin
tidak konsisten dengan emosi yang dikatakan.
- Inappropiate, yaitu gangguan emosi ditandai dengan jelas adanya perbedaan
antara sifat emosi yang ditunjukkan dengan situasi yang menimbulkannya.
- Afek tumpul, manifestasi dalam intensitas menurun/ekspresi mengurang.
- Afek datar, tidak ada ekspresi dari perasaan/monoton wajah dan suara.
- Restricted, yaitu terbatas/menyempit.
- Depresi, yaitu perasaan sedih tertekan.
Emosi : suatu kompleks keadaan perasaan dengan komponen psikis, somatic dan
perilaku yang berhubungan dengan afek dan mood. Sering disertai perubahan
fisiologis yang mendorong untuk bertindak.
- Ansietas, perasaan takut terjadi sesuatu yang disebabkan konflik bawah sadar,
sumber bahaya yang tidak diketahui.
- Fear/takut, respon fisiologi dan emosiaonal terhadap sumber bahaya yang
diketahui.
- Fobia, ketakutan yang obsesif persisten hebat, tidak realistis terhadap suatu
benda/keadaan.
Mood : keadaan suasana hati yang menetap dan subjektif, yang dilaporkan pasien
dan terlihat oleh orang lain.
- Euphoria, perasaan sejahtera fisik maupun emosional yang meningkat, berasal
dari factor psikologis; gembira palsu. Sering terjadi pada gangguan jiwa manic.
- Elasi, eufori, percaya diri disertai kenaikan aktivitas motorik.
- Eksaltasi, elasi yang kuat dan perasaan kebesaran, agung, mulia
- Ekstase, emosi senang disertai dengan rasa hati yanhg aneh, penuhkegairahan,
perasaan aman, damai, dan tenang. Merasa hidup baru kembali.
- Anhedonia, ketidakmampuan merasakan kesenangan, tidak timbul senang
dengan aktivitas yang biasanya menyenangkan.
3) Gangguan Psikomotor
Psikomotor: efek kombinasi dari aktivitas fisik dan emosional.
- Agitasi, aktivitas motorik berlebihan, biasanya tak bertujuan, ada hubungan
dengan ketegangan dalam dirinya.
- Agresivitas, tingkah laku yang kuast, bertujuan bias fisik/verbal.
- Stupor katatonik, reaksi terhadap lingkungan sangat berkurang, gerakan
danaktivitas menjadi sangat lambat.
- Katalepsi, mempertahankan secara kaku posisi badan tertentu,sekalipun hendak
diubah orang lain.
- Flexibilitas serea, kelenturan dalam menggerakkan anggota badantetapi masih
ada hambatan.
- Grimas, mimic yang aneh dan berulang-ulang
- Manerisme, pergerakan/lagak yang stereotipik dan teatral.
- Otomatisme, tingkah laku otomatis, nyata tidak terarah dan tidak terkontrol
secara sadar.
- Negativism, menentang nasehat/permintaan orang lain/melakukan gerakan yang
berlawanan dengan perintah.
- Bizare, aneh.
- Ekopraxia, menirukan gerakan orang lain pada saat dilihatnya.
- Ekolali, menirukan apa yang diucapkan orang lain.
Pada gangguan depresi gejala: hipoaktif dan hipokenesis akan muncul.
Pada gangguan manic gejala: hiperaktif, agresif, eksaltasi akan muncul.
4) Gangguan proses pikir

Proses pikir : suatu proses penggabungan ide dengan ide yang lain dengan cara
imajinasi, perhatian, pendapat.
Bentuk pikir:
- Autistic, adanya kegagalan untuk membedakan batas antara kenyataan dengan
fantasi; hidup dalam pikirannya sendiri.
Sering terjadi pada schizophrenia.
- Dereistik, ketidaksesuaian antara proses mental individu dengan pengalamannya
yang sedang berjalan. Ide-ide yang seakan-akancemerlang tetapi tidak mungkin
realistis.
- Non-realistik, bentuk pikiran yang sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan.
Isi pikir:
- Waham/delusi, kesalahan dalam menilai diri sendiri, atau keyakinantentang isi
pikirannya padahal tidak sesuai dengan kenyataan.
Macam waham : w.diancam, w.kejar, w.kebesaran, w.bizzare, w.bersalah/berdosa.
- Fantasi, isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yangdiharapkan atau
diinginkan, tetapi sebenarnya tidak nyata.
- Obsesi, isi pikiran yang kukuh/persisten dan datang berulang-ulang, biarpun tak
dikehendaki dan diketahui tidak wajar atau tidak mungkin terjadi.
Alur/arus pikir:
- Inkoherensi, keadaan jalan pikiran yang kacau, sehingga satu ide bercampur
dengan ide yang lain.
- Irelevansi, isi piker/ucapan tidak ada hubungan dengan pertanyaan.
- Flight of idea, pikiran yang melayang atau melompat-lompat.
- Logore, banyak bicara tanpa control, mungkin konheren/inkoheren.
- Bloking, jalan pikirannya tiba-tiba terhenti, tidak tahu kenapa berhenti.
- Neologisme, membuat kata-kata baru yang tidak dipahami oleh umum.
- Tangensial, pembicaraan semakin jauh dari pokok permasalahan.
- Sirkumstansial, pikiran yang berbelit-belit, ngomong berputar- putar tidak sampai
isi.
- Mutisme, menolak untuk bicara
- Remming, hambatan dalam mengucapkan kata-kata.
- Afasia motorik, gangguan bicara oleh karena gangguan organic otak, pengertian
masih utuh.
- Depersonalisasi, perasaan aneh tentang dirinya/pribadinya tidak seperti biasa lag,
tidak menurut kenyataan.
- Perseverasi, pengulangan perkataan/ide yang sama.
- Verbigerasi, pengulangan katan yang tidak berarti.
5) Gangguan Persepsi
Persepsi : proses mental dimana asal-usul objek dikenal dengan cara melewati
hubungan berbagai kualitas ingatan.
- Halusinasi, persepsi sensorik yang salah, tidak ada hubungan dengan stimuli
eksternal.
Missal:
akusitik
(bisikan),
penglihatan,
perabaan,
pengecapan,perabaan.
- Ilusi, persepsi sendorik yang salah dari stimuli eksternal yang nyata (ada
objeknya).
- Derealisasi, perasaan aneh tentang lingkungannya dan tidak menurut kenyataan.
- Depersonalisasi, yaitu perasaan aneh tentang dirinya atau perasaan
bahwadirinya sudah tidak seperti dulu lagi.
- Makropsia, keadaan, dimana objek nampak lebih besar dari sebenarnya.
- Mikropsia, keadaan objek lebih kecil dari sebenarnya.
6) Gangguan Daya Ingat
Tiga proses utama daya ingat : pencatatan/registrasi, penahanan/retensi,
pemanggilan kembali/recall.
- Amnesia, yaitu keadaan seseorang kehilangan ingatan, mungkin sebagian atau
seluruhnya. Ada dua macam amnesia, yaitu anterograde (meliputi pengalaman

sesudah gangguan terjadi) dan retrograde (meliputi pengalaman sebelum


gangguan terjadi).
- Hipoamnesia, penurunan derajat menyimpan dan mendapatkan kembali informasi
ynag sudah disimpan.
- Hiperamnesia, kenaikan derajat menyimpan dan mendapatkan informasi.
- Paramnesia, ngatan yang keliru (ilusi ingatan) karena distorsi pemanggilan
kembali (recall), meliputi: konfabulasi, deja vu, jamais vu,fausse reconnaissance.
- Dj vu, sensasi ilusi bahwa penderita pernah melihat sebelumnya;
ilusi/pengenalan visual dimana situasi baru secara salah dianggap sebagai
ulangan.
- Jamais vu, perasaan salah yang terjadi bahwa situasi yang belum pernah dialami
seperti sudah dialami.
- Demensia, gangguan mental organik dimana terjadi kemunduran intelektual yang
sudah didapat sebelumnya, cukup berat mengganggu fungsi.
7) Gangguan Tidur
- Insomnia, perubahan pola tidur yang nyata dan dirasa mengganggu.
Insomnia inisial : sulit untuk masuk tidur.
Middle insomnia : bangun tengah malam dan susah untuk tidur lagi.
Insomnia terminal : bangun terlalu pagi dan tidak dapat tidur lagi.
- Hipersomnia, jumlah tidur yang berlebihan dengan keadaan bingung pada waktu
bangun.
- Somnambulisme/sleepwalking, gangguan tidur terjadi aktivitas motorik.
8) Gangguan intelegensi
Intelegensi : kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang baru melalui pemikiran
dan pertimbangan.
Berbagai hal yang dapat menghambat kemampuan intelegensi, misalnya: kerusakan
otak (prenatal,perinatal, ataupun postnasal berupa keturunan, keracunan,
neoplasma, gangguan pembuluh darah), karena psikosis (skizofrenia, bipolar,
ataupun sindroma otak organic).
Retardasi mental adalah kekurangan intelegensi sehingga daya guna social dan
pekerjaan menjadi terganggu. Dementia adalah kemunduran intelegensi, karena
kerusakan otak yang ireversibel.
Pembagian tingkat intelegensi:
- Sangat superior (IQ >130)
: jenius
- Superior (IQ 110-130)
: dapat berfungsi biasa
- Normal (IQ 86-109)
: dapat berfungsi biasa
- Keadaan bodoh (IQ 65-85)
: tidak sanggup bersaing dalam mencari nafkah
- Debilitas (IQ 52-85)
: retardasi mental ringan
- Imbesilitas (IQ 36-51)
: retardasi mental sedang
Imbesilitas (IQ 20-35)
: retardasi mental berat
- Idiosi (IQ <20)
: retardasi mental sangat berat
9) Insight/Tillikan diri
Tilikan adalah derajat kesadaran dan pemahaman pasien terhadap sakitnya.
- Tilikan intelektual, mengerti kenyataan objektif tentang suatu keadaan tanpa
kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang berguna untuk mengatasi
situasi.
- Tilikan sesungguhnya, mengerti kenyataan objektif tentang situasi, disertai daya
pendorong motivasi dan emosional untuk mengatasu situasi.
- Tilikan terganggu, menghilangnya kemampuan untuk mengerti kenyataan objektif
dari suatu situasi.
Ada 6 derajat tilikan:
a. Sama sekali denial terhadap sakitnya
b. Sedikit menyadari keadaan sakitnya dan membutuhkan pertolongan tetapi pada
saat yang sama denial dan masih menolaknya

c. Menyadari keadaan sakitnya tetapi menyalahkan orang lain atau factor luar
lainnya sebagai penyebabnya
d. Menyadari keadaan sakitnya disebabkan karena sesuatu yang tidak diketahui
e. Tilikan intelektuan (intellectual insight), menyadari sakitnya dan gejalanya dan
kegagalan dalam penyesuaian social karena perasaan irasional tertentu atau
gangguan dalam diri pasien, tetapi tidak menerapkan kesadaran ini pada
pengalamannya
f. Tilikan emosional sejati (true emotional insight), kesadaran emosional dari
perasaan dalam diri pasien dan orang-orang penting dalam diri pasien di mana
dapat mengubah perilaku pasien.
Insight jelek pada penderita psikotik.

Sumber :
Coleman, J.C. 1976. Abnormal psychology and modern life. Taraporevala Sons&Co : Bombay
Kaplan dan Sadock.2009. Sinopsis Psikiatri, Edisi 7, Jilid 1 dan 2, Bina Rupa Aksara: Jakarta
Lazarus RS, Folkman S. 1984. Stress Appraisal and Coping. Springer Publishing Company.
New York.
Maramis,W.F dan A. A. Maramis. 2009.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa edisi 2, Airlangga
University Press: Surabaya

You might also like