You are on page 1of 58

Obgyn

131. PEB dan Eklampsia


Diagnosis of Hypertensive Disorders
Complicating Pregnancy

Eclampsia:

Seizures that cannot be attributed to other causes in a woman


with preeclampsia
Systolic BP 140 or diastolic BP 90 mm Hg for first time during
Superimposed Preeclampsia On Chronic Hypertension:
pregnancy
New-onset proteinuria 300 mg/24 hours in hypertensive
No proteinuria
women but no
BP returns to normal before 12 weeks postpartum
proteinuria before 20 weeks gestation
Final diagnosis made only postpartum
A sudden increase in proteinuria or blood pressure or platelet
May have other signs or symptoms of preeclampsia, for
count 100,000/L
example, epigastric discomfort or thrombocytopenia
in women with hypertension and proteinuria before 20 weeks
gestation
Preeclampsia:
Chronic Hypertension:
Minimum criteria:
BP 140/90 mm Hg before pregnancy or diagnosed before 20
weeks gestation
BP 140/90 mm Hg after 20 weeks gestation
not attributable to gestational trophoblastic disease
Proteinuria 300 mg/24 hours or 1 dipstick
or
Increased certainty of preeclampsia:
Hypertension first diagnosed after 20 weeks gestation and
BP 160/110 mm Hg
persistent after
Proteinuria 2.0 g/24 hours or 2 dipstick
12 weeks postpartum
Serum creatinine 1.2 mg/dL unless known to be previously
elevated
Platelets 100,000/L
Microangiopathic hemolysisincreased LDH
Elevated serum transaminase levelsALT or AST
Persistent headache or other cerebral or visual disturbance
Persistent epigastric pain

Gestational Hypertension:

Penilaian Klinik
TEKANAN DARAH
MENINGKAT
( 140/90 mmHg)

HAMIL
< 20 MG

KEJANG +
HAMIL
> 20 MG

HIPERTENSI
KRONIK
SUPERIMPOSED
PREECLAMPSIA
EKLAMPSIA
HIPERTENSI

KEJANG

PREEKLAMPSIA
RINGAN
PREEKLAMPSIA
BERAT

MAGNESIUM SULFAT UNTUK PREEKLAMPSIA DAN


EKLAMPSIA
Alternatif I Dosis
awal

Dosis
Pemeliharaan

MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40%


selama 5 menit
Segera dilanjutkan dengan 15 ml
MgSO4 (40%) 6 g dalam larutan
Ringer Asetat / Ringer Laktat
selama 6 jam
Jika kejang berulang setelah 15
menit, berikan MgSO4 (40%) 2 g IV
selama 5 menit
MgSO4 1 g / jam melalui infus
Ringer Asetat / Ringer Laktat yang
diberikan sampai 24 jam postpartum

MAGNESIUM SULFAT UNTUK PREEKLAMPSIA DAN


EKLAMPSIA
Alternatif II Dosis
awal

MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5


menit

Dosis pemeliharaan Diikuti dengan MgSO4 (40%) 5 g IM dengan 1


ml Lignokain (dalam semprit yang sama)
Pasien akan merasa agak panas pada saat
pemberian MgSO4
Sebelum pemberian Frekuensi pernafasan minimal 16 kali/menit
MgSO4 ulangan,
Refleks patella (+)
lakukan
Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
pemeriksaan:
Frekuensi pernafasan < 16 kali/menit
Refleks patella (-), bradipnea (<16 kali/menit)
Hentikan
pemberian MgSO4, Urin < 30 ml/jam pada hari ke 2
Jika terjadi henti nafas:
jika:
Siapkan antidotum Bantu pernafasan dengan ventilator
Berikan Kalsium glukonas 1 g (20 ml dalam
larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai
pernafasan mulai lagi

132. Tanda-tanda Kehamilan


Tanda-tanda kehamilan tidak pasti :

Amenorrea
Mual muntah
Tanda Chadwick
Tanda Hegar
Montgomerys sign
Nyeri payudara
Sekresi kolustrum
Quickening
Sering berkemih, nokturia
Peningkatan suhu basal
Cloasma
Linea nigra
Striae

Tanda-tanda Kehamilan Tidak Pasti

Tanda Hegar

Linea Nigrae

Pembesaran perut

133. Asuhan Persalinan Normal


58 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
2.Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul dan memasukkan alat
suntik sekali pakai 2 ml ke dalam wadah partus set
3. Memakai celemek plastik
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakkan kembali
kedalam wadah partus set
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan dari vulva ke perineum
8. Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% dan membuka sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai, pastikan DJJ dalam batas normal (120-160
x/menit)
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada
his apabila ibu sudah merasa ingin meneran
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (13. Melakukan pimpinan meneran
saat ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, jongkok dan mengambil posisi nyaman, jika ibu merasa ada dorongan
untuk meneran dalam 60 menit

15. Meletakkan handuk bersih di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
17. Membuka partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan bayi
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putar paksi luar secara spontan
22. Setelah kepala melakukan putar paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi,
dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong dandan tungkai bawah janin untuk memegang
tungkai bawah
25. Melakukan penilaian selintas :
- Apakah bayi menangis kuat
- Apakah bayi bernafas tanpa kesulitan?
- Apakah bayi bergerak aktif?
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan t idak ada lagi bayi dalam uterus
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM (intramuscular) di 1/3 paha atas bagian distal
lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)
30. Setelah 2 menit pascapersalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah
distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama
31. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara
dua klem tersebut

32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut
dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi simfisis, Tangan lain meregangkan tali pusat
36. Setelah uterus berkontraksi, regangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus
dengan hati-hati kearah dorsokranial. Jika plasenta t idak lahir setelah 30-40 detik, hentikan peregangan tali pusat
dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur
37. Melakukan peregangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong
menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tekanan dorsokranial)
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan),
pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan
mencegah robeknya selaput ketuban
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara
sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh
kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan
perdarahan
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam
44. Setelah 1 jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis dan vitamin K1 1 mg
intramuskular di paha kiri anterolateral

45. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascapersalinan
dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua pascapersalinan
50. Memeriksa kembali untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai ke dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit).
Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah.
Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam keadaan
terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
58. Melengkapi partograf

134. Kontrasepsi
JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN
NON HORMONAL
1.Metode Amenore Laktasi (MAL)
2.Kondom
3.Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
4.Kontrasepsi Mantap (Tubektomi dan Vasektomi)
HORMONAL
1.Progestin: pil, injeksi dan implan
2.Kombinasi: pil dan injeksi
Sumber:
Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan
di Fasilitas Kesehatan (BKKBN dan Kemenkes R.I., 2012)

ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM


(AKDR)
KEUNTUNGAN
Efektivitas tinggi, 99,2-99,4% ( 0,6 0,8
kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun
pertama)
Dapat efektif segera setelah pemasangan
Metode jangka panjang
Sangat efektif karena tidak perlu lagi
mengingat-ingat
Tidak mempengaruhi hubungan sosial
Meningkatkan kenyamanan seksual karena
tidak perlu takut untuk hamil
Tidak ada efek samping hormonal
Tidak mempengaruhi kualitas dan volume
ASI
Dapat dipasang segera setelah melahirkan
atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi
infeksi)
Dapat digunakan sampai menopause
Tidak ada interaksi dengan obat-obat

KETERBATASAN
Tidak mencegah Infeksi Menular
Seksual(IMS)
Tidak baik digunakan pada perempuan
dengan IMS atau perempuan yang sering
berganti pasangan
Diperlukan prosedur medis termasuk
pemeriksaan pelvis
Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri
Klien harus memeriksa posisi benang AKDR
dari waktu ke waktu.

KONTRASEPSI
MANTAP(TUBEKTOMI&VASEKTOMI)
TUBEKTOMI
Tubektomi (MetodeOperasiWanita/MOW) metode
kontrasepsi mantap lagi dengan cara mengoklusi tuba
falupii sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan
ovum

WAKTUPENGGUNAAN
Idealnya dilakukan dalam 48 jam pasca persalinan
Dapat dilakukan segera setelah persalinan atau setelah
operasi caesar
Jika tidak dapat dikerjakan dalam 1 minggu setelah
persalinan, ditunda 4-6 minggu.

MANFAAT DAN KETERBATASAN


TUBEKTOMI

MANFAAT
Kontrasepsi
Efektivitasnya tinggi 99,5% (0,5
kehamilan per 100 perempuan
selama tahun pertama
penggunaan)
Tidak mempengaruhi proses
menyusui
Tidak bergantung pada faktor
sanggama
Baik bagi klien apabila
kehamilan akan menjadi risiko
kesehatan yang serius.
Tidak ada efek samping dalam
jangka panjang

Tidak ada perubahan dalam


fungsi seksual
Non Kontrasepsi
Berkurangnya risiko kanker
ovarium
KETERBATASAN
Harus dipertimbangkan sifat
permanen kontrasepsi ini (tidak
dapat dipulihkan kembali,
kecuali dengan operasi
rekanalisasi)
Dilakukan oleh dokter yang
terlatih

VASEKTOMI
Vasektomi(MetodeOperasiPria/MOP) prosedur klinik
untuk menghentikan reproduksi pria dengan cara
mengoklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi
sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi.
JENIS
1)Insisi
2)Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)

WAKTU
Bisa dilakukan kapan saja

PIL PROGESTIN
KEUNTUNGAN
KETERBATASAN
Efektif jika diminum setiap hari di Harus digunakan setiap hari dan
waktu yang sama (0,05-5
pada waktu yang sama
kehamilan / 100 perempuan dalam Bila lupa satu pil saja, kegagalan
1 tahun pertama)
menjadi lebih besar
Tidak diperlukan pemeriksaan
Risiko kehamilan ektopik, tetapi
panggul
risiko ini lebih rendah jika
Tidak mempengaruhi ASI
dibandingkan dengan perempuan
yang tidak menggunakan minipil
Tidak mengganggu hubungan
seksual
Efektifitas menjadi rendah bila
digunakan bersamaan dengan obat
Kembalinya fertilitas segera jika
tuberkulosis atau obat epilepsi
pemakaian dihentikan
Tidak mencegah IMS
Mudah digunakan dan nyaman
Efek samping kecil

PIL KOMBINASI
KEUNTUNGAN
hingga menopause
Efektivitas yang tinggi (1
Membantu mencegah kehamilan
kehamilan per 100 perempuan
ektopik, kanker ovarium, kanker
dalam tahun pertama
endometrium, kista ovarium,
penggunaan)
penyakit radang panggul,
kelainan jinak pada payudara,
Risiko terhadap kesehatan sangat
dismenore atau akne
kecil
Tidak mengganggu hubungan
seksual
KETERBATASAN
Mudah dihentikan setiap saat
Membosankan karena harus
menggunakannya setiap hari
Kesuburan segera kembali
setelah penggunaan pil
Tidak boleh diberikan kepada
dihentikan
perempuan menyusui
Dapat digunakan sebagai
Tidak mencegah IMS
kontrasepsi darurat
Dpat digunakan sejak usia remaja

135. Anatomi Panggul

Gynecoid

Android

Anthropoid

Platypelloid

Panggul gynecoid berbentuk bulat, sedikit ovoid


Merupakan bentuk panggul paling ideal untuk
persalinan
Berbentuk seperti baji , dengan bagian depan
menyempit.
Segmen posterior mendatar, sakrum mengarah ke
depan.
Dinding samping konvergen

Pintu atas berbentuk elips dengan jarak


anteroposterior lebih besar dibanding diameter
transversal
Dinding samping lurus
Jarak interspina dan intertuberous lebih sempit
dibandingkan ginekoid
Pintu atas elips dengan jarak transversal lebih besar
dibandingkan jarak anteroposterior
Jarak interspina dan intertuberous lebar

136. Abortus Inkomplet


DIAGNOSIS

PERDARAHAN

SERVIKS

UTERUS

TATALAKSANA

IMMINENS

Bercak, coklat

TERTUTUP

Sesuai usia
gestasi

Bed rest total,


didrogestron,
alilsterenol,
antibiotik

INSIPIEN

Merah segar

TERBUKA

Sesuai usia
gestasi

Kuret/AVM

INKOMPLIT

Darah dengan
jaringan
konsepsi

TERBUKA, bisa
tampak sisa
jaringan

Lebih keci,
lunak

Kuret/AVM

KOMPLIT

Seluruh massa
kehamilan

TERTUTUP

Lebih kecil,
kenyal

Kuret/AVM

MISSED
ABORTION

Retensio
Embrio mati
>8imnggu

Kuret/AVM

137. BISHOP SCORE

Persalinan normal persalinan dengan usaha sendiri


tanpa bantuan alat pada janin tunggal hidup
presentasi belakang kepala, hamil cukup bulan.

138. HPP Atoni Uterus


Perdarahan pasca persalinan perdarahan yang
terjadi sesudah sesaat proses persalinan
berlangsung dengan volume perdarahan > 500
ml.
1. Perdarahan pasca persalinan dini (Early Post Partum
haemorrhage) terjadi dalam 24 jam pertama.
Penyebab utama perdarahan pasca persalinan primer
adalah atonia uteri, retensio plasenta, robekan jalan
lahir.
2. Perdarahan masa nifas (Late PPH terjadi setelah
24 jam pertama, sering diakibatkan oleh infeksi,
penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa plasenta
yang tertinggal.

Penyebab HPP
Gejala dan tanda
yang selalu ada

Gejala dan tanda yang


lain

Diagnosis
kemungkinan

Uterus tidak berkontraksi dan lembek


Tidak ada penonjolan uterus supra simfisis
Perdarahan setelah anak lahir (perdarahan
pascapersalinan dini)

Syok

Atonia uteri

Perdarahan segera setelah bayi lahir


Darah segar
Uterus kontraksi baik
Plasenta lengkap
Teraba diskontinuitas portio atau dinding vagina

Pucat
Lemah
Menggigil
Presyok

Robekan jalan
lahir/Laserasi jalan
lahir

Kelelahan dan dehidrasi


Konstriksi bandl
Nyeri perut bawah hebat
Gejala tidak khas pada bekas SC

Hilang gerak dan DJJ


Syok/takikardi
Bagian janin mudah teraba
Bentuk uterus abnormal

Ruptur Uteri

Sub-involusi uterus
Nyeri tekan perut bawah
Perdarahan post partum lanjut

Anemia
Demam (bila terinfeksi)

Sisa fragmen
plasenta

Perdarahan merah segar


Uji pembekuan darah tidak menunjukan adanya
bekuan darah setelah 7 menit
Rendahnya faktor pembekuan darah

Perdarahan gusi
Memar di bawah kulit
Perdarahan di tempat
infus/suntikan

Gangguan
pembekuan darah

ATONI UTERUS
Faktor resiko atonia uteri adalah:
Uterus membesar lebih dari normal selama
kehamilan.
Kala I atau II yang memanjang.
Persalinan cepat (partus presipitatus).
Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan
oksitosin (augmentasi).
Infeksi intrapartum.
Multiparitas tinggi.

BAGAN PENANGANAN ATONIA UTERI


Masase fundus uteri
Segera ssdh plasenta lahir
(maksimal 15 detik)

Uterus kontraksi?
tidak

ya

Evaluasi rutin

Evaluasi / bersihkan bekuan darah /sel.ketuban


KBI maksimal 5 menit
Uterus kontraksi?
tidak
Ajarkan keluarga KBE
Keluarkan tangan secara hati2
Suntik ergometrin 0,2 im
Pasang infus + 20 IU oks , guyur
Lakukan KBI lagi

ya

Pertahankan KBI 1 2 mnt


Keluarkan tangan secara hati2
Lakukan pengawasan kala IV

139. Toxoplasmosis pada Kehamilan


Ig G

Ig M

Interpretasi

Infeksi masa lampau

Infeksi akut

140. Ekstraksi Cunam


INDIKASI TINDAKAN EKSTRAKSI CUNAM
Indikasi Ibu:
Penyakit Jantung
Penyakit Pulmonar
Infeksi Intrauterin
Gangguan Neurologik
Kelelahan Ibu
Kala II memanjang
Mempersingkat kala II : pre eklampsia , eklampsia

Indikasi Anak:
Gawat janin
Prolapsus talipusat dengan kepala sudah didasar
panggul
After coming head

KONTRAINDIKASI TINDAKAN EKSTRAKSI CUNAM


Terdapat kontra-indikasi berlangsungnya persalinan pervaginam.
Pasien menolak tindakan ekstraksi cunam obstetrik.
Dilatasi servik belum lengkap.
Presentasi dan posisi kepala janin tidak dapat ditentukan dengan jelas.
Kegagalan ekstraksi vakum.
Fasilitas pemberian analgesia yang memadai tidak ada.
Fasilitas peralatan dan tenaga pendukung yang tidak memadai.
Operator tidak kompeten.
SYARAT TINDAKAN EKSTRAKSI CUNAM
Pasien dan keluarga sudah faham dan menyetujui tindakan ini serta bersedia
menandatangani "informed consent"
Tidak terdapat CPD-cephalo pelvic disproporsion sehingga janin diperkirakan dapat
lahir pervaginam.
Kepala sudah engage :
Presentasi belakang kepala , letak muka dengan dagu didepan atau after coming
head pada persalinan sungsang pervaginam.
Posisi kepala janin dalam jalan lahir dapat diketahui secara pasti oleh operator.
Dilatasi servik sudah lengkap.
Kepala janin dapat dicekap dengan baik oleh kedua daun cunam.
Selaput ketuban sudah pecah.

141. Diabetes Gestasional - Insulin

Tatalaksana DM Gestasional

142. Persalinan Preterm


Delivery occurring before 37 completed weeks gestation.
Assess for signs and symptoms of preterm labour :
Lower abdominal cramping
Pelvic pressure
Lower back pain
Vaginal spotting or show
Regular uterine activity
Cervical effacement / dilatation
Diagnosis

establish dates
history of contractions, risk factors
abdominal exam for uterine activity
cervical exam - serial if reasonable
sterile speculum exam alone should be done in PPROM
defer digital exam if there is undiagnosed vaginal bleeding until implantation
site of placenta is known

Corticosteroids
Antenatal corticosteroid therapy should be
initiated in women between 24 and 34 weeks
gestation.
Deksametason 6 mg IM setiap 12 jam sebanyak
4 kali, ATAU
Betametason 12 mg IM setiap 24 jam sebanyak
2 kali

143. Induksi Persalinan


Indikasi - Darurat
Hipertensi gestasional
yang berat
Diduga komplikasi janin
yang akut
PJT (IUGR) yang berat
Penyakit maternal yang
bermakna dan tidak
respon dengan
pengobatan
APH yang bermakna
Korioamnionitis

Indikasi Segera (urgent)


KPD saat aterm atau
dekat aterm
PJT tanpa bukti adanya
komplikasi akut
DM yang tidak terkontrol
Penyakit iso-imun saat
aterm atau dekat aterm

Indikasi Tidak segera

( Non-Urgent )
Kehamilan post-term
DM terkontrol baik
Kematian intrauterin
pada kehamilan
sebelumnya
Intrauterine fetal demise
Problem logistik
(persalinan cepat, jarak
ke rumah sakit)

INDUKSI - UNFAVORABLE CERVIX

Stripping of membranes
Pematangan serviks diikuti dengan oksitosin
Laminaria / artificial tents
Foley catheter
Prostaglandins (intraserviks atau vaginal)
Amniotomi atau oksitosin

INDUKSI FAVORABLE CERVIX


Stripping of membranes
Amniotomi
Oksitosin
Vaginal prostaglandin

Induksi dengan Oksitosin


Inisiasi aktivitas uterus dan perubahan serviks dengan obat-obatan atau
agen lain pada wanita yang belum masuk dalam fase persalinan.

Bila skor Bishop < 5, lakukan pematangan serviks sebelum memulai induksi/augmentasi.

5 IU oksitosin dalam 500 cc RL cairan intravena


Dosis awal oksitosin

4 - 8 mU / min

Interval dinaikkan

setiap 30 min.

Dosis kenaikan

2 mU (4 tetes)

Dosis biasa untuk persalinan yang baik :


tetes)

8 10 mU/min. (16 20

Pastikan tidak ada CPD atau kontraindikasi lainnya sebelum memulai tindakan
augmentasi
Selalu pantau kemajuan persalinan dan djj

Gunakan partograf
Infus cairan dengan oksitosin diberi tanda & jam mulai pemberian

144. Cardinal Movements


Engagement and Descent Masuknya bagian terbawah janin
ke dalam rongga panggul

Fleksi

Rotasi Interna

(pada saat kepala memasuki panggul tengah, diameter


anteroposterior > diameter tranversa)

Ekstensi
Rotasi Eksterna

(Kepala janin kembali ke posisi semula menyesuaikan posisi


punggung janin)

Ekspulsi

145. KANKER LEHER


RAHIM (SERVIKS)
Kanker tertinggi nomor 1 pada wanita di
Indonesia
Angka Kejadian : 15.050 orang (2007)
7.566 orang meninggal setiap tahun

Penyebab : Human Pappiloma Virus (HPV)


Penularan : Kontak seksual
Pencegahan : Vaksinasi, Kondom

Screening Kanker Serviks


Inspeksi Visual dengan Asam Asetat
Klien dalam posisi litotomi
Dipasang spekulum cocor bebek dengan penerangan lampu
100W
Pemeriksa menampakkan serviks untuk mengenali curiga
kanker, curiga infeksi, serviks normal dengan daerah
transformasi yang dapat atau tidak dapat ditampakkan
Tunggu 1-2 menit sambil mengamati perubahan yang terjadi
pada serviks
Hasil negatif bila tidak didapatkan gambaran epitel putih pada
daerah transformasi
Hasil positif/atipik bila didapatkan gambaran epitel putih pada
daerah transformasi

Alur Penatalaksanan
Kasus dengan IVA Positif
IVA Positif
Kolposkopi
Lesi Negatif

Pemeriksaan
rutin

Lesi Positif

Biopsi terarahPA

146. Infertilitas

Pasangan suami isteri bersanggama secara teratur tanpa memakai metode


pencegahan tidak / belum hamil setelah 1 (satu) tahun

Pada pria Normal seminal fluid analysis (World Health Organization, 2002)

Volume>2 mLm, Sperm concentration>20 million/mL, Sperm motility>50%


progressive or >25% rapidly progressive, Morphology (strict criteria)>15% normal
forms
Oligozoospermiareduced sperm numbers
Mild to moderate: 520 million/mL of semen, Severe: <5 million/mL of semen
Asthenozoospermiareduced sperm motility
Teratozoospermiaincreased abnormal forms of sperm
Oligoasthenoteratozoospermiasperm variables all subnormal
Azoospermiano sperm in semen
Aspermia (anejaculation)no ejaculate (ejaculation failure)

Etiologi pada wanita bisa disebabkan :

faktor vagina
faktor serviks
faktor uterus (endometrium)
faktor tuba
faktor ovarium
faktor peritoneum

147. Polikistik Ovarian Syndrome


(PCOS)
Sindrom ovarium polikistik gangguan
hormonal pada 10% perempuan usia
reproduksi.
Gejala dan kelainan yang mungkin terjadi :
Haid tidak teratur, menjadi jarang atau perdarahan banyak.
Sulit untuk hamil.
Gangguan pematangan sel telur / ovulasi sehingga sel telur
yang ada berukuran kecil-kecil.
Peningkatan berat badan dan jaringan lemak pada tubuh
bagian atas.
Pertumbuhan rambut berlebihan pada muka atau badan.
Timbul jerawat pada muka atau badan.
Gangguan metabolisme lemak.

Manajemen PCOS
Tata laksana PCOS dilakukan secara komprehensif, meliputi:
Edukasi
Menjelaskan pentingnya perubahan gaya hidup untuk memperbaiki gangguan hormonal yang terjadi
Penurunan berat badan
Penurunan indeks massa tubuh sebesar 10% dapat memperbaiki pematangan sel telur

Manajemen resistensi insulin


Pengobatan resistensi insulin dengan metformin dapat memperbaiki pematangan sel telur
Manajemen gangguan haid
Pengaturan siklus haid sangat penting peranannya untuk mencegah penebalan lapisan dinding
dalam rahim. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian metformin, pil kontrasepsi kombinasi atau
preparat progestin
Manajemen infertilitas
Tata laksana lini pertama pada SOPK adalah penurunan berat badan dan perubahan gaya hidup.
Tindakan selanjutnya adalah induksi ovulasi yang dapat dilakukan dengan klomifen sitrat dan atau
metformin
Manajemen pertumbuhan rambut dan jerawat
Pemberian pil kontrasepsi atau anti androgen dapat mengobati pertumbuhan jerawat dan rambut
yang berlebihan pada pasien SOPK.

148. Inversio Uteri


keadaan dimana lapisan dalam uterus
(endometrium) turun dan keluar lewat
ostium uteri eksternum yang dapat
bersifat inkomplit sampai komplit
Diagnosis dan gejala klinis inversio uteri
1. Dijumpai pada kala III atau post
partum dengan gejala nyeri yang hebat,
perdarahan yang banyak sampai syok.
2. Pemeriksaan dalam
a. Bila masih inkomplit maka pada
daerah simfisis uterus teraba
fundus uteri cekung ke dalam.
b. Bila komplit, di atas simfisis
uterus teraba kosong dan dalam
vagina terabatumor lunak.
c. Kavum uteri sudah tidak ada
(terbalik).

Tatalaksana Inversi Uterus


1.
2.

3.

4.

5.

Memanggil bantuan anestesi dan memasang infus untuk


cairan/darah penggantian dan pemberian obat
Beberapa senter memberikan tokolitik/ MgSO4 untuk
melemaskan uterus sebelum dilakukan reposisi manual
Didalam uterus plasenta dilepaskan secara manual dan bila
berhasil di keluarkan dari rahim dan sambil memberikan
uterotonika tangan tetap di pertahankan agar konfigurasi uterus
kembali normal dan tangan operator baru dilepaskan.
Pemberian antibiotika dan tranfusi darah sesuai dengan
keperluannya
Intervensi bedah dilakukan bila karena jepitan serviks yang keras
menyebabkan maneuver di atas tidak bisa dikerjakan

149. Pil Kontrasepsi Kombinasi


Bila lupa minum 1 butir pil hormonal
(berwarna kuning) maka harus minum 2 butir
pil hormonal segera setelah mengingatnya
Apabila lupa meminum 2 butir atau lebih pil
hormonal (berwarna kuning), maka dalam 7
hari gunakan kondom apabila melakukan
hubungan seksual atau hindari hubungan
seksual selama 7 hari

150. Ketuban Pecah Dini


Robeknya selaput korioamnion dalam kehamilan (sebelum onset
persalinan berlangsung)
PPROM (Preterm Premature Rupture of Membranes) : ketuban pecah saat
usia kehamilan < 37 minggu
PROM (Premature Rupture of Membranes) : usia kehamilan > 37 minggu

Kriteria diagnosis :

Usia kehamilan > 20 minggu


Keluar cairan ketuban dari vagina
Inspekulo : terlihat cairan keluar dari ostium uteri eksternum
Kertas nitrazin merah biru
Mikroskopis : terlihat lanugo dan verniks kaseosa

Pemeriksaan penunjang : USG (menilai jumlah cairan ketuban,


menetukan usia kehamilan, berat janin, letak janin, kesejahteraan
janin dan letak plasenta)

Managemen Ketuban Pecah Dini


Konservatif : dilakukan bila tidak ada penyulit, pada usia kehamilan 2836minggu, dirawat selama 2 hari
Selama perawatan dilakukan:
Observasi adanya amnionitis/tanda infeksi (demam, takikardia,lekositosis,nyeri pada
rahim,sekret vagina purulen, takikardi janin)
Pengawasan timbulnya tanda persalinan
Pemebrian antibiotika
USG menilai kesejahteraan janin
Bila ada indikasi melahirkan janin pematangan paru

Aktif :

Dengan umur kehamilan 20-28mg dan > 37mg


Ada tanda-tanda infeksi
Timbulnya tanda persalinan
Gawat janin

151. Hepatitis B dalam Kehamilan


Screening Tests
Screening for HBV infection by testing for HBsAg should
be performed in each pregnancy, regardless of previous
hepatitis B vaccination or previous negative HBsAg test
results

Interpretation of HBV serology


HBsAg
Anti-HBc
Anti-HBs

Negative
Negative
Negative

Susceptible (consider
vaccination)

HBsAg
Anti-HBc
Anti-HBs

Negative
Positive
Positive

Resolved HBV infection

HBsAg
Anti-HBc
Anti-HBs

Negative
Negative
Positive

Vaccinated

HBsAg
Anti-HBc
IgM anti-HBc* (high titre)
Anti-HBs

Positive
Positive
Positive
Negative

Acute HBV infection*

HBsAg
Anti-HBc
IgM anti-HBc*
Anti-HBs

Positive
Positive
Negative
Negative

Chronic HBV infection*

HBsAg
Anti-HBc
Anti-HBs

Negative
Positive
Negative

Various possibilities (see What if


the result is inconclusive?)

* Anti-HBc IgM can also be present (usually at a lower titre) in a flare of CHB

Perinatal HBV transmission can be prevented by identifying HBV-infected


pregnant women and providing Hepatitis B immune globulin and Hepatitis B
vaccine to their infants within 12 hours of birth.

152. Trikomoniasis Vagina


Infeksi oleh Trichomonas Vaginalis
Duh kuning kehijauan berbusa, bau tidak
enak, pada cervix wanita: strawberry
appearance
Terapi yang tepat: metronidazole 2 x
500mg selama 1 minggu.

153. Pemeriksaan USG


dalam Kehamilan
Pemeriksaan USG pada trimester I :
1.
Memastikan apakah seorang wanita hamil atau tidak
2.
Menentukan lokasi janin apakah di dalam atau di luar rahim (kehamilan ektopik)
3.
Menentukan usia kehamilan dan taksiran persalinan
4.
Mengetahui tanda kehidupan janin misalnya mendeteksi apakah ada denyut jantung atau pergerakan
janin.
5.
Mengetahui jumlah janin misalnya tunggal atau kembar Mengetahui keadaan janin misalnya adakah
kemungkinan kelainan bawaan, adakah kelainan bentuk kepala karena ada juga janin yang tak terbentuk
tulang kepalanya.
6.
Mengetahui adanya masalah kehamilan yang tak berkembang, atau kehamilan dengan mola (hamil
anggur)
7.
Mengetahui keadaan rahim dan organ sekitarnya.

Pemeriksaan USG pada trimester II-III :


1.
Pemeriksaan terhadap Janin
Tanda kehidupan janin
jumlah janin
presentasi janin
aktivitas janin
2. Pemeriksaan terhadap volume cairan amnion
3. Pemeriksaan terhadap plasenta dan tali pusat
- lokasi plasenta
- gambaran plasenta
- hubungannya dengan ostium uteri internum

154. Otot Dasar Panggul


Otot dasar panggul atau diafragma
pelvis terdiri dari otot-otot levator
ani dan otot koksigeus.
Otot-otot levator ani tersusun dari 3
macam otot yaitu pubococcygeus,
puborectalis, dan iliococcygeus.
Otot-otot ini penting untuk
menyokong organ visera pelvis
(vesika urinaria, intestin, dan uterus
pada wanita). Susunan otot ini juga
berperang dalam mempertahankan
fungsi sphincter uretra dan
sphincter anal.

155. Fetal Head Measurement

1. Situs/letak : Hub antara sumbu pjg janin dgn


sumbu panjag ibu.
Situs memanjang atau membujur

Situs melintang
Situs miring/oblique

2. Habitus/sikap : Hubungan antara letak bagian-bagian


janin satu thd yg lainnya. Sikap anak yang fisiologis ialah
badan anak dalam kyphose.
3. Presentasi : presentasi ialah apa yang menjadi bagian
yang terendah. Macam presentasi :

- Presentasi kepala, muka, bahu, bokong


4. Posisi adalah kedudukan salah satu bagian anak yang
tertentu yang terendah terhadap dinding perut ibu atau
jalan lahir.

156. Kehamilan Ektopik Terganggu


Kehamilan Ektopik Kehamilan yang terjadi di luar kavum uteri,
paling sering di tuba (90-95%)
Kehamilan ektopik terganggu telah terjadi ruptur tuba dan
memberikan gejala-gejala, antara lain :

Nyeri perut
Amenorrhea
Perdarahan per vaginam (dapat juga tidak)
Syok karena hipovolemia perdarahan (tergantung beratnya perdarahan)

Pemeriksaan :

Nyeri pada palpasi perut, perut tegang


Nyeri goyang portio
Urine b-hCG (+)
Kuldosentesis (+) : darah pada kavum douglas (warna merah
tua, tidak membeku setelah diambil
USG : tampak kehamilan di luar rahim

Diagnosis pasti : laparotomi/laparoskopi

Perdarahan pada Kehamilan Muda


Abortus

Perdarahan dari uterus yang disertai dengan keluarnya sebagian atau


seluruh hasil konsepsi pada usia kehamilan < 20-24 minggu dan atau
Berat < 500gr.
Dapat disertai dengan mules, dapat/tidak disertai dengan pembukaan
serviks, dapat/tidak disertai dengan keluarnya jaringan

Mola
Hidatidos
a

Kelainan dalam proses fertilisasi,hamil anggur, Gejala: amenorrhea,


perdarahan banyak, hyperemesis, tinggi fundus lebih besar dari usia
kehamilan, keluar jaringan berbentuk gelembung (seperti telur ikan)

KET

Kehamilan di luar rahim, Gejala :amenorrhea, perdarahan (dapat juga


tidak), nyeri perut, biasanya disertai syok, nyeri goyang portio, darah
pada kavum douglas

You might also like