Professional Documents
Culture Documents
Obgyn TO 4
Obgyn TO 4
Eclampsia:
Gestational Hypertension:
Penilaian Klinik
TEKANAN DARAH
MENINGKAT
( 140/90 mmHg)
HAMIL
< 20 MG
KEJANG +
HAMIL
> 20 MG
HIPERTENSI
KRONIK
SUPERIMPOSED
PREECLAMPSIA
EKLAMPSIA
HIPERTENSI
KEJANG
PREEKLAMPSIA
RINGAN
PREEKLAMPSIA
BERAT
Dosis
Pemeliharaan
Amenorrea
Mual muntah
Tanda Chadwick
Tanda Hegar
Montgomerys sign
Nyeri payudara
Sekresi kolustrum
Quickening
Sering berkemih, nokturia
Peningkatan suhu basal
Cloasma
Linea nigra
Striae
Tanda Hegar
Linea Nigrae
Pembesaran perut
15. Meletakkan handuk bersih di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
17. Membuka partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan bayi
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putar paksi luar secara spontan
22. Setelah kepala melakukan putar paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi,
dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong dandan tungkai bawah janin untuk memegang
tungkai bawah
25. Melakukan penilaian selintas :
- Apakah bayi menangis kuat
- Apakah bayi bernafas tanpa kesulitan?
- Apakah bayi bergerak aktif?
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan t idak ada lagi bayi dalam uterus
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM (intramuscular) di 1/3 paha atas bagian distal
lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)
30. Setelah 2 menit pascapersalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah
distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama
31. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara
dua klem tersebut
32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut
dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi simfisis, Tangan lain meregangkan tali pusat
36. Setelah uterus berkontraksi, regangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus
dengan hati-hati kearah dorsokranial. Jika plasenta t idak lahir setelah 30-40 detik, hentikan peregangan tali pusat
dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur
37. Melakukan peregangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong
menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tekanan dorsokranial)
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan),
pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan
mencegah robeknya selaput ketuban
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara
sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh
kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan
perdarahan
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam
44. Setelah 1 jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis dan vitamin K1 1 mg
intramuskular di paha kiri anterolateral
45. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascapersalinan
dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua pascapersalinan
50. Memeriksa kembali untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai ke dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit).
Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah.
Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam keadaan
terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
58. Melengkapi partograf
134. Kontrasepsi
JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN
NON HORMONAL
1.Metode Amenore Laktasi (MAL)
2.Kondom
3.Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
4.Kontrasepsi Mantap (Tubektomi dan Vasektomi)
HORMONAL
1.Progestin: pil, injeksi dan implan
2.Kombinasi: pil dan injeksi
Sumber:
Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan
di Fasilitas Kesehatan (BKKBN dan Kemenkes R.I., 2012)
KETERBATASAN
Tidak mencegah Infeksi Menular
Seksual(IMS)
Tidak baik digunakan pada perempuan
dengan IMS atau perempuan yang sering
berganti pasangan
Diperlukan prosedur medis termasuk
pemeriksaan pelvis
Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri
Klien harus memeriksa posisi benang AKDR
dari waktu ke waktu.
KONTRASEPSI
MANTAP(TUBEKTOMI&VASEKTOMI)
TUBEKTOMI
Tubektomi (MetodeOperasiWanita/MOW) metode
kontrasepsi mantap lagi dengan cara mengoklusi tuba
falupii sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan
ovum
WAKTUPENGGUNAAN
Idealnya dilakukan dalam 48 jam pasca persalinan
Dapat dilakukan segera setelah persalinan atau setelah
operasi caesar
Jika tidak dapat dikerjakan dalam 1 minggu setelah
persalinan, ditunda 4-6 minggu.
MANFAAT
Kontrasepsi
Efektivitasnya tinggi 99,5% (0,5
kehamilan per 100 perempuan
selama tahun pertama
penggunaan)
Tidak mempengaruhi proses
menyusui
Tidak bergantung pada faktor
sanggama
Baik bagi klien apabila
kehamilan akan menjadi risiko
kesehatan yang serius.
Tidak ada efek samping dalam
jangka panjang
VASEKTOMI
Vasektomi(MetodeOperasiPria/MOP) prosedur klinik
untuk menghentikan reproduksi pria dengan cara
mengoklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi
sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi.
JENIS
1)Insisi
2)Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)
WAKTU
Bisa dilakukan kapan saja
PIL PROGESTIN
KEUNTUNGAN
KETERBATASAN
Efektif jika diminum setiap hari di Harus digunakan setiap hari dan
waktu yang sama (0,05-5
pada waktu yang sama
kehamilan / 100 perempuan dalam Bila lupa satu pil saja, kegagalan
1 tahun pertama)
menjadi lebih besar
Tidak diperlukan pemeriksaan
Risiko kehamilan ektopik, tetapi
panggul
risiko ini lebih rendah jika
Tidak mempengaruhi ASI
dibandingkan dengan perempuan
yang tidak menggunakan minipil
Tidak mengganggu hubungan
seksual
Efektifitas menjadi rendah bila
digunakan bersamaan dengan obat
Kembalinya fertilitas segera jika
tuberkulosis atau obat epilepsi
pemakaian dihentikan
Tidak mencegah IMS
Mudah digunakan dan nyaman
Efek samping kecil
PIL KOMBINASI
KEUNTUNGAN
hingga menopause
Efektivitas yang tinggi (1
Membantu mencegah kehamilan
kehamilan per 100 perempuan
ektopik, kanker ovarium, kanker
dalam tahun pertama
endometrium, kista ovarium,
penggunaan)
penyakit radang panggul,
kelainan jinak pada payudara,
Risiko terhadap kesehatan sangat
dismenore atau akne
kecil
Tidak mengganggu hubungan
seksual
KETERBATASAN
Mudah dihentikan setiap saat
Membosankan karena harus
menggunakannya setiap hari
Kesuburan segera kembali
setelah penggunaan pil
Tidak boleh diberikan kepada
dihentikan
perempuan menyusui
Dapat digunakan sebagai
Tidak mencegah IMS
kontrasepsi darurat
Dpat digunakan sejak usia remaja
Gynecoid
Android
Anthropoid
Platypelloid
PERDARAHAN
SERVIKS
UTERUS
TATALAKSANA
IMMINENS
Bercak, coklat
TERTUTUP
Sesuai usia
gestasi
INSIPIEN
Merah segar
TERBUKA
Sesuai usia
gestasi
Kuret/AVM
INKOMPLIT
Darah dengan
jaringan
konsepsi
TERBUKA, bisa
tampak sisa
jaringan
Lebih keci,
lunak
Kuret/AVM
KOMPLIT
Seluruh massa
kehamilan
TERTUTUP
Lebih kecil,
kenyal
Kuret/AVM
MISSED
ABORTION
Retensio
Embrio mati
>8imnggu
Kuret/AVM
Penyebab HPP
Gejala dan tanda
yang selalu ada
Diagnosis
kemungkinan
Syok
Atonia uteri
Pucat
Lemah
Menggigil
Presyok
Robekan jalan
lahir/Laserasi jalan
lahir
Ruptur Uteri
Sub-involusi uterus
Nyeri tekan perut bawah
Perdarahan post partum lanjut
Anemia
Demam (bila terinfeksi)
Sisa fragmen
plasenta
Perdarahan gusi
Memar di bawah kulit
Perdarahan di tempat
infus/suntikan
Gangguan
pembekuan darah
ATONI UTERUS
Faktor resiko atonia uteri adalah:
Uterus membesar lebih dari normal selama
kehamilan.
Kala I atau II yang memanjang.
Persalinan cepat (partus presipitatus).
Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan
oksitosin (augmentasi).
Infeksi intrapartum.
Multiparitas tinggi.
Uterus kontraksi?
tidak
ya
Evaluasi rutin
ya
Ig M
Interpretasi
Infeksi akut
Indikasi Anak:
Gawat janin
Prolapsus talipusat dengan kepala sudah didasar
panggul
After coming head
Tatalaksana DM Gestasional
establish dates
history of contractions, risk factors
abdominal exam for uterine activity
cervical exam - serial if reasonable
sterile speculum exam alone should be done in PPROM
defer digital exam if there is undiagnosed vaginal bleeding until implantation
site of placenta is known
Corticosteroids
Antenatal corticosteroid therapy should be
initiated in women between 24 and 34 weeks
gestation.
Deksametason 6 mg IM setiap 12 jam sebanyak
4 kali, ATAU
Betametason 12 mg IM setiap 24 jam sebanyak
2 kali
( Non-Urgent )
Kehamilan post-term
DM terkontrol baik
Kematian intrauterin
pada kehamilan
sebelumnya
Intrauterine fetal demise
Problem logistik
(persalinan cepat, jarak
ke rumah sakit)
Stripping of membranes
Pematangan serviks diikuti dengan oksitosin
Laminaria / artificial tents
Foley catheter
Prostaglandins (intraserviks atau vaginal)
Amniotomi atau oksitosin
Bila skor Bishop < 5, lakukan pematangan serviks sebelum memulai induksi/augmentasi.
4 - 8 mU / min
Interval dinaikkan
setiap 30 min.
Dosis kenaikan
2 mU (4 tetes)
8 10 mU/min. (16 20
Pastikan tidak ada CPD atau kontraindikasi lainnya sebelum memulai tindakan
augmentasi
Selalu pantau kemajuan persalinan dan djj
Gunakan partograf
Infus cairan dengan oksitosin diberi tanda & jam mulai pemberian
Fleksi
Rotasi Interna
Ekstensi
Rotasi Eksterna
Ekspulsi
Alur Penatalaksanan
Kasus dengan IVA Positif
IVA Positif
Kolposkopi
Lesi Negatif
Pemeriksaan
rutin
Lesi Positif
Biopsi terarahPA
146. Infertilitas
Pada pria Normal seminal fluid analysis (World Health Organization, 2002)
faktor vagina
faktor serviks
faktor uterus (endometrium)
faktor tuba
faktor ovarium
faktor peritoneum
Manajemen PCOS
Tata laksana PCOS dilakukan secara komprehensif, meliputi:
Edukasi
Menjelaskan pentingnya perubahan gaya hidup untuk memperbaiki gangguan hormonal yang terjadi
Penurunan berat badan
Penurunan indeks massa tubuh sebesar 10% dapat memperbaiki pematangan sel telur
3.
4.
5.
Kriteria diagnosis :
Aktif :
Negative
Negative
Negative
Susceptible (consider
vaccination)
HBsAg
Anti-HBc
Anti-HBs
Negative
Positive
Positive
HBsAg
Anti-HBc
Anti-HBs
Negative
Negative
Positive
Vaccinated
HBsAg
Anti-HBc
IgM anti-HBc* (high titre)
Anti-HBs
Positive
Positive
Positive
Negative
HBsAg
Anti-HBc
IgM anti-HBc*
Anti-HBs
Positive
Positive
Negative
Negative
HBsAg
Anti-HBc
Anti-HBs
Negative
Positive
Negative
* Anti-HBc IgM can also be present (usually at a lower titre) in a flare of CHB
Situs melintang
Situs miring/oblique
Nyeri perut
Amenorrhea
Perdarahan per vaginam (dapat juga tidak)
Syok karena hipovolemia perdarahan (tergantung beratnya perdarahan)
Pemeriksaan :
Mola
Hidatidos
a
KET