You are on page 1of 33

Traumatic

Pneumothoraks
Oleh: Rahmadhini
Pembimbing:
dr. Rugun , Sp.BTKV
Kepanitraan Klinik Bedah
FK UIN RSUP Fatmawati

Identitas Pasien
Nama
Usia
Jenis

kelamin

: Tn. X
: 17 tahun
: Laki-laki

Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri dada kiri setelah kecelakaan lalu lintas
2 jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS).

Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat

Penyakit Dahulu
Riwayat trauma sebelumnya disangkal.
Pasien mengatakan tidak memiliki
penyakit asma.
Riwayat

Operasi Sebelumnya: -

PEMERIKSAAN FISIK
Tanda

Vital
Kesadaran
: Compos mentis;
GCS: E4V5M6 = 15
Tekanan darah
: 100/60 mmHg
Nadi
: 100 x/menit
Pernapasan
: 32 x/menit
Suhu
:-

Status Generalis
Kepala
: Deformitas
Rambut
: Warna, distribusi, mudah dicabut/tidak
Mata
: Konjungtiva, sklera, pupil bulat isokor, diameter,
RCL, RCTL
Mulut
: Mukosa, oral hygiene
Telinga
: Sekret, serumen, nyeri tekan, nyeri tarik, Otore
Hidung
: Deformitas, deviasi septum, sekret, nyeri tekan
sinus, rinore
Tenggorokan : Hiperemis
Leher
: JVP, kelenjar tiroid, KBG, nyeri tekan

Paru :
Inspeksi : Jejas, simetris saat statis maupun dinamis
Palpasi : Nyeri (+), emfisema subkutis (-), ekspansi dada
menurun, vocal fremitus kanan meningkat
Perkusi : Sonor pada paru kiri dan hipersonor pada paru kanan
Auskultasi
: Suara napas vesikuler melemah pada sisi
kanan, ronkhi -/-, wheezing -/Jantung
:
Inspeksi : iktus cordis
Palpasi : iktus cordis
Perkusi : Batas jantung kiri dan kanan
Auskultas
: Bunyi jantung, murmur, gallop
Abdomen
:
Inspeksi : bentuk
Palpasi : Dinding abdomen, hepar dan limpa, nyeri tekan
Perkusi : shifting dullness
Auskultasi : Bising usus
Ekstremitas : Akral hangat, edema, CRT, deformitas, luka-luka.

PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Laboratorium
Foto

Thorax

Interpretasi:
Paru
: Corakan bronkovaskular, sudut
kostofrenikus, hilus, didapatkan bayangan udara
dalam rongga pleura kiri tanpa struktur jaringan paru
Jantung : CTR, apeks normal, pinggang jantung
normal
Tulang
: terdapat fraktur costae II-IV kiri
Soft tissue baik
Kesan: Pneumotoraks kiri dan fraktur iga II-IV kiri

RESUME

Pasien laki-laki, 17 tahun, datang ke IGD RS dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri setelah terbentur
stang motor post kecelakaan lalu lintas 2 jam SMRS. Setelah kejadian pasien tidak pingsan. Keluhan
yang dirasakan pasien saat ini adalah nyeri dada sebelah samping kiri setelah terbentur, terus menerus,
bertambah saat mengambil nafas, badan digerakkan, tangan kiri diangkat, dan batuk. Keluhan nyeri
disertai sesak nafas. Sesak mulai dirasakan + 5 menit setelah terbentur, pasien susah untuk menarik
nafas dalam karena terasa nyeri, tidak ada riwayat sesak nafas sebelumnya. Pasien mengeluh batuk
sedikit-sedikit, tidak disertai dahak dan darah. Badan terasa lemas. Riwayat muntah menyemprot
setelah kejadian (-), pasien ingat saat kejadian, sakit kepala (-), nyeri perut (-), nyeri pada anggota
gerak (-).
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Pernapasan
: 32 x/menit
Paru :
Inspeksi : Jejas, simetris saat statis maupun dinamis
Palpasi : Nyeri (+), emfisema subkutis (-), ekspansi dada menurun, vocal fremitus kanan
meningkat
Perkusi : Sonor pada paru kiri dan hipersonor pada paru kanan
Auskultasi
: Suara napas vesikuler melemah pada sisi kanan, ronkhi -/-, wheezing -/Rontgen: kesan Pneumothoraks sinistra dan fraktur costae II-IV sinistra

DIAGNOSIS KERJA
Pneumothoraks

sinistra
Fraktur costae II- IV

PENATALAKSANAAN
Primary

survey:

Airway
Breathing
Circulation

Non-medikamentosa
Tirah

baring
O2 10 L/menit NRM
Tindakan

dekompresi dengan abocath

Medikamentosa
IVFD

RL 20 tts/menit

Penatalaksanaan
Dekompresi

dengan pemasangan

WSD
Pemantauan produksi WSD

PROGNOSIS
Ad

vitam
: Bonam
Ad functionam
: Dubia ad bonam
Ad sanactionam : Dubia ad bonam

Pendahuluan
Trauma

toraks semakin meningkat sesuai


dengan kemajuan transportasi dan kondisi
sosial ekonomi masyarakat.
Data yang akurat mengenai trauma toraks di
Indonesia belum pernah diteliti.
Trauma toraks adalah suatu kedaruraatan
medik atau gawat darurat medik yang
mengenai toraks (dinding dada dan/atau organ
dalam rongga dada) disebabkan oleh trauma.

Pneumothorax
Pneumothorax

merupakan keadaan
dimana terdapat gas dalam ruang
pleura yang mengakibatkan kempesnya
paru-paru pada sisi yang terkena. Pada
kondisi normal, rongga pleura tidak
terisi udara sehingga paru-paru dapat
leluasa mengembang terhadap rongga
dada

Etiologi
Robeknya

pleura visceralis sehingga


saat inspirasi udara yang berasal dari
alveolus akan memasuki kavum pleura
Robeknya dinding dada dan pleura
parietalis sehingga terdapat hubungan
antara kavum pleura dengan dunia luar.

Pneumothorax traumatik
Pneumotorax

traumatik terjadi ketika


cedera fisik menyebabkan paru kolaps.
Hal ini dapat disebabkan oleh cedera
pada dada akibat dari luka tembak atau
pisau. Hal ini juga bisa disebabkan oleh
kecelakaan mobil, atau dapat juga
terjadi setelah prosedur medis tertentu.

Gejala
Riwayat

cedera dada yang baru terjadi atau


prosedur berisiko tinggi, ditambah:
Napas cepat
Nyeri dada
Sesak pada dada
Napas dangkal
Gejala yang dirasakan tergantung dari beratnya
pneumotoraks yang terjadi

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi:

ekspansi dada menurun atau tidak


simetris antara kanan dan kiri. Mungkin ada
warna kebiruan pada kulit yang disebabkan
oleh kekurangan oksigen.
Perkusi didapatkan hipersonor.
Auskultasi pada dada didapatkan
penurunan suara napas pada salah satu sisi
dada. Pasien dengan pneumothoraks
mungkin memiliki detak jantung yang cepat .

Pemeriksaan Penunjang
Analisa

gas darah, mungkin akan


didapatkan tingkat oksigen yang rendah
dalam darah
X-ray dada
Pulse oksimetri

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan

mengikuti prinsip
penatalaksanaan pasien trauma secara
umum (primary survey - secondary survey).
Penanganan pasien tidak untuk
menegakkan diagnosis akan tetapi
terutama untuk menemukan masalah yang
mengancam nyawa dan melakukan
tindakan penyelamatan nyawa.

Primary survey
Airway
Perhatikan

patensi jalan napas


Dengar suara napas
Perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan
dinding dada
Breathing
Periksa

frekuensi napas
Perhatikan gerakan respirasi
Palpasi toraks
Auskultasi dan dengarkan bunyi napas

Circulation
Periksa

frekwensi denyut jantung dan


denyut nadi
Periksa tekanan darah
Pemeriksaan pulse oxymetri
Periksa vena leher dan warna kulit (adanya
sianosis)

Pengobatan
Tujuan

pengobatan adalah untuk


mengeluarkan udara dari rongga
pleura, sehingga paru-paru kembali
mengembang. Tindakan dekompressi
yaitu membuat hubungan rongga pleura
dengan udara luar

Tindakan Dekompresi

Menusukkan jarum melalui diding dada sampai


masuk kerongga pleura , sehingga tekanan
udara positif akan keluar melalui jarum tersebut.

Membuat hubungan dengan udara luar :


Jarum infus set ditusukkan kedinding dada
sampai masuk kerongga pleura.
Abbocath : jarum Abbocath no. 14 ditusukkan
kerongga pleura dan setelah mandrin dicabut,
dihubungkan dengan infus set.
WSD : pipa khusus yang steril dimasukkan
kerongga pleura.

WSD
Water

Seal Drainage (WSD) adalah Suatu


sistem drainage yang menggunakan water
seal untuk mengalirkan udara atau cairan
dari cavum pleura ( rongga pleura). Tujuan
pemasangan WSD adalah untuk
mengalirkan / drainage udara atau cairan
dari rongga pleura untuk mempertahankan
tekanan negatif rongga tersebut.

Pemasangan WSD
Pasien dalam posisi duduk membungkuk atau
berbaring bersandar. Kemudian dilakukan tindakan
asepsis dan antisepsis.
Dilakukan anestesia blok n.interkostalis di atas, pada
dan di bawah sela iga dimana WSD akan dipasang.
Setelah itu kulit di atas pinggir atas sela iga Pada
dasarnya pipa WSD dapat dipasang sela VI atau VII
garis aksilaris posterior. yang dipilih diinsisi
diteruskan dengan trokar ke dalam rongga pleura
dengan arah trokar ke kraniomedial atau insisi lapis
demi lapis sampai dengan pleura parietalis.

Masukkan

pipa torakostomi. Apabila tidak


tersedia pipa torakostomi, dapat dipakai pipa
NGT atau pipa lainnya ukuran 16-20.
Sambungkan pipa dengan pipa masuk dan botol
WSD. Setelah itu periksa undulasi atau
pengeluaran udara atau darah sampai lancar.
Pipa torakostomi kemudian difiksasi dengan
jahitan kedap udara pada kedua sisi pipa dengan
diikatkan pada pipa.
Foto X- rays dada untuk menilai posisi selang
yang telah dimasukkan. Antibiotik diberikan untuk
pencegahan infeksi.

Prognosis
Seberapa

baik perkembangan seorang


pasien tergantung pada seberapa
serius luka yang terjadi. Namun,
biasanya tidak ada efek jangka panjang
setelah pengobatan yang berhasil untuk
suatu pneumotoraks.

You might also like