Professional Documents
Culture Documents
NIM
: 41090001
c. Lama stressor, maksudnya seberapa sering individu menerima stressor yang sama.
Semakin sering individu mengalami hal yang sama maka akan timbul kelelahan
dalam mengatasi masalah tersebut.
d. Pengalaman masa lalu, yaitu pengalaman individu yang terdahulu mempengaruhi
cara individu menghadapi masalahnya.
e. Tingkat perkembangan, artimya tiap individu memiliki tingkat perkembangan yang
berbeda.
Selain itu adapula beberapa faktor yang juga ikut mempengaruhi stress, yaitu :
a. Faktor biologis-herediter, kondisi fisik, neurofisiologik dan neurohormonal.
b. Faktor psikoedukatif/ sosio cultural, perkembangan kepribadian, pengalaman dan
kondisi lain yang memengaruhinya.
2. Koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya untuk
mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi
sumber individu (Lazarus & Folkman, 1984).
Penggolongan mekanisme koping menurut Folkman dan Lazarus:
a. Planful problem solving (Problem-focused). Individu berusaha menganalisa situasi
untuk memperoleh solusi dan kemudian mengambil tindakan langsung untuk
menyelesaikan masalah.
b. Confrontative koping (Problem focus). Individu mengambil tindakan asertif yang
sering melibatkan kemarahan atau mengambil resiko untuk merubah situasi.
c. Seeking social support (Problem or emotion- focused). Usaha individu untuk
memperoleh dukungan emosional atau dukungan informasional.
d. Distancing (Emotion focused). Usaha kognitif untuk menjauhkan diri sendiri dari
situasi untuk menciptakan pandangan yang positif terhadap masalah yang dihadapi.
e. Escape Avoidanceting (Emotion focused). Menghindari masalah dengan cara
berkhayal atau berfikir dengan penuh harapan tentang situasi yang dihadapi atau
mengambil tindakan untuk menjauhi masalah yang dihadapi.
f. Self Control (Emotion focused). Usaha individu untuk menyesuaikan diri dengan
perasaan apapun dalam hubungannya dengan masalah.
g. Accepting Responcibility (Emotion Focused). Mengakui peran diri sendiri dalam
masalah dan berusaha untuk memperbaikinya.
h. Possitive Reappraisal (Emotion focused). Usaha individu untuk menciptakan arti
yang positif dari masalah yang dihadapi.
Menurut Lazarus & Folkman (1984), penanganan stres atau koping terdiri dari dua
bentuk, yaitu :
a. Koping yang berfokus pada masalah (problem-focused koping) adalah istilah Lazarus
untuk strategi kognitif untuk penanganan stres atau koping dimana individu secara
aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi
yang menimbulkan stress.
b. Koping yang berfokus pada emosi (emotion-focused koping) adalah istilah Lazarus
untuk strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap
situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian
defensif.
Penggolongan mekanisme koping menurut Vaillant:
a. Mekanisme pertahanan pathologis. Mekanisme ini membuat seseorang mengatur
pengalaman eksternal agar dapat menghindari realita yang sebenarnya. Individu
yang menampakkan mekanisme ini tampak irasional atau gila di mata orang lain,
misalnya :
- Proyeksi (Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain
terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi yang tidak dapat
ditoleransi). Contoh : seseorang menyangkal bahwa ia menyukai temannya,
berbalik menuduh bahwa temannya itu berusaha merayunya.
- Penyangkalan/denial (Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan
mengingkari realitas tersebut).
h. Proyeksi, menyalahkan orang lain mengenai kesukaran atau keinginannya yang tidak
baik.
i. Penyusunan reaksi, mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
tantangan.
j. Sublimasi, mencari pemuasan atau menghilangkan keinginan seksual dalam kegiatan
nonseksual.
k. Kompensasi, menutupi kelemahan dengan menonjolkan sifat yang diinginkan atau
pemuasan secara berlebihan dalam satu bidang karena mengalami frustasi dalam
bidang lain.
l. Salah pindah (displacement), melepaskan perasaan terkekang, biasanya
permusuhan, pada objek yang tidak begitu berbahaya.
m. Pelepasan (undoing), meniadakan atau membatalkan suatu pikiran, kecenderungan
atau tindakan yang tidak disetujui.
n. Penyekatan emosional (emotional insulation), mengurangi keterlibatan ego dan
menarik diri menjadi pasif pasif untuk melindungi diri sendiri dari rasa sakit.
o. Isolasi (intelektualisasi, disosiasi), memutuskan pelepasan afektif karena keadaan
yang menyakitkan atau memisahkan sikap-sikap yang bertentangan dengan tembok
tahan logika.
p. Simpatisme, berusaha memperoleh simpati dengan menceritakan berbagai
kesukarannya.
q. Pemeranan (acting out), mengurangi kecemasan yang dibangkitkan oleh keinginan
terlarang dengan memberikan ekspresinya.
3. Gejala-gejala gangguan jiwa pada umumnya dapat dipahami dari dua segi,yaitu:
a. Deskriptif, hanya melukiskan bagaimana gejala itu terjadi tanpa menerangkan makna
dan dinamikanya. Misal: terjadi halusinasi berulang-ulang atau pada saat-saat
tertentu (pagi hari) tanpa menerangkan halusinasi apa dan sebagainya.
b. Psikodinamik, tidak hanya menerangkan tentang bagaimana gejala itu terjadi tetapi
juga dinamikanya. Misal : kapankah terjadinya, tentang apa gangguannya,
bagaimana prosesnya, reaksi psikologis yang ditampilkan kemudian, dan sebagainya.
Simptomatologi dalam gangguan jiwa:
1) Gangguan kesadaran/consciousness
Bila kesadaran itu baik, maka akan terjadi orientasi (waktu, tempat, dan orang) serta
pengertian yang baik dan pemakaian secara efektif informasi yang masuk (melalui
ingatan dan pertimbangan). Bila kesadaran menurun, kemampuan persepsi,
perhatian, dan pemikiran yang berkurang secara keseluruhan. Penilaian kesadaran :
a. Kuantitatif :
- Kompos mentis, kesadaran dengan respon yang meninggi terhadap rangsang,
suara-suara terdengar lebih keras (normal)
- Apatis, kesadarannya baik, bisa berkomunikasi dengan baik tetapi memerlukan
intensitas yang tinggi.
- Somnolen, kesadarannya seperti orang tidur, tidak acuh terhadapsekelilingnya,
apatis, tetapi masih dapat memberikan jawaban dan reaksi.
- Stupor, kesadarannya seperti orang yang tidur lelap, dimana ingatan,orientasi,
dan pertimbangannya sudah hilang. Kalau dirangsang hanya sedikit memberikan
respon, dengan tidak acuh atau dengan membuka mata sebentar kemudian tidur
lagi.
- Koma, keadaan pingsan, tidak memberikan respon sedikitpun terhadaprangsang
dari luar. Refleksi pupil sudah tidak ada.
- Delirium, gangguan kesadaran yang berasal dari reaksi organic akut dengan
tanda gelisah, bingung, disorientasi.
b. Kualitatif/ disorientasi : pasien tidak mengenal orang, wakti, tempat, dan situasi
Proses pikir : suatu proses penggabungan ide dengan ide yang lain dengan cara
imajinasi, perhatian, pendapat.
Bentuk pikir:
- Autistic, adanya kegagalan untuk membedakan batas antara kenyataan dengan
fantasi; hidup dalam pikirannya sendiri.
Sering terjadi pada schizophrenia.
- Dereistik, ketidaksesuaian antara proses mental individu dengan pengalamannya
yang sedang berjalan. Ide-ide yang seakan-akancemerlang tetapi tidak mungkin
realistis.
- Non-realistik, bentuk pikiran yang sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan.
Isi pikir:
- Waham/delusi, kesalahan dalam menilai diri sendiri, atau keyakinantentang isi
pikirannya padahal tidak sesuai dengan kenyataan.
Macam waham : w.diancam, w.kejar, w.kebesaran, w.bizzare, w.bersalah/berdosa.
- Fantasi, isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yangdiharapkan atau
diinginkan, tetapi sebenarnya tidak nyata.
- Obsesi, isi pikiran yang kukuh/persisten dan datang berulang-ulang, biarpun tak
dikehendaki dan diketahui tidak wajar atau tidak mungkin terjadi.
Alur/arus pikir:
- Inkoherensi, keadaan jalan pikiran yang kacau, sehingga satu ide bercampur
dengan ide yang lain.
- Irelevansi, isi piker/ucapan tidak ada hubungan dengan pertanyaan.
- Flight of idea, pikiran yang melayang atau melompat-lompat.
- Logore, banyak bicara tanpa control, mungkin konheren/inkoheren.
- Bloking, jalan pikirannya tiba-tiba terhenti, tidak tahu kenapa berhenti.
- Neologisme, membuat kata-kata baru yang tidak dipahami oleh umum.
- Tangensial, pembicaraan semakin jauh dari pokok permasalahan.
- Sirkumstansial, pikiran yang berbelit-belit, ngomong berputar- putar tidak sampai
isi.
- Mutisme, menolak untuk bicara
- Remming, hambatan dalam mengucapkan kata-kata.
- Afasia motorik, gangguan bicara oleh karena gangguan organic otak, pengertian
masih utuh.
- Depersonalisasi, perasaan aneh tentang dirinya/pribadinya tidak seperti biasa lag,
tidak menurut kenyataan.
- Perseverasi, pengulangan perkataan/ide yang sama.
- Verbigerasi, pengulangan katan yang tidak berarti.
5) Gangguan Persepsi
Persepsi : proses mental dimana asal-usul objek dikenal dengan cara melewati
hubungan berbagai kualitas ingatan.
- Halusinasi, persepsi sensorik yang salah, tidak ada hubungan dengan stimuli
eksternal.
Missal:
akusitik
(bisikan),
penglihatan,
perabaan,
pengecapan,perabaan.
- Ilusi, persepsi sendorik yang salah dari stimuli eksternal yang nyata (ada
objeknya).
- Derealisasi, perasaan aneh tentang lingkungannya dan tidak menurut kenyataan.
- Depersonalisasi, yaitu perasaan aneh tentang dirinya atau perasaan
bahwadirinya sudah tidak seperti dulu lagi.
- Makropsia, keadaan, dimana objek nampak lebih besar dari sebenarnya.
- Mikropsia, keadaan objek lebih kecil dari sebenarnya.
6) Gangguan Daya Ingat
Tiga proses utama daya ingat : pencatatan/registrasi, penahanan/retensi,
pemanggilan kembali/recall.
- Amnesia, yaitu keadaan seseorang kehilangan ingatan, mungkin sebagian atau
seluruhnya. Ada dua macam amnesia, yaitu anterograde (meliputi pengalaman
c. Menyadari keadaan sakitnya tetapi menyalahkan orang lain atau factor luar
lainnya sebagai penyebabnya
d. Menyadari keadaan sakitnya disebabkan karena sesuatu yang tidak diketahui
e. Tilikan intelektuan (intellectual insight), menyadari sakitnya dan gejalanya dan
kegagalan dalam penyesuaian social karena perasaan irasional tertentu atau
gangguan dalam diri pasien, tetapi tidak menerapkan kesadaran ini pada
pengalamannya
f. Tilikan emosional sejati (true emotional insight), kesadaran emosional dari
perasaan dalam diri pasien dan orang-orang penting dalam diri pasien di mana
dapat mengubah perilaku pasien.
Insight jelek pada penderita psikotik.
Sumber :
Coleman, J.C. 1976. Abnormal psychology and modern life. Taraporevala Sons&Co : Bombay
Kaplan dan Sadock.2009. Sinopsis Psikiatri, Edisi 7, Jilid 1 dan 2, Bina Rupa Aksara: Jakarta
Lazarus RS, Folkman S. 1984. Stress Appraisal and Coping. Springer Publishing Company.
New York.
Maramis,W.F dan A. A. Maramis. 2009.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa edisi 2, Airlangga
University Press: Surabaya