Professional Documents
Culture Documents
1.
:3m
: 24 m
: 2 x 1,5 m
Tebal Pilar
: 2 x 0,75 m
Gambar 2.1
Sketsa Lebar Mercu Bendung PLTM
Gambar 2
Sketsa Tubuh Bendung
Contoh perhitungan hidrolis bendung
1.2
1 2 3 12
R I
n
Dimana : V = Kecepatan
n
= Koefisien Manning
= Jari-jari Hidraulis
= Kemiringan Dasar
Rumus kontinuitas :
Q = A.V
Dimana : Q = Debit
A = Luas Penampang [= (h)]
Selanjutnya, proses perhitungan dilakukan secara tabelaris dan diperoleh tinggi
MA banjir seperti disajikan pada Tabel 2.1, Tabel 2.2, Gambar 2.3 dan
diketahui tinggi air banjir pada debit rencana (h) = 1,80 m. Dari info yang
diperoleh pada saat survey di lapangan dapat dipastikan bahwa banjir yang
pernah terjadi tidak pernah melebihi 1,80 m.
Tabel 1
Perhitungan Tinggi Banjir Sungai
Lebar sungai (B) m =
23
Kemiringan (I)
0.0036
Manning (n)
0.025
Q100th m3/dt
145,31
Gambar 3
Sketsa Potongan Melintang Sungai Pada Lokasi Bendung PLTM
Contoh perhitungan hidrolis bendung
Tabel 2
Tinggi Banjir di Hilir Sungai
B
(m)
23
23
23
23
23
23
23
h
(m)
0.00
0.50
1.00
1.50
1.80
2.50
3.00
A
(m2)
0.00
11.75
24.00
36.75
44.52
63.75
78.00
P
(m)
0.00
24.41
25.83
27.24
28.08
30.07
31.49
R
(m)
0.00
0.48
0.93
1.35
1.59
2.12
2.48
1/n
0.00
40.00
40.00
40.00
40.00
40.00
40.00
0.0000
0.0036
0.0036
0.0036
0.0036
0.0036
0.0036
V
(m/dt)
0.00
1.47
2.29
2.93
3.26
3.96
4.39
Q
(m3/dt)
0.00
17.32
54.85
107.68
145.31
252.49
342.74
3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
0
50
100
150
200
250
Debit (Q) m3/det
300
350
400
Gambar 4
Lengkung Debit di Hilir Bendung
1.3
Oleh karena itu lebar efektif bendung PLTM, dengan sketsa seperti pada
Gambar 2.1 menjadi :
Be = B1e + Bs1 + Bs2
= Bb
t b
Ka
= Tebal Pilar
= Lebar Pintu
= Jumlah Pilar
Tabel 3
Nilai-Nilai Koefisien Kontraksi Pilar dan Tembok Pangkal
Bentuk Pilar / Tembok
Pilar berujung segi empat dan sudut-sudut yang
dibulatkan dengan jari-jari yang hampir sama
dengan 0,1 kali tebal pilar.
Pilar berujung bulat
Pilar berujung runcing
Pangkal tembok segi empat dengan tembok hulu
pada 90O ke arah aliran
Pangkal tembok bulat dengan tembok hulu pada
90O ke arah aliran di mana 0,5 H1> r > 0,15 H1
Pangkal tembok bulat di mana r > 0,5 H1 dan
tembok hulu tidak lebih dari 45O ke arah aliran
Kp
Ka
0,02
0,01
0
0,20
0,10
0
Cd = Koefisien Debit
C0 = Koefisien Bendung Ambang Bulat Sebagai Fungsi
Perbandingan H1/r
C1 = Koefisien Fungsi Perbandingan P/H1
C2 = Koefisien Bendung Mercu Ogee Dengan Muka Hulu
Melengkung Fungsi Perbandingan P/H1
g
= Gravitasi
Be = Lebar Efektif
Jari - Jari pembuatan mercu untuk pasangan batu dari KP - 02 Hal 42 (0.3 Hi <
r < 0.7 Hi) diperoleh r = 1,5 m. Dari grafik KP - 02 diperoleh C0 = 1,26 yang
merupakan fungsi H1/r = 1,52 ; C1 = 0,993 yang merupakan fungsi P/H1 = 1,32
; C2 = 0,996 yang merupakan fungsi P/H1 = 1,32. Didapatkan Cd = 1,25. Grafik
C0, C1, C2 seperti terlihat pada gambar berikut ini :
Gambar 5
Harga-harga Koefisien C0 Untuk Bendung Ambang Bulat Sebagai Fungsi
Perbandingan H1/r
Gambar 6
Koefisien C1 Sebagai Fungsi Perbandingan P/H1
Gambar 7
Harga-harga Koefisien C2 Untuk Bendung Mercu Tipe Ogee Dengan
Muka Hulu Melengkung (menurut USBR, 1960)
Contoh perhitungan hidrolis bendung
=3m
= 145,31 m3/dtk
Cd
= 1,5 m
C1 = 0,993
C2 = 0,996
Hi/r = 2,35/1.5
Co = 1,26
P/Hi = 3/2,35
C1 = 0,993
C2 = 0,996
Cd
=C0 x C1 x C2 = 1,25...... OK
Q
0.00
6.79
19.14
35.05
53.79
74.94
90.23
114.78
145.31
159.57
208.65
h
0.00
0.30
0.60
0.90
1.20
1.49
1.69
1.98
2.28
2.42
2.89
3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
0
50
100
150
Debit (Q) m3/det
200
250
Gambar 8
Lengkung Debit di Hulu Bendung
1.6
Peredam Energi
Pada rencana bendung PLTM diketahui bahwa kondisi sungai di daerah
tersebut terdapat batuan breksi. Kondisi sungai seperti ini sangat memerlukan
tipe peredam energi yang cocok. Adapun peredam energi yang cocok untuk
daerah ini adalah peredam energi tipe bak tenggelam/submerged bucket. Tipe
ini dipilih karena bendung di sungai yang mengangkut bongkah atau batu-batu
dengan dasar yang relatif tahan terhadap gerusan. Sesuai penjelasan di KP 02
Halaman 114.
Perhitungan Submerged Bucket adalah sebagai berikut :
V1 =
2.g (H Hd) =
= 0,305 . 10p
Gambar 9
Ilustrasi Peredam Energi Tipe Submerged Bucket / Bak Tenggelam
P
=3m
= 9.810 m2/dt
= Q100/Beff
hc = 3
q2
= 1,552
g
H/hc
= 2,387
Tmin/hc
Tmin
= 2,46 m
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh elevasi dasar bucket yaitu M.A.B Hilir
Tmin = 364,79 2,46 = 362,33 m dpl karena pada kontrol loncatan air tidak
memenuhi syarat, maka digunakan elevasi dasar bucket 361.07 m dpl (lihat
tabel 5 halaman 11). Berikut ini perhitungan kontrol loncatan air.
2
Q
v1
Elevasi MAB di hulu = Elevasi Dasar Bucket +
+
Bb.v1 2.g
2
Q
v1
Elevasi MAB di hulu = (Elevasi MAB di hilir TailWater) +
+
Bb.v1 2.g
v1
Q
= 362,33 +
+
24,0.v1 2.9,81
368,28
Maka : Q
Q
=A.V
= (8902,08 x v1) - (24 x v1 x 361,07) - (1,22 x v13)
= 12,61
10
v1
12.61
13.58
Q
145.31
145.31
yu
0.48
0.45
Fr
5.81
6.50
y2
3.71
3.38
Elev Loncatan
366.05
364.45
Elev MAB
364.80
364.80
Kontrol
TDK OK
OK
v1
g. yu
= Bilangan Froude
V1
yu
maka : Fr =
v1
g . yu
12,61
5,81
9,8.0,48
Dengan nilai bilangan Fr = 5,81 sebenarnya peredam energi kolam USBR tipe
III masih dapat digunakan karena nilai Fr lebih dari 4,5, akan tetapi karena di
lokasi bendung ditemukan banyak boulder lepas, maka peredam energi yang
digunakan adalah tipe Submerged Bucket.
2
Analisa Rembesan
2.1.
Metode Lane
Terhadap tubuh bendung yang telah direncanakan di depan, dilakukan
perhitungan panjang jalur rembesan. Kondisi yang diperhitungkan adalah
kondisi banjir dan kondisi normal. Kedua kondisi tersebut diperlihatkan pada
gambar di bawah ini.
Gambar 10
Sketsa Rembesan Metoda Lane
Contoh perhitungan hidrolis bendung
11
1
1
4,3 ( x14)
L V LH
3
3
C
=
= 8,97 m
L
3
H
Metode Lane memberikan batas angka harga minimum seperti pada
Tabel 7 di bawah ini :
Tabel 7
Harga-harga Minimum Angka Rembesan Lane (CL)
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Macam Pondasi
Pasir sangat halus atau lanau
Pasir halus
Pasir sedang
Pasir kasar
Kerikil halus
Kerikil sedang
Kerikil kasar termasuk berangkal
Bongkah dengan sedikit berangkal dan kerikil
Lempung lunak
Lempung sedang
Lempung keras
Lempung sangat keras
CL
8,5
7,0
6,0
5,0
4,0
3,5
3,0
2,5
3,0
2,0
1,8
1,6
12
Perbandingan antara panjang yang diperoleh dan yang ada, seperti pada hasil
perhitungan di bawah ini :
L perlu = CL x Hb
L perlu = 9,45 m
L ada
CL kondisi normal =
= = 2,37
=
= 2,99
Gambar 11
Sketsa Rembesan Metoda Blight
Hasil perhitungan panjang jalur rembesan diperlihatkan pada Tabel 2.8 di
bawah ini.
13
Tabel 8
Hasil Perhitungan Metode Blight
C
B
LV LH
H
4,3 14
= 18,9 m
4,28
C
B
LV LH
H
4,3 14
= 18,3 m
3
14
= Lv + LH
= 4,3 m + 14 m = 18,3 m
Cb kondisi normal =
= = 4,84
=
= 6,10
15