You are on page 1of 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I

PERCOBAAN IV
PEMBUATAN NATRIUM TIOSULFAT

OLEH :
NAMA

:
MUHAMAD IQBAL

STAMBUK

: F1C1 13 043

KELOMPOK

: II (DUA)

ASISTEN PEMBIMBING

TEUKU

SYAHRAZI AKBAR

LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI

2014

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Natrium adalah salah satu logam alkali pembentuk garam yang bersifat
basa. Unsur ini berkilau, lunak, dan merupakan konduktor listrik yang baik.
Umumnya natrium disimpan di dalam minyak untuk mencegahnya bereaksi dengan
air yang berasal dari udara. Ion tiosulfat dapat diperoleh secara cepat dengan cara
mendidihkan belerang dengan non sulfit atau dengan cara mendekomposisi ion
ditionit. ion tiosulfat dapat membentuk kompleks Ag(S 2O3)- dan Ag(S2O3)23- Ion
tiosulfat dapat juga membentuk kompleks dengan ion-ion logam lain.
Dalam campuran garam-garam tiosulfat keadaannya stabil dan berasam.
Tiosulfat dibuat dengan mendidihkan alkali atau larutan sulfat nitrat dengan S dan
juga

oksidasi

polisulfida

dengan

udara.

Natrium

tiosulfat

pentahidrat

(Na2SO2O3.5H2O) disebut dengan hypo berbentuk kristal yang sample benar dan
kurang atau tidak berwarna. Titik beku 480C mudah larut dalam air dan larutannya
digunakan untuk titrasi dalam analisis volumetri.
Oleh karena itu, dilakukan percobaan pembuatan natrium tiosulfat yang
bertujuan untuk mengetahui bagaimana teknik atau cara pembuatan natrium tiosulfat
beserta sifat-sifatnya.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah bagaimana teknik pembuatan
garam natrium tiosulfat dan sifat-sifatnya.
C. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai pada percobaan pembuatan natrium tiosulfat
adalah untuk mempelajari tehnik pembuatan garam natrium tiosulfat dan sifatsifatnya.
D. Manfaat
Manfaat dilakukannya percobaan pembuatan natrium tiosulfat adalah dapat
mempelajari tehnik pembuatan garam natrium tiosulfat dan sifat-sifatnya.

II. LANDASAN TEORI


Ditinjau dari jenis bahan, maka penggolongan zat padat adalah logam,
polimer, dan keramik. Logam dapat murni, dapat pula berupa campuran yang dikenal
dengan nama paduan. Paduan dapat membentuk senyawa, larutan padat, atau
campuran. Ditinjau dari strukturnya, zat padat kristalin, amorf atau semikristalin.
Contoh zat padat kristalin adalah garam NaCl, zat padat amorf adalah arang dan kaca,
sedangkan bahan semi kristalin adalah serat seperti selulosa (Surdia, 1993).
Kristalisasi merupakan salah satu proses pemurnian dan pengambilan hasil
dalam bentuk padat. Dewasa ini kristalisasi menjadi suatu proses industri yang
sangat penting, karena semakin banyak hasil industri kimia yang dipasarkan dalam
bentuk kristal. Bentuk kristal semakin banyak diminati karena kemurniannya yang
tinggi, dengan bentuk

yang

trasportasi. Kristalisasi

adalah

menarik
suatu

serta

mudah

dalam pengepakan

pembentukan partikel

padatan

dan

didalam

sebuah fasa homogen. Pembentukan partikel padatan dapat terjadi dari fasa uap,
seperti pada proses pembentukan kristal salju atau sebagai pemadatan suatu
cairan pada titik elehnya atau sebagai kristalisasi dalam suatu larutan (cair)
(Fachry, dkk., 2008).
Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase yang keluar dari
larutan. Endapan dapat dipisahkan dari larutan dengan penyaringan atau contripage.
Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersngkutan.
Suatu kelarutan endapan menurut definisi adalah sama dengan konsentrsi molar dari

larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan,
konsentrasi bahan-bahan lain didalam larutan itu dan pada komposisi pelarutnya.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa kelarutan endapan bertambah seiring kenaikan
suhu, meskipun dlam beberapa hal istimewa terjadi yang sebaliknya. Lalu kenaikan
kelarutan dengan suhu berbeda-beda, dalam beberapa hal sngat kecil, dalam beberapa
hal-hal lainnya sangat besar. Perubahan kelarutan dengan berubahnya suhu dapat
menjadi dasar untuk pemisahan (Shevla, 1990).
Kristalisasi atau penghabluran ialah peristiwa pembentukan partikel-partikel
zat padat di dalam suatu fase homogen. Kristalisasi dapat terjadi sebagai
pembentukan partikel padat di dalam uap, seperti dalam pembentukan salju; sebagai
pembekuan (solidification) di dalam lelehan. Kristalisasi juga merupakan proses
pemisahan solid-liquid, karena pada kristalisasi terjadi perpindahan massa solute
dari larutan liquid ke padatan murni pada fasa Kristal. Pada prinsipnya kristalisasi
ter-bentuk melalui dua tahap yaitu, nukleasiatau pembentukan inti

kristal dan

pertumbuhan kristal (Pinalia, 2011).


Natrium tiosulfat (Na2.SO3) dapat dibuat dari H2SO4. H2SO4 adalah asam yang
sangat penting yang digunakan dalam induksi kimia. H2SO4 mencair pada suhu
10,50C membentuk cairan kental. H2SO4 berikatan dengan hydrogen dan tidak
bereaksi dengan logam di dalam air untuk menghasilkan H2. H2SO4 menyerap air dan
dapat menghasilkan gas. Ion SO4- adalah tetrahedral, mempunyai panjang ikatan 1,49
, mempunyai rantai pendek. Ikatan S O memiliki 4 ikatan antar S dan O dan 2
ikatan yang didelokalisasi S dan 4 atom O. Asam tiosulfat H 2SO3 .tidak dapat

dibentuk dengan menambahkan asam ke dalam tiosulfat karena pemisahan asam


bebas dalam air ke dalam campuran S, H2S, H2Sn, SO2 dan H2SO3 (Petrucci, 1987).
Tiosulfat mudah diperoleh dengan mendidihkan larutan sulfit dengan sulfur.
Asam bebasnya tidak stabil pada suhu biasa. Alkali tiosulfat diproduksi di pabrik
untuk digunakan dalam fotogarafi dimana mereka digunakan untuk melarutkan perak
bromida yang tidak relatif dari emulsi dengan pembentukkan kompleks [Ag(S 2O3)]
dan [Ag(S2O3)2]3-, ion tiosulfat juga membentuk kompleks dengan ion logam
alkalinya. Ion tiosulfat mempunyai struktur S-SO32- (Cotton dan Wilkinson, 1989).
Program iodisasi garam dengan cara fortifikasi iodium kedalam garam
merupakan cara yang palinh tepat guna dan ekonomis untuk menanggulangi masalah
gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI). Tetapi dalam perkembangan ada
beberapa isu yang menyatakan bahwa penggunaan garam beriodium tidak efektif
karena kadar iodiumnya akan berkurang bahkan hilang bila dicampur dengan bumbu
dapur. Untuk mengetahui lebih jauh duduk permasalahannya, maka perlu dilakukan
beberapa analisis keberadaan iodat dalam bumbu dapur dengan metode iodometri dan
metode X-ray Fluorosence. Dari hasil pengujian metode iodometri terjadi penurunan
kandungan iodat untuk masing-masing bumbu dapur yaitu cabai sebesar 75,5%,
ketumbar 51,43% , dan merica 20,99% (Saksono, 2012).

III. METODOLOGI PRAKTIKUM


A. Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 30 Oktober 2014, pukul 07.3010.00 WITA bertempat di Laboratorium Kimia Anorganik Universitas Halu Oleo,
Kendari.
B. Alat dan Bahan
1) Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah 1 set alat refluks,
desikator, pipet tetes, spatula, tabung reaksi, gelas kimia 50 mL, timbangan analitik,
corong, hot plate, dan kertas saring.
2) Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah natrium sulfit 10 g, serbuk
belerang 0,15 g, larutan iodin, minyak, batu apung, tissue, aquades, vasellin, dan
aluminium foil.

D. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Natrium Tiosulfat
10 g Natrium Sulfit
- Dimasukkan ke dalam labu refluks
- Ditambahkan 20 mL aquades
- Ditambahkan 0,15 gram serbuk
belerang
- Direfluks selama 1 jam
Larutan hasil refluks
-

Didinginkan
Disaring

Residu

Filtrat
-

Dipindahkan dalam gelas kimia


Diuapkan hingga volume tinggal
setengah
Dibiarkan hingga terbentuk krista
Disaring

Residu
-

Filtrat
Dikeringkan
Didinginkan
Ditimbang kemudian
dihitung rendemennya.

Hasil Pengamatan

2. Mempelajari Sifat Natrium Tiosulfat

Larutan Natrium Tiosulfat


-

Dimasukkan dalam tabung reaksi

Direaksikan dengan Larutan Iodium

Diamati perubahan yang terjadi

Hasil Pengamatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
No
.
1.

2.

3.

4.

Perlakuan
10 g Natrium Sulfit +
0,15 g serbuk belerang
+ 20 mL aquades
Larutan dipanaskan +
Batuh didih

Hasil Pengamatan
Lautan
keruh

berwarna

Gambar

putih

Larutan
mendidih
dan
belerang terpisah dengan
larutan (belerang tidak
bercampur dengan larutan)
Larutan disaring, Filtrat Terbentusk Kristal
dipanaskan,
didinginkan
Kristal + beberapa tetes Larutan bening
larutan iodin

a. Berat teoritis
Diketahui :

Berat Na2SO3

=10 g
Mr Na2SO3

126 g/mol
Berat S
Mr S
Mr Na2S2O3
Ditanyakan: berat teoritis Na2S2O3 ....?
Penyelesaian:
Reaksi :
8Na2SO3 + S8 + 5H2O
5H2O
Mol Na2SO3

= 0,15 g
= 0,75 g/mol
= 158 g/mol
Na2S2O3
10 g
=0,07 mol
126 g /mol

Mol S
Reaksi
: 8Na2SO3
Mula-mula: 0,07
Bereaksi : 0,00472
Akhir
: 0,06528

S8 + 5H2O
0,0059
0,0059
-

0,15 g
=0,00059 mol
g
256
mol
8 Na2S2O3 . 5H2O
0,00472
0,00472

Mol S Mol Na2S2O3


Berat Na2S2O3

= mol Na2S2O3 x Mr Na2S2O3 . 5.H2O


= 0,00472 mol x 258 g/mol
= 1,21 g
Jadi, berat teoritis Na2S2O3 adalah sebesar 1,21 gram.
b. % Rendamen
Diketahui :
Berat kristal Na2S2O3 + kertas saring = 1,96 g (a)
Berat kertas saring
= 1,03 g (b)
Berat praktik Na2S2O3
= (a) (b)
= 1,96 g 1,03 g
= 0,93 g
Ditanyakan: % Rendamen....?
Penyelesaian:
berat praktik
x 100
% Rendamen =
berat teori
=

0,93 g
x 100
1,21 g

= 76,85 %
Reaksi

Na2SO3 direaksikan dengan S dengan bantuan pemanasan.


Na2SO3 + S Na2S2O3
2Na+ + S2O32-

Na2S2O3

Adapun reaksi Na2S2O3 jika direaksikan dengan larutan iodin, yaitu:


Reduksi :

I2

+ 2e 2I-

Oksidasi :
2S2O32- + I2

2S2O32- S4O62- +

2e

S4O62- + 2I-

Jadi : 2 Na2S2O3 + I2 2 NaI + Na2S4O6

B. Pembahasan
Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) adalah salah satu jenis dari garam terhidrat.
Garam terhidrat adalah garam yang terbentuk dari senyawa-senyawa kimia yang
dapat mengikat molekul-molekul air pada suhu kamar. Garam natrium tiosulfat
(Na2SO2O3) merupakan suatu senyawa tiosulfat dari alkali (natrium). Garam ini
memiliki sifat hidroskopis (mudah menyerap air di udara) sehingga seringkali
dijumpai dalam bentuk hidratnya dibandingkan bentuk murninya. Bentuk hidrat dari
garam natrium tiosulfat paling banyak dalam bentuk 5-hidrat dan 10-hidratnya,
karena garam natrium tiosulfat berbentuk serbuk putih, tetapi untuk mereaksikannya
tetap dalam bentuk padat karena tingkat kelarutannya yang cukup tinggi dan dapat
pula dijadikan dalam bentuk larutan.

Percobaan garam natrium tiosulfat dibuat dengan mereaksikan sulfur (S) dan
natrium sulfit (Na2SO3). Percobaan ini digunakan alat refluks agar udara bebas tidak
masuk kedalam larutan dan untuk mempercepat terjadinya reaksi dan reaksi yang
terjadi dapat maksimal (sempurna). Sulfur pada suhu kamar berupa zat padat, rapuh
berwarna kuning. Struktur molekul sulfur ada dua jenis, yaitu berbentuk rhombik
(seperti jarum) dan monoklin. Sulfur rhombik terbentuk apabila suhu menghablur di
atas suhu 90o C. Pada suhu biasa (suhu kamar) sulfur sukar bereaksi dengan unsurunsur lain, reaksi dapat terjadi hanya pada suhu tinggi dengan unsur logam atau
nonlogam. Sifat sukar bereaksi ini karena sulfur cenderung membentuk cincin yang
mengandung 8 atom sulfur. Oleh karena itu, yang terlebih dahulu dicampurkan adalah
natrium sulfit dengan air kemudian belerang dan diperlukan suhu yang tinggi untuk
memutuskan cincin tersebut terlebih dahulu.
Proses refluks dilakukan pada percobaan ini agar struktur molekul sulfur
yang membentuk cincin yang mengandung 8 atom (S 8) dapat diputuskan, sehingga
dapat bereaksi dengan natrium sulfit. Agar pemutusan cincin S 8 ini berlangsung
dengan sempurna, maka proses refluks dilakukan selama 1 jam. Perefluksan terus
dilanjutkan sampai pada campuran terbentuk seperti 2 lapisan, yaitu lapisan agak
bening dibawah dan lapisan kuning diatas. Setelah terbentuk 2 lapisan tersebut,
perefluksan dihentikan dan disaring dengan kertas saring agar terpisah dari zat
pengotornya. Tetapi

sebelum

itu filtrat

natrium

tiosulfat

didinginkan terlebih

dahulu. Setelah disaring, filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan sampai terbentuk

kristal. Proses penguapan ini untuk menghilangkan molekul air yang bukan
pentahidrat.
Percobaan selanjutnya yaitu akan mempelajari sifat sifat natrium tiosulfat
yaitu mengetahui pengaruh pemanasan terhadap natrium tiosulfat pentahidrat. Pada
percobaan ini ditambahkan dengan larutan Iod berlebih sebanyak 2 mL I2
menghasilkan larutan yang bening dan setelah beberapa waktu terdapat endapan
putih.. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi Redoks (Reduksi Oksidasi) yang
ditandai dengan adanya perubahan warna Iod. Pada persamaan reaksi antara kristal
natrium tiosulfat dan larutan iodin, terlihat bahwa iod berfungsi sebagai oksidator
yang mengoksidasi ion tiosulfit atau natrium tiosulfat mereduksi iod., dan iod sendiri
mengalami reduksi dari I2 menjadi I-.
Kristal Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) yang telah disaring sebelumnya kemudian
dikeringkan, ditimbang dan dihitung % rendamennya. Kemurnian suatu zat
ditentukan oleh rendamen yang diperoleh, semakin tinggi rendamen suatu zat maka
tingkat kemurnian akan semakin tinggi sedangkan semakin kecil nilai rendamen yang
diperoleh dari suatu zat maka tingkat kemurnian semakin rendah. Dari hasil
rekristalisasi diperoleh berat kristal sebesar 0,98 g dengan rendamen Natrium
Tiosulfat (Na2S2O3) yang diperoleh sebesar 76,85 % yang berarti bahwa 24,15 % nya
adalah zat pengotor (residu) yang berada dalam sampel Natrium Tiosulfat (Na 2S2O3)
tercemar.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kristal


natrium tiosulfat dapat dibuat dengan natrium sulfit dan serbuk belerang yang
ditambahkan akuades lalu direfluks selama 1-2 jam. Sehingga diperoleh massa kristal
natrium tiosulfat sebesar 0,93 g dengan rendamen sebesar 67,85%. Sifat-sifat dari
natrium tiosulfat adalah jika dipanaskan, akan terjadi pelepasan belerang dioksida dan

stabilitas termalnya meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah molekul


hidratnya dan jika direaksikan dengan iodin akan menghasilkan natrium iodida yang
dapat diamati dari endapan yang terbentuk.

DAFTAR PUSTAKA

Cotton dan Wilkinson, 1987, Kimia Anorganik Dasar, Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
Fachry,Rasidy A.,Tumanggor,Juliyadi., Yuni,Ni Putu Endah., 2008,Pengaruh Waktu
Kristalisasi Dengan Proses Pendinginan Terhadap Pertumbuhan Kristal
Amonium Sulfat Dari Larutannya, Jurnal Teknik Kimia, Vol.15 No.2.
Petrucci, R., 1987, Kimia Dasar Jilid I edisi keempat, Erlangga, Jakarta.

Pinalia,Anita.,2011,Kristalisasi Ammonium Perklorat (AP) dengan Sistem


Pendinginan Terkontrol untuk Menghasilkan Kristal Berbentuk Bulat,
Jurnal Teknologi Dirgantara, Vol. 9, No.2.
Saksono, Nelson., 2012, Analisis Iodat Dalam Bumbu Dapur Dengan Metode
Iodometri Dam X-ray Fluorosence, Jurnal makara, tekhnologi,Vol.6 No.3.
Shevla, 1990, Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan Semi Mikro, PT Kalman
Media Pustaka, Jakarta.
Surdia, Noer Mandsjoer., 1993, Ikatan dan Struktur Molekul,Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, Jakarta.

You might also like