You are on page 1of 33

KONSEP DASAR KELUARGA

1. Pengertian
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta social individuindidu yang didalamnya dilihat dari interaksi yang regular dan ditandai dengan
adanya ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan umum ( Duval, 1972 ).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap
dalam keadaaan saling ketergantungan ( Depkes RI, 1998 ).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergantung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan mereka hidup dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta
empertahankan kebudayaan ( Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya, 1989 ).
2. Fungsi keluarga menurut Friedman, (1987)
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif yaitu fungsi yang berhubungan dengan fungsi internal keluarga
yang merupakan dasar keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Anggota keluarga mengembangkan ganbaran dirinya
yang positif, peranan yang dimiliki dengan baik dan penuh rasa kasih sayang.
b. Fungsi sosial
Fungsi sosial yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu
yang menghasilkan interaksi social dan melaksanakan perannya dalam
lingkungan sosial. Keluarga merupakan tempat individu melakukan sosialisasi
dimana anggota keluarga belajar disiplin norma keluarga, prilaku melalui
interaksi dalam keluarga. Selanjutnya individu maupun keluarga berperan
didalam masyarakat.
c. Fungsi reproduksi
Fungsi Reproduksi yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan
dan menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi ekomomi
Fungsi Ekonomi, Yaitu memenuhi kebutuhan keluarga seperti makanan,
pakaian, perumahan dan lain-lain.
e. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi Perawatan Kesehatan yaitu keluarga menyediakan makanan, pakaian,


perlindungan dan asuhan Kesehatan / keperawatan atau pemeliharaan kesehatan
yang mempengaruhi status kesehatan keluarga dan individu ( Zaidin Ali, 1999 ).
3. Tipe keluarga
Delapan tipe keluarga menurut Frieman ( 1986 ) :
a) Nuclear Family
Keluarga terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi tanggungan dan
tinggal dalam satu rumah terpisah dari sanak keluarga lainnya.
b) Extended Family
Keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu
rumah dan saling menunjang satu sama lainnya.
c) Single Parent Family
Keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup bersama dengan
anak-anak yang masih bergantung padanya.
d) Nuclear Dyatd
Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal dalam satu
rumah yang sama.
e) Recontituened atau Blended Family
Keeluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan dan masing-masing
membawa anak dari hasil perkawinan terdahulu.
f) Tree Generation Family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yaitu kakek, nenek, bapak,ibu, anak
dalam satu rumah.
g) Single Adult Living Alone
Keluarga yang terdiri dari seorang dewasa yang hidup dalam rumahnya.
h) Midle Age Atau Ederly Coople
Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri usia pertengahan.

4. Tingkat perkembangan keluarga anak dengan usia remaja


Tahap keluarga dengan anak remaja (family with teenagers) teramasuk kedalam
tahap perkembangan keluarga yang ke 5. Tahap ini adalah perkembangan keluarga
yang dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun. Tahap ini berlangsung
selama 6 hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak
meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal dirumah
hingga usia 19 atau 20 tahun. Anak kedua atau berikutnya biasanya dalam usia
sekolah.
Tabel 1. Tahap Siklus V Kehidupan Keluarga Inti dengan anak remaja dan TugasTugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan.
2

Tahap Siklus Kehidupan

Tugas-Tugas Perkembangan

Keluarga

Keluarga

Keluarga dengan anak remaja

1. Menyeimbangkan kebebasan dan


tanggungjawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin
mandiri.
2. Memfokuskan kembali hubungan
perkawinan.
3. Berkomunikasi

secara

terbuka

antara orangtua dan anak-anak.


Diadaptasi dari Andarmoyo (2011).
Adapun tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja menurut
Andarmoyo (2011) adalah sebagai berikut:
a) Menyeimbangkan Kebebasan Dengan Tanggungjawab Ketika Remaja Matur Dan
Semakin Mandiri.
Orangtua harus mengubah hubungan mereka dengan remaja putri atau
putranya secara progresif dari hubungan dependen yang dibentuk sebelumnya ke
arah suatu hubungan yang semakin mandiri. Pergeseran yang terjadi pada
hubungan anak-orangtua ini salah satu hubungan khas yang penuh dengan konflikkonflik sepanjang jalan. Agar keluarga dapat beradaptasi dengan sukses selama
tahap ini, semua anggota keluarga, khususnya orangtua, harus membuat
perubahan sistem utama yaitu, membentuk peran-peran dan norma-norma baru
dan membiarkan remaja. Kidwell dan kawan-kawan (1983) meringkas
perubahan yang diperlukan ini. Secara paradoks, sistem (keluarga) yang dapat
membiarkan anggotanya adalah sistem yang akan bertahan dan menghasilkan
sistem itu sendiri secara efektif pada generasi-generasi berikutnya.
Orangtua yang dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri, tidak
membiarkan anak-anaknya, seringkali menemukan revolusi oleh remaja bila
perpisahan berlangsung kemudian. Orangtua dapat juga mempercayai anak agar
mandiri

secara

prematur,

dengan

mengabaikan

kebutuhan-kebutuhan

ketergantungannya. Dalam hal ini remaja dapat gagal mencapai kemandirian.


b) Memfokuskan Kembali Hubungan Perkawinan
Pada tahap ini hubungan perkawinan juga merupakan pusat perhatian. Tugas
perkembangan keluarga yang kedua bagi pasangan suami istri adalah
3

memfokuskan kembali hubungan perkawinan. Banyak sekali pasangan suami istri


yang telah begitu terikat dengan tanggungjawab sebagai orangtua sehingga
perkawinan tidak lagi memainkan suatu peran utama dalam kehidupan mereka.
Suami biasanya menghabiskan banyak waktu diluar rumah karena bekerja dan
melanjutkan kariernya, sementara itu, istrinya juga bekerja sementara itu, istrinya
juga bekerja sementara mencoba meneruskan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga
dan tanggungjawab sebagai orangtua. Dalam situasi seperti ini, hanya tersisa
sedikit waktu dan energi untuk hubungan perkawinan.
Pada masa ini, karena anak-anak lebih bertanggungjawab terhadap diri mereka
sendiri, pasangan suami-istri meninggalkan rumah untuk meniti karier mereka atau
dapat menciptakan kesenangan-kesenangan perkawinan setelah anak-anaknya telah
meninggalkan rumah (postparental). Mereka dapat mulai membangun fondasi
untuk tahap siklus kehidupan keluarga berikutnya.
c) Berkomunikasi Secara Terbuka antara Orang Tua dan Anak-anak
Tugas perkembangan keluarga yang ketiga yang mendesak adalah untuk para
anggota keluarga, khususnya orangtua dan remaja, untuk berkomunikasi secara
terbuka. Karena adanya kesenjangan antar generasi, komunikasi terbuka seringkali
hanya merupakan suatu cita-cita, bukan suatu realita. Seringkali terdapat saling
tolak menolak antara orang tua dengan remaja menyangkut nilai dan gaya hidup.
Orangtua yang berasal dari keluarga dengan berbagai macam masalah terbukti
seringkali menolak dan memisahkan diri dari anak mereka yang tertua, sehingga
mengurangi sauran-saluran komunikasi terbuka yang mungkin telah ada
sebelumnya.
d) Mempertahankan Etika dan Standar Moral Keluarga
Mempertahankan etika dan standar moral keluarga merupakan tugas
perkembangan keluarga lainnya. Meskipun aturan-aturan dalam keluarga perlu
diubah, etika dan standar moral keluarga perlu tetap dipertahankan oleh orangtua.
Sementara remaja mencari nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan mereka sendiri,
adalah sangat penting bagi orangtua untuk mempertahankan dan mengetatkan
prinsip-prinsip dan standar-standar mereka. Remaja sangat sensitif dengan
ketidakcocokkan antara apa dikatakan dengan apa yang dipraktikkan. Namun
demikian, orangtua dan anak-anak dapat belajar dari satu dan sama lain dalam
masyarakat yang majemuk dan berubah dengan cepat ini saat ini. Transformasi
nilai dari kaum muda juga mentransformasikan keluarga. Adopsi gaya hidup yang

lebih bebas dan sederhana mengembangkan transformasi nilai yang mempengaruhi


setiap saat kehidupan keluarga.
5. Masalah-masalah kesehatan pada keluarga dengan anak remaja.
Menurut Effendi dan Makhfudi (2009), masalah masalah kesehatan yang muncul
pada keluarga dengan anak usia remaja adalah:
1. Remaja dan Perilaku Seksual
Dorongan seksual bias di ekspresikan dalam berbagai perilaku, namun tentu
saja tidak semua perilaku merupakan ekspresi dorongan seksual seseorang.
Ekspresi dorongan seksual atau perilaku ada yang aman dan ada yang tidak
aman, baik secara fisik, psikis, maupun social. Setiap perilaku seksual memiliki
konsekuensi berbeda.
Perilaku seksual adalah perilaku yang muncul karena adanya dorongan
seksual. Bentuk perilaku seksual bermacam-macam mulai dari bergandengan
tangan, berpelukan, bercumbu, bercumbu berat (petting), sampai berhubungan
seksual. Perilaku seksual aman adalah perilaku seksual tanpa mengakibatkan
terjadinya

pertukaran

cairan

vagina

dengan

cairan

sperma

misalnya

bergandengan tangan, berpelukan, berciuman. Sementara hubungan seksual


tanpa menggunakan kondom bukan merupakan perilaku seksual aman dari
kehamilan dan PMS. Jika benar-benar ingin aman, tetaplah tidak aktif seksual
tetapi jika sudah aktif, setialah pada satu pasangan saja, gunakan kondom
dengan mutu yang baik dan benar agar dapat mengurangi resiko PMS,
HIV/AIDS, dan kehamilan.
Masturbasi adalah menyentuh, menggosok, dan meraba bagian tubuh
sendiri yang peka sehingga menimbulkan rasa menyenangkan untuk mendapat
kesenangan atau kepuasan (orgasme) baik tanpa menggunakan alat maupun
menggunakan alat. Onani mempunyai arti yang sama dengan masturbasi. Secara
medis masturbasi tidak akan mengganggu kesehatan. Orang yang melakukan
masturbasi tidak akan mengalami kerusakan pada otak atau bagian tubuh
lainnya. Masturbasi juga tidak menimbulkan resiko fisik seperti impoten,
mandul, dan cacat asal dilakukan dengan aman, steril, serta tidak menimbulkan
luka atau infeksi. Resiko fisik biasanya berupa kelelahan. Pengaruh masturbasi
biasanya berupa psikologis yaitu rasa bersalah, berdosa, dan rendah diri karena
melakukan hal-hal yang tidak disetujui oleh agama dan nilai-nilai budaya

sehungga jika sering dilakukan akan menyebabkan terganggunya konsentrasi


pada remaja tertentu.
Bercumbu berat (petting) adalah melakukan hubungan seksual dengan atau
tanpa pakaian tetapi tanpa melakukan penetrasi penis ke dalam vagina, jadi
sebatas digesekkan saja kea lat kelamin wanita. Biasanya dilakukan sebagai
pemanasan sebelum melakukan hubungan seksual. Walaupun tanpa melepas
pakaian, petting tetap dapat menimbulkan kehamilan tidak di inginkan karena
sperma tetap bias masuk kedalam uterus. Hal ini disebabkan karena wanita yang
sedang terangsang ,mengeluarkan cairan yang mempermudah sperma untuk
masuk dan sperma memili kekuatan untuk berenang masuk kedalam uterus pada
celana yang dikenakan oleh wanita, apalagi jika langsung mengenai bibir
kemaluan.
Hubungan seksual yaitu masuknya penis kedalam vagina. Bila terjadi
ejakulasi (pengeluaran cairan semen yang didalamnya terdapat jutaan sperma)
dengan posisi alat kelamin pria berada dalam vagina memudahkan pertemuan
sperma dan sel telur yang menyebabkan terjadinya pembuahan kehamilan.
2. Remaja dan Penyakit Menular
Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit yang dapat ditularkan dari
seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual. Seseorang beresiko
tinggi terkena PMS apabila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti
pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Bila tidak diobati dengan
benar, penyakit ini dapat berakibat serius bagi kesehatan reproduksi seperti
kemandulan, kebutaan pada bayi yang baru lahir, serta kematian. Karena bentuk
dan letak alat kelamin laki-laki berada diluar tubuh maka gejala PMS lebih
mudah dikenali, dilihat dan dirasakan. Sedangkan pada wanita yang alat
kelaminnya berada dalam tibuh PMS seringkali muncul tanpa gejala sehingga
tidak disadari.
Cara yang paling ampuh untuk mencegah penularan PMS adalah tidak
melakukan hubungan seksual (bagi remaja yang belum menikah), setia pada
pasangan (pasangan yang sudah menikah), hindari hubungan seksual yang tidak
aman atau beresiko, selalu menggunakan kondom, dan selalu menjaga
kebersihan kelamin.
Banyak penyakit yang dapat diglongkan kedalam PMS. Di Indonesia yang
banyak ditemukan saat ini adalah gonorhoe, raja singa (sifilis), herpes kelamin,
klamidia, kandidiasis kelamin, dan kutil kelamin. Kebanyakan PMS dapat
diobati namun ada beberapa yang tidak bias diobati secara tuntas seperti
6

HIV/AIDS dan herpes kelamin. Jika sudah terinfeksi PMS, satusatunya cara
adalah membawa diri sendiri dan pasangan berobat kedokter atau tenaga
kesehatan.
3. Remaja dan Napza
Pecandu narkoba, khususnya pengguna jarum suntik, dapat menjadi saran
penularan HIV/AIDS. Secara tidak langsung, narkoba dan miras biasanya terikat
erat dengan pergaulan seksual bebas. Disamping itu, kecanduan obat terlarang
pada orang tua akan mengakibatkan bayi lahir dengan ketergantungan obat
sehingga harus mengalami perawatan intensif yang mahal. Kebiasaan
menggunakan narkoba atau miras dapat menurun pada sifat anak yang
dilahirkan, yaitu menjadi peminum, pecandu, atau mengalami gangguan mental
(cacat). Seorang wanita yang pecandu mempunyai sikap hidup malas dan
kekurangan gizi sehingga dapat mengakibatkan keguguran kandungan atau
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah atau cacat.
4. Remaja dan Kehamilan
Kesehatan reproduksi secara langsung juga berhubungan dengan anemia
pada seseorang. Selain anemia, kesehatan reproduksi juga berhubungan dengan
kehamilan. Kesiapan seseorang wanita untuk hamil dan melahirkan (mempunyai
anak) ditentukan oleh kesiapan dalam tiga hal: kesiapan fisik, mental (emosi dan
psikologis), dan sosioekonomi. Secara umum, seseorang wanita dikatakan siap
secara fisik jika telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya, yaitu sekitar usia
20 tahun. Sehingga usia 20 tahun bias dijadikan pedoman kesiapan fisik.
Remaja dimungkinkan untuk menikah pada usia dibawah 20 tahun sesuai
dengan UU No 1 tahun 1974 tentang perkawinan bahwa usia minimal menikah
adalah 16 tahun bagi wanita dan 18 tahun bagi pria. Tetapi perlu di ingat
beberapa hala berikut.
a.
Ibu muda kurang memperhatikan kehamilannya termasuk kontrol kehamilan.
Ini berdampak pada meningkatnya berbagai resiko kehamilan.
b. Ibu muda pada waktu hamil sering mengalami ketidakteraturan tekanan darah
yang dapat berdampak pada keracunan kehamilan serta kejang yang berakibat
kematian.
5. Remaja dan Peranan Orang Tua
Perilaku orang tua tua yang merokok, minum-minuman beralkohol, atau
gagal menjaga kesehatan dengan baik dapat mempengaruhi anak mereka untuk
melakukan tindakan yang serupa. Orang tua dengan perilaku buruk seperti itu
juga membuat anak-anak mereka memiliki keinginan untuk berhubungan
7

seksual diusia dini. Salah satu hasil penelitian menyebutkan lebih dari 50%
remaja dengan orang tua perokok, sudah memiliki pengalaman atau perilaku
seksual yang sangat aktif sejak usia sangat muda (15 tahun).
Selain meniru perilaku merokok orang tua mereka, anak-anak ini juga
meminum minuman beralkohol dan menggunakan narkoba atau apapun yang
biasa digunakan kawan-kawan sebayanya. Selain itu mereka juga mudah
terjerumus dalam tindakan kejahatan. Orang tua merupakan figuran untuk anakanaknya. Pakar pendidikan telah mengatakan bahwa anak-anak akan berperilaku
seperti apa yang mereka lihat setiap hari, bukan apa yang diperintahkan atau
diajarkan oleh orang tua untuk dilakukan.
Survei juga menganjurkan pengawasan tertutup dari orang tua selain dari
sekolah membuat anak berperilaku lebih aman dan sehat. Artinya, jika orang tua
berada didalam rumah ketika anak pulang sekolah, menemani mereka dimalam
hari, dan menanyakan aktivitas harian mereka, maka orang tua akan
mengurangipotensi perilaku berbahaya si anak. Tetapi jika orang tua merokok
dan minum minuman beralkohol secara terus menerus, maka pengaruh dari
perilaku mengurangi manfaat pengawasan yang sudah dilakukan.

6. Lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan


Lima tugas keluarga dalam bidang Kesehatan menurut Friedman, (1981) adalah :
a. Mengenal gangguan perkembangan Kesehatan setiap anggotanya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
c. Memberikan keperawatan pada anggota keluarga yang sakit, dan yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga
Kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas
Kesehatan yang ada.

7. Peran perawat keluarga


Perawat keluarga juga ikut berperan aktif dalam perawatan keluarga menurut
Jhonson (2009) peran perawat keluarga adalah sebagai berikut:
8

1. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar:
a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehataan keluarga secara
mandiri
b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.
2. Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk
mengatur program kegiatan atau tetapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak
terjadi tumpang tindih dan pengulangan
3. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik
maupun dirumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan
langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga
yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan
keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan
asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit.
4. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite
atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan
pengkajian tentang kesehatan keluarga.
5. konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah
kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepadaa perawat, maka
hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap
terbuka dan dapat dipercaya.
6. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja dinas dengan pelayanan rumah
sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan
keluarga yang optimal
7. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan
derajat kesehatannya agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik,

maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan


(sistem rujukan, dana sehat,dll).
8. Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi
ledakan atau wabah.
9. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan, baik
lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta
lingkungan yang sehat.

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.U DAN NY. A DENGAN


PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH

A. PENGKAJIAN
1. INDENTITAS UMUM KELUARGA
a. Identitas kepala keluarga
Nama
: Tn. U
Umur
: 35 tahun
Agama
: islam
Suku
: melayu
Pendidikan
: SMA
Perkerjaan
: Buruh bangunan
Alamat
: Pakuan Baru Thehok
2. KOMPOSISI KELUARGA
No
1.
2.
3.
4.

Nama
Ny. A
An. P
An. K
An. Q

Jk
P
L
L
L

Hub dgn KK
Istri
Anak
Anak
Anak

Umur
20 thn
15 thn
8 thn
6 thn

Pendidikan
SMP
SD
SD

Status imuniasasi
Lengkap
Lengkap
Lengkap
Lengkap

3. TIPE KELUARGA
Tipe keluarga pada keluarga Tn. U termasuk tipe keluarga inti, dimana terdiri dari
ayah, ibu, anak.
4. SUKU BANGSA
Asal Suku Bangsa : Tn. U dan Ny. A sama-sama berasal dari suku melayu. Mereka
bisa menerima kebiasaan mereka satu sama lain dan mempunyai kebiasaan yang
hampir sama jadi tidak ada perbedaan yang terlalu mencolok untuk memicu
10

perselisihan. Budaya yang berhubungan dengan kesehatan, ketika sakit keluarga


percaya tidak boleh untuk potong kuku.

5. AGAMA
Agama Tn. U dan Ny. A adalah Islam, Tn. U dan Ny. A selalu berusaha untuk
memenuhi shalat 5 waktu dan mereka selalu berjamaah di rumah dengan anak
mereka An. P, An. K, An. Q, yang sebelumnya sudah di masukkan ke maddrasah
untuk belajar agama, seperti sholat dan baca tulis Al-Quran.
6. STATUS SOSIAL EKONOMI
1) Anggota yang keluarga yang mencari nafkah : Tn. U
2) Penghasilan : Rp. 1.000.000/ bulan
3) Upaya lain : tidak ada
4) Harta benda yang dimiliki ( perabotan transportasi, dll ) : motor 1 buah.
5) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan : kebutuhan setiap bulannya sekitar 1
juta, sudah termasuk untuk kebutuhan makan sehari hari,dan jajan An. P, An. K,
dan juga pembayaran sekolah An. Q. Kadang-kadang tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya.
7. AKTIVITAS REKREASI KELUARGA
Keluarga kadang-kadang berekreasi diakhir pekan, dengan mengunjungi rumah
martua Tn. U atau Ny. A.
8. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Keluarga Tn. U dan Ny. A memiliki 3 orang anak, yaitu An. P, An. K, dan An,
Q berumur 13 tahun, 8 tahun, dan 6 tahun yang ketiga anaknya pendidikan
anaknya SD, jadi keluarga Tn. U dan Ny. A berada pada tahap perkembangan
keluarga dengan anak remaja.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya :
Saat ini keluarga Tn. U dan Ny A sebagai keluarga yang memiliki 3 anak yang
pendidikanya SD, Tn U mengatakan belum bisa memenuhi kebutuhan kesehatan
fisik dan sosial keluarganya dikernakan pekerjaan Tn. U hanya seorang buruh
bangunan.

3) Riwayat keluarga inti


Riwayat kesehatan keluarga saat ini :

11

Tn. U saat ini menderita hipertensi dan kadang merasa nyeri kepala, Ny A
saat ini mengalami haid yang tidak teratur sejak menggunkan kotrasepsi IUD,
serta An. P mempunyai penyakit maag, dan An. K sering mengalami nyeri pada
gigi dan gusinya, dan Ny. A mengatakan anaknya susah di suruh mengosok gigi
dan gignya juga berlubang.
Riwayat penyakit keturunan :
Menurut pengakuan Tn. U ayahnya mempunyai penyakit yang sama
dengannya yaitu hipertensi (tekanan darah tinggi). Dan pada keluarga Ny. A tidak
ada yang mengalami penyakit yang serius.
Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan : Menurut Ny. A jika dirinya
sakit dan keluarga sakit, mereka langsung berobat ke puskesmas menggunakan
kartu sehat dari desa.
Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya :
Tn. A : mengalami tekanan darah tinggi sejak 3 balangan ini, dan juga

perokok

berat. Ny. B : Menurutnya selama ini dirinya jarang sakit dan hanya lelah. An. P,
An. K, dan An. Q : jarang sakit, kalau pun sakit hanya flu biasa
9. LINGKUNGAN
KM

R. Tidur

R. Tidur

R. Tamu
Dapur

jln

R. Tidur

U
Gambar : Denah rumah Tn U
Luas rumah : 5x 9 meter, type rumah : permanen, kepemilikan : pribadi, jumlah
dan ratio kamar/ruangan : 3 buah kamar tidur, ventilasi/jendela : Ada 6 ventilasi
yang terdapat di dalam rumah, pemanfaatan ruangan : Ruang tamu, dapur, wc/toilet,
3 Kamar tidur, septic tank : ada, letak dibelakang rumah berjarak 1,5 meter dari
rumah, sumber air minum : air galon yang dibeli dari toko penyedia minuman isi
ulang. Kamar Mandi/ WC : hanya satu buah kamar mandi yang bersatu dengan WC,
dengan kloset jongkok, sampah limbah RT : dibuang ditempat pembuangan sampah
sejauh 600 meter. Kebersihan lingkungan : keadaan kebersihan lingkungan selalu

12

terjaga karena setiap bulannya masyarakat selalu mengadakan gotong royong untuk
membersihkan lingkunga.
Keadaan didalam rumah : Rumah Keluarga Tn. U dan Ny. A tinggal dirumah
sendiri. Rumah yang mereka tempati merupakan rumah permanen dengan status
kepemilikan milik pribadi Tn. A. Luas rumah kurang lebih 40 m 2. Lantai rumah
menggunakan marmer kecuali dapur yang masih menggunakan papan. Rumah
memiliki ventilasi. Penerangan di malam hari menggunakan listrik. Secara umum
kebersihan rumah baik, hanya penataan perabotan rumah yang kurang teratur
terutama untuk bagian dalam rumah dan dapur.
Keadaan diluar rumah : Rumah memiliki pekarangan yang lumayan dan ditanami
bunga bunga. Kebersihan pekarangan secara umum baik. Keluarga memanfaatkan
PDAM untuk sumber air bersih. Keluarga memiliki kamar mandi dengan saluran
pembuangan ke selokan perumahan yang mengalir diparit. Kebersihan kamar mandi
cukup. Dalam pengelolaan sampah rumah tangga keluarganya memiliki tempat
penampungan berupa lobang yang terdapat di pekarangan samping rumah dan jika
sudah penuh biasanya di bakar. Lubang dalam keadaan terbuka. Secara umum
kebersihan rumah cukup.
1) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Kebiasaan : setiap bulan biasanya mengadakan arisan RT dan pengajian setiap
seminggu sekali. Aturan/kesepakatan : apabila ada kerabat atau teman yang
menginap harus lapor RT / RW. Budaya : Dilingkungan budaya yang mayoritas
adalah melayu.
2) Mobilitas geografis keluarga
Menurut Ny. A selama ini keluarganya sering mengunjungi sanak saudara.
3) perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat : Menurut Ny. A dalam
keluarganya ataupun keluarga suaminya tidak terdapat perkumpulan atau
pertemuan-pertemuan khusus dan biasanya berkumpul hanya di waktu-waktu
tertentu seperti lebaran. dan kadang pergi ke pesta ulangtahun teman anaknya jika
anaknya diundang kepesta ultah.
4) Sistem pendukung keluarga : anaknya sebagai penyemangat jika merasa lelah
bekerja. Hubungan satu anggota keluarga dengan yang lainnya cukup baik dan
sudah terbiasa saling tolong menolong.
10. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola/cara komunikasi keluarga
13

Menurut Tn. U dan Ny. A komunikasi keluarga Tn. U terbuka, apabila ada
masalah selalu dibicarakan didalam keluarga. Struktur kekuatan keluarga
Dalam pengambilan keputusan keluarga Tn. U dan Ny. A selalu memutuskan
secara bersama-sama atau musyawarah. Anaknya jarang diikut sertakan jika
memang itu menyangkut masalah keluarga, karena anaknya dianggap masih
terlalu kecil. Perbedaan-perbedaan pendapat yang ada selalu bisa di atasi jika
mereka bermusyawarah.
b. Struktur peran ( peran masng masing anggota keluarga )
Dalam keluarga Tn. U sebagai kepala keluarga berkewajiban mencari nafkah
untuk keluarga dan Ny. A perannya sebagai isteri yang harus menyiapkan semua
keperluan suaminya dan anaknya di rumah. Anaknya sebagai seorang anak yang
saat ini tugasnya hanya belajar.
c. Nilai dan norma keluarga
Sebagai bagian dari masyarakat melayu dan beragama islam keluarga memiliki
nilai-nilai dan norma yang dianut seperti sopan santun terhadap orang tua, suami
terhadap isteri. Selama ini dirinya anak dan suaminya makan bersama kalau
malam hari.
11. FUNGSI PERAWATAN KELUARGA
a) Fungsi Afektif : Tn. U dan Ny. A, juga anaknya, melakukan peran mereka
masing masing secara sempurna.
b) Fungsi sosialisasi : Hubungan antara dirinya dengan suaminya serta anaknya
sampai sejauh ini baik.

12. FUNGSI KEPERAWATAN KELUARGA


a. Fungsi Afektif : semua anggota keluarga Tn. U saling menyayangi satu sama
lain juga saling mendukung.
b. Fungsi sosialisasi : keluarga Tn. U mengatakan keluarganya saling tolong
menolong satu sama lain dan anak-anak meraka bermain dengan anak-anak
yang lain
c. Fungsi perawatan kesehatan: Ny. A mengatakan An. P dan An. K sering
mengalami nyeri pada gig dan gusinya dan Ny. A juga mengatakan anaknya
susah apabila di suruh mengosok gigi , gignya juga berlubang tetapi Ny. A selalu
tetap meninta anaknya menggosok gigi.

14

Tn. U mengatan mengalami darah tinggi sejak 3 tahun belakangan ini dan Ny.A
mengatakan mengalami haid yang tidak teratur sejak menggunkan IUD. Pada
saat pengkajian Tn. U tampak sering meringis dan memegangi kepalanya.
Keluarga Tn. U mengatakan jika anggota keluarga sakit hanya berobat ke
puskesmas.
d. Fungsi reproduksi : keluarga

Tn. U memiliki 3 orang anak , anak 1 berusia 15

tahun, anak berusia 8 tahun, dan anak 3 berusia 6 tahun. Keluarga Tn. U
mengatakan tidak ingin menambah anggota keluarga lain. metode yzng di
gunakan dalam upaya pengendalian jumlah angota keluarga normal., serta pola
hubungan seksual normal.
e. Fungsi ekonomi
Keluarga Tn. U mengatakan kebutuhan sandang, pangan dan papannya belum
terpenuhi, mengingt pendapatan Tn. U hanya Rp 1.000.000/bln.
13. STRESS DAN KOPING KELUARGA
a) Stressor jangka pendek : keluarga Tn. U mengatakan khawatiran dengan kondisi
kedua anaknya yang mengalami caries dentis, Ny. A cemas dengan kondisinya
yang mengalami haid yang tidak teratur, serta pembiayaan semua pengobatan
yang akan dilakukan dan keinginan anaknya untuk mempunyai motor.
b) Sressor jangka panjang : Tn. U mengatakan ia cemas terhadap kondisinya yang
memiliki penyakit hiertensi sejak 3 tahun yang lalu, serta ia merasa terbebani
dengan masalah kebutuhan pangan, sandang, dll karena minimnya hasil
pendapatan yang ia punyai.
c) Respons keluarga terhadap stressor : keluarga Tn. U mengatakan apabila ada
anaknya sakit langsung di bawa ke puskesmas, sedangkan Ny. A mengalami
masalah yang sulit di atasi mengenai penyampaian informasi terhadap An. P dan
An. K.
d) Strategi koping : keluarga Tn. U akan membawa keluargnya ke palayanan
kesehatan di dekat rumahnya apa bila anggota keluarganya sakit.
14. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik keluarga sebagai berikut :
a. Pada Tn. U kepala : Benjolan (-), lesi (-), rambut hitam lurus, tidak rontok, pusing
(+).. Mata : Konjungtiva tidak anemis, skelera tidak ikterik, pengelihatan baik.
Telinga : Cerumen (+), pendengaran baik. Hidung : Polip (-), sinusitis (-),
penciuman baik. Mulut : Lidah bersih, nafas tidak berbau, tidak ada sariawan.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid. Dada : Bentuk dada simetris, tidak
ada nyeri tekan. Paru-paru : Bunyi nafas veskuler, frekuensi 20x/ menit, tidak ada
15

wheezing dan ronchi. Jantung : TD: 180100 mmHg, Nadi: 84x / menit, Tidak ada
pembesaran jantung, tidak ada suara tambahan. Abdomen : Bentuk abdomen
simetris, tidak ada acites, bising usus (+), BAB 1-2x perhari. Sistem
muskuloskeletal : Ekstermitas atas dan bawah tidak terganggu, kekuatan otot
trisep bisep normal, nyeri tekan (-).
b. Pada Ny. A kepala : Benjolan (-), lesi (-), rambut hitam panjang, tidak rontok.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, skelera tidak ikterik, pengelihatan baik. Telinga
: Cerumen (+), pendengaran baik. Hidung : Polip (-), sinusitis (-), penciuman
baik. Mulut : Lidah bersih, nafas tidak berbau, tidak ada sariawan. Leher : Tidak
ada pembesaran kelenjar tyroid. Dada : Bentuk dada simetris, tidak ada nyeri
tekan. Paru-paru : Bunyi nafas veskuler, frekuensi 20x/ menit, tidak ada wheezing
dan ronchi. Jantung : TD: 110/70 mmHg, Nadi: 70x / menit, Tidak ada
pembesaran jantung, tidak ada suara tambahan. Abdomen : bentuk abdomen
simetris, tidak ada acites, bising usus (+), nyeri

pada saat haid. BAB 1-2x

perhari. Sistem muskuloskeletal : Ekstermitas atas : tidak ada bengkak, nyeri pada
sendi siku dan pergelangan tangan. Ekstermitas bawah : bentuk simetris, kekuatan
otot menurun, adanya pembengkakan pada kaki.
c. Pada An. P kepala : Benjolan (-), lesi (-), rambut hitam panjang, tidak rontok.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, skelera tidak ikterik, pengelihatan baik. Telinga
: Cerumen (+), pendengaran baik. Hidung : Polip (-), sinusitis (-), penciuman
baik. Mulut : Lidah bersih, nafas tidak berbau, tidak ada sariawan, giginya
tampak berlubang dan sering tersa nyeri pada gig dan gusi. Leher : Tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid. Dada : Bentuk dada simetris, tidak ada nyeri tekan.
Paru-paru : Bunyi nafas veskuler, frekuensi 20x/ menit, tidak ada wheezing dan
ronchi. Jantung : TD: 110/60 mmHg, Nadi: 70x / menit, Tidak ada pembesaran
jantung, tidak ada suara tambahan. Abdomen : terdapat nyeri pada abdomen,
skala nyeri 7, bentuk abdomen simetris, tidak ada acites, bising usus (+). BAB 12x perhari. Sistem muskuloskeletal : Ekstermitas atas : tidak ada bengkak, nyeri
pada sendi siku dan pergelangan tangan. Ekstermitas bawah : bentuk simetris,
kekuatan otot menurun, adanya pembengkakan pada kaki.
d. Pada An K kepala : Benjolan (-), lesi (-), rambut hitam panjang, tidak rontok.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, skelera tidak ikterik, pengelihatan baik. Telinga
: Cerumen (+), pendengaran baik. Hidung : Polip (-), sinusitis (-), penciuman
baik. Mulut : Lidah bersih, nafas tidak berbau, tidak ada sariawan, giginya
tampak berlubang dan sering tersa nyeri pada gig dan gusi. Leher : Tidak ada
16

pembesaran kelenjar tyroid. Dada : Bentuk dada simetris, tidak ada nyeri tekan.
Paru-paru : Bunyi nafas veskuler, frekuensi 20x/ menit, tidak ada wheezing dan
ronchi. Jantung : TD: 110/70 mmHg, Nadi: 70x / menit, Tidak ada pembesaran
jantung, tidak ada suara tambahan. Abdomen : bentuk abdomen simetris, tidak
ada acites, bising usus (+). BAB 1-2x perhari. Sistem muskuloskeletal :
Ekstermitas atas : tidak ada bengkak, nyeri pada sendi siku dan pergelangan
tangan. Ekstermitas bawah : bentuk simetris, kekuatan otot menurun, adanya
pembengkakan pada kaki.
e. Pada An. Q kepala : Benjolan (-), lesi (-), rambut hitam panjang, tidak rontok.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, skelera tidak ikterik, pengelihatan baik. Telinga
: Cerumen (+), pendengaran baik. Hidung : Polip (-), sinusitis (-), penciuman
baik. Mulut : Lidah bersih, nafas tidak berbau, tidak ada sariawan. Leher : Tidak
ada pembesaran kelenjar tyroid. Dada : Bentuk dada simetris, tidak ada nyeri
tekan. Paru-paru : Bunyi nafas veskuler, frekuensi 20x/ menit, tidak ada wheezing
dan ronchi. Jantung : TD: 100/60 mmHg, Nadi: 70x / menit, Tidak ada
pembesaran jantung, tidak ada suara tambahan. Abdomen : bentuk abdomen
simetris, tidak ada acites, bising usus (+). BAB 1-2x perhari. Sistem
muskuloskeletal : Ekstermitas atas : tidak ada bengkak, nyeri pada sendi siku dan
pergelangan tangan. Ekstermitas bawah : bentuk simetris, kekuatan otot menurun,
adanya pembengkakan pada kaki.
15. HARAPAN KELUARGA
Keluarga Tn. U berharap kepada petugas kesehata dapat membantu memberi
informasi lebih mengenai masalah caries dentis dan di ajarkan ke pada anak mereka
jadi motivasi utntuk anaknya mengosok gigi. Keluarga Tn. U juga berharap kepada
petugas kesehatan dapat memberi informasi mengenai masalah hipertensi yang di
alami oleh Tn. U sehingga Tn U tidak mengalami nyeri kepala lagi dan berharap
petugaas kesehatan dapat menyelaskan mengenai gangguan haid yang dialami Ny. A
sehingga dapat memberi kontraseps yang tepat.

17

ANALISA DATA

18

No
1

Data Penunjang

Masalah Keperawatan

DS :

Ketidak

Diagnosa

Keperawatan
mampuan Nyeri pada An. P

Ny. A mengatakan An. P keluarga

(KMK) dalam

merawat

anggota Tn. U

menderita maag

keluarga

keluarga dengan masalah


DO :
Gastritis
Skala nyeri 7
Durasi 3 menit
An. P tampak memegang area
nyeri
An. P tampak meringgis
Nyeri ulu hati (+)
DS :

Ketidak

mampuan Nyeri pada An. K

An. K mengatakan nyeri pada keluarga (KMK) untuk pada keluarga Tn.

mengenal masalah caries U


gigi dan gusin
Ny. A mengatakan An. K
dentis
susah apabila di suruh
menggosok gigi.

DO :

An.

tampak

susah

menggosok gigi
Skala nyeri : 6
Durasi tidak menentu
Gigi An. K tampak berlubang
Ds :

3.

Ketidak

mampuan Kurang

Ny. A mengatakan haidnya keluarga


tidak

sejak mengenal

teratur

menggunakan

kontrasepsi kontrasepsi IUD

(KMK) pengetahuan Ny. A


masalah pada keluarga Tn.
U

IUD
Do :

Ny. A tampak bertanya-tanya

mengenai haidnya
Ny. A tampak bingung

19

SKORING/PRIORITAS MASALAH KELUARGA


Pada diagnosa pertama : Nyeri pada An. P dalam keluarga Tn. U b/d Ketidak mampuan
keluarga (KMK) merawat anggota keluarga dengan masalah
Gastritis
Perhitungan
NO

Kriteria

Nilai

Bobo

Skore

Pembenaran

t
1

Sifat

masalah

skala :

Ancaman

2/3x1 = 2/3

ancaman

kesehatan,

karena jika tidak di tangani


menjadi

masalah

kesehatan.

Kemungkinan
masalah

akan

kesehatan
2

Masalah ini telah menjadi

Apabila

An.

dapat

dapat
20

diubah :

1/2x2 = 2/2 mengatasi gastritis.

Skala : hanya
sebagian
3

Potensi masalah
dapat

Masalah dirasakan apabila

untuk

dicegah :

3/3x1 = 3/3

Gastritis kambuh

Skala : tinggi
4

Menonjolnya

Masalah ini perlu segera di

masalah.

tangani

karena

apabila

tidak segera di tangani

Skala : masalah

berat, harus di

2/2x1 = 2/2 akan

berdampak

pada

anaknya

tangani.
11/3= 3 2/3
TOTAL

Pada diagnosa kedua : Nyeri An. K s pada keluarga Tn. U b/d Ketidak mampuan keluarga
(KMK) untuk mengenal masalah caries dentis
N
O
1

Kriteria

Perhitungan
Nilai

Bobot

Skore

Sifat masalah
skala :

Pembenaran
Masalah

2/3x1 = 2/3

Ancaman

ini

menjadi

telah
ancaman

kesehatan, karena jika


tidak di tangani akan

kesehatan

menjadi masalah yang


dapat

menyebabakan

parahnya caries dentis.


2

Kemungkinan
masalah dapat
diubah :

Apabila An. K dapat


1

1/2x2 = 2/2

mengatasi

masalah

caries dentis.

Skala : hanya
21

sebagian
3

Potensial

masalah

masalah untuk
dicegah :

2/3x1 = 2/3

dirasakan

apabila anakanya tidak


mau gosok gigi.

Skala : cukup
4

Menonjolnya

Masalah

masalah.

segera di tangani karena

Skala

masalah berat,
harus

ini

perlu

apabila tidak segera di


2

2/2x1 = 2/2

tangani akan berdampak


pada anaknya.

di

tangani.
TOTAL

20/6 = 3 1/3

Pada diagnosa ketiga: Kurang pengetahuan Ny. A pada keluarga Tn. U b/d Ketidak mampuan
keluarga (KMK) mengenal masalah kontrasepsi IUD
N
O
1

Kriteria

Perhitungan
Nilai

Bobot

Skore

Sifat masalah
skala :

Pembenaran
Masalah

2/3x1 = 2/3

Ancaman

ini

menjadi

telah
ancaman

kesehatan, karena jika


tidak di tangani akan

kesehatan

menjadi masalah yang


dapat

menyebabakan

haid tidak teratur pada


Ny. A
2

Kemungkinan
masalah dapat
diubah :

Apabila Ny. A dapat


1

1/2x2 = 2/2

mengenali

masalah

kontrasepsi IUD

Skala : hanya
sebagian
3

Potensial

Masalah

dirasakan
22

masalah untuk

2/3x1 = 2/3

dicegah :

apabila haid kembali


tidak teratur.

Skala : tinggi
4

Menonjolnya

Masalah

masalah.

segera di tangani karena

Skala

ada

masalah, tetapi
tidak

ini

perlu

apabila tidak segera di


2

1/2x1 = 1/2

tangani akan berdampak


pada kesehatan Ny. A

perlu

ditangani
TOTAL

17/6 = 2 5/6

Dari scoring atau pembobotan masalah tersebut, didapat satu diagnosa yang prioritas
yaitu :
1. Nyeri pada An. P dalam keluarga Tn. U b/d Ketidak mampuan keluarga (KMK) merawat
anggota keluarga dengan masalah gastritis.
2. Nyeri pada An. K pada keluarga Tn. U b/d Ketidak mampuan keluarga (KMK) merawat
anggota keluarga dengan masalah caries dentis.
3. Kurangnya pengetahuan Ny. A pada keluarga Tn. U b/d Ketidak mampuan keluarga
(KMK) untuk mengenal masalah kontrasepsi IUD.

23

24

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


No
1

Diagnosa
Keperawatan
Nyeri pada An.
P b/d ketidak
mampuan
keluarga (KMK)
merawat
anggota keluara
dengan masalah
gastritis

Tujuan
Umum
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapakan
keluarga Tn.
U
mampu
merawat
keluarga
yang sakit.

Tujuan khusus

Kriteria
Evaluasi

Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan Kognitif
diharapkan keluarga
mampu :
Tupen I
Mengengenal
dan
penyebab Gastritis.

Standar
Evaluasi
Keluarga
mampu
menjelaskan
penertian
Gastritis

Intervensi

1.1

1.2

1.3

1.4

Tupen II
Keluarga
mampu
memutuskan tindakan
yang tepat untuk
merawat
anggota
dengan
masalah
Gastritis pada An. P

Kognitif

Keluarga
mampu
memutuskan
untuk control
satu
kali
perminggu ke
RS.

Diskusikan dengan keluarga


mengenai
pengertian
Gastritis
Beri kesempatan keluarga
untuk menanyakan yang
belum dipahami mengenai
Gastritis
Evalusi kembali pemahaman
keluarga tentang pengertian
Gastritis
Beri pujian kepada keluarga
atas
keberhasilannya
menyebutkan
kembali
pengertian Gastritis

1.1 Tanyakan pada keluarga


akibat dari Gastritis
1.2 Beri
kesempatan
pada
keluarga untuk menanyakan
yang
belum
dipahami
mengenai
akibat
dari
Gastritis
1.3 Evaluasi
kembali
25

pemahaman
keluarga
mengenai
akibat
dari
Gastritis. Beri penghargaan
atas kemampuan keluarga
dalam menyebutkan kembali
akibat dari Gastritis.

Tupen III
Keluarga
mampu
merawat
anggota
keluarga
yang
mengalami Gastritis

Psikomotor

Keluarga
mampu
melakukan
tindakan
secara mandiri
jika An. P
Gastritis

I.1 Diskusikan pada keluarga


mengenai cara memeriksa
Gastritis secara mandiri.
I.2 Beri kesempatan keluarga
untuk menanyakan apa yang
belum di pahami bagaimana
cara memeriksa Gastritis
I.3 Evaluasi
kembali
pemahaman
keluarga
mengenai cara memeriksan
Gastritis secara mandiri.
I.4 Beri
penghargaan
atas
kemampuan keluarga dalam
menyebutkan
dan
memperagakan
cara
memeriksa Gastritis.
4.1 Diskusikan dengan keluarga
tindakan dan cara mengatasi
Gastritis.
26

Tupen IV
Keluarga
mampu
memodifikasi
lingkungan

Psikomotor

Keluarga Tn. 4.2 Motivasi usaha keluarga


U
dapat
untuk merubah gaya hidup.
memodivikasi 4.3 Monitor TD dan Nadi.
lingkungan
4.4 Beri kesempatan keluarga
sekitarnya.
untuk bertanya hal yang
belum di mengerti.
4.5
Evaluasi
pemahaman
keluarga tentang Gastritis.

5.1

Tupen V
Keluarga
mampu
menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada.

Nyeri pada An. Setelah


K pada keluarga dilakukan

Afektif

Setelah
dilakukan Kognitif
tindakan keperawatan

Informasikan
mengenai
pengobatan dan pendidikan
Keluarga Tn.
kesehatan yang diperoleh.
U
dapat 5.2 Motivasi keluarga untuk
memfaatkan
menyebutkan kembali hasil
fasilitas
diskusi.
kesehatan
terdekat untuk
kesembuhan
An. P dan An.
K

Keluarga
mampu

1.5

Diskusikan dengan keluarga


27

Tn.

b/d tindakan
keperawatan
ketidak
diharapakan
mampuan
keluarga Tn.
keluarga (KMK) U
mampu
merawat
merawat
keluarga
anggota seluarga
yang sakit.
dengan masalah

diharapkan
mampu :
Tupen I
Mengengenal
penyebab
dentis.

keluarga

menjelaskan
penertian
hipertensi

dan
carier

1.6

1.7

1.8

Caries dentis

Tupen II
Keluarga
mampu
memutuskan tindakan
yang tepat untuk
merawat
anggota
dengan
masalah
Caries dentis pada An.
K

Kognitif

Keluarga
mampu
memutuskan
untuk control
satu
kali
perminggu ke
RS.

mengenai pengertian Caries


dentis
Beri kesempatan keluarga
untuk menanyakan yang
belum dipahami mengenai
Caries dentis
Evalusi kembali pemahaman
keluarga tentang pengertian
Caries dentis
Beri pujian kepada keluarga
atas
keberhasilannya
menyebutkan
kembali
pengertian Caries dentis

1.4 Tanyakan pada keluarga


akibat dari Caries dentis.
Beri
kesempatan
pada
keluarga untuk menanyakan
yang
belum
dipahami
mengenai akibat dari Caries
dentis
1.5 Evaluasi
kembali
pemahaman
keluarga
mengenai akibat dari Caries
dentis
1.6 Beri
penghargaan
atas
kemampuan keluarga dalam
menyebutkan kembali akibat
28

dari Caries dentis

Tupen III
Keluarga
merawat
keluarga
mengalami
dentis

Psikomotor
mampu
anggota
yang
Caries

Keluarga
mampu
melakukan
tindakan
secara mandiri
jika An. K
dengan Caries
dentis

I.5 Diskusikan pada keluarga


mengenai cara memeriksa
Caries dentis secara mandiri.
I.6 Beri kesempatan keluarga
untuk menanyakan apa yang
belum di pahami bagaimana
cara
memeriksa
Caries
dentis.
I.7 Evaluasi
kembali
pemahaman
keluarga
mengenai cara memeriksan
Caries dentis secara mandiri.
I.8 Beri
penghargaan
atas
kemampuan keluarga dalam
menyebutkan
dan
memperagakan
cara
memeriksa Caries dentis.

Tupen IV
Keluarga

Psikomotor
mampu

4.1 Diskusikan dengan keluarga


tindakan dan cara mengatasi
Keluarga Tn.
Caries dentis
U
dapat
4.2 Motivasi usaha keluarga
29

memodifikasi
lingkungan

memodivikasi
lingkungan
sekitarnya.

untuk merubah gaya hidup.


4.3 Monitor TD dan Nadi.
4.4 Beri kesempatan keluarga
untuk bertanya hal yang
belum di mengerti.
4.5
Evaluasi
pemahaman
keluarga tentang hipertensi

5.1

Tupen V
Afektif
Keluarga
mampu
menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada

3.

Kurangnya

Setelah
pengetahuan Ny. diberikan
panjelasan
A pada keluarga
keluarga Tn.
Tn.
U
b/d U memahami
pentingnya
ketidak
kesehatan
mampuan
Ny. A

Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan keluarga
mampu :
Tupen I
Ny. A dapat mengenal
masalah
kesehatan
yang terjadi Ny. A

Kognitif

Informasikan
mengenai
pengobatan dan pendidikan
Keluarga Tn.
kesehatan yang diperoleh.
U
dapat 5.2 Motivasi keluarga untuk
memfaatkan
menyebutkan kembali hasil
fasilitas
diskusi.
kesehatan
terdekat untuk
kesembuhan
An. K
Keluarga
mengerti
1.1 Kaji pengetahuan keluarga
tentang
tentang kontrasepsi IUD
1.2 Diskusikan tentang keluarga
pentingnya
pentingnya kontrasepsi IUD
masalah
1.3
Beri penjelasan apabila
kontrasepsi
keluarga tidak mengerti.
IUD
1.4 Motivasi keluarga untuk
mengenal kontrasepsi IUD
30

kelearga (KMK)

1.5 Puji keluarga atas jawaban


atau tindakan yang tepat

untuk mengenal
masalah

2.1

kontrasepsi IUD
Tupen II
Keluarga
Tn.
U
mampu memutuskan
masalah yang terjadi
pada Pada Ny. A

Afektif

Beri penjelasan kepada


keluarga tentang pentingnya
Keluarga
kontrasepsi IUD
mampu
2.2 Diskusikan pada keluarga
melakukan
penggunaan
kontrasepsi
tindakan yang
yang tepat untuk Ny. A
tepat untuk Ny. 2.3 Beri kesempatan keluarga
A
untuk
mendiskusikan
Komunikasi yang baik unuk
Ny. A
2.4
Jelaskan baik-buruknya
kontrasepsi IUD pada Ny. A

3.1
Tupen III
Keluarga Tn. U dapat
menggunakan fasilitas
kesehatan.

Psikomotor

Jelaskan berapa tempat


pelayanan kesehatan yang di
sekitar rumahnya.

Keluarga Tn. S
dapat
3.2 Libatkan suami untuk
memfaatkan
mengambil keputusan yang
fasilitas
terbaik untuk Ny. A
kesehatan
3.3
Libatkan suami diskusi
terdekat untuk
tentang kesehatan ny. A
kesembuhan
31

Ny. A

32

DAFTAR PUSTAKA

Efendi, ferry makhfudli. 2009. Keperawatan kesehatan komunitas : teori dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta : salemba medika
Friedman, marilyn M. 1998. Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik. Jakarta : EGC
Potter & Perry. 2009. Fundamental keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Suprajitno. 2004. Asuhan keperawatan keluarga : aplikasi dalam praktik. Jakarta : EGC

33

You might also like