You are on page 1of 6
ISSN : 1410-7104 Evaluasi Struktur Gedung Head Office PT. TMMIN Jurusan Teknik Sipil FTSP - ISTN JI. Moch. Kahfi II, Jagakarsa, Jakarta 12640 E-mail : marsianoe77@yahoo.co.id Abstract This building structures analysis made to evaluate this building is white colars building. Crack visuall considers working payload attachments, quality of co qualification of strength of building structures existing, ly seen at principal structures of building, Analysis done oncrete and applies regulation standard angle blocks applied at the moment. Research method only be done at building superstructure, modelieoron Of structures 3 dimension Kata kunci : strength ratio, strong-colunn-weak-beam, overstrength, ETABS ver.9, 1. PENDAHULUAN Gedung Kantor Pusat PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (PT. TMMIN), merupakan bangunan perkantoran, ‘yang terletak di jalan Yos Sudarso, Sunter II, Jakarta Utara, dengan luas bangunan 15.057 m?, dibangun tahun 1995-1996 dengan struktur beton bertulang dan mulai beroperasi tahun 1997. Secara keseluruhan bangunan mencakup, Luas Bangunan : Lantai Dasar 1826 mi Lantai Mezzanine = 252m? Lantai 2 = 1826 me Lantai 3 1826 m? Lantai 4 1826 m* Lantai $ = 1826 m? Lantai 6 1826? Lantai 7 1826 mi? Lanta Atap 1826 m? Lantai Atap R. Mesin Lift = 197m? Tinggi Bangunan : 36,20 m diatas Lantai Dasar Jumlah Lapis 9, termasuk lantai Atap Ruang : Mesin Lift Massa bangunan terdiri dari 3 blok, blok sisi Yos Sudarso, blok tengah dan blok sisi Podomoro. ‘Sainstech Vol. 19 No.1, Januari 2009 beam-coltunn jont, drift ratio, dinding geser, oversiress, Struktur atas bangunan menggunakan beton bertulang dengan sitem portal kombinasi dengan dinding geser (Shear Wall, dan merupakan satu system struktur bangunan yang terdiri dari kolom, balok dan pelat dan dinding geser. Sedangkan pondasi bangunan diketahui ‘menggunakan tiang pancang PC ukuran 40 x 40 cm dengan panjang 12-18 m. Baja prestressing terditi dati 6 strand diameter 12 mm dengan mutu beton struktur K-300, Bangunan saat ini sudah digunakan dan berfungsi sebagai perkantoran, Pada tahun 2005 berdasarkan informasi yang diperoleh bahwa pada lantai atap diberi tambahan beban berupa rangka baja logo dengan berat total diperkirakan + 130 Ton yang disalurkan langsung kepada kolom-kolom yang ada Keretakan secara visual pada saat survey awal hanya ijumpai_ pada struktur balok di atap lantai 8 (bok fengah). Namun hal ini masih perlu dilakukan penilitian secara detail mengenai penyebab serta pembebanan struktur balok tersebut dan mutu beton tersebut, Berikut ini adalah gambar yang memperlihatkan retak struktur yang terjadi pada struktur bangunan ini 16 LAM Gambar 1. Kondisi retak pada struktur yang ditinjau. Dengan memperhatikan tahun pembangunan gedung tersebut, seyogianya bangunan tersebut dirancang berdasarkan Standar Tata Cara Perhtiungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SK SNI T- 15-1991-03 [1], Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung, SKBI-1.3.53.1987 [2] dan beban gempa berdasarkan Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung, SKBI- 1.3.53.1987 [3], yang pertaman kali di-release tahun 1983, Kajian ini bertujuan untuk mempelajari kekuatan existing bangunan Gedung Kantor PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, dengan melakukan analisis dan pengecekan —struktur bangunan existing berdasarkan data hasil pengujian kekuatan material dan beban yang ada saat ini berdasarkan standar yang berlaku. 2. METODOLOGI. Hal ini menjelaskan tentang tahapan prosedur analisis evaluasi struktur bangunan yang telah berdiri yaitu gedung Head Office PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia. Berikut ini dibuat diagram ali penelitian yang diperlihatkan pada Gambar 2. Sainstech Vol. 19 No.1, Januari 2009 ISSN : 1410-7104 Kesimpulan Gambar 2. Daigram alir penelitian 2.1.Sistem Struktur Utama Gedung ini merupakan bangunan dengan struktur Beton Bertulang, termasuk atap. Digunakan system struktur Open Frame (struktur portal terbuka) dengan elemen-elemen balok dan kolom dan dinding geser. Beban gravitasi didukung oleh sitem pelat lantai, balok anak, balok portal (girder) dan kolom, sedangkan sebagai penahan lateral adalah portal 3 dimensi terbuka dan dinding geser. 2.2. Analisis Gempa ‘Mengingat struktur merupakan struktur yang relative simetris dan tingginya kurang dari 40,0 m, namun karena daerah berbentuk L maka dilakukan analisis dinamik dengan response spectrume sesuai dengan SNI. Gaya geser tingkat rencana adalah gaya geser tingkat hasil analisis dinamik ini yang diskalakan dengan faktor >BV;/V, dimana : V; adalah gaya geser dasar berdasarkan static equivalent atau gaya geser dasar untuk ragam yang pertama saja. V, adalah gaya geser dasar hasil response spectrum analysis dengan CQC. FaktorB = 0,9 untuk beban gempa berdasarkan Standar Peren canaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung, SKBI-1.2.53.1978 [1]. FaktorB = 0,8 untuk beban gempa berdasarkan Standar Tata Cara Perencanaan Ketahan an Gempa untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1726-2002 [2]. Beban gempa yang bekerja, yaitu selisih gaya geser tingkat yang berturutan. Struktur kemudian dianalisis secara 3/D dengan beban gempa yang didapat diatas secara static equivalent. 2.3, Analisis Sistem Struktur Analisis dilakukan secara tiga dimensi, dimana modelisasi struktur bangunan mencakup elemen- elemen shell (plate bending) untuk lantai dan dinding, elemen 3/4 beam untuk balok dan kolom. Beban gravitasi mencakup: © Berat sendiri (self i/ weight) ‘+ Beban mati tambahan (superimposed dead load): Finishing lantai, partisi © Brick wall ‘* Curtain Wall (superimposed dead load): penutup Ivar, dinding kaca ‘+ Beban hidup yang direduksi (Reduced Live Load) + Beban hidup yang tidak direduksi (Live Load) © Billboard nding 2.4, Analisis struktur akibat beban gempa Struktur bangunan dianalisis sebagai satu kesatuan bangunan 3 dimensi, lantai dianggap sebagai diaphragma yang rigid. 2.5. Berat dan massa tingkat Untuk perhitungan beban gempa static equivalent diperlukan berat dari masing-masing tingkat yang di-fump pada level tingkat masing- masing. Termasuk unsur yang memberikan Kontribusi terhadap berat adalah berat sendiri, beban mati tambahan dan beban hidup yang direduksi sesuai dengan pembahasan dalam —_peraturan pembebanan. Untuk analisis dinamik diperlukan massa bangunan yang juga di-lump pada setiap lantai. Sumber dari massa bangunan mencakup : * Berat sendiri, dengan faktor pengali 1,0 Beban mati tambahan, dengan faktor pengali 1,0 Brick Wall, dengan faktor pengali 1,0 Curtain Wall, dengan faktor pengali 1,0 Beban Hidup yang direduksi, dengan faktor pengali 0,30 + Beban hidup yang tidak direduksi, dengan faktor pengali 1,0. ‘Sainstech Vol. 19 No.1, Januari 2009 ISSN : 1410-7104 2.6. Properties penampang struktur Untuk memperhitungkan response nonlinear struktur beton bertulang dalam keadaan batas, maka ipergunakan penampang cracked dalam anaisis struktur. Sesuai dengan Pasal 5.5.1 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1726-2002 [4], maka untuk rangka beton bertulang terbuka, kekakuan direduksi dengan faktor reduksi sebagai berikut + Balok: 0,35 Ig Kolom: 0,70 Ig Dinding geser: 0,70 Ig Dinding geser retak: 0,35 Ig Plat plate dan flat slab: 0,25 Ig Two way slab diatas balok: 1,0 Ig dimana Ig adalah inersia penampang. gross. 2.7. Pusat massa Pusat massa dihitung secara otomatis oleh Program, yaitu titik tangkap beban mati, berikut beban hidup yang direduksi, yang bekerja pada tingkat tersebut, Pada analisis struktur, pusat massa adalah titik tangkap beban gempa starie equivalent atau gaya gempa dinamik pada analisis dinamik terhadap beban gempa, 2.8, Pusat kekakuan Pusat kekauan atau rotasitingkat suatu struktur gedung : suatu titik pada lantai tingkat itu yang bila beban horizontal bekerja padanya, lantai tingkat itu tidak berotasi,tetapi hanya bertranslasi, Lantai-lantai tingkat lainnya yang tidak mengalami beban horizontal, semuanya berotasi dan bertranslasi 2.9, Eksentrisitas rencana Eksentristas teoritis (e) : Bila pusat massa (CM) dan Pusat rotasi pada suatu lantai tingkat sebuah gedung tidak berimpit, terjadi eksentrisitas yang menghasilkan momen torsi. Jarak kedua titik tersebut disebut sebagai eksentrisitas teoritis. Eksentristas rencana (ed) : Dalam kenyataan cksentristas dapat menyimpang jauh dari eksentrisitas teoritis. Ada dua sumber penyebab penyimpangan ini, Sumber pertama adalah pembesaran dinamik akibat perilaku struktur nonlinear pada tahap Pembebanan gempa inelastik. Sumber penyebab kedua adalah karena torsional ground motion, deviasi dati stiffness dari nilai yang diasumsikan, dan Perbedaan tingkat degradasi stiffness dari komponen Penahan gaya lateral selama inelastic response dati bangunan, serta perbedaan nilai kekuatan lela baja, nilai beban mati, nilai distribusi beban hidup. Dengan alasan ini, code menambahkan _terjadinya ceksentrisitas dalam dua suku. Suku pertama merupakan fungsi dari cksentrisitas teoritis, untuk mengatasi sumber penyebab pertama. Suku kedua yang merupakan fungsi dari ukuran horizontal ‘erbesar denah bangunan tegak lurus pada arah beban gempa (b), adalah untuk mengatasi penyebab yang, kedua (accidental torsion). Sesuai dengan referensi SNI (3)[5] struktur bangunan hharus direncanakan terhadap eksentrisitas rencana (ed), yang ditentukan sebagai berikut : @ Untuko 0.30 b= ed=1.33e+0.106 atau ed=1.17e-0.106 dan dipilih diantara keduanya yang pengaruhnya paling menentukan untuk unsur atau subsistim struktur gedung yang ditinjau. bangunan. Dengan demikian titik tangkap gaya gempa static equivalent di setiap lantai digeser untuk memperhitungkan eksentrisitas rencana tersebut, sebelum dilakukan analisis statik. 2.10, Beban gempa static equvalent Beban gempa sesuai Standar Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002), BSN Koefisien Gempa dasar dan Koefisien gempa Lateral Beban geser dasar nominal static equivalent 2: _GL R Vv Dimana C__ = nilai faktor response gempa yang didapat dari spectrum response gempa rencana menurut gambar 2 SNI dengan waktu getar alami fundamental 77 = faktor keutamaan faktor reduksi gempa berat total gedung, 3 " Sainstech Vol. 19 No.1, Januari 2009 ISSN : 1410-7104 2.11.Wilayah Gempa dan response spectrum Indonesia terbagi dalam 6 Wilayah Gempa seperti seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.2 SNI [2]. Dimana Wilayah 1 adalah wilayah kegempaan yang paling rendah dan Wilayah 6 dengan kkegempaan paling tinggi. Pembagian wilayah didasarkan atas percepatan puncak batuan dasar (base rock) akibat pengaruh Gempa rencana dengan perioda ulang 500 tahun, dengan nilai rata-ratanya untuk setiap wilayah ditetapkan dalam Gambar 1 dan Tabel 5 SNI (2]. Untuk bangunan ini terletak di kota Jakarta dan terletak di Wilayah gempa 3. Gambar 3. Peta wilayah gempa Indonesia SNI 03- 1726-22002 Penentuan gempa rencana dalam analisis static equivalent, gaya geser dasar nominal sebagai response dinamik ragam pertama dan gaya geset dasar nominal sebagai response dinamik seluruh ragam yang berpartisipasi pada struktur gedung, untuk wilayah Gempa 3 digunakan spectrum gempa rencana seperti ditunjukkan dalam gambar 4, \Wilayah Gempa 3 — Gambar 4, Spektrum gempa rencana wilayah 3 SNI 03-1726-2002 19 Evaluasi N rata-rata berbobot pada bor DBI menunjukkan nilainya lebih kecil dari 15, dengan 1,0 perlu dilakukan perkuatan dengan steel jacket, reinforced concrete jacket, atau Carbon Fabric jacket yang ditempelkan pada kolom struktur beton dengan bahan bonding agent (adhesive resin). 3. Penulangan Balok : Prioritas peningkatan kekuatan (Strengthening) seyoginya dilakukan terlebih dahulu pada elemen-elemen vertikal (Kolom dan dinding geser), baru kemudian dilakukan pada balok- balok. Sainstech Vol. 19 No.1, Januari 2009 ISSN : 1410-7104 Daftar Pustaka 1. Minimum Design Loads for Buildings and Other Structure, ASCE Standard, ASCE/SE1 7-05. 2. Standar Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SK SNI T-15-1991-03, Departemen PU. 3. Standar Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Bertulang untuk Bangunan Gedung SNI 03- 2847-2002, Badan Standarisasi Nasional (BSN) 4. Standar Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1726- 2002, BSN 5. Strength Evaluation of Existing Concrete, ACL 437-03, ACI 437-03, reported by ACI Committee 437 6. Pedoman Perencanaan Pembebanan wituk Runah dan Gedung, SKBI-1.3.53.1987, Departemen PU. 7. Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung, SKBI-1.3.53.1987, Departemen PU. 8. Prof. Ir. Rachmat Purwono, MSc. dkk, Perencanaan Struktur Beton Bertulang’ Tahan Gempa, sesuai SNI-1726 dan SNI-2847 Terbaru, Edisi Kedua, 2005, ITS Press. 21

You might also like