Professional Documents
Culture Documents
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami
gangguan kesehatan / dalam keadaan sakit. Keluarga juga merupakan salah satu
indikator dalam masyarakat apakah masyarakat sehat atau sakit (Efendi , 1998).
Peran / tugas keluarga dalam kesehatan yang dikembangkan oleh ilmu
keperawatan dalam hal ini adalah ilmu kesehatan masyarakat (Komunitas)
sangatlah mempunyai arti dalam peningkatan dalam peran / tugas keluarga itu
sendiri. Perawat diharapkan mampu meningkatkan peran keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatan keluarga. (Friedman, ed 3, 1998 : 145)
Peran keluarga dalam mengenal masalah kesehatan yaitu mampu
mengambil keputusan dalam kesehatan, Ikut merawat anggota keluarga yang
sakit, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
sangatlah penting dalam mengatasi kecemasan klien.(Friedman, 2003 : 146).
Penanggulangan Injecting Drug User (IDU) memang cukup sulit, perlu
diperhatikan dari berbagai aspek, misalnya ketersediaan sarana kesehatan publik,
hukuman bagi pengguna, pengedar dan berbagai cara yang lain. Cara yang dapat
dilakukan adalah melalui pendekatan keluarga. Keluarga merupakan lingkungan
terkecil bagi seorang IDU. Kasih sayang orang tua akan menyebabkan pengguna
merasa bahwa dirinya masih ada yang memperhatikan, merasa dihargai dan
dibutuhkan. Dengan kasih sayang orang tua diharapkan menjadi manusia yang
dapat diterima oleh masyarakat (Abu ahmadi, 2002 : 106).
Kesuma merupakan perkumpulan atau paguyuban, bukan organisasi
hirarkis dan berbadan hukum. Kesuma membawa keselarasan dan kebersamaan.
Motto dan semangat itu yang diciptakan. Menurut Mur achmadi, dari dinas
kesehatan Kalimantan barat, mereka sangat berperan dalam kerja pendampingan
kepada orang hidup dengan AIDS (OHIDA). Kesuma mencoba memotivasi,
bahwa hidup seseorang tidak berakhir ketika terinfeksi HIV. Perjuangan Kesuma
menghilangkan berbagai stigma, sudah cukup terbukti di lapangan. Kesuma ingin
menyakinkan masyarakat, bahwa orang tidak boleh membedakan ODHA. Entah
itu dari segi pelayanan, maupun keberadaannya. Hingga kini, keberadaan Kesuma
sebagai kelompok dukungan bagi keluarga ODHA, telah banyak dirasakan
manfaatnya. Meski demikian, keberadaan Kesuma masih sebatas orang tertentu
saja yang mengetahui. sebagian besar orang tua mendukung penanganan terhadap
HIV/AIDS. Cuma, orang tua tidak sepenuhnya tahu tentang hal itu. Seorang anak
tidak mungkin memecahkan masalahnya sendiri. Anak butuh bantuan. Dan
bantuan yang pertama kali diminta adalah dari orang tua atau keluarga.
Injecting Drug User (IDU) merupakan salah satu jenis pengguna narkoba
yang lebih spesifik. Komunitas ini hanya menggunakan narkoba dengan cara
disuntikkan, karena itu lebih berisiko terkena berbagai macam penyakit menular
dibandingkan dengan pengguna narkoba lainnya. Hal ini disebabkan perilaku IDU
yang sering berbagi jarum antar sesama IDU (needle sharing), sehingga akan
lebih mudah tertular penyakit, misalnya Hepatitis C bahkan HIV-AIDS.
Data pada pengguna narkoba suntik di Asia sebanyak 1.3 2 juta jiwa dan
dari total kasus yang ada, lebih dari 1 juta jiwa adalah pengguna narkoba suntik
(IDU). Dimana 19% dari total kasus yang ada terinfeksi HIV/AIDS.
Angka pengguna narkoba di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun.
Menurut perkiraan jumlah pengguna narkoba di Indonesia berkisar antara 1,3
sampai dengan 3 juta jiwa, dan didominasi kota besar. Diperkirakan jumlah IDU
di Indonesia sekitar 600 ribu sampai dengan 1 juta jiwa. Pengguna IDU rata-rata
berumur antara 16-25 tahun.
Kejadian IDU selalu berhubungan dengan kejadian HIV/AIDS ( ODHA ).
Data nasional berdasarkan Departemen Kesehatan RI menunjukkan penurunan
tingkat resiko penularan HIV/AIDS lewat jalur hubungan seksual. Bila sebelum
tahun 1999 persentase penularan lewat jalur tersebut sebesar 80 persen, tahun
1999 menurun menjadi 50 persen dan tahun 2002 menurun lagi menjadi 48
persen. Sementara kasus-kasus HIV/AIDS pada pemakai narkoba, atau IDU
(Intravenous Drug Users) justru makin meningkat. Disebutkan, kasus-kasus
HIV/AIDS pada pemakai narkoba menurun dalam kurun enam tahun terakhir dan
cenderung stabil. Berkebalikan dengan persentase IDU. Bila pada tahun 1987 Juni 1999 hanya ditemukan 6 kasus di kalangan IDU, Desember 1999 terjadi
peningkatan 25 kasus, yang meningkat lagi menjadi 780 kasus tahun 2002. Dan
pada Desember 2005 tercatat 3.719 kasus IDU. Dampak IDU tersebut tentu saja
sangat erat dengan HIV/AIDS. Jumlah penderita HIV/AIDS yang tertular lewat
berbagai jalur, hubungan seksual, pemakaian jarum suntik, transfusi darah hingga
tahun 2005 mencapai 4.244 orang untuk HIV dan 5.321 orang (AIDS).
Diperkirakan kasus-kasus tersebut masih permukaan, realitanya masih lebih
banyak
kasus
yang
belum
terungkap.
Bahkan
Departemen
Kesehatan
Dapat meningkatkan konsep dari klien dan motivasi untuk berobat dan
sembuh.
Definisi
Menurut Departemen Kesehatan RI (1988) Keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah satu atap
dalam keadaan yang saling ketergantungan.
Menurut Bailon dan Maglaya (1989 : 43) Keluarga adalah dua atau
lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan atau
pengangkatan dan hidup dalam rumah tangga dan berinteraksi satu sama
lain dan dalam perannya menciptakan dan mempertahankan kebudayaan.
Menurut UU No. 10 tahun 1992 Keluarga adalah unit terkecil
dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami-istri dan
anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya
Menurut Friedman (1998 : 145) Keluarga adalah kumpulan dua
orang atau lebih secara bersama karena suatu ikatan lahir dan emosional
dan setiap individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan
bagian dari keluarga.
Keluarga dapat dikatakan harmonis jika para anggota didalamnya
bisa berhubungan secara serasi dan seimbang, saling memuaskan
kebutuhan anggota lainnya serta memperoleh kepuasan atas segala
kebutuhannya ( BKKBN, 2006 : 102).
Teori Maslow yang membahas tentang beragam kebutuhan manusia
telah menyusun suatu hierarki kebutuhan yang harus dipenuhi oleh
individu sebagai pribadi dan sebagai anggota keluarga secara selaras dan
seimbang,yaitu:
Struktur Keluarga
Menurut Nasrul Efendi, (1998 : 45) Struktur keluarga terdiri dari
bermacam-macam :
1) Patrilineal : Keluarga yang sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui garis ayah
2) Matrilineal : Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
beberapa generasi yang disusun melalui garis ibu
3) Matrilokal : Sepasang suami istri yang tinggal dengan keluarga istri
4) Patrilokal : Sepasang suami istri yang tinggal dengan keluarga suami
5) Kawinan : Hubungan suami istri sebagai dasar dari pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga
karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
2.1.3
berkomposisi,
adalah
keluarga
dengan
perkawinan
2.1.5
Peran keluarga
Peran yang dikutip oleh Frieman dari Nye, 1976 dinyatakan
sebagai suatu perilaku yang bersifat homogen yang diharapkan secara
normatif oleh seorang ocupan (Seseorang yang memegang suatu posisi
dalam struktur sosial) dalam situasi sosial tertentu. Posisi atau status sosial
didefinisikan sebagai tempat seseorang dalam sistem sosial. Dalam
pelaksanaan peran berkenaan dengan siapa pemegang kekuasaan keluarga
(Friedman, 1998 : 146).
Peran
dalam
keluarga
memberikan
tujuan
homeostasis,
Menurut
Friedman,
1998
Menyangkut
struktur
kekuasaan
atau
equilibrium
dari
berbagai
pertimbangan
dan
daya
atau
pendapatan
keluarga
merupakan
10
Sesuai
dengan
fungsi
pemeliharaan
kesehatan,
keluarga
mempunyai peran dan tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan yang meliputi :
11
12
4)
lingkungan rumah
Pengetahuan
tentang
pentingnya
sanitasi
lingkungan
dan
manfaatnya.
13
Definisi
Kecemasan dapat disebut juga ansietas / anxiety adalah merupakan
gangguan alam perasaan (Affective) yang ditandai dengan perasaan
ketakutan atau kekawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak
mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih utuh,
perilaku terganggu tapi masih dalam keadaan normal.
14
2.2.2
Kepribadian pencemas
Menurut teori Ludwig Klages, (1999 : 25) kepribadian seseorang
adalah perlawanan atau mempertahankan diri sekuat tenaga dari stressor
dan menyerah terhadap stressor.
Hawari menyatakan seseorang yang menderita gangguan cemas
manakala seseorang tidak mampu mengatasi stressor psikososial yang
dihadapinya dia akan menyerah atau mepertahakan diri sekuat tenaganya.
Seseorang yang tanpa stressor juga dapat menjadi cemas dapat dinamakan
pribadi pencemas. Ciri-ciri dengan kepribadian cemas :
1) Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang
2) Memandang masa depan dengan rasa was-was (Khawatir)
3) Kurang percaya diri, gugup apabila tampil dimuka umum
4) Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain
5) Tidak mudah mengalah atau suka Ngotot
6) Gerakan sering serba salah, gelisah
7) Seringkali mengeluh, khawatir yang berlebih terhadap penyakit.
8) Mudah tersinggung, suka membesarkan masalah kecil
9) Dalam mengambil keputusan sering bimbang atau ragu
10) Kalau sedang emosi bertindak histeris.
Orang dengan kepribadian ini tidak semua mengeluh hal yang
sifatnya psikis tapi juga somatik (Fisik).
2.2.3
15
Gemetar
Tegang
Nyeri otot
Letih
Kening berkerut
Muka tegang
Gelisah
Mudah kaget
Jantung berdebar-debar
Rasa dingin
Mulut kering
Pusing
16
Kesemutan
Mual
Diarea
Berpikir berulang
2.2.5
Sukar konsentrasi
Sukar tidur
Merasa ngeri
Mudah tersinggung
Tidak sabar
Cemas
Firasat buruk
Mudah tersinggung
2) Ketegangan
17
Merasa tegang
Lesu
Mudah terkejut
Mudah menangis
Gemetar
Gelisah
3) Ketakutan
Pada gelap
Ditinggal sendiri
4) Gangguan tidur
Banyak mimpi-mimpi
Mimpi buruk
Mimpi menakutkan
5) Gangguan kecerdasan
Sukar konsentrasi
Hilangnya minat
18
Sedih
Kaku
Kedutan otot
Gigi gemerutuk
Pengelihatan kabur
Merasa lemas
Takikardia
Berdebar-debar
Nyeri di dada
Rasa tercekik
Sulit menelan
Perut melilit
19
Gangguan pencernaan
Ejakulasi dini
Ereksi melemah
Ereksi hilang
Hipotensi
Mulut kering
Muka merah
Mudah berkeringat
Kepala pusing
20
Bulu-bulu berdiri
Gelisah
Tidak tenang
Jari gemetar
Kerut kening
Muka tegang
Muka merah
Perlu diketahui bahwa alat ukur HRS-A digunakan untuk
mengukur derajat cemas apakah ringan, sedang atau berat yaitu dengan
skor <14 tidak ada kecemasan; 14-27 Kecemasan ringan; 28-41
Kecemasan sedang; 42-56 Kecemasan berat.
2.3 Injecting Drug Users (IDU)
2.3.1 Definisi
Injecting Drug User (IDU) merupakan salah satu jenis pengguna
narkoba yang lebih spesifik. Komunitas IDU tersebut hanya menggunakan
narkoba
yang
disuntikkan
secara
intravena,
subkutanneus
dan
2. Agent
21
3. Lingkungan
Keluarga
Keluarga yang bercerai
Kurang kasih saying dan perhatian
Kurang pengawasan dari orang tua
Masalah dalam keluarga
Teman pergaulan
22
Model moral
23
tersebut berasal dari teori fisiologis atau metabolisme yang tidak normal,
24
karena faktor etiologis atau keturunan. Ada dua macam model terapi
berdasarkan konsep ini.
Konsep pertama adalah konsep menyembuhkan kecanduan obat
dengan memakai obat lain. Contohnya adalah model treatmant metadon
untuk pecandu opiat. Terapi tersebut didasarkan pada teori bahwa
kecanduan opiat merupakan hasil dari defisiensi metabolik. Defisiensi
tersebut dilakukan dengan memberikan metadon (Dole and Nyswander,
1967 : 22). Terapi medis tersebut berdasarkan adanya kesalahan
metabolisme yang harus dikoreksi. Terapi yang berbeda adalah pemakaian
naltrexone sebagai antagonis dari narkotika. Saat ini pemerintah Amerika
Serikat telah menyetujui Burpenorphine sebagai alternatif dari metadon.
Penelitian membuktikan bahwa metadon tidak terlalu memberikan hasil
yang diharapkan.
Konsep adiksi sebagai penyakit mempunyai teori lain tentang
terapi. Dari model biologis tersebut, lahir konsep dis-ease (diseasemodel
mempunyai dua arti : disease sebagai penyakit dan dis-ease sebagai rasa
tidak nyaman). Konsep tersebut mulai dianut sejak tahun 1960-an di
Amerika Serikat dan disebut gerakan alkoholisme (Room, 1983 : 55).
Konsep tersebut menyatakan bahwa kecanduan alkohol identik dengan
penyakit diabetes atau penderita gangguan jantung.
Model tersebut
25
Model psikologis
Model tersebut membenarkan teori psikologis bahwa kecanduan
adalah buah dari emosi yang tidak berfungsi selayaknya atau konflik,
sehingga pecandu memakai obat pilihannya untuk meringankan atau
melepaskan beban psikologis itu (Mc Lellin, Woody and O'Brien, 1979 :
175). Model tersebut mementingkan penyembuhan emosi. IDU tidak akan
mempunyai masalah dengan obat-obatan jika emosi dapat dikendalikan.
Model terapi tersebut banyak dilakukan dalam konseling pribadi,
baik dalam pusat rehabilitasi atau terapi pribadi. Model tersebut digunakan
oleh beberapa instansi di negara kita.
5.
seperti
lingkungan,
dapat
dikategorikan
sebagai
Agent
Lingkungan
Mental
Mudah
terpengaruh
Mudah didapat
Keluarga dan
teman pergaulan
Keluarga
Kecemasan Menurun
Stress Psikologis
Cemas
Stress
Depresi
Kurang
Kecemasan Meningkat
Panik
Phobik
____ : Diteliti
Gambar 2.1 Kerangka konseptual
26
Obsesif Konvulsif
27
Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti
(Nursalam & Pariani, 2001). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
pasien IDU diruang Napza RSJ Menur surabaya.
b. Sampel
Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat digunakan
sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2005)
Sampel adalah sebagian dari keseluruha objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi Notoatmodjo, 2005)
Berdasarkan pemakaian sampling yang dipilih peneliti maka
peneliti menetapkan adanya kriteria
Kriteria penerimaan (inklusi) sebagai berikut
1. Masih mempunyai keluarga
2. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan
3. Pengguna narkoba jenis suntik
4. Usia 15-35 tahun
5. Pasien yang ada di RSJ Menur Surabaya
6. Penderita kooperatif dan bersedia ikut dalam penelitian.
Kriteria penolakan (eksklusi) sebagai berikut
1. Keluarga tidak jelas / tidak punya keluarga.
2. Terinfeksi virus HIV/ AIDS
3. Memiliki gangguan kejiwaan berat
c. Sampling
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi
untuk dapat mewakili populasi (Nursalam & Pariani, 2001).
Pada penelitian ini menggunakan Accidental sampling yaitu
pemilihan sample dengan berdasarkan secara kebetulan bertemu (Alimul,
2003).
4.5 Variabel dan Definisi operasional
a.
Variabel Independent
Variabel independent adalah faktor yang diduga berhubungan variabel
b.
Variabel Dependent
Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas
(Nursalam & Pariani, 2001). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
Tingkat kecemasan IDU.
c.
Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang dapat
diamati (diukur) untuk diobservasi atau pengukuran secara cermat terhadap situasi
obyek yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain (Nursalam & Pariani,
2001). Definisi operasional meliputi :
Indepen
Definisi
Parameter
opersional
Peran keluarga (Friedman,
den
merupakan
Peran
pehatian
Variabel
keluarga kasih
Obsevasi
Skor
O Terdiri dari 20
1998)
dan
R Baik= 14-20
atau 1. Mengenal
kuisioner
D Cukup= 8-13
sayang
yang diberikan
keluarga
masalah
kesehatan
2. Mengambil
kepada pasien
keputusan yang
sehingga dapat
tepat
membantu
pasien
untuk
mengurangi
kecemasan
yang dialami.
3. Merawat
keluarga yang
sakit
4. Memodifikasi
lingkungan yang
sehat
5. Menggunakan
pelayanan
kesehatan
Kurang = <7
Dependen Tingkat
Hawari, HRS-A
Tingkat
- Perasaan cemas
kecemasan
kecemasan IDU
IDU
merupakan
Observasi
Terdiri dari 14
Nilai :
(Ansietas)
<14 : Tidak
- Ketegangan
ada cemas(0)
respon
atau - Ketakutan
14-27 : Ringan
sikap
(1)
atas
kecerdasan
Sedang (2)
pada dirinya.
(Murung)
somatik/fisik
(Otot)
- Gejala Somatik/
fisik(sensorik)
- Gejala
kardiovaskuler
dan
pembuluh darah)
- Gejala
Respiratori
- Gejala
gastrointestinal
- Gejala
urogenetalia
- Gejala autonom
- Tingkah
laku
42-56 :Berat
(3)
- Gejala
(Jantung
28-41:
1 : Ringan
(Satu atau kurang dari sparuh dari gejala pilihan yang ada)
2 : Sedang
3 : Berat
4 : Sangat berat
: Tidak ada
Score 15-27
: Ringan
Score 28-41
: Sedang
Score 42-56
: Berat
Berilah tanda () gejala yang terjadi selama pemeriksaan (dimulai dari anamnesa)
1)
Perasaan cemas
Cemas
Score :
Mudah tersinggung
Firasat buruk
Takut akan pikiran sendiri
2)
Ketegangan
Merasa tegang
Lesu
Mudah menangis
Tidak dapat beristirahat dengan tenang
Gelisah
Score :
Gemetar
3)
Ketakutan
Score :
Gangguan Tidur
Sukar memulai tidur
Score :
Gangguan Kecerdasan
Daya ingat memburuk
Score :
Sulit berkonsentrasi
Sering bingung
6)
Perasaan depresi
Kehilangan minat melakukan aktifitas
Score :
Score :
Gigi gemeretak
8)
Gejala sensorik
Telinga berdenging
Score :
Pengelihatan kabur
Muka merah dan pucat
Merasa lemah
Perasaan badan seperti ditusuk-tusuk
9)
Gejala cardiovaskuler
Score :
Score :
Score :
Score :
Sering kencing
Tidak dapat menahan kencing
Impotensi / Frigiditas
13) Gejala vegetatif / otonom
Mulut kering
Muka merah
Mudah berkeringat
Pusing / sakit kepala
Bulu roma berdiri
Score :
Score :
Kode responden :
Jawablah dengan memberikan tanda () pada pilihan yang anda anggap tepat.
No
Pertanyaan
Ya
Apakah
keluarga
menganggap
bahwa
pasien
Apakah
keluarga
mengetahui
bahwa
pengguna
narkoba ?
B. Mengambil Keputusan Yang Tepat
1
Apakah
keluarga
mengetahui
tentang
perlunya
Tidak
Tanda Tangan
(......................)
c. SMA
b. SMP
d. Perguruan Tinggi
Pasien :
Jawablah dengan memberikan tanda () pada pilihan yang anda anggap tepat
1. Berapa usia pasien saat ini :
a. 15 19 th
b. 20 24 th
c. 25 -29 th
d. 30 35 th
2. Pendidikan terakhir :
a. SD
b. SMP
c. SLTA
d. Perguruan Tinggi
3. Pekerjaan pasien :
a. TNI/POLRI
b. Wiraswasta
c. Swasta
d. PNS
e. Pelajar atau mahasiswa
4. Status dalam keluarga
a. Ayah/ Ibu
b. Anak
5. Jenis kelamin
a. laki-laki
b. Perempuan
6. Status parital :
a. Kawin
b. Tidak kawin
c. janda
d. Duda
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Puskesmas Campur Darat merupakan puskesmas tingkat kecamatan yang
merupakan puskesmas rujukan dan mempunyai 3 puskesmas pembantu. Pada
Puskesmas campur Darat di dapatkan sarana rawat inap dengan kapasitas 22
tempat tidur yang dibagi dalam 3 bangsal yaitu anak, dewasa dan wanita. Pada
puskesmas ini dilayani oleh 1 dokter umum , 1 dokter gigi ,10 perawat ,1 Perawat
gigi, 1 Analis kesehatan, 3 petugas kesehatan lingkungan. Jumlah pasien dengan
hipertensi pada puskesmas adalah 40 penderita.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Data umum keluarga responden
1. Distribusi umur keluarga responden
Usia
0%
3%
28%
44%
25%
<15 tahun
15-20 tahun
20-30 tahun
30-35 tahun
>35 tahun
Gambar 4.1 Diagram Pie distribusi menurut umur keluarga responden dengan
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Campur darat Tulungagung
tanggal 1Juli sampai dengan 5 Agustus 2005
Dari gambar 4.1 diatas diketahui bahwa sebagian besar keluarga
renponden berusia > 35 tahun (44 %) atau 18 orang.
2. Distribusi Pendidikan keluarga responden
3
Gambar 4.4 Diagram Pie distribusi menurut agama keluarga responden dengan
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Campur darat Tulungagung
tanggal 1Juli sampai dengan 5 Agustus 2005
Dari gambar 4.4 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden
menganut agama Islam.
5. Distribusi Pendapatan keluarga responden
Gambar 4.7 Diagram Pie distribusi menurut umur responden dengan hipertensi
di wilayah kerja Puskesmas Campur darat Tulungagung tanggal
1Juli sampai dengan 5 Agustus 2005
Dari gambar 4.7 diatas diketahui bahwa sebagian besar pasien berusia
lebih dari 35 tahun (77%) atau 31 orang.
2. Distribusi responden berdasarkan pendidikan
Gambar 4.10 Diagram Pie distribusi menurut Status responden dengan hipertensi
di wilayah kerja Puskesmas Campur darat Tulungagung tanggal
1Juli sampai dengan 5 Agustus 2005
Dari gambar 5.4 di atas diketahui bahwa sebagian besar pasien mempunyai
status sebagai ayah / ibu (85%) atau 34 orang
Gambar 4.11 Diagram Pie distribusi menurut jenis kelamin responden dengan
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Campur darat Tulungagung
tanggal 1Juli sampai dengan 5 Agustus 2005
Dari gambar 4.11 diketahui bahwa sebagian besar pasien adalah laki-laki
(62%) atau 25 orang.
6. Distribusi Status parital keluarga responden
Status parital
15%
8%
3%
74%
Kawin
Tdk kawin
Duda
Janda
Gambar 4.6 Diagram Pie distribusi menurut Status keluarga responden dengan
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Campur darat Tulungagung
tanggal 1Juli sampai dengan 5 Agustus 2005
Dari gambar 4.6 diatas diketahui bahwa sebagian besar yaitu 30 responden
(74%) dengan status kawin.
Jumlah
responden
2
30
8
40
Prosentas
e
5%
75%
20%
100%
responden
0
0
27
13
40
Prosentas
e
0%
0%
67.5%
32.5%
100%
kerja Puskesmas
Campur darat
Nilai p
kecemasan
1
2
3
4
5
6
rho
Statistik korelasi
spearman
0,248
0,001
0,711
0,446
0,774
0,573
Usia
Pendidikan
Status
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Status parital
Nilai p :
Statistik Regresi
-0,187
0,575
-0,061
-0,124
0,053
0,092
linear
0,333
0,202
0,000
0,405
0,541
0,013
Dari tabel 4.3 diketahui bahwa yang mempunyai hubungan dengan tingkat
kecemasan adalah pendidikan dengan nilai p:0,001 dengan keeratan hubungan
0,575 atau sedang. Nilai positif yang ditunjukkan oleh nilai rho berarti semakin
tinggi status pendidikan seseorang semakin meningkat kecemasannya. Dari
statistik regresi didapatkan nilai signifikasi untuk status dalam keluarga 0,000 dan
status parital adalah 0,013 yang berarti ada pengaruh antara status dalam keluarga
dan status parital terhadap kecemasan responden.
4. Data tentang hubungan antara variabel sosiodemografi dengan peran keluarga
dalam kesehatan keluarga.
Tabel 4.3 Hubungan antara sosiodemografi dengan peran keluarga pasien dengan
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Campur darat Tulungagung
tanggal 1Juli sampai dengan 5 Agustus 2005
No
1
2
3
Hubungan
Nilai p
dengan Peran
Statistik korelasi
Usia
Pendidikan
Pekerjaan
spearman
0,800
0,006
0,000
rho
Nilai p :
Statistik regresi
-0,41
0,428
0,536
linear
0,983
0,246
0,108
4
5
Pendapatan
0,734
0,055
0,916
Agama
0,736
-0,55
0,758
Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa yang mempunyai hubungan dengan
peran keluarga adalah pendidikan (p:0,004) dan Pekerjaan (p:0,001) dengan nilai
rho untuk pendidikan 0,0428 atau hubungan dengan keeratan sedang, dan nilai rho
untuk pekerjaan adalah 0,536 dengan keeratan hubungan adalah sedang. Nilai
positif yang ditunjukkan oleh nilai rho berarti semakin tinggi status pendidikan
dan pekerjaan seseorang semakin baik peran dalam keluarganya .
5. Hubungan antara peran keluarga dan tingkat kecemasan pasien dengan
Hipertensi
Tabel 4.4
hipertensi
di
wilayah
kerja
Puskesmas
Campur
darat
CEMAS Peran
1.000
keluarga
40
.478**
.002
40
.478**
.002
40
1.000
40
Dari hasil korelasi antara peran keluarga dan tingkat kecemasan pasien
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Campur darat Tulungagung adalah ada
hubungan antara kedua variable dengan nilai p=0,02 atau <0,05.
4.3 Pembahasan
Dalam pembahasan ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian yang
telah dilakukan dan disajikan berdasarkan pada teori di Bab 2.
4.3.1 Hubungan Antara Sosiodemografi Dengan Tingkat Kecemasan Pasien
Dengan
Hipertensi
Tulungagung.
Di
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Campur
Darat
Pengaruh status
dalam keluarga dan status parital juga sangat berpengaruh terutama dalam
kecemasan yaitu sebagai ayah/ibu dan dengan status parital kawin. Kecemasan
dapat terjadi jika seseorang tidak mempunyai kesiapan dalam menerima informasi
tentang penyakitnya sehingga dengan informasi atau pengetahuan tentang
penyakitnya seseorang akan mengalami kecemasan.
Pada penderita hipertensi yang menjadi responden dengan tingkat
pendidikan yang tidak terlalu tinggi akan menimbulkan tingkat kecemasan
sedang. Hal ini sangat mungkin terjadi karena kurangnya informasi tentang
penyakit atau kurangnya penangkapan terhadap informasi yang masuk. Pada
responden dengan tingkat pendidikan yang tinggi juga dapat menimbulkan
kecemasan yang tinggi yang dikarenakan semakin seseorang tahu akan
penyakitnya seseorang akan semakin mengalami kecemasan. Status dalam
keluarga yaitu sebagai ayah /ibu dan juga status parital sebagian besar adalah
kawin juga mempunyai pengaruh dalam tingkat kecemasan responden yang tidak
terlalu tinggi tetapi sedang. Untuk sosiodemografi yang lain didapatkan hasil yang
menyatakan tidak ada hubungan dan tidak berpengaruh terhadap tingkat
kecemasan pasien.
4.3.2 Hubungan Antara Sosiodemografi Dengan Peran Keluarga Dalam Kesehatan
Dengan Anggota Keluarga Menderita Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Campur Darat Tulungagung.
kekebalan tubuh seseorang yang akan membawa orang tersebut kepada keadaan
yang lebih parah dari keadaan yang sebelumnya.
Peran keluarga dalam kesehatan pada responden adalah sedang,
sebenarnya hal ini tidaklah cukup karena harusnya peran keluarga adalah baik
sehingga derajat kesehatan keluarganya akan menjadi lebih optimal. Dengan
peran yang cukup baik didapatkan pula tingkat kecemasan yang sedang pada
pasien dengan hipertensi.
Tingkat pendapatan akan mempengaruhi peran seseorang. Dadang Hawari
menyatakan tingkat pengalaman atau dalam hal ini orang terbiasa dengan keadaan
penyakit hipertensi (Kronis) akan lebih dapat bertoleransi terhadap masalah atau
keadaan tersebut dan bisa dikatakan tidak akan terlalu berpengaruh (tingkat stress
tidak terlalu tinggi). Menurut Moenir pendapatan seseorang yang digunakan
dalam memenuhi kebutuhan fisik minimum seseorang, dengan kebutuhan fisik
minimum seseorang yang terpenuhi maka peran yang dapat dilakukan oleh
keluarga adalah dengan meningkatkan derajat kesehatan secara optimal. Hal
seperti ini akan dapat membuat pasien dengan hipertensi dapat mengatasi masalah
kesehatan baik secara fisik maupun secara psikologis sehingga kecemasan tidak
terjadi.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah dilakukan pengelompokan dan tabulasi data serta pembahasan
dari hubungan antara peran keluarga dalam kesehatan keluarga dan tingkat
kecemasan pasien dengan hipertensi, maka dapat diambil suatu kesimpulan dan
saran sebagai berikut :
5.1 Kesimpulan
1. Sebagian besar Peran keluarga dalam kesehatan keluarga adalah cukup
baik
2. Sebagian besar tingkat kecemasan pada responden adalah sedang
3. Ada hubungan sedang antara tingkat pendidikan dengan tingkat
kecemasan responden
4. Ada hubungan antara pendidikan dan pekerjaan keluarga responden
dengan peran keluarga
5. Ada pengaruh status dalam keluarga responden dan status parital terhadap
tingkat kecemasan responden
6. Tidak terdapat pengaruh antara sosiodemografi dengan peran keluarga
responden
7. Terdapat hubungan antara peran keluarga dalam kesehatan dengan tingkat
kecemasan responden
5.2 Saran
1. Peran keluarga yang cukup baik tetap dilaksanakan bahkan dapat
ditingkatkan menjadi lebih baik sehingga kesehatan keluarga menjadi
lebih optimal
2. Dengan pengobatan dan peningkatan peran keluarga pasien diharapkan
tidak merasa cemas akan kondisi atau akan menjadi beban keluarga,
karena merawat anggota keluarga merupakan tugas dari keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Arif dkk (1999). Kapita Selekta Kedokteran ed 3. Jakarta: EGC.
Arikunto, S (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S(1998). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.Yogyakarta
Efendi Nasrul, (1998). Dasar-dasar Kerperawatan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC.
Friedman, Marilyn M (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek. Alih
Bahasa : Ina Debora R.L, Yoakim Asy. Jakarta :EGC
Hawari, D (2002). Stress, Depresi dan Cemas. Jakarta, EGC.
Idris dan Kasim, (2003), Buku Ajar Kardiologi, Surabaya, Universitas Airlangga
Ismudiarti Lily (2003). Buku Ajar Kardiologi. FKUI, Jakarta
Keliat Budi Anna (1998). Komunikasi Terapeutik, Jakarta, EGC
Notoadmojo S (2002). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoadmojo S. (1997). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S (1993). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Perilaku
Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.
Nursalam (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi, Penelitian Ilmu
Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam
dan
Pariani
(2001).
Pendekatan
Praktis
Metodologi
Riset